Anda di halaman 1dari 3

Praktikum m.k.

Iktiologi
Genap 2018/2019

PERAWATAN KOLEKSI IKAN

Bahan Pengawet

Dalam penelitian mengenai biologi ikan ataupun keperluan lainnya, pelaksanaannya sering
terbentur kepada keterbatasan waktu. Dalam hal ini tidak adanya waktu yang cukup untuk
meneliti ikan (identifikasi dan pengukuran-pengukuran) secara lengkap. Untuk mengatasi
hal-hal tersebut maka harus diadakan pengawetan ikan contoh dalam bahan pengawet.

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pengawetan ikan, baik untuk keperluan penelitian
ataupun untuk koleksi ialah mengusahakan agar keadaan ikan tetap baik seperti keadaan
sebelum diawetkan. Keadaan sisik-sisik dan sirip harus tetap lengkap serta bahan ikan itu
sendiri tidak bengkak atau berkerut, dan sejauh mungkin warna asliikan bisa dipertahankan
seperti keadaan sebelum diawetkan.

Kadang-kadang bahan pengawet dapat mengakibatkan kerusakanpada ikan yang diawetkan .


Oleh karena penggunaan jenis bahan pengawet dan cara pengawetannya harus diperhatikan
dengan seksama.

Bahan yang biasa digunakan dalam pengawetan ikan ialah formalin dan alkohol. Formalin
yang diperdagangkan biasanya berkadar 100% (formaldehida 40%). Sedangkan alkohol yang
diperdagangkan berkadar 95-96%. Sebelum memilih atau menggunakan salah satu dari bahan
pengawet tersebut, terlebih dahulu sifat-sifat bahan pengawet harus diketahui.

Formalin mempunyai uap yang berbau tajam menusuk hidung dan merangsang keluarnya air
mata, serta dapat merusak kulit. Terhadap ikan yang diawetkan, formalin bersifat
mengeraskan dan membuat ikan yang diawetkan berkerut dan warnanya berubah.

Alkohol bersifat mudah menguap dan mudah terbakar bila terkena api. Alkohol ini tidak
mengakibatkan ikan yang diawetkan menjadi kaku dan warna ikan cepat berubah.

Formalin yang umum digunakan dalam pengawetan ikan ialah formalin yang berkadar 4-5%
untuk ikan yang berukuran kecil, lebih kurang 10% untuk ikan yang berukuran besar.
Sedangkan alkohol biasanya digunakan dengan konsentrasi 70%. Kelemahan formalin
sebagai bahan pengawet sebagaimana telah dikemukakan di atas ialah terjadinya pengkerutan
ikan-ikan yang diawetkan. Untuk mencegah hal ini, ada baiknya formalin dicampur dengan
borax (5 gram tiap dua liter)

Untuk membuat larutan formalin dengan konsentrasi 4-5% atau 10% harus dilakukan
pengenceran terhadap formalin yang diperdagangkan yang berkadar 100% (formaldehida
40%) tersebut. Pada prakteknya pengenceran dapat dihitung dengan rumus:

𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2

Dimana:
V1 = voume formalin yang tersedia (ml)
N1 = konsentrasi formalin yang tersedia (%)
V2 = volume formalin setelah pengenceran (ml)
N2 = konsentrasi formalin yang dikehendaki (%)
Praktikum m.k. Iktiologi
Genap 2018/2019

Cara Pengawetan Ikan

Selain mengetahui bahan pengawet dengan konsentrasi tertentu, cara-cara pengawetan perlu
diketahui agar dapat mencapai hasil yang sebaik mungkin. Di bawah ini disampaikan secara
berurutan cara-cara pengawetan yang sebaiknya dilakukan terhadap ikan.

1. Ikan-ikan yang akan diawetkan sebaaiknya ikan yang telah mati tetapi masih dalam
keadaan segar. Ikan-ikan yang berukuran kecil diawetkan dalam formalin 4-5 %,
sedangkan yang berukuran besar diawetkan dalam formalin yang berkonsentrasi 10%

2. Sebelum dimasukkan ke dalam formalin, ikan-ikan yang berukuran panjang lebih besar
dari 150 mm, sebaiknya dituris terlebih dahulu sisi perut sebelah kanan sepanjang lebih
kurang 30 mm. Needham & Needham (1962) menganjurkan agar menuris ikan-ikan yang
lebih besar daripada tiga inci (7,5 cm) pada sisi sebelah kanan sepanjang lebih kurang
sepertiga panjang rongga perutnya. Penurisan dimaksudnkan agar bahan pengawet (dalam
hal ini formalin) lebih mudah masuk ke dalam rongga perut, sehingga organ-organ dalam
rongga perut tidak membusuk. Di antara bagian-bagian tubuh, bagian rongga perut inilah
yang paling mudah dan cepat membusuk. Penurisan dilakukan pada sisi sebelah kanan
tubuh ikan, karena bagian kiri tidakboleh rusak. Bagian sisi kiri inilah yang digunakan
untuk melihat ciri-ciri morfologi dan pengukuran bagian-bagian tubuh ikan sebagai dasar
pengidentifikasian ikan tersebut. Jika ikan yang diawetkan cukup tebal, sebagai misal ikan
tongkol (Euthynnusa sp.), maka otot-otot/daging di kanan kiri tulang punggung dituris.

3. Setelah ikan direndam dalam formalin selama lebih kurang satu minggu, kemudian dicuci
dalam air mengalir atau direndam dalam air selama lebih kurang dua hari.

4. Ikan-ikann yang telah dicuci (dibersihkan dari formalin), diawetkan dalam alkohol 70%
untuk selamanya. Jika ikan akan tetap disimpan dalam formalin, maka formalin harus
diganti secara periodik dalam waktu-waktu tertentu.

5. Tiap-tiap spesimen ikan yang diawetkan harus disimpan dalam wadah yang baik dan
dibubuhi label pada wadahnya

Untuk menghilangkan bau formalin pada ikan-ikan yang akan diperiksa, ikan-ikan tersebut
terlebih dahulu direndam selama beberapa menit dalam larutan NaHSO3 dan Na2SO3 dalam
perbandingan 60 gram NaHSO3 dan 90 gram Na2SO3 untuk tiap satu liter air (Saanin, 1968).
Dapat juga direndam beberapa menit dalam alkohol 70% setelah terlebih dahulu dibilas
dengan air.

Warna asli ikan sering berubah karena formalin. Untuk menghindari hal tersebut dapat
digunakan cara pengawetan sebagai berikut. Mula-mula ikan direndam dalam spritus selama
sehari, kemudian dimasukkan ke dalam larutan yang terdiri dari 100 gram garam dapur
murni, 5 gram garam glauber murni, 50 gram gliserin dan satu liter air suling. Ke dalam
larutan tersebut ditambahkan pula 10-15 tetes kamfer spiritus dan kemudian wadahnya
ditutup rapat sehingga udara tidak dapat masuk. Dengan cara ini, warna dan kilap sisik tidak
akan berubah.
Praktikum m.k. Iktiologi
Genap 2018/2019

Pemasangan Label

Label yang dibuat saat pengumpulan sangat penting. Begitu pentingnya sehingga secara
berseloroh sering dikatakan bahwa label lebih penting daripada spesimennya sendiri. Label
yang baik ditulis dengan tinta pada kerta yang kedap air, tetapi pensil yang lunak pun cukup
baik untuk digunakan.

Untuk keperluan koleksi, misalnya koleksi museum, dimana diperlukan suatu label menurut
cara museum tersebut, maka label yang asli harus tetap ada di samping label yang baru.
Sebab penggantian label baru akan memungkinkan terjadinya kesalahan. Berikut ini
merupakan contoh label ikan koleksi.

Contoh label ikan koleksi


Nama deerah/lokal
Nama ilmiah
Genus
Famili
Ordo
Kelas
Kolektor
Tanggal
Tempat
Propinsi
Yang mengidentifikasi
Catatan

Anda mungkin juga menyukai