Anda di halaman 1dari 7

TUGAS STATISTIKA TEKNIK

OLEH :

ULUL AZMY
18 / 434879 / PTK / 12442

MINAT TEKNIK STRUKTUR


MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
EVALUASI QUALITY CONTROL
BERDASARKAN SNI 2847 : 2013

A. Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan Pengalaman Lapangan


dan/atau Hasil Campuran Uji
1. Penentuan Standar Deviasi
Dalam menentukan standar deviasi ada 3 kemungkinan :
a. Jika ada catatan data uji sebanyak 30 pasang
b. Jika data uji antara 15 sampai 29 pasang
c. Jika tidak ada catatan benda uji

a) Nilai deviasi standar mempunyai catatan 30 hasil uji (Pasal 5.3.1.1)


Nilai deviasi standar dapat diadakan jika fasilitas produksi beton mempunyai
catatan hasil uji yang dipakai untuk perhitungan deviasi standar harus :
1) Mewakili material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa
dengan yang diharapkan.
2) Mewakili beton yang diproduksi untuk memenuhi kekuatan yang
disyaratkan atau kuat tekan f’c pada kisaran 7 Mpa dari yang ditentukan
untuk pekerjaan yang akan dilakukan.
3) Terdiri sekurang-kurangnya 30 pengujian berturut-turut atau dua
kelompok pengujian berturut-turut yang jumlahnya sekurang-kurangnya
30 pengujian seperti yang ditetapkan di pasal 5.6.2.4, kecuali yang
ditentukan dalam butir 5.3.1.2.

Standar deviasi dapat dihitung dengan formula berikut :

Dimana:
S : deviasi standar, MPa
X1 : individual strength test seperti didefenisikan dalam 5.6.2.4
X : rata-rata dari n strength results
n : jumlah dari conseqitive strength test

Jika tersedia dua kelompok pengujian berturut-turut yang jumlahnya


sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian maka standar deviasi dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Dimana :
S : Standar deviasi rata-rata, dimana dua tes record dipakai untuk
menghitung standar deviasi
S1, S2 : Standar deviasi yang dihitung dari dua test record, 1 dan 2 berturut-
turut
n1, n2 : Jumlah test untuk masing-masing record berturut-turut

b. Standar deviasi dengan catatan uji < 30


Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji yang
memenuhi pasal 5.3.1.1, tetapi mempunyai catatan hasil dari pengujian
sebanyak 15 sampai 29 contoh secara berturut-turut, maka deviasi standar
ditentukan sebagai hasil perkalian antara deviasi standar yang dihitung dan
faktor modifikasi pada tabel 1. Agar dapat diterima, maka catatan hasil
pengujian harus memenuhi persyaratan (1) dan (2) dari 5.3.1.1, dan hanya
mewakili catatan tunggal dari pengujian-pengujian yang berurutan dalam
periode waktu tidak kurang dari 45 hari kalender.

Tabel 1 Faktor modifikasi untuk standar deviasi jika tersedia benda uji tes < 30

c. Jika tidak ada data uji (SNI 2847 Pasal 5.3.2.2)


Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan
untuk perhitungan standar deviasi yang memenuhi ketentuan pasal 5.3.1.1
atau pasal 5.3.1.2, maka kuat rata-rata perlu (f’c) harus ditetapkan
berdasarkan tabel 2 dan pencatatan data kuat tekan rata-rata harus sesuai
dengan persyaratan pada pasal 5.3.3.

Tabel 2 Faktor kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan
standar deviasi benda uji
B. Kuat Tekan Rata-rata Perlu
Kuat tekan rata-rata perlu yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton ditentukan berdasarkan tabel 2 (jika data tidak tersedia) dan
tabel 3 (jika data tersedia), seperti berikut ini:

C. Pencatatan Data Kuat Tekan Rata-rata


1. Jika catatan uji sesuai dengan poin (a) dan (b) maka akan menunjukkan
proporsi campuran beton yang direncanakan akan menghasilkan f’cr.
Untuk tujuan pencatatan kuat tekan rata-rata, catatan hasil pengujian yang
kurang dari 30 tetapi tidak kurang dari 10 secara berurutan dapat diterima
selama tidak kurang dari 45 hari.
2. Jika tidak tersedia catatan hasil uji lapangan, proporsi campuran beton
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Material yang digunakan harus sama dengan material yang diusulkan.
b) Nilai slump campuran percobaan harus berada dalam rentang yang
disyaratkan.
c) Untuk setiap campuran percobaan, harus dibuat dan dirawat paling
sedikit dua silinder 150 x 300 mm atau tiga silinder 100 x 200 mm
sesuai dengan ASTM C192M, serta silinder tersebut harus diuji pada
umur 28 hari atau umur uji yang ditetapkan untuk f’c.
d) Hasil kuat tekan campuran percobaan pada umur uji digunakan untuk
menentukan komposisi campuran beton yang diusulkan dan harus
mencapai kuat tekan rata-rata seperti yang disyaratkan dalam poin 2.

D. Perancangan Campuran Tanpa Berasarkan Data Lapangan atau


Campuran Percobaan
Jika data perancangan proporsi campuran berdasarkan pengalaman lapangan
dan/atau hasil campuran benda uji tidak tersedia, maka proporsi campuran
beton harus ditentukan berdasarkan percobaan atau informasi lainnya dan
disetujui oleh insinyur professional bersertifikat (licensed design
professional). Kuat tekan rata-rata perlu, f’cr beton yang dihasilkan dengan
bahan yang mirip dengan yang akan digunakan harus sekurang-kurangnya 8.3
MPa lebih besar daripada kuat tekan f’c yang disyaratkan. Alternatif ini tidak
boleh digunakan untuk beton dengan kuat tekan yang disyaratkan > 35 MPa.

E. Reduksi Kuat Tekan Rata-rata


Dengan adanya data selama pelaksanaan konstruksi, maka diizinkan untuk
mereduksi nilai kuat tekan perlu dimana f’cr harus melebihi f’c dengan syarat
kuat tekan rata-ratanya melebihi ketentuan yang disyaratkan dan standar
deviasi yang dihitung sesuai dengan yang disyaratkan baik jika jumlah hasil
pengujian tidak kurang dari tiga puluh sampel maupun jika hasil pengujiannya
antara lima belas sampai dua puluh sembilan benda uji.

F. Evaluasi dan Penerimaan Beton


1. Frekuensi pengujian
a. Uji kuat tekan merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari sedikitnya dua
silinder 150 x 300 mm atau sedikitnya tiga silinder 100 x 200 mm yang
dibuat dari adukan beton yang sama yang diuji pada umur 28 hari atau
pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan f’c.
b. Benda uji untuk uji kuat tekan setiap mutu beton yang dicor setiap hari
harus diambil tidak kurang dari sekali sehari atau tidak kurang dari sekali
untuk setiap 110 m3 beton, atau 460 m2 luasan permukaan lantai atau
dinding.
c. Jika volume total pengecoran hanya akan menghasilkan jumlah uji kuat
tekan beton kurang dari lima untuk satu mutu beton, maka benda uji harus
diambil dari paling sedikit lima adukan secara acak atau dari masing-
masing adukan jika jumlah adukan kurang dari lima.
d. Pengujian kuat tekan tidak perlu dilakukan jika volume total dari mutu
beton kurang dari 38 m3, dengan syarat bukti terpenuhinya kuat tekan
diserahkan dan disetujui oleh pengawas lapangan.

2. Benda uji yang dirawat secara standar


a. Benda uji untuk uji kuat tekan diambil berdasarkan ASTM C172
berukuran 100 x 200 mm atau 150 x 300 mm. Silinder untuk uji kuat tekan
harus dicetak dan dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998 dan diuji
sesuai SNI 03-1974-1990.
b. Mutu beton dianggap memenuhi syarat jika nilai rata-rata dari tiga uji kuat
tekan yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari f’c.
c. Jika f’c 35 MPa atau kurang, tidak ada uji kuat tekan kurang dari f’c lebih
dari 3.5 MPa dan jika f’c lebih dari 35 MPa uji kuat tekan tidak kurang
dari 0.10 f’c.
3. Benda uji yang dirawat di lapangan
a. Hasil uji kuat tekan silinder yang dirawat kondisi lapangan harus
disediakan jika diminta oleh pengawas lapangan.
b. Silinder uji yang dirawat di lapangan harus dicetak pada waktu yang
bersamaan dan dari adukan beton yang sama seperti yang digunakan untuk
silinder uji yang dirawat di laboratorium. Silinder dirawat sesuai kondisi
lapangan berdasarkan ASTM C31M.
c. Prosedur untuk perawatan beton harus ditingkatkan jika kekuatan silinder
yang dirawat di lapangan kurang dari 85 persen dari nilai fc’ benda uji
silinder yang di rawat di laboratorium.

G. Persiapan Pengecoran Beton


1. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus
bersih.
2. Cetakan yang akan diisi beton harus bersih.
3. Cetakan harus dilapisi dengan benar.
4. Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton harus
dibasahi secara cukup.
5. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan berbahaya.
6. Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton dicor kecuali
bila tremie digunakan atau kecuali diizinkan oleh petugas bangunan.
7. Permukaan beton sebelum beton tambahn dicor terhadap beton yang
mengeras harus bersih dari material halus (laitance) dan material lunak
lainnya.

H. Pencampuran Beton
Beton harus dicampur hingga homogeny dan harus dituangkan seluruhnya
sebelum alat pencampur diisi kembali. Beton siap pakai (ready-mixed) harus
dicampur dan diantarkan sesuai dengan ASTM C94M atau ASTM C685M.
Beton yang dicampur di lapangan (job-mixed) harus dicampur sesuai dengan :
1. Pencampuran harus dilakukan dengan jenis alat pencampur yang telah
disetujui.
2. Alat pencampur harus diputar sesuai dengan kecepatan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya.
3. Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus minimal selama 1.5
menit setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur.
4. Penanganan, pengadukan, dan pencampuran bahan harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada ASTM C94M.
5. Catatan rinci haru disimpan untuk mengidentifikasi:
a. Jumlah adukan yang dihasilkan;
b. Proporsi bahan yang digunakan;
c. Perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur;
d. Waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran.

I. Pengantaran (Conveying)
Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran akhir tanpa
terjadi segregasi (pemisahan) atau tercecernya bahan. Peralatan pengantar
harus mengantarkan beton ke tempat pengecoran tanpa pemisahan bahan dan
tanpa sela yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas campuran.

J. Pengecoran
1. Untuk menghindari terjadinya segregasi, beton harus dicor sedekat
mungkin pada posisi akhirnya.
2. Kecepatan pengecoran beton harus dilakukan sedemikian rupa agar
campuran beton tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat
mengisi ruang antar tulangan.
3. Beton yang telah mengeras sebagian atau terkontaminasi bahan lain tidak
boleh dicor pada struktur.
4. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang setelah
pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui oleh insinyur
professional bersertifikat.
5. Bila pengecoran telah dimulai, maka pengecoran tersebut harus dilakukan
secara menerus hingga mengisi penuh panel atau penampang.
6. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan
peralatan yang sesuai selama pengecoran dan harus mengisi sekeliling
tulangan dan seluruh celah dan masuk ke semua sudut cetakan.

Anda mungkin juga menyukai