Anda di halaman 1dari 5

1.

PERBEDAAN BELAJAR GERAK DAN BERLATIH


1. Pengertian Belajar Gerak

Belajar gerak secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang
dilakukan secara terencana, sistematik, dan sistemis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
direncanakan. Dalam proses pembelajaran materi pembelajarannya adalah berbagai bentuk
keterampilan gerak, baik yang dikemas dalam bentuk permainan dan latihan ketangkasan.

Menurut Schmidt (1982), belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan
latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku
terampil. Meskipun tekanan belajar motorik ialah penguasaan keterampilan tidaklah berarti aspek
domain kognitif diabaikan. Ditambahkan menurut Meinel (1976), belajar gerak itu terdiri dari
penguasaaan, penghalusan, dan penstabilan gerak atau keterampilan teknik olahraga.

Terdapat analisis karakteristik belajar motorik yang dipaparkan oleh Schmidt (1982), yang
dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Belajar sebagai proses; dalam psikologi kognitif dijelaskan, sebuah proses adalah
seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama, menghasilkan beberapa
perilaku tertentu. Sama halnya dengan belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat
suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil
dari berlatih, karena itu fokus belajar motorik ialah perubahan yang terjadi pada organisme
yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum berlatih.

2. Belajar gerak adalah hasil langsung dari latihan; perilaku motorik berupa keterampilan
dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini dipertegas dengan perubahan
yang terjadi seperti faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor yang meyebabkan
perubahan perilaku, meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sama halnya
dengan persoalan tersebut, peningkatan kemampuan fisik dapat menyebabkan peningkatan
keterampilan seseorang dalam satu cabang olahraga, sehingga dapat dibuat kesimpulan
yang salah bahwa perubahan itu karena belajar.

3. Belajar gerak tidak teramati secara langsung; proses yang terjadi di balik perubahan
keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam sistem persyaratan, seperti
bagaimana informasi sensoris diproses, diorganisasi, dan kemudian diolah langsung dan
arena itu, hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam
keterampilan atau perilaku motorik.
4. Belajar gerak menghasilkan kapasitas untuk bereaksi (kebiasaan); pembahasan belajar
motorik juga dapat ditinjau dari munculnya kapasbilitas untuk melakukan suatu tugas dengan
terampil. Keterampilan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem
pusat syaraf. Tujuan dari latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah
perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut dalam
istilah kebiasaan.

5. Belajar gerak relatif permanen; ciri lain dari belajar motorik adalah relatif permanen. Hasil
belajar itu relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Manakala seseorang belajar dan
berlatih, maka ia tidak pernah sama dengan keadaan sebelumnya. Dan belajar
menghasilkan perubahan relatif permanen. Persoalannya adalah seberapa lama
keterampilan itu melekat? Memang sukar untuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu
akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama 1 bulan, atau 2-
5 hari, untuk kebutuhan analisis dapat menegaskan, belajar akan menghasilkan beberapa
efek yang melekat.

6. Belajar gerak bisa menimbulkan efek negatif; kesan umum yang diperoleh bahwa belajar
menimbulkan efek positif yaitu penyempurnaan keterampilan, atau penampilan gerak
seseorang. Namun demikian, anggapan ini mengandung persoalan, karena apa yang
disebut kemajuan atau penyempurnaan tidak terlepas dari persepsi si pengamat. Perubahan
perilaku pada seseorang bisa jadi dianggap sebagai peningkatan bagi seorang pengamat,
dan sebagai suatu kemunduran bagi yang lain. Misalnya saat latihan atau belajar salto ke
belakang terjadi kurang tinggi dan putarannya terlampau banyak sehingga terjatuh
terlentang akibatnya trauma. Kesan buruk masa lampau, kegagalan dalam suatu kegiatan,
atau ketidakberhasilan melakukan satu jenis keterampilan dengan sempurna justru bukan
berakibat negatif, tapi mendorong ke arah perubahan yang positif.

2. Pengertian Latihan
pengertian latihan menurut Djoko Pekik Iriyanto (2002: 11-12) bahwa, latihan adalah proses
pelatihan dilaksanakan secara teratur, terencana, menggunakan pola dan sistem tertentu, metodis
serta berulang seperti gerakan yang semula sukar dilakukan, kurang koordinatif menjadi semakin
mudah, otomatis, dan reflektif sehingga gerak menjadi efisien dan itu harus dikerjakan berkali-
kali. Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa
makna seperti: (a) practice, (b) exercises, dan (c) training.
Dari beberapa istilah tersebut, setelah diaplikasikan di lapangan memang nampak sama
kegiatannya, yaitu aktivitas fisik.
a. Practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga
dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang
olahraganya.
b. Exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan
kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam
penyempurnaan geraknya.
c. Training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan
berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek.
Berdasarkan ketiga pengertian di atas pada prinsipnya latihan merupakan suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik,
kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih (Sukadiyanto, 2005:
1).

b. Ciri-ciri Latihan
Menurut Sukadiyanto (2005: 7) ciri-ciri latihan adalah sebagai berikut.
1. Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam berolahraga, yang
memerlukan waktu tertentu (pentahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan
cermat.
2. Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya dilakukan secara
ajeg, maju, dan berkelanjutan (kontinyu). Sedangkan bersifat progresif maksudnya materi
latihan diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit
(kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih berat.
3. Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus memiliki tujuan dan
sasaran.
4. Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar pemahaman dan penguasaan
keterampilan menjadi relatif permanen.
5. Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang direncanakan secara bertahap
dengan memperhitungkan faktor kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada
sasaran latihan.
Jadi penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan belajar gerak dengan
berlatih adalah: belajar gerak adalah suatu proses perubahan perilaku motorik dari hasil berlatih
yang tidak dapat di amati secara langsung dan untuk menghasilkan kapasitas untuk bereaksi
(kebiasaan) sedangkan berlatiih adalah suatu proses perubahan perilaku untuk mencapai
kemampuan yang lebih baik dalam olahraganya yang tersusun secara sistematis mulai dari
waktu, perencanaan, materi, metode dan harus mengalami peningkatan setelah berlatih mulai
dari yang mudah sampai yang sulit.

2. Tiga Tahapan dalam Permainan Bola Besar

1. Tahap Kognitif
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama
kali yang harus dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-
konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa
memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaiman cara melakukan aktifitas gerak
yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu
keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan keterampilan gerak.
Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar
gerak, maka sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktekkan
aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya. Misalnya guru
menampilkan video tentang pembelajaran sepak bola, menjelaskan tentang permainan
sepak bola mulai dari sejarah, teknik, permainan.
2. Tahap Asosiatif/Fiksasi
Pada tahap ini siswa mulai mempraktekkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah
mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap
latihan. Pada tahap latihan ini siswa diharapkan mampu mempraktekkan apa yang hendak
dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari.
Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau
gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan
dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar
sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharap kan telah memiliki keterampilan yang
memadai. Misalnya sebelum mulai pembelajaran guru meminta anak untuk
menjelaskan/mempraktekkan tentang permainan sepak bola.
3. Tahap Otomatis
Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah
memasuki tahap gerakan otomatis, artinya, siswa dapat merespon secara cepat dan tepat
terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan.Tanda-tanda keterampilan gerak
telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak
tanpa berpikir lagi terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik
dan benar. Misalnya anak sudah bisa bermain sepak bola dengan teknik dan aturan yang
benar (games sepak bola dalam pembelajaran).

Anda mungkin juga menyukai