LILY HERLINAH
0906594412
LILY HERLINAH
0906594412
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul,
“Kelompok Swabantu sebagai bentuk intervensi pengendalian Hipertensi
Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di kelurahan Pasir Gunung Selatan
kecamatan Cimanggis Depok. Penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan
Komunitas di Universitas Indonesia.
Penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta
arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat ;
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN, sebagai Ketua Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.sekaligus sebagai
pembimbing II
3. Ibu Wiwin Wiarsih, S.Kp.,M.N., selaku Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan pikiran selama membimbing dan mengarahkan
dengan penuh kesabaran.
4. Para Dosen Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan inspirasi pada penulisan Karya
Ilmiah Akhir ini.
5. Suku Dinas Kesehatan Depok yang telah memberikan izin dan fasilitasnya
untuk melakukan praktek spesialis keperawatan.
6. Kepala Puskesmas Pasir Gunung Selatan beserta jajarannya yang telah
memberikan ijin dan fasilitasnya
7. Ibu Miciko Umeda, SKp., M. Biomed., selaku Ketua Program D III
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Besar harapan penulis, semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat bermanfaat bagi
profesi keperawatan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan tesis ini.
Penulis
vi
Kata kunci:
ABSTRACT
Keywords:
Hypertension, self-help groups, community empowerment.
viii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penapisan masalah manajemen
Lampiran 2 : Rencana keperawatan manajemen
Lampiran 3 : Buku panduan SHG
Lampiran 4 : masalah keperawatan keluarga, scoring , Nursing care plan
Lampiran 5 : Gafik Evaluasi Penurunan tekanan darah
Lampiran 6 : Nursing Care Plan komunitas Dan Penapisan
Lampiran 7 :Indikator evaluasi
Lampiran 8 :table Nilai Pre Tes dan Postes
Lampiran 9 :Daftar Riwayat Hidup
xi
1 Universitas Indonesia
keadaan yang ditandai dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
diastoliknya menetap atau kurang dari 90mmHg. Selain proses penuaan,
hipertensi pada lansia dipengaruhi oleh gaya hidup seperti merokok, obesitas,
alkohol, inaktifitas fisik dan stress psikososial serta pola makan (Anderson
& Mc. Farlan, 2007). Menurut Black dan Hawks (2009), penggunaan rokok,
makanan, alkohol, dan stressor yang berulang termasuk faktor risiko
terjadinya hipertensi. Lanjut usia dengan hipertensi , bila tidak menjalankan
pola hidup yang sehat akan berisiko terjadinya stroke.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
3
WHO (2002), menyatakan jumlah penderita hipertensi dunia berkisar 600 juta
dan angka kematian tiap tahun diperkirakan mencapai 7,14 juta jiwa terjadi
pada kelompok usia lebih dari 60 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Hasil penelitian Zavitsanou dan Babatsikou (2010) bahwa
hipertensi lebih banyak terjadi pada lanjut usia, dengan angka kejadian di
Amerika 53 % dan di Eropa 72%. Selain faktor usia juga dihadapi beberapa
faktor resiko seperti, kegemukan, gaya hidup, psikologi dan kurang aktivitas.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
5
Caplan (1976, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003), bahwa keluarga
memiliki empat bentuk dukungan meliputi dukungan emosional mencakup
pemberian perhatian, kasih sayang, dan empati; dukungan penghargaan
berupa menghargai, keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan
balik, membimbing dan membantu pemecahan masalah dan merupakan
sumber serta validator identitas anggota keluarga; dukungan informasional
berupa saran, nasehat, keluarga berfungsi sebagai pencari dan penyebar
informasi; dan dukungan instrumental berupa bantuan tenaga, dana dan
waktu. Hasil penelitian. Costa dan Noguera (2008), lansia dengan hipertensi
berhubungan erat dengan masalah kardiovaskuler, dukungan keluarga dalam
hal keuangan, kesehatan dan aspek emosional sehingga hipertensi dapat
dikendalikan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
7
Peran perawat pada model ini adalah membantu masyarakat dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal melalui pendekatan aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Selain itu perawat berperan sebagai edukator untuk
terbentuknya pola hidup sehat seperti memberikan pengetahuan tentang
hipertensi pada kelompok swabantu, peran sebagai fasilitator dalam
kelompok swabantu yaitu perawat membantu memfasilitasi lansia dalam
kegiatan pembentukan struktur dan pembentukan kelompok swabantu, peran
motivator adalah membantu kelompok swabantu agar termotivasi untuk
mengikuti kegiatan kelompok swabantu, peran pemberi pelayanan / care
provider dalam kelompok swabantu adalah dengan memberikan tindakan
langsung pada kelompok hipertensi seperti melakukan tehnit relaksasi dan
melakukan pemijatan pada daerah titik nyeri hipertensi dengan menggunakan
strategi intervensi pendidikan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat/komunitas, pembentukan kelompok, partnership/ kemitraan dan
direc care.
Kelompok swabantu (self help group) atau mutual help group didefinisikan
sebagai sekelompok orang yang berbagi permasalahan yang sama, bertemu
secara teratur untuk bertukar informasi serta memberi dan menerima
dukungan psikososial (Chinman et al. 2002; Levy 2000 dalam Pistrang et al.,
2008). Dalam kelompok swabantu/self helf group, lansia dengan hipertensi
akan belajar dan bertukar informasi satu dengan yang lain tentang diet,
latihan fisik, penatalaksanaan stress dengan tehnik relaksasi dan pengobatan.
Menurut hasil penelitian Sokolovsky.J dan Pavlekovic, (1991), ada
keberhasilan penurunan tekanan darah dan penurunan angka kematian
penderita hipertensi dengan mengikuti kelompok swabantu. Selain fenomena
yang ada, hal lain yang mendasari dilakukannya pembentukan kelompok
swabantu dengan didukung dari hasil survey pada lansia dan wawancara
dengan kader kesehatan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
8
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Memberikan gambaran tentang kelompok swabantu sebagai bentuk
intervensi keperawatan komunitas dalam mengatasi masalah kesehatan
hipertensi pada lanjut usia di kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan
Cimanggis Kota Depok.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
9
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Pelayanan kesehatan
Sebagai dasar merumuskan kebijakan pengembangan program kesehatan
lanjut usia. Pengembangan program diharapkan dapat dirasakan untuk
lansia, keluarga dan masyarakat
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
11
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Pada bab 2 ini penulis akan memamparkan populasi At Risk dan vulnerable pada
lansia hipertensi, strategi intervensi : (kelompok swabantu ) sebagai salah satu
bentuk intervensi lansia dengan hipertensi, peran perawat, dukungan keluarga,
konsep kemandirian keluarga dan model konseptual yang mendasari praktik
keperawatan komunitas pada aggegat lansia dengan hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
15
gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang beraktivitas, pola diet
yang tidak sehat, merokok, mengkonsumsi alkohol berisiko untuk
mengalami gangguan kesehatan seperti terjadinya hipertensi.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Villegas dan kawan-kawan
(2008) yang menemukan bahwa faktor risiko hipertensi
dipengaruhi oleh faktor perilaku seperti diet dan gaya hidup.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
20
Kelompok swabantu atau self help group adalah grup komunitas baru dan
supportif yang berhubungan satu sama lain dalam jaringan sosial,
memuaskan orang lain yang membutuhkan yang berada dalam suatu
lingkaran dan mereka belajar bagaimana menghadapi pengalaman baru
(Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004).
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
22
2.4.2.3 Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. Tugas fasilitator
mendampingi leader, memberikan motivasi peserta untuk mengungkapkan
pendapat dan pikirannya tentang berbagai macam informasi, memberikan
penjelasan, masukan dan umpan balik positif jika diperlukan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
27
Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu kegiatan rencana dengan menentukan
prioritas, tindakan dan metode yang dipergunakan sebagai pedoman
untuk mencapai hasil berdasarkan tujuan jangka panjang dan jangka
pendek (McNamara dalam Huber, 2010; Huber, 2010; Fayol dalam
Menamburg Fleksibel, dan Swamburg (1999). Tahapan perencanaan
terdiri dari: identifikasi misi; filosofi; melakukan pengamatan lingkungan;
analisis situasi (misalnya: analisisi SWOT yaitu: kekuatan (strengths),
kelemahan (weakness), kesempatan (opportunities), dan ancaman (treats);
menentukan tujuan umum dan tujuaan khusus ; menyusun strategi untuk
mencapai tujuan; menentukan penanggungjawab dan pembuatan jadwal;
pendokumentasian perencanaan; dukungan terhadap mencapaiaan hasil
dengan tuntas (Huber, 2010; Marquis & Huston, 2006).
Pengorganisasian (Organizing).
Elemen pada pengorganisasian meliputi adanya struktur organisasi dan
tupoksi, kekuatan suatu organisasi, politik dan atau
perorangan.Pengorganisasian pemberi asuhan keperawatan: fungsional;
manajer tim, pengaturan keja dan penjadwalan. Pengorgnisasian adalah
mobiliasai SDM dan material sarana-prasarana dari institusi untuk
mencapai tujuan organisasi (Huber, 2010).
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
28
Pengarahan (eL
ading ).
Fungsi pengarahan mempunyai elemen- elemen seperti supevisi, motivasi,
iklim yang meningkatkan motivasi, komunikasi interpersonal dan
organisasi, delegasi dan manajemen konflik (Swansburg, 2000).
Pengarahan (leading) merupakan fungsi manajerial yang mengarahkan dan
mempengaruhi orang untuk mengikuti petunjuk (Huber, 2010).
Pengendalian (Controlling)
Pengendalian (controlling) membandingkan hasil pekerjaan dengan
standar penampilan kerja dan melakukan perbaikan terhadap tindakan
ketika dibutuhkan. Aspek manajerial pengawasan adalah pengawasan
keuangan, kepatuhan, kualitas dan manajemen risiko, mekanisme umpan
balik, penelitian dan analisis terbaru (Huber, 2010).
Menurut Marquis dan Huston (2006) kegiatan yang dapat dilakukan dalam
pengawasan adalah monitoring dan evaluasi. Tahapan yang dapat
dilakukan dalam monitoring yaitu: memutuskan informasi apa yang akan
dikumpulkan; mengumpulkan data dan menganalisisnya; dan
memberikan umpan balik hasil monitoring (Gillies, 2000; Swansburg,
1999; Marquis & Huston, 2006). Marquis dan Huston (2006) menyatakan
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
33
2.8 Konsep Family Center Nursin (Friedman, Bowden & Jones, 2003)
Model keluarga Friedman 2003 dikembangkan dari kerangka kerja sosiologis
dari teori sistem. Keluarga adalah fokus dari model, karena keluarga
berinteraksi dengan suprasistem dalam komunitas dan dengan anggota
keluarga individual dalam subsistem. Model ini terdiri atas dua komponen
struktural dan fungsional. Komponen struktural menelaah unit keluarga,
bagaimana unit tersebut diorganisasi, dan bagaimana anggota-anggota saling
berhubungan dalam kaitannya dengan nilai-nilai, jaringan komunikasi, sistem
peran, dan kekuasaan. Komponen fungsional mengacu pada hasil interaksi
yang berasal dari struktur organisasi keluarga terdapat enam bagian dari
fungsi keluarga komponen structural fungsional dan bagian-bagiannya secara
erat saling berhubungan dan berinteraksi.
Variabel – variable model konsep family center nusing yang akan digunakan
sebagai kearangka kerja pada residensi ini adalah: variable tugas
pekembangan keluarga dengan lanjut usia, pola komunikasi dalam keluarga
lanjut usia, struktur kekuasaan, nilai nilai keluarga dan fungsi keluarga.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
34
b. Sistem nilai
Nilai berkembang sepanjang waktu melalui pemajanan dan pengalaman
dengan kelompok dan individu yang berpengaruh, seperti orangtua, kultur,
agama, dan kelompok etnik. Nilai mengarah pada perilaku yang dipilih,
yang diperkuat oleh orang lain, dan diekspresikan oleh perilaku anggota
keluarga. Sebagian dari nilai berhubungan dengan perawatan kesehatan,
materialism, pendidikan, kemandirian, produktifitas, dan kebersihan.
c. Pola Komunikasi
Seiring dengan terbentuknya keluarga, pengembangan pola komunikasi
dengan cara saling berhubungan yang mungkin fungsional dan
disfungsional. Komunikasi mencakup perilaku verbal dan non verbal, yang
termasuk intonasi, maksud dan pesan. Pola komunikasi mencakup pemberi
informasi, penerima informasi, pemberi umpan balik, dan memperjelas
informasi. anggota keluarga yang saling berbagi informasi, kualitas,
kuantitas, topik, tipe dari komunikasi yang dilakukan.
d. Struktur Kekuasaan
Struktur kekuasaan keluarga ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhi. Sebagian faktor termasuk kelas sosial dan etnik, pola
komunikasi keluarga, sumber-sumber interpersonal dan finansial, koalisi
keluarga, dan implementasi dari keputusan. Mengidentifikasi struktur
kekuasaan keluarga, pertimbangan tentang tanggung jawab, pengambil
keputusan, pembuat aturan, penegakan disiplin, penentu rencana dan
perubahan keluarga. Struktur kekuasaan keluarga mungkin bersifat
otoriter, demokratis, Laissez Faire, paternalistic, maternalistik atau
egaliter, atau dapat beragam sesuai dengan isu yang sedang berlangsung
e.Fungsi keluarga
Afektif
Kebutuhan perkembangan sosial emosional anggota keluarga harus
dikenali dan dipengaruhi oleh anggota keluarga. Fungsi ini mencakup
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
35
Ekonomi
Keluarga bertanggungjawab untuk mendapatkan sumber-sumber yang
mencukupi termasuk finansial, ruang, dan kebutuhan sehari-hari, serta
mengalokasikan sumber-sumber ini sesuai untuk anggota keluarga. Nilai
keluarga maupun struktur keluarga mempunyai dampak pada alokasi
sumber.
f. Koping Keluarga
Kestabilan dan pertumbuhan keluarga membutuhkan pola-pola adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah untuk merespons tuntutan dan
pengharapan di luar keluarga yang menciptakan perubahan dalam keluarga.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
36
Teori pertama “defisit perawatan diri,” merupakan inti dari idenya dan yang
paling komprehensif. Hal ini menjelaskan gambaran konseptual penerima
perawatan sebagai manusia yang tidak mampu melakukan perawatan diri
secara berkelanjutan dan independen dikarenakan hal-hal yang terkait
dengan kesehatan atau keterbatasan (Orem, 2001). Teori kedua, “teori
perawatan diri” berdasar pada ide sentral bahwa suatu hubungan muncul
antara tindakan perawatan diri yang dipertimbangkan serta perkembangan
dan fungsi individu dan kelompok. Teori ketiga, “teori sistem keperawatan”
yang menjelaskan kebutuhan perawatan diri terapeutik dan tindakan-tindakan
yang diperlukan serta sistem-sistem yang terlibat dalam perawatan diri dalam
konteks hubungan interpersonal dan yang dibangun dalam diri manusia
dengan defisit perawatan diri .
Fokus dalam ketiga teori ini adalah perawatan diri yang didefinisikan sebagai
“praktik atau aktivitas individu memulai dan menunjukkan keperluan mereka
sendiri dalam memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan” (Orem,
2001). Perawatan diri tidak terbatas pada seseorang yang memberikan
perawatan untuk dirinya sendiri; hal ini termasuk perawatan yang ditawarkan
oleh orang lain untuk keperluan orang lain. Perawatan mungkin ditawarkan
oleh anggota keluarga atau orang lain hingga orang tersebut mampu untuk
melakukan perawatan diri. Tujuan yang ingin dicapai adalah kebutuhan
perawatan diri universal, perkembangan, dan perawatan kesehatan akibat
penyimpangan kesehatan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
BAB 3
KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
Pada bab ini akan menguraikan tentang framework atau kerangka konsep manajemen
pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas dengan menggunakan integrasi teori
manajemen,Community As Partner, Self Care Orem dan Family Center Nursing. Selain
model konsep akan menguraikan tentang profil wilayah kelurahan Pasir Gunung Selatan yang
menjadi wilayah pelaksanaan program kelompok Swabantu dalam upaya pengendalian
hipertensi berbasis pemberdayaan masyarakat.
Kerangka kerja pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan pada agregat lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Pasir Gunung Selatan menggunakan pendekatan integrasi
manajemen yang baik mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi. Variabel
model Community As Partner yang digunakan sebagai kerangka kerja pada praktek
residen mencakup1;1) inti komunitas terdiri dari data demografi, vital statistic, suku
bangsa dan keyakinan.2) Sub system terdiri dari lingkungan fisik, pelayanan kesehatan,
social, politik, komunikasi, pendidikan, rekreasi. Variabel – variable model konsep
Family Center Nusing yang akan digunakan sebagai kerangka kerja pada residensi ini
adalah: variable tugas pekembangan keluarga dengan lanjut usia, pola komunikasi dalam
keluarga lanjut usia, strruktur kekuasaan, nilai nilai keluarga dan fungsi keluarga.
Variabel dari model konsep Orem yang digunakan sebagai kerangka kerja pada residen
ini adalah supportive educative syyasituembantuan dalam pembuatan keputusan,
control perilaku, kebutuhan pengetahuan dan ketrampilan.
Universitas Indonesia
40
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
41
Hasil perolehan data sekunder dari profil wilayah Kelurahan Pasir Gunung Selatan
didapatkan bahwa yang tercatat sebagai penduduk Pasir Gunung selatan berjumlah
7,309 KK yang terdiri dari 13,864 jiwa laki-laki, 14,120 jiwa perempuan dan 4,281 jiwa
diantaranya adalah lansia. Keseluruhan jumlah penduduk tersebut terdistribusi pada 15
RW dan 130 RT. Adapun kondisi lingkungan sosial ekonomi pada umumnya masyarakat
memiliki pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI dan pedagang serta sebagai karyawan
swasta diluar wilayah Pasir Gunung Selatan seperti Jakarta dengan tingkat pendidikan
rata-rata adalah SLTA.
Penduduk Kelurahan Pasir Gunung Selatan dibentuk oleh penduduk asli dan pendatang
yang bermukim dan tinggal sampai saat ini. Pemukiman Kelurahan Pasir Gunung Selatan
kelihatan cukup padat, dan sebagian diantaranya adalah komplek perumahan POLRI.
Berdasarkan laporan Puskesmas Pasir Gunung Selatan tahun 2010 dinyatakan bahwa
pola penyakit penderita rawat jalan ( 45 – 64 ) tahun 2010 ditemukan kasus hipertensi
131 (5,14 % ). Kasus penyakit lansia terbanyak adalah hipertensi. Selain hipertensi
didapatkan masalah kesehatan yang banyak ditemukan pada penduduk lansia khususnya
lansia di Kelurahan Pasir Gunung Selatan adalah diabetes mellitus. penyakit lainnya
adalah reumatik dan gastritis.
Pemantauan kesehatan terhadap lanjut usia di wilayah Kelurahan Pasir Gunung Selatan
dilakukan oleh Puskesmas bersama-sama dengan Posbindu. Posbindu yang sudah
terbentuk di wilayah pasir Gunung selatan bejumlah 11 buah posbindu dan 20 buah
posyandu yang penyebarannya ada di 11 RW yang dapat dimanfaatkan oleh lansia untuk
pemeriksaan kesehatan. Wilayah Pasir Gunung Selatan memiliki RS Bayangkara.
Selain itu ada pula klinik pengobatan atau praktek dokter yang terdapat di wilayah
sekitarnya. Posbindu kelurahan Pasir gunung Selatan mempunyai kegiatan rutin yang
mendukung terhadap upaya kesehatan lansia diantaranya adanya kegiatan senam lansia
yang terjadwal dari kelurahan setiap hari Senin dan Jumat yang dilaksanakan di halaman
kelurahan Pasir Gunung Selatan. Program kesehatan lanjut usia merupakan sebagian dari
upaya mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera dengan tujuan meningkatkan kualitas
hidup dan meningkatkan kemandirian lanjut usia dalam upaya menanggulangi
permasalahan kesehatan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AGGREGAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI KELURAHAN PASIR GUNUNG SELATAN KECAMATAN
CIMANGGIS DEPOK
Pada bab ini akan diuraikan proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang
dilakukan selama melaksanakan praktik residensi meliputi kegiatan pengkajian
atau analisis situasi dilanjutkan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan
evaluasi dari intervensi yang sudah dilakukan pada masing-masing komponen:
manajemen pelayanan komunitas, asuhan keperawatan keluarga dan asuhan
komunitas.
43
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
45
akibat dari tidak jelasnya tujuan yang ingin dicapai maka program tidak
dimungkinkan modifikasi untuk dapat mengakomodasi resiko yang
mungkin timbul.qM
uisardan Houston (2006) menyebutkan perencanaan
meliputi beberapa faktor diantaranya perencanaan perubahan, perencanaan
waktu dan perencanaan anggaran Rencana perubahan dibuat dalam bentuk
program kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yang
telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
48
Fungsi pengarahan
Hasil pengkajian terkait kegiatan supervisi puskesmas Pasir Gunung Selatan
pada program PTM khususnya dalam upaya pengendalian hipertensi belum
dilakukan secara terencana. Petugas puskesmas datang mengunjungi
kegiatan Posbindu hanya untuk melaksanakan kegiatan rutin berupa
pemeriksaan dan pengobatan saja. Supervisi tidak berjalan menunjukkan
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
51
Belum efektifnya
peran dan fungsi
Kader Pengarahan dan
Kegiatan
pembina an
bimbingan masih
Belum optimalnya Alur terkait teknis Rapat koordinasi rutin Monev yang dilakukan
lansia belum
supervisi peran dan komunikasi pelaksanaan 5 meja kader se Kelurahan blm hanya berupa rapat rutin
baik
fungsi kader tidak berjalan ada terkait keberlangsungan bulanan penanggung
efektif Posbindu atau jawab program dan dan
Tidak efektifnya penyampaian informasi seksi kesga
pemberdayaan masyarakat dari Dinkes/Puskesmas
Supervisi belum
dilakukan
Reward masih
kurang Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
52
Rumusan Masalah
4.2 Perencanaan
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
55
swabantu dengan struktur organisasi satu orang ketua, satu sekretaris dan
satu orang bendahara Terlaksana kegiatan pelatihan pengelolaan struktur
kelompok swabantu.. Terlaksana pretes dan postes pelatihan pengelola
swabantu. Hasil pretes dan postes menunjukkan peningkatan rerata
sebesar29,4%..Jobdes masing- masing struktur tersosialisasi.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
61
Tekanan
Koping tidak Penyakit Jantung
Darah
efektif
meningkat
Konsumsi
garam Aktivitas
Stress Merokok kurang
berlebih
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
62
4.3.1.2 Perencanaan
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
67
4 2 2 II III
5 3 3 II III
6 3 3 I IV
7 3 3 II IV
8 2 2 II III
9 4 3 I III
10 3 3 I III
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
69
tertinggi adalah SD yaitu 34,1% dan SMA 26,8% , pensiunan 36,5%. Dari
data didapat 100% lansia yang menderita hiperrtensi memiliki keluarga
dan 45,7% keluarga berperan dalam mendukung upaya kesehatan lansia
dengan melaksanakan 5 fungsi kesehatan keluarga, tetapi masih ada 54,3%
keluarga yang kurang mendukung terhadap lansia, selain itu ditemukan
data bahwa 46,3% lansia /keluarga mempunyai penghaslan kurang dari
Upah Minimum Regional Kota Depok (Rp 1.250.000,-) dan 63,4% tidak
memiliki asuransi kesehatan.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
71
2) Web of Causation
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan web of caution sebagai
berikut :
Gambar 4.4
Kemampuan lansia
menghadapi stressor
Kurangnya pehatian ,
tidak adekuat
dukungan keluarga
Pola hidup tidak sehat
dan masyarakat
dalam pemantauan dan kurang
pengetahuan tentang
masalah hipertensi
hipertensi
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
72
4.3.2.2 Perencanaan
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
76
darah meliputi pengaturan diet, senam dan manajemen stress dengan tehnik
relaksasi bersama kelompok swabantu ; 5) Lakukan pemeriksaan tekanan
darah setiap kali pertemuan kelompok swabantu ; 6) libatkan keluarga
dalam perawatan lansia hipertensi.
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
77
Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah asuhan keperawatan komunitas terkait dengan lansia hipertensi.
Hasil evaluasi digunakan sebagai kerangka acuan dalam penyusunan
rencana tindak lanjut kegiatan untuk menjamin keberlangsungan kegiatan
asuhan keperawatan komunitas berkaitan dengan lansia hipertensi. Hasil
evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah
ketidakefektifan peran perawatan keluarga pada aggregate lanjut usia
dengan hipertensi. Terlaksana penyuluhan kesehatan tentang hipertensi i dan
cara perawatannya meliputi penatalksanaan diet, olah raga, konsep dan
manajemen stress seperti tehnik elaksasi pogresif. Terjadinya peningkatan
pengetahuan sebanyak 15% dari peserta penyuluhan di RW
012..Tersebarnya leaf leat sebanyak 100 lembar di RW 09, 07 dan 12 .
Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara hasil pengelolaan pelayanan
keperawatan, asuhan keperawatan komunitas pada lansia dengan hipertensi di RW 01,07,
09,012, 013 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok, asuhan keperawatan keluarga
dengan teori dan konsep serta beberapa penelitian yang telah ada, ketebatasan, implikasi
dari asuhan yang di berikan.
78
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
79
yang fleksibel yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan dan tantangan yang
muncul dalam mencapai tujuan program.
Marquis dan Huston (2003) menyebutkan bahwa suatu organisasi diperlukan karena
dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dari pada yang dapat dilakukan oleh
individu. Pendapat Pender,Murdaugh dan Parson (2002), menyebutkan tentang
pembentukan kelompok akan mempengaruhi perilaku kesehatan. Adanya kelompok
swabantu dan adanya pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat membantu agregat
lansia hipertensi untuk mengendalikan hipertensi.
Perencanaan anggaran program lansia pada tingkat dinas kesehatan sudah diajukan
pada APBD namun untuk tingkat Puskesmas belum ada anggaran khusus untuk
kegiatan lansia, karena keterbatasan anggaran yang dimiliki. Perencanaan kebutuhan
anggaran selama 1 tahun meliputi; konsumsi kegiatan lokakarya mini, desiminasi,
pencetakan buku kerja, dan pembuatan media pembelajaran ditangung sendiri oleh
mahasiswa residen. Menurut Dubois et al (2001), anggaran merupakan bagian penting
dalam pelaksanaan program. Perencana program yang baik selalu memperhatikan
semua sumber daya yang dibutuhkan selama pelaksanaan program, termasuk
didalamnya adalah anggaran.
Semua proses di atas dilakukan untuk mendapatkan kelompok swabantu/ sumber daya
manusia yang baik. Tujuan dari pemberian materi adalah untuk membekali kader dan
kelompok swabantu agar dapat memahami seputar pelaksanaan struktur kelompok
swabantu karena akan sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang
sebaiknya dilakukan untuk membantu kelancaran organisasi. Hasil evaluasi pemberian
materi pada kelompok swabantu didapatkan rerata kenaikan nilai pengetahuan tentang
pengelolaan kelompok swabantu sebelum dan sesudah pelatihan adalah sebesar 29,4
%.
Kegiatan pemberian materi pada kelompok swabantu telah berjalan sebanyak 8 kali.
dengan di fasilitasi oleh mahasiswa residensi. Supervisi yang sudah dilakukan
sebanyak 8 kali, supervisi oleh mahasiswa residen sebayak 5 kali dan 3 kali oleh
ketua kader posbindu dengan pendampingan oleh mahasisw. Supervisi yang
dilakukan mahasiswa reisden dilakukan terhadap penampilan kelompok swabantu
meliputi; kedisiplinan, tanggung jawab, kebersamaan dan kehadiran dari kelompok
swabantu.
Hasil yang didapatkan 100% kelompok mempunyai kedisiplinan yang baik ditandai
dengan tepat waktu kehadiran setiap pertemuan,80 % lansia mempunya tangung
jawab yang besar pada saat pertemuan, 80 % lansia memiliki kebersamaan yang baik.
Penyampain materi kepada kelompok dan memberikan masukan dan motivasi disetiap
akhir supervisi. Kegiatan supervisi ini diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja
dari kader atau petugas kesehatan. Hasil rerata peningkatan pengetahuan kelompok
swabantu pemberian materi sebesar 29,4%
Dalam melakukan pembinaan pelayanan pada lansia hipetensi, menurut Marquis dan
Huston (2006) bahwa supervisi terdiri dari peningkatan motivasi kerja atau supervisi,
dan komunikasi interpersonal. Peningkatan motivasi kerja kepada anggota dapat
berbentuk moril maupun materil atau verbal dan nonverbal. Pemberian motivasi akan
berdampak positif pada anggota untuk berusaha mencapai yang terbaik. Motivasi
kerja juga harus disertai peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal.
Kemampuan interpersonal yang bagus akan dapat meningkatkan kerjasama antar
anggota. Keberlangsungan program setelah kegiatan residensi berakhir menjadi
program yang penting. Diperlukan adanya komitmen terhadap kegiatan swabantu
berlanjut. meliputi proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi dan pengendalian.
Faktor pendukung pada saat menyusun rencana tindakan adalah kehadiran dari kader
yang mewakili masing – masing RW, Kepala Puskesmas, perwakilan dinas kesehatan
dan ketua posbindu.sedangkan Faktor penghambat saat membuat rencana adalah masih
belum optimalnya masukan rencana tindakan yang bersumber dari masyarakat.
Penerapan konsep model Community As Partner, Orem dan Family Center Nursing
dalam implementasi praktek keperawatan komunitas pada populasi lanjut usia sangat
sesuai karena model ini bersifat komprehensif dan dapat menggali hal-hal yang bisa
mempengaruhi lanjut usia dengan masalah hipertensi. Lanjut usia berada pada tahap
degeneratif dimana terjadi penurunan fungsi berbagai organ. Hal ini dapat berdampak
pada penurunan kemampuan fungsional lansia baik dalam perannya di keluarga maupun
di komunitas sehingga keluarga harus memberikan bantuan pada lanjut usia untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Tindakan keperawatan komunitas yang dilakukan telah melibatkan kerjasama aktif dari
tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, Aparat RW dan Kelurahan dan Puskesmas.
Kerjasama yang dilakukan dalam bentuk kolaborasi persiapan pelaksanaan kegiatan,
sampai dengan pelibatan dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan. Strategi intervensi yang digunakan melalui pendidikan kesehatan,
pembentukan kelompok, pemberdayaan masyarakat dan praktek mandiri keperawatan.
Faktor pendukung pada saat kegiatan kelompok swabantu yaitu keaktifan dari kader
yang senantiasa mengingatkan pertemuan pada kelompok lansia hipertensi dan aktifnya
anggota. Hasil evaluasi pada aggregate lansia hipertensi menunjukkan bahwa rata-rata
peningkatan tingkat pengetahuan sebesar 40 %, peningkatan sikap sebesar 27% dan
perilaku sebesar 15 %. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya kelompok
Hasil evaluasi terhadap tekanan darah aggregate dewasa hipertensi yang diukur selama
4 minggu menunjukkan bahwa dari 13 responden, 8 diantaranya mengalami penurunan
tekanan darah sistolik 10-20 mmHg dan 5 responden tidak mengalami penurunan
tekanan darah sistolik. Hasil evaluasi kegiatan Kelompok swabantu saat mengikuti
kegiatan, memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, tanggung jawab dan saling
mengingatkan. Peserta kelompok swabantu RW 012 berjumlah 13 peserta yang berniat
merubah perilaku ada 8 peserta dengan kriteria melakukan diet hipertensi dengan baik,
melakukan olah raga secara rutin, dan menunjukkan kemampuan dalam
penatalaksanaan stress dengan baik. Perubahan perilaku ini ditunjang dengan adanya
kesadaran dan motivasi yang tinggi serta dukungan keluarga dan orang terdekat.
Peubahan perilaku ini dapat terlihat dari penurunan tekanan darah saat dilakukan
pemeriksaan dalam kegiatan kelompok swabantu. Rata rata penurunan tekanan darah
pada anggota kelompok swabantu di setiap sesi kegiatan kelompok sebesar 10-20
mmHg. Evaluasi hasil kegiatan dilaporkan secara bersama sama dengan masyarakat
dalam acara lokakarya Mini IV
Disepakati beberapa rencana tindak lanjut pada aggregat lanjut usia dengan masalah
hipertensi yaitu pelaksanaan kelompok swabantu tetap akan dijalankan di RW 12
dengan fasilitator kader dan berkolaborasi dengan puskesmas. Diharapkan program
kegiatan lanjut usia masalah hipertensi akan berkesinambungan dan terus berlanjut
sehingga dapat mencegah peningakatan tekanan darah dan mencegah terjadinya
komplikais akibat hipertensi di Kelurahan Pasir Gunung Selatan.
Asuhan keperawatan keluarga dengan model Family Centre Nursing menekankan pada
struktur dan fungsi keluarga. Struktur keluarga seperti nilai norma keluarga, peran,
komunikasi, dan kekuatan keluarga berpengaruh dalam kesehatan anggota keluarga
khususnya lansia. Fungsi keluarga seperti fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, reproduksi,
dan perawatan kesehatan juga berpengaruh terhadap kesehatan lansia (Green & Kreuter,
2000; Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Masalah yang terjadi di keluarga pada
dasarnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang struktur dan fungsi
keluarga yang menyebabkan keluarga tidak mampu menjalankan tugas perkembangan
khususnya dengan lansia. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia yaitu 1)
menyesuaikan pendapatan yang menurun;2)mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan;3)menyesuaikan diri terhadap kehilangan peran; mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi. Komunikasi terbuka antara ibu N dan bapak M belum terpenuhi
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
Asuhan keperawatan keluarga pada Bp. M dengan lansia hipertensi (55 th) ditemukan
masalah komunikasi yang tidak efektif antara istri dan suami. Pola komunikasi bapak M
lebih bersifat instruktif, satu arah, dan egois sehingga Ibu N cenderung menghindar
dengan cara sering pergi kepengajian atau ngobrol dengan anak. Komunikasi dalam
keluarga Bp. M tidak berfungsi dengn baik karena pola komunikasi yang tidak seimbang
(unbalance split pattern). Ibu N mengatakan jarang berkomunikasi disebabkan sifat
suaminya yang keras, mudah tersinggung, dan cenderung marah, padahal dia merasa
sudah mulai bisa mengatur dirinya sendiri. Hambatan komunikasi terjadi karena
Intervensi yang dikembangkan untuk mengatasi masalah komunikasi antara bapak M dan
ibu N adalah diawali dengan memberikan pemahaman terhadap pasangan tentang tumbuh
kembang keluarga, tugas perkembangan keluarga lansia Intervensi keperawatan juga
ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi keluarga dalam membantu terpenuhinya tugas
perkembangan individu dan keluarga dengan lansia, karena keluarga merupakan
kelompok pendukung utama bagi lansia. Keterikatan, pengungkapan, dan konflik yang
minimal dalam keluarga merefleksikan dukungan keluarga yang mempengaruhi
perkembangan kognitif, emosional, dan sosial lansia (Timko & Moos, 2000; dalam
Pender, Murdaugh & Parson, 2002). Intervensi keperawatan keluarga diberikan melalui
beberapa terapi modalitas dalam keluarga. Terapi modalitas keluarga yang diberikan
kepada keluarga ini adalah konseling dan latihan komunikasi ekektif
Ibu N mengatakan tidak tahu lagi harus bagaimana untuk mengatasi hubungan
komunikasi dengan suaminya, usaha yang dilakukan adalah dengan membiarkan bapak M
tidak banyak beromunikasi. Keputusan ini diambil untuk menghindari konflik dengan
suaminya dan dianggap akan semakin memperburuk hubungan dengan suaminya.
Konseling dilakukan pada Bapak M dan ibu N untuk membantu mengambil keputusan
tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk membantu membangun hubungan
komunikasi yang lebih baik. Konseling merupakan proses saling belajar yang
menyangkut dua individu dalam suasana edukatif. Pihak pertama adalah konseli atau
klien yang meminta atau memerlukan bantuan dari pihak kedua yaitu konselor (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). Proses konseling keluaga dilakukan atas kesepakatan dengan
Bapak M dengan cara menunjukkan fakta masalah dalam keluarga, agar mereka memiliki
cukup pengetahuan untuk membuat keputusan dengan sukarela. Perawat memberikan
informasi dan tuntunan, memberikan kesempatan unutk menyampaikan cara mengatasi
dan akhirnya keluarga harus memutuskan tindakan yang akan diambil.
Komunikasi yang terjadi pada keluarga Bapak M tidak berfungsi dengan efektif
disebabkan karena adanya masalah pada Bapak M (komunikator) ditunjukkan dengan
respon yang menghakimi ditandai dengan kecenderungan menggunakan bahasa instruktif
untuk mengevaluasi pesan dengan menggunakan sistem nilai dengan kekuatan (power)
sebagai suami yang harus didengar, dipatuhi, dan dilaksanakan. Bapak M memerlukan
bantuan dalam memperbaiki ketrampilan berkomunikasi secara efektif khsusunya dengan
istrinya seorang lansia. Intervensi yang diberikan adalah melatih keluarga cara
komunikasi efektif yang dilakukan dalam empat kali petemuan yang dilakukan dengan
cara terpisah antara Bapak M dan , ibu N. Hasilnya menunjukkan Bapak M sudah jarang
marah, ucapannya mulai didengarkan istri dan anaknya, dan merasa lebih dekat dengan
keluaga. Evaluasi terhadap ibu N lebih tenang berbicara dengan suaminya menunjukkan
perubahan mulai bercanda dan saling menghibur.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada 10 keluarga binaan dengan aggregat lansia
hipertensi di wilayah kelurahan Pasir Gunung Selatan. Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan model pengkajian Friedman. Berdasarkan hasil pengkajian pada 10
keluarga binaan, masalah yang biasanya muncul pada keluarga adalah pemeliharaan
kesehatan tidak efektif terhadap pengontrolan tekanan darah dan ketidak efektifan koping,
Resiko gangguan perfusi jaringan. Serebal. Tujuan intervensi untuk mengatasi masalah
keperawatan tersebut mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu keluarga mampu mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan berupa pemberian informasi dan edukasi
tentang hipertensi, klasifikasi hipertensi, penyebab/faktor risiko hipertensi, tanda gejala
hipertensi, pembuatan herbal, pengenalan tentang stres, faktor penyebab stress, tanda dan
gejala bila mengalami stress, cara-cara yang dapat digunakan untuk mengurangi stres,
bagaimana cara memodifikasi lingkungan dalam rangka memberikan dukungan pada
penderita hipertensi sekaligus mengenalkan tujuan dan manfaat pelayanan kesehatan bagi
penderita hipertensi. Keluarga juga diberikan bimbingan dalam melakukan relaksasi
progresif, tehnik nafas dalam dan latihan fisik khusus untuk penderita hipertensi. dan
therapy modalitas.
Evaluasi juga dilakukan mengacu pada 5 tugas kesehatan keluarga. Hal ini dapat dilihat
dari indikator 5 tugas keluarga dimana tingkat pengetahuan keluarga dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam mengenal sampai mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada. Indikator sikap dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melakukan
perawatan dan mampu memodifikasi lingkungan sampai mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan dan indikator tindakan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melakukan perawatan dan mampu memodifikasi lingkungan.
Hasil akhir terhadap penurunan tekanan darah menunjukkan bahwa penurunan tekanan
darah dimulai setelah keluarga diajarkan tentang perawatan hipertensi, bagaimana
melakukan senam hipertensi, relaksasi autogenic, membuat ramuan tradisional dengan
menggunakan buah pace dan mengkonsumsinya secara rutin 1 kali sehari yaitu dari
210/140 turun menjadi 190/100 mmHg. Setelah keluarga melakukan pembatasan pada
makanan hipertensi, maka dapat teridentifikasi tekanan darah menjadi 180//100 mmHg.
Pertemuan berikutnya tekanan darah naik lagi menjadi 190/100 mmHg, lalu turun lagi
setelah diajarkan bagaimana melakukan relaksasi progresif untuk dilakukan secara rutin 2
kali sehari dan melakukan akupesure tekanan daah menjadi menjadi 160/90 mmHg Beberapa hari
kemudian , tekanan darah naik lagi pada saat melakukan kunjungan menjadi 180/90 mmHg. Hal
ini disebabkan ada factor resiko yang menyertai yaitu stress dapat menjadikan tekanan darah klien
naik kembali dan dukungan yang belum optimal dari keluarga dalam melakukan perawatan
penderita hipertensi karena dukungan keluarga dan dukungan masyaakat bermanfaat bagi
individu. Individu akan merasa nyaman bila mendapat pehatian, mendapatkan penghagaan, dan
dicintai oleh orang tedekatnya. Keluarga dapat meningkatkan semangat dan motivasi lanjut
usia untuk berperilaku sehat, yaitu dengan menjaga dan memperhatikan kesehatannya,
serta dapat merasakan pentingnya kesehatan di usia lanjut (Watson, 2003). Sedangkan
menurut Pender, Murdaugh, dan Parson (2002) family support system (sistem dukungan
keluarga) merupakan suatu sistem pendukung yang diberikan oleh keluarga terhadap
anggota keluarga dalam rangka mempertahankan identitas sosial anggota keluarga,
memberikan dukungan emosional, bantuan materil, memberikan informasi dan
pelayanan, dan memfasilitasi anggota keluarga dalam membuat kontak sosial baru dengan
masyarakat.
5.4 Keterbatasan
5.5 Implikasi
5.5.1 Keluarga yang menjadi sasaran pelayanan tersebar luas di wilayah RW mengakibatkan mobilisasi
perawat komunitas sangat tinggi, sehingga perawat komunitas memerlukan energy atau sarana
transportasi untuk mencapai akses terhadap sasaran.
5.5.2 Kelompok swabantu hipertensi dapat berkontribusi secara aktif terhadap target pengendalian
hipertensi di masyarakat.
5.5.3 Kelompok swabantu dapat menjadi pengikat terlaksananya jejaring kerja yang lebih kuat antara
Kelurahan, posbindu, Puskesmas jika program kelompok swabantu dilaksanakan dengan baik.
Tindak lanjut penetapan mekanisme koordinasi perlu dituangkan dalam SK bersama antara pihak-
pihak yang terkait dalam program pengendalian hipertensi
5.5.4 Hasil evaluasi terhadap kegiatan kelompok swabantu terhadap keluarga dan masyarakat
memberikan dampak pada puskesmas untuk menyediakan waktu untuk melakukan supervisi,
monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan kelompok swabantu sehingga kelompok swabantu
dapat terus aktif dalam melakukan tugas dan perannya dengan baik.
5.5.5 Berdasarkan hasil yang diperoleh, perawat komunitas harus meningkatkan keahlian
professionalnya seperti senam, relaksasi progresif, akupresure dan terapi modalitas yang lainnya
yang dapat digunakan dalam penanganan penderita hipertensi. Berpengaruhnya pemberdayaan
masyarakat dan dukungan keluarga terhadap upaya pengendalian hipertensi, memberikan
dampak terhadap kader posbindu dan keluarga untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya untuk dapat memberikan dukungan yang baik pada aggregate lansia hipertensi.
Pada bab ini akan dipaparkan beberapa simpulan dan saran terkait proses analisis dan intevensi
keperawatan yang telah dilakukan pada aspek pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas,
asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga.
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan model integrasi Community As Partner, Self Care Orem, Family Center
Nursing dalam upaya pengendalian hipertensi pada lanjut usia adalah sebagai berikut
6.1.1 Terbentuknya kelompok swabantu lansia dengan hipertensi dilengkapi dengan pengurus ;
tupoksi; mekanisme kerja dan buku panduan kerja swabantu.
6.1.2 Kemampuan anggota kelompok swabantu meningkat.
6.1.3 Konseling, manajemen stress, terapi modifikasi perilaku, pelatihan komunikasi asertif,
dan pelatihan ketrampilan hidup memberikan hasil yang efektif dalam pengendalian
hipertensi pada lansia .
6.1.4 Peningkatan kemandirian keluarga dari tingkat I menjadi tingkat III dan tingkat II
menjadi IV setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga.
6.1.5 Adanya peningkatan kemampuan lansia, keluarga dan kader kesehatan dalam upaya
pengendalian hipertensi pada lansia yaitu peningkatan pengetahuan sebesar 29,4 %,
sikap sebesar 50 % dan ketrampilan.24 %
6.1.6 Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok lansia dengan hipertensi, rencana tindak lanjut yang harus
dilakukan pada kelompok swabantu yang sudah terbentuk adalah supervisi dan
monitoring.
6.1.7 Aplikasi model community as partner sangat sesuai dengan agregat lansia dengan
hipertensi sangat komprehensif dan mudah diterapkan baik dari mulai pengkajian sampai
dengan evaluasi kegiatan di komunitas
6.1.8 Perencanaan keperawatan menekankan program penyelesaian masalah” peduli hipertensi”
bagi lansia yang mengalami hipertensi. Proses ini dilakukan dengan berbagai strategi
92 Universitas Indonesia
Kelompok swabantu..., Lily Herlinah, FIK UI, 2012
93
6.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait upaya pengendalian
hipertensi pada lansia adalah:
Universitas Indonesia
6.2.3 Pengelola
Puskesmas
6.2.3.1 Mengingat luasnya wilayah binaan dan guna meningkatkan sasaran populasi lansia
hipertensi maka perlu peningkatan strategi intervensi pembentukan kelompok,
pemberdayaan, dan kemitraan/ partnership.
6.2.3.3 Perlunya kerjasama antara penanggung jawab Posbindu dengan puskesmas dalam
melakukan monitor dan evaluasi perkembangan kegiatan kelompok swabantu
lanjut usia dengan hipertensi melalui laporan rutin bulanan.
6.2.3.4 Untuk lebih meningkatkan kesejahteraan lansia hipertensi maka perlu adanya
kerjasama lintas program dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan serta kerjasama
lintas sektor dengan LSM di masyarakat dalam penyediaan program kegiatan, dana,
sarana dan prasarana kegiatan pnyuluhan hipertensi.
Dinas Kesehatan
6.2.3.5 perlunya perhatian dalam perencanaan program terkait program penyakit tidak
menular (PTM) dalam menentukan prioritas masalah sebaiknya berdasarkan
data yang ada pada pelaksanaan di komunitas/masyarakat, selain itu perlu
perencanaan SDM secara baik melalui pelatihan dan pendidikan lanjut. Dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Allender, J.A. & fifth Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: Concep and
practice, edition. Philadelphia: Lippincont.
Babadsikou.F & Zavitsanao.A (2010). Epidemiology of hypertension in the elderly, vol 4 (1), hal
24-30
Berry, J.W., Pootinga, YPEH., Segall, M.H., Dasen, P.R., (1992). Cross-cultural Psychology:
Research & Applications. Cambridge: Cambridge Press University.
Clemen Stone., & Mc Guire, S.L (2002). Comprehensive community health nursing family,
aggregate & community practice. 6 th Ed. St. Louis: Mosby.
Costa.S.R, & Nogueura L.T (2008). Family support in the control of hypertension.
http://www.scielo.br/scielo.php. diakses tanggal 8 maret 2010
Departemen kesehatan RI (2001 ),Modul pelatihan konseling kesehata dan gizi bagi usia lanjut
untuk petugas puskesmas, Depkes RI, Jakarta.
Dubois at all, 2001. Introduction to health promoting program palnning, centre for health
promotion university of tironto, www. Thcu.ca
Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice : Population – focused care.
Friedman,M.M. (2003), Family nursing :Research, theory, and practice (fifth edition).Prentice
Hall.
Kaakinen et al,. (2010). Family Health Care Nursing ; Theory, practice and research ( 4th ed.).
Philadelphia: Davis Company
Universitas Indonesia
Kelley.K (2007). Health promotion for people aged over 65 years in hospitals: nurses’
perceptions abouts their role. Journal of Clinical nursing, hal 569-578
Li.H & Tracy. M.B. (1999), Family support, financial needs, and health care needs of rural
elderly in China: A field study, Journal of Cross-Cultural Gerontology 14: 357-371.
Mubarak, I.M, dkk (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2: teori & aplikasi dalam praktik
dengan penedekatan asuhan keperawatan komunitas , gerontik dan keluarga. Jakarta
Nursalam dan Pari ani, S. (2000). Pendekatan praktis : Metodologi riset keperawatan. Jakarta :
Sagung Seto.
Pender, N.J, Murdaug, C.L., & Parsons, M.A. (2002). Health promotion in nursing practice. 4th
ed. Upper Saddle River: Prentice Hall
Stanhope.M.,dan Lancaster,J.(2004).Community Health Nursing Process and Practice for
Promoting Health, St Louis; The C.V Mosby Co.
Universitas Indonesia
3 Pengorganisasian 3.1 Menyusun rencana 3.1.1 Terlaksananya 4.2 Residen Minggu I Kepala
program RW peduli kegiatan : pembentukan Kader - Raapat November Puskesmas
lansia Hipertensi pembentukan struktur struktur Posbindu pertemuan s/d Minggu Pen jawab
organisasi dan tupoksi organisasi, tupoksi Puskesmas II CHN
RW Peduli laansia RW peduli lansia Desember Kader
Hipertensi i Kelurahan Hipertensi Posbindu
Pasir gunung
4 Pengarahan pada 4.1Terlatihnya kader RW 4.1.1 Meningkatnya 4.4 Kader Ceramah Minggu II I Buku
program RW Peduli peduli lansia Hipertensi pengetahuan, sikap dan Posbindu Tanya jawab November pedoman
Lansia Hipertensi keterampilan kader RW Simulasi 2011 pelatihan
peduli lansia Hipertensi Role play kader
posbindu
PTM
Litaratur
4.2 Tersusunnya Ada mekanisme sistem 4.4 Puskesmas Rapat pertemuan Minggu IV Kepala
mekanisme sistem ruhjukan dan proses Kader November Puskesmas
rujukan rujukan 2011 Pen jawab
CHN
Kader
Posbindu
6.3 Tersusunnya juknis Adanya juknis 4.2 Residen Rapat pertemuan Minggu I Buku
pelaksanaan RW pelaksanaan RW peduli Kader Desember pedoman
peduli lansia Hipetensi lansia hipertensi Posbindu 2011 pelatihan
Puskesmas kader
Ketua RW posbindu
PTM
Optimalisasi kerja petugas Tersusunya laporan 4.3 PJ Posbindu Curah pendapat Minggu III Puskesmas
puskesmas PJ Lansia bulanan pelaksanaan PKM Self evaluation s/d IV Pen jawab
melakukan monitoring dan kegiata RW peduli lansia Kader Lembar cek list Desember CHN
evaluasi terhadap Hipertensi Posbindu Kader
pelaksanaan program RW Posbindu
peduli lansia Hipertensi
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Penyusunan program 1.1Menyusun rencana asuhan 1.1.1 Tersusunnya rencana 1.2 Aggregate lansia Studi literature Minggu III
pembinaan kesehatan pada keperawatan pada agregat asuhan keperawatan hipertensi Diskusi Februari PJ Posbindu
agregate lansia hipertensi lansia hipertensi melalui komunitas 2012 Pusksmas
dengan pembentukan self pembentukan self help group 1.1.2 Berlangsungnya Kader Posbindu
help group kegiatan Self help group di
RW 09,01
2 Merumuskan masalah Mengidentifikasi masalah Rumusan masalah Merumuskan Aggregate lansia Studi literature Minggu 1 Supervisor
keperawatan keperawatan komunitas pada keperawatan diagnosis hipertensi Konsultasi November Studi literatur
aggregate lansia hipertensi keperawatan s/d Kader posbindu
baik actua dan resiko komunitas Minggu II
berdasarkan data
primer dan
Desember
sekunder yang 2011
diperoleh
3.1 Pendidikan kesehatan meningMatkan pengetahuan, Meningkatkan pengetahuan, Melakukan Masyarakat Pendidikan Minggu
sikap dan keterampilan sikap dan keterampilan intervensi untuk Aggregat lansia Kesehatan 1v
masyarakat/lansia tentang masyarakat/lansia tentang mengatasi hipertensi Pelatihan November
hipertensi hipertensi masalah klien;
keterampilan s/d
memberikan
pendidikan Minggu II
kesehatan tentang Desember
perawatan untuk 2011
memandiri
system klien
3.3 Terlaksananya Mendeteksi lansia yang Peningkatan deteksi …% Melakukan Lansia Hipertensi CTJ Minggu Supervisor
berbagai berbagai beresiko Hipertensi lansia hipertensi di Kelurahan intervensi untuk Pemeriksaan I1I Studi literatur
kegiatan pencegahan PGS mengatasi tekanan darah Desember
sekunder dalam masalah klien; s/d
memberikan
bentuk screening Minggu II
pendidikan
3.4 Pembentukan support 3.4.1 Meningkatkan Terbentuknya Support 1.4.b Lansia Proses Minggu 1 Supervisor
grup (SG)dan support kesadaran masyarakat Group (SG) dan Self Help hipertensi di Kelompok Desember Studi literatur
help group( SHG) tentang pengelolaan Group keluarga lansia yang wilayah KIE s/d Kader posbindu
menderita hipertensi Kelurahan Minggu II
3.4.2 Masyarakat mampu Pasir gunung Desemer
secara mandiri untuk 2011
untuk melakukan
tindakan mencegah
hipertensi dan
perawatan hipertensi
4 Evaluasi hasil 4.1 Menilai tingkat 4.1.1. Terlaksananya 1.4.b PJ Posbindu Curah pendapat Minggu III Supervisor
pelaksanaan kegiatan keberhasilan kegiatan SHG dan Puskesmas Self evaluation s/d IV Studi literatur
asuhan keperawatan pemberian asuhan SG secara kontnue Kader Lembar cek list Desember
terhadap agregat lansia keperawatan sesuai dengan Wawancara 2011 dan
Posbindu
Minggu I
dengan HIPERTENSI di komunitas pada perencanaan
Januari
masyarakat aggregate lansia 4.1.2. Terlaksananya
HIPERTENSI kegiatan KIE oleh
Kader Posbindu
dan kelompok
pelaksana yang
sudah terbentuk
baik pada SHG
maupun SG
dalam upaya
peningkatan
pengetahuan bagi
C. KEPERAWATAN KELUARGA
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Pengkajian, análisis Mengidentifikasi berbagai Adanya hasil pengkajia Keluarga Wawancara Minggu II Studi literatur
masalah, merumuskan faktor yang ada dalam keluarga dengan lansia 1.1 dengan lansia Obserasi, s/d IV Kader
intervensi keperawatan keluarga dengan hipertensi sejumlah 5 penderita Pemeriksaan fisik Februari kesehatan
pada 5 keluarga lansia menggunakan model keluarga. hipertensi 2012 Keluarga
dengan hpertensi Friedman Ketua RT/RW
Mengidentifikasi masalah Adanya rumusan masalah Keluarga Konsultasi Minggu II Studi literatur
keperawatan keluarga keperawatan keluarga 1.2 dengan lansia Diskusi s/d IV Supervisor
lansia HIPERTENSI berdasarkan NANDA hpertens Kunjungan rumah Februari Keluarga
2012
Menyusun rencana asuhan Adanya bukti fisik berupa 1.3 Keluarga Diskusi Minggu II Studi literatur
keperawatan keluarga rencana asuhan dengan lansia Kunjungan rumah s/d IV Keluarga
dengan resiko bersama keperawatan keluarga hipertensi 2 kali seminggu Februari
keluarga untuk setiap masalah 2012
keperawatan yang muncul
3. Ujian ketrampilan Mengevaluasi ketrampilan Terlaksananya proses ujian Residen Demosntrasi- Minggu III Studi literatur
spesialistik pada keluarga spesialistik yang telah ketrampilan spesialistik Coachng s/d mgg ke Keluarga
dengan lansia dikuasai oleh residen peserta residensi Pendidkan 4 Maret
HIPERTENSI kesehatan 2012
4 Refreat askep keluarga Mensosialisasikan metode Tersosialisasikannya model Peserta Presentasi Minggu III Studi Literatur
atau model terkini terkait atau metode terkini terkait Residensi Seminar (bahasa Aprl 2012--
dg asuhan keperawatan dg asuhan keperawatan Inggrs) --------------
pada keluarga dengan pada keluarga dengan
lansia hpertens lansia hipertensi
5 Penyerahan laporan Mengevaluasi kegatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi MingguII Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan Diskusi Mei 2012 Keluarga
berkaitan permasalahan resume lansia dengan
kesehatan lansia HIPERTENSI
HIPERTENSI
6 Mengevaluasi asuhan Mengdentifikasipencapaian Adanya dokumen Keluarga dan Format Mgg I Mei Studi literatur
keperawatan keluarga tngkat- ke-mandirian pencapaian tingkat dengan lansia evaluasi Dskusi 2012
berdasarkan tngkat keluarga kemandiran keluarga hipertensi Kunjungan rumah.
kemandran ke-luarga
Lily Herlinah
NPM : 0906594412
Lamp1ran 3
BUKU KERJA
SELF HELP GROUP
( LANSIA DENGAN HIPERTENSI)
Lamp1ran 3
KATA PENGANTAR
Lamp1ran 3
PEMILIK BUKU
Nama : .........................................................................
Jenis kelamin : .........................................................................
Tempat/tanggal lahir : .........................................................................
Usia : ..............................tahun
Pekerjaan : ........................................................................
Agama : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
.......................................................................
Lamp1ran 3
ISI BUKU
BUKU KERJA SELf HELP GROUP ( hipertensi lansia )
Apakah Buku Kerja Self help Group ?
Buku kerja Self help group ini merupakan buku kerja atau panduan bagi
siapa saja yang membentuk Support Group hipertensi pada lansia. Buku
panduan ini berisi tentang pengetahuan singkat hipertensi, langkah-
langkah penemuan masalah, langkah-langkah penanganan masalah
hipertensi dan cara mencegah kekambuhan.
Lamp1ran 3
data tentang nama peserta, alamat peserta dan identitas lain dari
pemilik buku ini perlu diisi dengan lengkap.
Buku ini berisi daftar langkah-langkah dalam self help group antara lain
:
a. Langkah I : daftar masalah kesehatan keluarga ditulis dalam kolom
masalah, tanggal kegiatan dilakukan pada kolom tanggal
b. Langkah II : daftar penyelesaian masalah kesehatan keluarga,
ditulis dalam kolom penyelesaian masalah.
c. Langkah III : daftar cara menyelesaikan masalah, ditulis dalam kolom
caa menyelesaikan masalah.
d. Langkah ke IV : dafta cara mencegah kekambuhan ditulis dalam
kolom cara mencegah kekambuhan., ditulis dalam kolom cara
mencegah kekambuhan.
Lamp1ran 3
MASALAH KESEHATAN
Petunjuk pengisian
Daftar masalah kesehatan ini diisi setelah kelompok mendiskusikan
masalah kesehatan yang diungkapkan oleh masing-masing anggota
kelompok terkait adanya masalah hipertensi yang dialami oleh lanjut
usia.
1. Kolom tanggal berisi tanggal masalah tersebut didiskusikan
2. Kolom keterangan diisi nama, umur lansia yang memiliki risiko atau
menunjukkan tanda dan gejala hipertensi
3. Kolom masalah berisi daftar risiko dan tanda/gejala hipertensi
yang ditemukan pada lansia.
Contoh cara pengisian :
NO HARI/ Masalah Kesehatan (faktor Keterangan
TANGGAL risiko, tanda dan gejala yang
tampak
1 15/12/2011 Keluarganya sering mengeluh Ibu Sani , 60 tahun
nyeri pada tengkuk, pusing
meringis menahan sakit
kepala
Lamp1ran 3
MASALAH KESEHATAN
NO TANGGAL Masalah Kesehatan Keterangan
Lamp1ran 3
HARI/ Masalah Kesehatan Keterangan
TANGGAL
Lamp1ran 3
MASALAH KESEHATAN
NO HARI/ Masalah Kesehatan Keterangan
TANGGAL
Lamp1ran 3
CARA PENYELESAIAN MASALAH
Petunjuk pengisian
Lembar cara penyelesaian masalah diisi setelah kelompok
mendiskusikan cara menyelesaikan masalah, dari masalah yang
ditetapkan. Cara penyelesaian masalah adalah adalah cara yang telah
disepakati untuk ditetapkan oleh anggota kelompok. Pengisian sebagai
berikut:
1. Kolom nomor berisi nomor urut dari penyelesaian masalah yang
dilakukan.
2. Kolom tanggal berisi tanggal diskusi penyelesaian masalah yang
telah dilaksanakan.
3. Kolom masalah diisi dengan masalah yang telah disepakati untuk
dicari cara penyelesaiannya.
4. Kolom cara penyelesaian diisi dengan cara penyelsaian yang telah
disepakati oleh anggota kelompok.
Contoh
NO TANGGAL MASALAH CARA PENYELESAIAN
1 15/12/2011 Pusing , sakit Ibu Sani, 60 tahun
pada tengkuk
tidak sembuh , Ajak keluarga ibu S
jalan kurang mendiskusikan masalah ibu S,
seimbang,.Kurang anjurkan ikut ke posbindu.
memperhatiakan Memecahkan masalah
makanan yang keluarga sebagai sumber
sehat untuk stress. Mengingatkan kepada
hipertensi, sering keluarga untuk memantau
Lamp1ran 3
mengalami makanan yang dikonsumsi Ibu
konflik dengan S tidak asin, dan tidak
menantunya berlemak .
PENYELESAIAN MASALAH
NO TANGGAL MASALAH CARA PENYELESAIAN
Lamp1ran 3
PENYELESAIAN MASALAH
NO TANGGAL MASALAH CARA PENYELESAIAN
Lamp1ran 3
PENYELESAIAN MASALAH
NO TANGGAL MASALAH CARA PENYELESAIAN
Lamp1ran 3
Lamp1ran 3
CARA MENCEGAH KEKAMBUHAN
Petunjuk pengisian
Lembar cara mencegah kekambuhan diisi setelah kelompok
mendiskusikan cara-cara mencegah kekambuhan dalam tahap
pencegahan kekambuhan.
1. Kolom nomor berisi nomor urut pencegahan kekambuhan yang
dilakukan
2. Kolom tanggal diisi dengan tanggal dilaksanakannya diskusi cara
pencegahan kekambuhan yang dilakukan
3. Kolom cara mencegah kekambuhan adalah hasil diskusi cara
mencegah kekambuhan yang telah didiskusikan kelompok
4. Kolom cara yang dilakukan diisi dengan cara yang dipilih untuk
dilakukan
Lamp1ran 3
hipertensi teratur, RW/RT
pergi - Relaksasi outogenik maupu
kepuskesmas,atau progresif secara teratur
keposbindu
gunakan, obat Masyarakat
tradisional. - Ikut Memotivasi Ibu S aktif
Lingkungan tenang dalam kegiatan sosial
tidak bising. masyarakat
Lamp1ran 3
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
NO TANGGAL Cara mencegah CARA YANG DILAKUKAN
Kekambuhan
Lamp1ran 3
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
NO TANGGAL Cara Mencegah CARA YANG DILAKUKAN
Kekambuhan
Lamp1ran 3
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN
NO TANGGAL Cara mencegah CARA YANG DILAKUKAN
kekambuhan
Lamp1ran 3
Lamp1ran 3
3. Perasaan berputar seperti pusing tujuh
keliling.
4. Dada berdebar-debar
5. Telinga berdenging
6. Jika mungkin ; mimisan (keluar darah dari
hidung).
Lamp1ran 3
11. Olah raga teratur dan banyak minum air
putih
Apa yang harus dilakukan keluarga pada lansia
hipertensi ?
1 Atasi rasa tidak nyaman karena nyeri ulu
hati dengan kompres air hangat
2 Minum air hangat manis sebelum makan
dan jika terasa mual
3 Memberikan makan dengan porsi kecil tapi
sering ( 2-4 jam sekali), menyediakan camilan
4 Perawatan dengan herbal
Peran masyarakat dalam mengatasi hipertensi
pada lansia
1. Berikan dukungan kepada lansia yang berisiko
mengalami hipertensi
a. Sering mendapatkan masalah dalam
keluarganya
b. Tidak memiliki keluarga/tinggal sendiri
c. Tidak memiliki penghasilan tetap
2. Laksanakan kegiatan Posbindu Lansia
(Senam, Dzikir,pengajian rutin, pemeriksaan
dan pengobatan).
3. Kembangkan pengajian, arisan dan aktivitas
lain.
4. Bentuk kelompok swabantu untuk membantu
Lamp1ran 3
lansia yang tidak mampu mengikuti Posbindu
Oleh
Lily Herlinah
NPM : 0906594412
I. DATA UMUM
8. Genogram
X Ht X X
X
X
X
70 M N
55 th Ht
36 Th 34 th 32 th 24 th 22 th 20 th 17 th
9. Tipe keluarga
Keluarga bapak M termasuk ke dalam tipe nuclear family dimana yang tinggal dalam
satu rumah hanya ibu N, bapak M dan 4 orang anak .yaitu anak no 1 yang masih
bujangan, no 5, no 6 dan no 7.
11. Agama
Keluarga Bapak M menganut agama Islam, masing-masing anggota keluarga
menjalankan ibadahnya sesuai dengan aturan agama yang dianut dan tidak ada
keyakinan yang lain. Menurut ibu N dirinya masih sering mengikuti pengajian ibu-
ibu dan arisan namun suaminya jarang mengikuti pengajian bapak – bapak meskipun
tidak rutin seminggu sekali alasannya sudah cape/ lelah bila berjalan banyak.
III. LINGKUNGAN
Denah Rumah :
Keterangan :
7 6 1 Ruang tamu
2. Kamar tidur
4 5 3. Ruang keluarga
4. Ruang tengah
3
5. Kamar tidur
2 6. Kamar mandi/WC
1 8 7. Dapur
8. taman
Informal
a. Ibu. N merupakan seorang Ibu yang tegas, dan sebagai pengatur rumah tangga
sehingga Ibu N tidak merasakan beban dalam melaksanakan perannya. Ny N
merupakan Ibu yang penyabar, menerima keadaan rumah tangganya meskipun
terasa tidak sesuai dengan harapannya. Kadang terpancing marah jika Bapak
M sedang marah- marah dengan anak-anaknya. Ibu N ingin selalu menjaga
kesehatan tetapi belum mengetahui bagaimana cara merawat penyakit yang
dideritanya.
V. Fungsi keluarga
menekankan pada anaknya agar sesekali bergaul dengan teman sekolah atau tetangga.
Ketika perawat datang ke rumah keluarga M tampak anak pertama sedang ngobrol
dengan anak tetangga di warung tempat ibunya jualan nasi uduk.
.
28. Fungsi perawatan kesehatan
Menurut Ibu N dirinya mengidap sakit darah tinggi sejak usia 35 tahun sampai
sekarang. Keluhan kepala pusing, terasa panas pada daerah kepala, kepala muter
seperti ada gempa, nyeri tengkuk dan penglihatan agak kabur. Susah tidur malam
bila teringat dan memikirkan anak nomor satu yang belum menikah dan sudah
dilangkah oleh dua orang adiknya. Ibu N mengatakan saat ini tekanan darahnya
semakin tinggi (210 /140 mm Hg) tadinya bekisar 160 /100 mmHg Hal ini
disebabkan banyak pikiran yaitu memikirkan anaknya dan suami yang sering
marah. Ibu N mengatakan jarang pergi periksa tekanan darahnya ke posbindu atau
ke puskesmas, keluarga mengatakan belum tahu benar apa yang dimaksud dengan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan cara perawatan hipertensi.
Ketika di tanya tentang pola makan ibu N mengatakan sejak ketahuan sakit darah
tinggi sudah jarang masak makanan yang bersantan atau berlemak tingg lebih sering
masak sayur bening, namun untuk garam belum dibatasi. Sering makan makanan
yang digoreng, dalam mengolah makanan sehari-hari untuk keluarga dilakukan oleh
Ibu N sendiri, Ibu N masih mengkonsumsi ikan asin namun hanya sedikit, Ibu N
sudah tidak minum kopi . Selama ini Ibu N tidak pernah olah raga dan mengikuti
senam lansia yang secara rutin diadakan dengan alasan tidak sempat dan sudah letih
kaena berdagang. ibu N menganggap dengan melakukan pekerjaan rumah tangga
sudah termasuk olah raga dan dengan melakukan aktivitas dagang sudah cukup olah
raga karena secara struktur demografi tempat tinggal keluarga bapak M dibawah
bukit sedangkan warung tempat berdagang terletak diatas bukit kondisi ini cukup
membutuhkan energi untuk mendaki.
Keluarga mengetahui penyakit yang diderita oleh Ibu N, tekanan darahnya sering
tinggi. Ibu N mengatakan takut jika penyakit hipertensi yang diderita nya akan
bertambah parah bahkan menyebabkan kelumpuhan atau kematian, makanya Ibu N
berjanji akan berobat ke puskesmas dan akan datang ke posbindu mulai bulan April
2012. Saat ini ibu N sedang minum obat Nipedipin 1x1 tablet yang didapat dari
puskesmas. Selain minum obat dokter, ibu N juga menggunakan terapi herbal yaitu
buah belimbing dan buah pace di blender dan diambil airnya.
B. PEMERIKSAAN
KULIT,RAMBUT &
KUKU
1. Pemeriksaan kulit Kulit seluruh tubuh bersih, warna kulit Kulit seluruh tubuh Kulit seluruh tubuh Kulit seluruh tubuh Kulit seluruh tubuh
sawo matang ,tidak tercium bau badan bersih, warna kulit sawo bersih,warna kulit sawo bersih,warna kulit bersih,warna kulit sawo
Tidak ditemukan hiperpigmentasi matang ( sesuai dengan matang ( sesuai dengan sawo matang ( sesuai matang ( sesuai dengan
Kendor. Tidak ditemukan suhu yang warna sekitarnya ), tidak warna sekitarnya ), tidak dengan warna warna sekitarnya ), tidak
abnormal sekitar tubuh,suhu tubuh tercium bau badan tercium bau badan sekitarnya ), tidak tercium bau badan
klien 36 C. Kulit kering Arteri dan suhu tubuh klien 36.2 C. suhu tubuh klien 37 C. tercium bau badan suhu tubuh klien 37 C.
vena tidak terlihat dengan jelas. Kulit Arteri dan vena tidak Arteri dan vena terlihat suhu tubuh klien 37 Arteri dan vena terlihat
kencang terlihat dengan jelas. Kulit licin C. Arteri dan vena dengan jelas. Kulit licin
Sesuai dengan perubahan usia. . Kulit kering dan lembab terlihat dengan jelas. dan lembab
Lesi tidak ditemukan Lesi tidak ditemukan Lesi tidak ditemukan Kulit licin dan Lesi tidak ditemukan
Klien dapat merasakan dengan baik Klien dapat merasakan Klien dapat merasakan lembab Klien dapat merasakan
pada saat diberikan tes dengan dengan baik pada saat dengan baik pada saat Lesi tidak ditemukan dengan baik pada saat
menggunakan kapas,benda runcing diberikan tes dengan diberikan tes dengan Klien dapat diberikan tes dengan
menggunakan menggunakan merasakan dengan menggunakan
kapas,benda runcing kapas,benda runcing baik pada saat kapas,benda runcing
diberikan tes dengan
menggunakan
kapas,benda runcing
2. Pemeriksaan rambut & Rambut dan kulit kepala bersih Rambut dan kulit kepala Rambut dan kulit kepala Rambut dan kulit Rambut dan kulit kepala
kulit dan Hitam bercampur uban distribusinya bersih, hitam campur bersih, hitam, kepala bersih, hitam, bersih, hitam,
menyebar dan rata. putih beruban distriibusinya menyebar distriibusinya distriibusinya menyebar
distribusinya menyebar dan rata. menyebar dan rata. dan rata.
Tidak ditemukan lesi pada kulit dan rata.
kepala, Rambut tidak mudah dicabut Tidak ditemukan lesi Tidak ditemukan lesi Tidak ditemukan lesi
dan rambut ikal, Tidak ditemukan lesi pada kulit kepala, pada kulit kepala, pada kulit kepala,
pada kulit kepala, Rambut Rambut tidak mudah Rambut tidak mudah Rambut tidak mudah
tidak mudah dicabut dan dicabut dan rambut lurus dicabut dan rambut dicabut dan rambut lurus
rambut lurus lurus
3. Pemeriksaan kuku : Kuku agak panjang kuang bersih dan Kuku bersih dan bentuk Kuku bersih dan bentuk Kuku bersih dan Kuku bersih dan bentuk
bentuk kuku rata kuku rata kuku rata bentuk kuku rata kuku rata
Tampak warna pink di bawah kuku Tampak warna pink di Tampak warna pink di Tampak warna pink Tampak warna pink di
Capilarry refil time kurang dari 2 detik bawah kuku bawah kuku di bawah kuku bawah kuku
( normal ). Capilarry refil time Capilarry refil time Capilarry refil time Capilarry refil time
Kuku normal, yaitu Membentuk sudut kurang dari 2 detik ( kurang dari 2 detik ( kurang dari 2 detik ( kurang dari 2 detik (
160 derajat normal ). normal ). normal ). normal ).
Kuku sedkit menebal tetapi rata dan Kuku normal, yaitu Kuku normal, yaitu Kuku normal, yaitu Kuku normal, yaitu
merekat dengan kuat Membentuk sudut 160 Membentuk sudut 160 Membentuk sudut Membentuk sudut 160
derajat derajat 160 derajat derajat
C. PEMERIKSAAN
KEPALA DAN LEHER Kepala simetris, kulit Kepala simetris, kulit
- Pemeriksaan Kepala : Kepala simetris, kulit kepala bersih Kepala simetris, kulit Kepala simetris, kulit kepala bersih tidak kepala bersih tidak
tidak berketombe, rambut sedang agak kepala bersih tidak kepala bersih tidak berketombe, rambut berketombe, rambut
suram,lembut distribusi rambut berketombe, rambut tebal berketombe, rambut tebal ,distribusi tebal ,distribusi rambut
merata/ menyebar,warna rambut hitam ,distribusi rambut merata/ tebal ,distribusi rambut rambut merata/ merata/ menyebar,warna
campur uban, tekstur rambut ikal tidak menyebar,warna rambut merata/ menyebar,warna menyebar,warna rambut hitam, tekstur
mudah dicabut sehingga rambut tidak hitam, tekstur rambut rambut hitam, tekstur rambut hitam, tekstur rambut lurus tidak
terlihat rontok, klien mencuci rambut lurus tidak mudah rambut lurus tidak rambut lurus tidak mudah dicabut, tidak
2 hari sekali,tidak ada benjolan,tidak dicabut, tidak rontok, mudah dicabut, tidak mudah dicabut, tidak rontok, klien kermas 2
sakit bila ditekan,tidak ada lesi dan klien mencuci rambut 3 rontok, klien kermas 2 rontok, klien kermas hari sekali,tidak ada
arteri temporalis teraba jelas, jarak hari sekali,tidak ada hari sekali,tidak ada 2 hari sekali,tidak ada benjolan,tidak sakit bila
denyutan reguler benjolan,tidak sakit bila benjolan,tidak sakit bila benjolan,tidak sakit ditekan,tidak ada lesi dan
ditekan,tidak ada lesi dan ditekan,tidak ada lesi dan bila ditekan,tidak ada arteri temporalis teraba
arteri temporalis teraba arteri temporalis teraba lesi dan arteri jarak denyutan reguler
jarak denyutan reguler jarak denyutan reguler temporalis teraba
jarak denyutan Muka simetris,warna
2. Pemeriksaan muka : Muka simetris,warna kulit putih,tidak Muka simetris,warna reguler kulit sawo matang,tidak
ada benjolan dan rasa sakit pada otot kulit sawo matang,tidak
temporal. Sensasi klien normal ( N V Muka simetris,warna kulit ada benjolan dan rasa Muka simetris,warna
), dimana klien merasakan sentuhan sawo matang,tidak ada sakit pada otot temporal kulit sawo ada benjolan dan rasa
dengan menggunakan kapas,tidak benjolan dan rasa sakit dan masseter. Sensasi matang,tidak ada sakit pada otot temporal
nyeri baik pada dahi,pipi dan pada otot temporal dan klien normal ( N V ), benjolan dan rasa dan masseter. Sensasi
rahang,gerakkan muka normal ( N.V masseter. Sensasi klien dimana klien merasakan sakit pada otot klien normal ( N V ),
dan VI ) dimana, dapat normal ( N V ), dimana sentuhan dengan temporal dan dimana klien merasakan
menggembungkan pipi,alis klien merasakan sentuhan menggunakan masseter. Sensasi sentuhan dengan
terangkat,dahi berkerut dengan menggunakan kapas,tidak nyeri baik klien normal ( N V ), menggunakan
kapas,tidak nyeri baik pada dahi,pipi dan dimana klien kapas,tidak nyeri baik
pada dahi,pipi dan rahang,gerakkan muka merasakan sentuhan pada dahi,pipi dan
rahang,gerakkan muka normal ( N.V dan VI ) dengan menggunakan rahang,gerakkan muka
normal ( N.V dan VI ) kapas,tidak nyeri normal ( N.V dan VI )
dimana, dapat baik pada dahi,pipi
menggembungkan dan rahang,gerakkan
pipi,alis terangkat,dahi muka normal ( N.V
berkerut dan VI )
. Konjuctiva tidak anemis, . Konjuctiva tidak Konjuctiva tidak Konjuctiva tidak anemis,
3. Pemeriksaan mata Konjuctiva tidak anemis, sklera ikterik sklera ikterik (-/-), anemis, sklera ikterik (-/- anemis, sklera ikterik sklera ikterik (-/-),
(-/-), simetris, tidak ada cekungan simetris, tidak ada ), simetris, tidak ada (-/-), simetris, tidak simetris, tidak ada
pada mata, reaksi cahaya pupil (+/+) cekungan pada mata, cekungan pada mata, ada cekungan pada cekungan pada mata,
reaksi cahaya pupil (+/+) reaksi cahaya pupil (+/+) mata, reaksi cahaya reaksi cahaya pupil (+/+)
klien dimana klien dapat mengikuti Bola mata dapat . Klien dapat pupil (+/+) . Klien dapat
telunjuk perawat mendekati hidung mengikuti arah gerakkan mengedipkan kelopak . Klien dapat mengedipkan kelopak
klien,terlihat pupil kontriksi.Klien bisa tangan pemeriksa tanpa matanya. Bola mata mengedipkan kelopak matanya. Bola mata
membaca, dengan tanpa memakai nistagmus.(N simetris tidak ada matanya. Bola mata simetris tidak ada
kaca mata , yaitu bisa baca dengan III,IV,VI,VIII).Pupil bulat tekanan pada bola mata.. simetris tidak ada tekanan pada bola mata..
jarak 30 cm.Lapang pandang klien isokhor berwarna hitam, Bola mata dapat tekanan pada bola Bola mata dapat
tidak menyempit ukurannya sama,bila mengikuti arah gerakkan mata.. mengikuti arah gerakkan
diberikan cahaya terjadi tangan pemeriksa tanpa Bola mata dapat tangan pemeriksa tanpa
konstriksi. Tes nistagmus.(N mengikuti arah nistagmus.(N
konvergensi dan III,IV,VI,VIII).Pupil gerakkan tangan III,IV,VI,VIII).Pupil
akomodasi (NIII,IV,VI ) bulat isokhor berwarna pemeriksa tanpa bulat isokhor berwarna
normal,dimana klien hitam, ukurannya nistagmus.(N hitam, ukurannya
dapat mengikuti telunjuk sama,bila diberikan III,IV,VI,VIII).Pupil sama,bila diberikan
perawat mendekati hidung cahaya terjadi konstriksi. bulat isokhor cahaya
klien, terlihat pupil Tes konvergensi dan berwarna hitam,
kontriksi.Klien bisa akomodasi (NIII,IV,VI ) ukurannya sama,bila
membaca, tanpa dengan normal,dimana klien diberikan cahaya
memakai kaca mata dapat dapat mengikuti telunjuk terjadi konstriksi. Tes
melihat normal , yaitu perawat mendekati konvergensi dan
bisa baca dengan jarak 30 hidung klien, terlihat akomodasi
cm.Lapang pandang klien pupil kontriksi.Klien (NIII,IV,VI )
tidak menyempit bisa membaca,tidak normal,dimana klien
memakai kaca mata
dapat melihat normal (
NII ), yaitu bisa baca
dengan jarak 30
cm.Lapang pandang
klien tidak menyempit
4. Pemeriksaan Telinga Daun telinga simetris kiri dan Daun telinga simetris kiri Daun telinga simetris
kanan,bersih,tidak ada benjolan ,tidak dan kanan,bersih,tidak kiri dan
bengkak,tidak ada nyeri tekan pada ada benjolan ,tidak kanan,bersih,tidak ada
masteudeus,tragus,tidak ada bengkak,tidak ada nyeri benjolan ,tidak
serumen,obstruksi dan cairan yang ke tekan pada bengkak,tidak ada nyeri
luar. masteudeus,tragus,tidak tekan pada
S3, murmur, gallop(-), (+), S3, murmur, tambahan ( ronchi ), (+), S3, murmur,
rhonki(-) gallop(-), rhonki(-) bunyi jantung S1, S2 gallop(-), rhonki(-)
(+), S3, murmur,
gallop(-), rhonki(-)
G. PEMERIKSAAN Abdomen dibagi 4 kuadran dan 9 Abdomen dibagi 4 Abdomen dibagi 4 Abdomen dibagi 4 Abdomen dibagi 4
ABDOMEN region.Abdomen klien terlihat kuadran region.Abdomen kuadran kuadran kuadran
simetris, tidak terlihat adanya klien terlihat simetris, region.Abdomen klien region.Abdomen region.Abdomen klien
benjolan/ massa , tidak terlihat distensi tidak terlihat adanya terlihat simetris, tidak klien terlihat simetris, terlihat simetris, tidak
vesica urinaria.. Umbilikus berada di benjolan/ massa , tidak terlihat adanya benjolan/ tidak terlihat adanya terlihat adanya benjolan/
tengah-tengah abdomen dan terlihat distensi vesica massa , tidak terlihat benjolan/ massa , massa , tidak terlihat
imverted.Permukaan kulit konsisten urinaria.. Umbilikus distensi vesica urinaria.. tidak terlihat distensi distensi vesica urinaria..
dengan daerah kulit sekitarnya berada di tengah-tengah Umbilikus berada di vesica urinaria.. Umbilikus berada di
Bising usus terdengar dengan jumlah abdomen dan tengah-tengah abdomen Umbilikus berada di tengah-tengah abdomen
15 kali/mnt, nyeri tekan tidak ada imverted.Permukaan kulit dan imverted.Permukaan tengah-tengah dan imverted.Permukaan
epigastric. konsisten dengan daerah kulit konsisten dengan abdomen dan kulit konsisten dengan
Tidak teraba adanya massa ( benjolan kulit sekitarnya daerah kulit sekitarnya imverted.Permukaan daerah kulit sekitarnya
) pada sekitar 4 kuadran abdomen. Bising usus terdengar Bising usus terdengar kulit konsisten Bising usus terdengar
Hepar teraba tetapi terasa tidak dengan jumlah 12 dengan jumlah 15 dengan daerah kulit dengan jumlah 15
adanya benjolan , tetapi limfa tidak kali/mnt, nyeri tekan kali/mnt sekitarnya kali/mnt
teraba .Ginjal tidak teraba. epigastrium Tidak teraba adanya Bising usus terdengar Tidak teraba adanya
Tidak teraba adanya massa ( benjolan ) pada dengan jumlah 15 massa ( benjolan ) pada
massa ( benjolan ) pada sekitar 4 kuadran kali/mnt sekitar 4 kuadran
sekitar 4 kuadran abdomen. Hepar teraba Tidak teraba adanya abdomen. Hepar teraba
abdomen. Hepar teraba tetapi terasa tidak adanya massa ( benjolan ) tetapi terasa tidak adanya
tetapi terasa tidak adanya benjolan , tetapi limfa pada sekitar 4 benjolan , tetapi limfa
benjolan , tetapi limfa tidak teraba .Ginjal tidak kuadran abdomen. tidak teraba .Ginjal tidak
tidak teraba .Ginjal tidak teraba. Hepar teraba tetapi teraba.
teraba. terasa tidak adanya
benjolan , tetapi limfa
tidak teraba .Ginjal
tidak teraba.
H. PEMERIKSAAN Warna lkulit bahu Warna lkulit bahu Warna lkulit bahu
EKSTREMITAS ATAS Warna kulit bahu sama/konsisten Warna lkulit bahu sama/konsisten dengan sama/konsisten sama/konsisten dengan
1. Bahu dengan warna kulit di sekitarnya, bahu sama/konsisten dengan warna kulit di sekitarnya, dengan warna kulit di warna kulit di sekitarnya,
kanan dan kiri simetris.Sendi bahu warna kulit di sekitarnya, bahu kanan dan kiri sekitarnya, bahu bahu kanan dan kiri
dapat digerakkan fleksi, ekstensi bahu kanan dan kiri simetris.Sendi bahu kanan dan kiri simetris.Sendi bahu
abduksi, adduksi dan rotasi dengan simetris.Sendi bahu dapat dapat digerakkan fleksi, simetris.Sendi bahu dapat digerakkan fleksi,
leluasa. Kekuatan otot bahu normal, digerakkan fleksi, ekstensi abduksi, dapat digerakkan ekstensi abduksi,
dengan nilai 5 ekstensi abduksi, adduksi adduksi dan rotasi fleksi, ekstensi adduksi dan rotasi
dan rotasi dengan leluasa. dengan leluasa. abduksi, adduksi dan dengan leluasa
Kekuatan otot bahu Kekuatan otot bahu rotasi dengan leluasa.
normal, dengan nilai 5. normal, dengan nilai 5. Kekuatan otot bahu
2. Siku Kedua siku simetris, warna kulit Kedua siku simetris, Kedua siku simetris,
konsisten dengan warna kulit warna kulit konsisten warna kulit konsisten
disekitarnya. Sendi siku dapat dengan warna kulit dengan warna kulit
digerakkan dengan ,fleksi, ekstensi, disekitarnya. Sendi siku disekitarnya. Sendi siku
pronasi dan supinasi. Kekuatan otot dapat digerakkan dengan dapat digerakkan dengan
bahu normal dimana klien dapat ,fleksi, ekstensi, ,fleksi, ekstensi,
menahan dorongan dan tarikan dari pronasi dan supinasi. pronasi dan supinasi.
otot biceps dan triceps dengan nilai 5, Kekuatan otot bahu Kekuatan otot bahu
Refleks biceps dan triceps + normal dimana klien normal dimana klien
dapat menahan dorongan dapat menahan dorongan
dan tarikan dari otot dan tarikan dari otot
biceps dan triceps dengan biceps dan triceps
nilai 4, Refleks biceps dan dengan nilai 5, Refleks
triceps + biceps dan triceps +
3. Pergelangan tangan dan Kedua pergelangan tangan simetris, Kedua pergelangan Kedua pergelangan Kedua pergelangan Kedua pergelangan
telapak tangan warna kulit konsisten dengan warna tangan simetris, warna tangan simetris, warna tangan simetris, tangan simetris, warna
kulit di sekitarnya kulit konsisten dengan kulit konsisten dengan warna kulit konsisten kulit konsisten dengan
Tekstur kulit agak kendor atau keriput. warna kulit di sekitarnya warna kulit di sekitarnya dengan warna kulit di warna kulit di sekitarnya
Pergelangan tangan dan jari-jari dan Tekstur kulit baik. Tekstur kulit baik. sekitarnya Tekstur kulit baik.
rentang pergelangan tangan dapat Pergelangan tangan dan Pergelangan tangan dan Tekstur kulit baik. Pergelangan tangan dan
melakukan fleksi, ekstensi, abduksi jari-jari dapat melakukan jari-jari dapat melakukan Pergelangan tangan jari-jari dapat melakukan
adduksi, juga klien dapat melakukan fleksi, ekstensi, abduksi fleksi, ekstensi, abduksi dan jari-jari dapat fleksi, ekstensi, abduksi
oposisi antara ibu jari klien dengan adduksi, juga klien dapat adduksi, juga klien dapat melakukan fleksi, adduksi, juga klien dapat
jari klien lainnya,Kekuatan otot melakukan oposisi antara melakukan oposisi antara ekstensi, abduksi melakukan oposisi antara
pergelangan klien 5, dimana ibu jari klien dengan jari ibu jari klien dengan jari adduksi, juga klien ibu jari klien dengan jari
pergelangan dan jari klien dapat klien lainnya,Kekuatan klien lainnya,Kekuatan dapat melakukan klien lainnya,Kekuatan
menahan dorongan otot pergelangan klien 5, otot pergelangan klien 5, oposisi antara ibu jari otot pergelangan klien 5,
dimana pergelangan dan dimana pergelangan dan klien dengan jari dimana pergelangan dan
jari klien dapat menahan jari klien dapat menahan klien jari klien dapat menahan
dorongan dorongan lainnya,Kekuatan dorongan
otot pergelangan
klien 5, dimana
pergelangan dan jari
klien dapat menahan
dorongan
I PEMERIKSAAN
EKSTREMITAS BAWAH Kedua panggul simetris, Kedua panggul Kedua panggul simetris,
warna kulit panggul simetris, warna kulit warna kulit panggul
1. Panggul Kedua panggul simetris, warna kulit Kedua panggul simetris, konsisten dengan kulit panggul konsisten konsisten dengan kulit
panggul konsisten dengan kulit warna kulit panggul disekitarnya. dengan kulit disekitarnya.
disekitarnya. konsisten dengan kulit Tidak ada nyeri pada disekitarnya. Tidak ada nyeri pada
Tidak ada nyeri pada saat pemeriksa disekitarnya. saat pemeriksa menekan Tidak ada nyeri pada saat pemeriksa menekan
menekan otot daerah panggul,.Klien Tidak ada nyeri pada saat otot daerah saat pemeriksa otot daerah
dapat menahan dorongan pada otot pemeriksa menekan otot panggul,.Klien dapat menekan otot daerah panggul,.Klien dapat
panggul. daerah panggul,.Klien menahan dorongan pada panggul,.Klien dapat menahan dorongan pada
dapat menahan dorongan otot panggul. menahan dorongan otot panggul.
pada otot panggul. pada otot panggul.
2. Lutut Warna dan integritas kul;it normal, Warna dan integritas Warna dan integritas
yaitu konsisten dengan warna kulit kul;it normal, yaitu kul;it normal, yaitu
disekitarnya., lutut sejajar dengan konsisten dengan warna konsisten dengan warna
paha dan tumit. Lutut dapat kulit disekitarnya., lutut kulit disekitarnya., lutut
melakukan fleksi dan ekstensi. sejajar dengan paha dan sejajar dengan paha dan
Klien dapat menahan tahanan pada tumit. Lutut dapat tumit. Lutut dapat
saat lutut difleksikan, kedua refleks melakukan fleksi dan melakukan fleksi dan
patella +. ekstensi. ekstensi.
Klien dapat menahan Klien dapat menahan
tahanan pada saat lutut tahanan pada saat lutut
difleksikan, kedua refleks difleksikan, kedua
patella +. refleks patella +.
Keluarga berharap dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga ini dapat dilakukan secara teratur dan berkesinambungan atau
dilanjutkan sehingga keluarga bisa bertanya apabila mempunyai masalah kesehatan yang dihadapi dan diberitahu bagaimana cara
menanggulangi permasalahan yang ada atau cara merawatnya.
ANALISA DATA
1. DS :
- Keluarga mengatakan tidak paham lebih KMK merawat Resiko gangguan
jauh tentang pengertian,penyebab, tanda anggota keluarga perfusi jaringan
dan gejala, perawatannya penyakit dengan hipertensi cerebrovaskuler pada
hipertensi Keluarga Bpk M
- Keluarga mengatakan penyebab pusing khususnya Ibu N
adalah karena tensi tinggi
- Keluarga mengatakan bahwa Ibu N sering
pusing-pusing kepala muter seperti ada
gempa dan tengkuk kaku
- Keluarga mengatakan bahwa Ibu N jarang
datang ke posbindu maupun puskesmas
untuk periksa tekanan darah dan
mendapatkan obat. Bila sakit Ibu N
menggunakan obat tradisional aatau obat
warung. Keluarga mengatakan hanya tahu
akibat hipertensi tidak dikelola dengan baik
menyebabkan stroke
- Ibu N mengatakan masih suka makan nasi
dengan ikan asin, dan gorengan.
DO :
TD : 210/140 mm Hg-
Nadi : 88 x/mnt
Respirasi : 22 x/mnt
Suhu : 37 C
Capiler refil: 2 detik
Therapi nifedepin 1 x1 tablet
3
Data Subyektif:
DO :
BB : 45 kg, TB : 150 cm
TD : 210/140 mm Hg, Nadi 80 x/mnt,R : 22
x/mnt, Suhu : 36 C
Ibu N tampak meringis menahan kepalanya
yang pusing
PRIORITAS MASALAH
3. Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif pada keluarga Bapak M khususnya Ibu N
No. Kriteria Skor Pembenaran
Masalah peningkatan tekanan darah terjadi berulang pada ibu N
1. Sifat masalah : 3/3 x 1= 1 meskipun motivasi untuk sembuh besar
resiko
VERBAL Menyebutkan 2 dari 4 akibat dari Jelaskan pada keluarga tentang akibat
2. Keluarga dapat hipertensi,bila tdk segera diatasi lanjut hipertensi jika tidak diatasii segera
memutuskan tindakan yang - penyempitan pembuluh darah Motivasi keluarga untuk memutuskan
tepat untuk mengatasi - penyakit jantung coroner mengatasi hipertensi yang dialami Ibu N
masalah akibat hipertensi - penyakit ginjal Berikan motivasi/dukungan keluarga memilih
- stroke/kelumpuhan alternatif
- Gangguan pada mata Beri pujian atas pilihan yang tepat
3. Ramuan tradisional
* Parutan ketimun :
Dua buah ketimun dicuci bersih, lalu
diparut. Kemudian disaring.
Diminum 2 kali sehari
* Penggunaan garam
Diet rendah garam I :
Untuk Hipertensi berat ,diastole >
125 mmHg, tidak menggunakan
garam
Diet Rendah Garam II :
Untuk hipertensi sedang,diastole 100-
114 mmHg,gunakan ¼ sdk teh
garam
VERBAL Minimal 3 dari 4 Cara memelihara - Diskusikan dengan keluarga cara memelihara
4. Keluarga mampu lingkungan yang aman : lingkungan yang aman dan tenang bagi lansia
memodifikasi lingkungan 1). Lantai rumah tidak licin - Motivasi keluarga untuk memodifika
yang aman dan tenang : 2). Penerangan cukup si lingkungan
a. Menjelaskan lingkungan 3). Kamar mandi tidak licin - Lakukan kunjungan yang tidak direncanakan
yang aman dan tenang 4). Suasana rumah tenang dan tidak ada untuk mengevaluasi kemampuan keluarga
bagi lansia dengan konflik dalam memeliha
hipertensi ra lingkungan yang aman
b. Melakukan modifikasi - Keluarga melakukan modifikasi -Beri pujian atas hal yang positif
lingkungan yang aman KUNJUNGAN lingkungan,sehingga aman dan tenang
dan tenang bagi lansia YANG TIDAK - Kondisi rumah aman dan tenang bagi
dengan hipertensi DIRENCA lansia
NAKAN
5. Keluarga mampu * Fasilitas yang dapat diguna Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet :
memanfaatkan fasilitas RESPON kan : -Gali pengetahuan keluarga ttg mfasilitas
kesehatan untuk VERBAL - Puskesmas kesehatan dan manfaat pelayanan kesehatan
mengatasi hipertensi - dokter praktek, bidan praktek, posbindu -Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
a. Menjelaskan fasilitas kesehatan dan manfaat pelayanan kesehatan
kesehatan yang dapat * Manfaat : memberikan informasi - Beri kesempatan pada keluarga untuk memilih
digunakan dan tentang hipertensi dan cara perawatan pelayanan kesehatan
manfaatnya serta pengobatan - Motivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan secara rutin ke pelayanan
b. Memanfaatkan fa silitas RESPON * Keluarga mengunjungi fasilitas kesehatan
kesehatan PSIKOMOT kesehatan secara rutin -Beri pujian atas perilaku yang benar
an OR
2 2 Setelah dilakukan Tujuan khusus : Respon Keluarga menyebutkan pengertian stress 1. Jelaskan kepada keluarga tentang
asuhan Setelah 3 x 60 menit keluarga verbal yaitu keadaan mental tubuh yang pengertian, penyebab, tanda dan gejala
keperawatan mampu ; terganggu yang disebabkan karena serta dampak yang akan terjadi jika stress
selama 3 kali 1. Mengenal pengertian adanya ketidak sesuaian antara harapan tidak segera dtangani
pertemuan koping penyebab, tanda dan dengan kenyataan 2. Motivasi keluarga untuk lebih memahami
menjadi efektif gejala serta akibat stress tentang pengertian, penyebab, tanda dan
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari gejala serta dampak stress
masing-masing penyebab di bawah ini: 3. Diskusikan dengan keluarga tentang hal
- Faktor internal : perasaan tertekan, yang belum dimengerti.
bersalah, kurang percaya diri, 4. Minta keluarga untuk lebih mengenali,
keinginan untuk mandiri dan penyakit penyebab, tanda dan gejal serta dampak
kronis stress yang dialaminya selama ini.
- Faktor eksternal : keluarga sakit, 5. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga
pekerjaan tidak menentu, ekonomi mengenali dampak stress
tidak memadai, lingkungan tidak
aman/nyaman dan support system
tidak adekuat
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Tgl/ TT
TUK : 1
1. Resiko gangguan perfusi Dengan menggunakan lembar balik dan Leaflet :
jaringan cerebrovaskuler 1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, Subyektif : 28 – 03 - 12
pada keluarga Bpk M penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi Keluarga dapat menyebutkan kembali
khususnya pada Ibu N b/d pengertian/batasan dari hipertensi yaitu
KMK merawat 2. Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang Batas atas = > 140 mmHg
anggota keluarga dengan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit Batas bawah = > 90 mmHg.
hipertensi hipertensi
Menyebutkan 3 dari 4 penyebab hipertensi
3. Memberi kesempatan pada keluarga untuk dengan benar dan 4 dari 6 tanda dan gejala
membandingkan hasil pemeriksaan dengan standar hipertensi
Keluarga dapat menjelaskan bahwa Ibu N
4. Beri pujian atas perilaku yang termasuk hipertensi sedang
benar
Obyektif :
Keluarga memperhatikan saat diskusi
berlangsung
Terdapat kontak mata selama proses diskusi
Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan atau penjelasan.
Keluarga tersenyum saat diberi pujian.
Tekanan darah : 170/140 mmHg
Analisa :
TUK 1 tercapai, dimana keluarga telah mengenal
masalah hipertensi pada Ibu N dengan hipertensi.
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga
mengambil keputusan
TUK : 2
Menjelaskan pada keluarga tentang akibat lanjut dari Subyektif : 28 – 03 - 12
hipertensi Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
1. Memberikan motivasi/dukungan keluarga memilih akibat dari hipertensi
alternatif
2. Beri pujian atas pilihan yang tepat Keluarga dapat mengambil keputusan yaitu akan
memperbaiki gaya hidup Ibu N
Obyektif :
Keluarga memperhatikan saat diskusi
berlangsung
Terdapat kontak mata selama proses diskusi
Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan atau penjelasan.
Keluarga tersenyum saat diberi pujian.
Tekanan darah Ibu N : 170/140 mmHg
Analisa :
TUK 2 tercapai
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 3 kemampuan keluarga merawat
TUK : 3
Menjelaskan pada keluarga cara perawatan pada lansia Subyektif :
hipertensi khususnya pola makan yang aman : Keluarga dapat menjelaskan kembali
penggunaan garam bagi hipertensi ringan, yaitu 30– 03 - 12
1. Menjelaskan pada keluarga tentang penggunaan setengah sendok teh garamnya untuk semua
garam untuk hipertensi ringan masakan sehari.
2. Menjelaskan pada keluarga tentang diet bagi Keluarga dapat menyebutkan makanan yang
hipertensi boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan
dengan benar
3. Latih keluarga dalam pengaturan menu makanan
yang aman dan sesuai dengan menggunakan Food Keluarga menyetujui membuat pengaturan menu
record makanan dengan menggunakan Food record
untuk 3 hari kedepan
Obyektif :
Keluarga tampak aktif dalam proses diskusi.
Keluarga selalu aktif dalam bertanya tentang
jenis makanan dan menu makanan yang aman
dan sesuai.
Keluarga mau melakukan penulisan dalam
Food record dari makanan yang dikonsumsi
setiap harinya.
Tekanan darah Ibu N 170/120 mmHg.
Analisa :
TUK 3 kemampuan keluarga dalam mengelola
pengaturan menu makanan sebagian tercapai
Perencanaan :
Kembangkan kemampuan keluarga dalam
mengelola pengaturan menu makanan dengan
mendiskusikan tentang konsumsi makanan dalam 3
– 7 hari
TUK 3 Subyektif : 3– 04 - 12
1. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang
teknik relaksasi Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
teknik relaksasi
2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam Ibu N, merasakan nyaman setelah melakukan
teknik relaksasi progresif, dan akan
melakukannnya sesering mungkin
Objektif :
Keluarga tampak aktif dalam proses diskusi.
Tekanan darah Ibu N 160/90mmHg.
Analisa :
TUK 3 kemampuan keluarga dalam mengelola stres
sebagai faktor resiko hipertensi sebagian tercapai.
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 3 pengaturan menu makanan
yang aman dan sesuai
TUK 3
1. Mendiskusikan dengan keluarga hasil dari Subjektif : 5 – 04- 12
pengaturan menu makanan menggunakan Food Keluarga dapat menjelaskan pengaturan menu
record makanan selama 3 hari ini.
Keluarga mengatakan cukup terkendala dengan
pengaturan menu makanan khususnya
pengurangan jumlah garam dan variasi jenis
makanan
Ibu N dapat menjelaskan bahwa pentingnya
pengaturan menu makanan sangat didukung
oleh peran suami.
Objektif :
Keluarga tampak semangat dalam melaporkan
hasil pengaturan menu makanan Food record
Keluarga dapat menunjukkan berbagai jenis
kendala yang ada atau dialami.
Keluarga dapat secara aktif mengidentifikasi
penyelesaian kendala Keluarga berjanji akan
selalu mentaati pengaturan menu makanan
yang dianjurkan.
Food record yang diberikan 3 hari yang lalu
sudah mengalami perubahan dari masih
tingginya konsumsi garam menjadi relatif lebih
rendah.
Analisa :
TUK 3 kemampuan keluarga dalam pengelolaan
menu makanan dengan food recall tercapai.
Perencanaan :
Lanjutkan pada TUK 3 kemampuan keluarga dalam
mengelola sumber daya yang ada di dalam dan
disekitar keluarga.
Objektif :
Keluarga tampak semangat mengikuti proses
diskusi.
Keluarga dapat dengan benar mencoba
pembuatan ramuan dari buah ketimun yang di
parut
Keluarga berjanji akan mencoba pembuatan
ramuan dari buah ketimun pada saat dirasakan
keluhan fisik Ibu N bertambah berat.
Analisa :
TUK 3 kemampuan pengelolaan sumber daya
keluarga tercapai.
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 3 Mampu mengelola stressor
yang ada sesuai dengan kemampuan dirinya
TUK 3 Subyektif : 11 – 04 – 12
1. Menjelaskan pengertian olah raga,manfaat, olah Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
raga yang membahayakan lansia dan olah raga yang pengertian olah raga dengan benar
baik bagi lansia Keluarga dapat menyebutkan 5 dari 10 manfaat
olah raga bagi lansia
Keluarga dapat mengulang kembali 3 dari 4 olah
Obyektif :
Keluarga baru bisa mempraktekkan 2 gerakan
olah raga pada lansia dengan benar
Analisa :
TUK 3 kemampuan merawat hipertensi dengan
olahraga tercapai sebagian
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 3 kemampuan keluarga
merasakan manfaat pemijatan pada titik nyeri/
massage
TUK 3
1. Menjelaskan pengertian pemijatan, manfaat, Subyektif :
pemijatan bagi lansia yang mengalami sakit kepala Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang 13-04-12
akibat hipertensi pengertian pemijatandengan benar
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat
pemijatan bagi lansia
Keluarga dapat mengulang kembali 3 dari 4 olah
titik nyeri yang dilakukan pemijatan
Obyektif :
Keluarga baru bisa mempraktekkan 2 gerakan
pemijatan pada kening dan dahi lansi dengan
benar
Tekanan daah :160/90mmHg
Analisa :
TUK 3 kemampuan merawat hipertensi dengan
tehnik pemijatan tercapai sebagian
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 4 kemampuan memodifikasi
lingkungan
TUK 4 : Subyektif :
1. Mendiskusikan dengan keluarga cara memelihara Keluarga dapat menjelaskan kembali bagaimana 16 – 04 - 12
lingkungan yang aman dan tenang bagi lansia cara memelihara lingkungan yang aman dan
tenang bagi lansia
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 5
dengan perawat
Analisa
TUK 5 tercapai sebagian
Perencanaan :
Lanjutkan implementasi
Analisa :
TUK 1 tercapai, dimana keluarga telah mengenal
masalah koping yang tidak efektif akibat stress
karena penyakit hipertensi
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga
mengambil keputusan untuk mengatsi masalah
koping yang tidak efektif
. TUK 2 20-04 -12
Konseling keluarga tentang keputusan keluarga Subyektif :
dalam menangani masalah koping Ibu N mengatakan bahwa tindakan yang telah
1. Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi dilakukan saat stress adalah mengaji-, refresing
dampak stress yang sudah dilakukan ke rumah anak, piknik, berkunjung atau
2. Kaji pencapaian hasil dari cara yang sudah dikunjung oleh anak dan berdoa,
diterapkan. Ibu N mengatakan sebagian yang dialakukan
3. Bimbing dan motivasi keluarga untuk menangani hanya bisa menghilangkan stress menetara
masalah dengan tepat. waktu
Beri reinforcement positif atas keputusan yang telah Ibu N mengatakan akan memilih salah satu
diambil oleh keluarga tindakan yang pernah dialkukan saat fikiran
sedang stress yang dianggap lebih efektif
Obyektif :
Terdapat kontak mata selama proses konsleing
berlangsung
Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan
Ibu N sangat terbuka menceritakan pengalaman
yang pernah dilakukan saat menghadapii stress
Analisa :
TUK 2 tercapai, dimana keluarga telah mengambil
keputusan untuk mengatsi masalah koping yang
selama dirasakan sebagai masalah
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 3 penetapan alternatif koping
yang akan dipakai berdasarkan pengalaman Ibu N
TUK 3
Konseling keluarga tentang perawatan koping tidak Subyektif : 24-04-12
efektif
1. Gali pengalaman keluarga dalam mengatasi Ibu N mengatakan telah menetapkan pilihan
masalah koping pada salah satu kegiatan yang akan dilakukan
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara koping yaitu pergi ngaji, kumpul kelompok dan
untuk menangani masalah stress membuat perasaan menjadi lega yaitu
3. Kenalkan kepada keluarga mekanisme koping refresing/piknik atau jalan-jalan ke rumah anak
yang adaptif yang sudah menikah
4. Anjurkan keluarga untuk memilih salah satu Ibu N mengatakan akan mencoba menyisiati
mekanisme koping yang adaptif kegiatan tersebut dengan cara jalan ditemani
Ajarkan keluarga untuk anak atau suami
melakukan mekanisme koping
Bpk M mengatakan akan mendampingi Ibu N
5. Ajarkan keluarga untuk melakukan mekanisme
saat diperlukan untuk menemainya jalan-jalan
koping yang adaptif
dan menjadi tempat curahan hati saat Ibu N
6. Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
sedang mengalami stress
apa yang telah disampaikan.
7. Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga Ibu N mengatakan akan mencoba berbicara
belum mampu mengungkapkan sesuai dengan kepada anaknya untuk sering berkunjung ke
standar. rumah membawa serta cucunya jika ada waktu
8. Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga. luang
Obyektif :
Terdapat kontak mata selama proses konseling
berlangsung
Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan pada alternatif koping yang akan
diambil
Ibu N berkaca-kaca saat mengutarakan alternatif
keinginannya untuk jalan bersama suami
Ibu N tampak wajahnya senang saat bpk M ingin
mengantar jalan-jalan
Analisa :
TUK 3 tercapai, dimana keluarga telah mengambil
alternatif tindakan sebagai koping yang adaftif
Perencaan:
Lakukan evaluasi terhadap pemilihan alternatif
koping yang dipakai, jika belum efektif lakukan
konseling selanjtnya menggunakan menambhakan
modifikasi pada koping yang telah dilakukan.
LanjutanTUK 3
Konseling keluarga tentang perawatan koping tidak 26-04-12
efektif Subyektif :
1. Evaluasi pelaksanaan alternatif koping yang telah Ibu N mengatakan sudah melaksanakan jalan
dilakukan pagi bersama suamii sambil ngobrol dan
2. Diskusikan dengan keluarga tentang menagemen perasaanya semkin tenang sekarang, hanya
stress untuk mencegah peningkatan stress seskali stressnya muncul yang menyebabkan
3. Berikan pujian atas kemampuan keluarga dalam tidak bisa tidur
mengidentifikasi managemen stress Keluarga dapat menjelaskan kembali manajemen
4. Lakukan demonstrsasi teknik managenen stress : stress yang bisa Ibu N dilakukan seperti nafas
relaksasai progresif dengan metode coaching dalam, relaksasai progresif dan dengarkan musik
5. Berikan reinforcement positif atas kemampuan klg Ibu N merasakan nyaman setelah melakukan
dalam melakukan relaksasi progresif teknik relaksasi pogresif, dan akan
melakukannnya sehari 1kali
Objektif :
Keluarga tampak aktif dalam proses diskusi.
Ibu N tampak tenang
Ibu N dapat mendomstrasikan gerakan relaksasi
progresif
Tekanan darah Ibu N: 160/90 mmHg.
Analisa :
TUK 3 kemampuan keluarga dalam
mengelolaan/manajemen stres tercapai.sebagian
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 4 modifikasi lingkungan untuk
untuk mendukung peningkatan koping yag adaptif
TUK 4 27-04-12
1. Diskusikan dengan keluarga tentang modifikasi Subyektif :
lingkungan yang dapat membantu mencegah Keluarga mengatakan akan berusaha
meningkatnya stress yaitu dengan pemberian melakukan komunikasi yang terbuka dengan
support, komunikasi yang terbuka dan Ibu N
menciptkana lingkungan yang selalu tenang Keluarga mengatakan selama ini keluarga
2. Upayakan keterlibatan keluarga secara optimal sering berkumpul dan berbincang-bincang
dalam memberikan dukungan sambil menonton Televisi
3. Berikan pujian atas kemampuan keluarga dalam Keluarga mengatakan akan lebih sering
memodifikasi lingkungan yang telah dilakukan berkumpul dengan anak dan cucu setiap akhir
4. Diskusikan dengan keluarga tentang modifikasi pekan
lingkungan yang dapat membantu mencegah
meningkatnya stress yaitu dengan pemberian Obyektif :
support, komunikasi yang terbuka dan Pada kunjungan rumah jam 11.00 tampak Ibu
menciptkana lingkungan yang selalu tenang N sedang berbincang berdua dengan Bpk M di
ruang tamu depan rumahnya
Suasana tampak tenang
Analisa
TUK 4 kemampuan keluarga memodifikasi
lingkungan untuk mencegah meningkatkanya
tekanan darah tercapai
Perencanaan :
Lanjutkan ke TUK 5 : memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengatasi stress yang dirasakan
oleh Ibu
TUK 5
1. Identifikasi tingkat stres yang dirujuk ke fasilitas Subyektif :
kesehatan seperti menyerang, amuk dan percobaan Keluarga dapat menyebutkan tanda bahaya dari 1-05-12
bunuh diri stress yang : prilaku mengamuk, menyerang dan
2. Diskusikan manfaat fasilitas kesehatan untuk percobaan bunuh diri yang perlu menghubungi
mengatasi stres petugas kesehatan atau datang ke puskesams
Diskusikan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi stres Keluarga mengatakan akan mengingatkan atau
Obyektif :
Keluarga tampakmemperhatikan saat perawat
memberikan penjelasan
Analisa:
200
Tekanan darah
150
sistole
100
diastole
50
Daftar Nilai Rata-rata Pretest dan Post tes Pada Kegiatan Pelatihan kelompok Swabantu Lansia hipertensi
di RW 012 Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis Kota Depok, 2012
Riwayat pendidikan :
SD Negeri Pagi I Jakarta : tahun 1977-1981
SMP Negeri 32 Jakarta : tahun 1981-1983
SMU Negeri 17 Jakarta : tahun 1983-1985
AKPER RSIJ UMJ : tahun 1985-1988
PSIK FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta : tahun 2000-2003
Program Pasca Sarjana FIK UI Depok, Jawa Barat : tahun 2008-2010
Program Ners Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI : tahun 2011-2012
Riwayat pekerjaan:
AKPER RSIJ FKK UMJ : tahun 1996-sekarang