Gangguan Cemas
Gangguan Cemas
Nama : Ny. R
Umur : 45 tahun
Alamat : BTN Lasoani Bawah blok G5 No. 13
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 8 April 2014
1. DESKRIPSI KASUS
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama: Cemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesis)
Pasien datang ke Poliklinik RSUD Undata Palu dengan keluhan
cemas yang dirasakan sejak ± 4 tahun yang lalu. Munculnya keluhan
seperti ini diawali dengan meledaknya kompor gas ± 4 tahun lalu yang
menyebabkan pasien jatuh pingsan dan di rawat di rumah sakit. Keluhan
ini muncul tidak menentu, pasien mengatakan muncul tiba-tiba sehingga
membuat pasien tiba-tiba sakit kepala disertai tegang pada leher dan
pusing, pusing yang dirasakan seperti oleng, sampai mengeluarkan
keringat dingin dan terasa mual serta nyelri ulu hati, pasien merasa lebih
enak dengan mencium aromaterapi dan minum air gula. Pasien juga
mengaku merasa takut bila sendiri di rumah sehingga pasien lebih suka
untuk mengobrol dengan tetangga. Pasien juga mengaku ketika menjelang
malam muncul perasaan takut. Pasien juga mengaku semenjak kejadian 4
tahun yang lalu membuat pasien mudah kaget sehingga ketika pasien
dikagetkan oleh sesuatu muncullah perasaan cemas tersebut. Pasien
mengaku bila tidak minum obat rasa cemas ini muncul kembali. Rasa
cemas ini muncul dalam satu minggu kurang lebih 4 kali. Pasien juga
mengatakan cepat emosi bila ada masalah dengan suami pasien. Pasien
mengaku sudah 4 kali gonta-ganti dokter dengan keluhan yang dialami
pasien namun tidak ada perubahan, namun pada saat berobat untuk yang
ke 4 kalinya di dokter jiwa, pasien merasakan ada perubahan.
f. Situasi Sekarang
Bila pasien berada di kantor keluhan tersebut tidak dirasakan pasien.
Pasien mengaku dalam 1 bulan ini pasien ada masalah dengan suaminya.
Pasien mengaku telah dibohongi oleh suaminya. Suami pasien pulang ke
Makasar dan tidak memberitahukan pasien, ketika sampai di Makasar ibu
mertua pasien yang menghubungi pasien dan memberitahukan bahwa
suaminya sedang berada di Makasar. Pasien merasa ibu mertua terlalu
mencampuri urusan keluarga pasien sehingga bila ibu mertua pasien
menelpon, pasien jarang mengangkatnya.
2. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien perempuan tampak gemuk, kulit berwarna putih. Memakai baju
kantor berwarna abu-abu senada dengan warna jilbab yang dikenakan,
tampak rapih. Terlihat sesuai dengan usianya.
2. Kesadaran
Baik, Komposmentis
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Normal
4. Pembicaraan
Berespon normal terhadap pewawancara
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : pasien merasa perasaannya bai-baik saja
2. Afek : tampak cemas
3. Empati : dapat di raba rasakan
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi :Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikir
Produktivitas : baik
Kontinuitas : Relevan, koheren mampu memberikan jawaban
sesuai pertanyaan
Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
2. Isi Pikiran
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikiran : tidak ada
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian Realitas : baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 6 : menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
3. STATUS INTERNUS
1. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 37,1ºC
2. Pemeriksaan Fisik
Thoraks :
Inspeksi: Simetris pengembngan dada kiri dan kanan, tidak tampak
iktus kordis
Palpasi: fokal vremitus simetris kiri dan kanan, iktus kordis teraba
Perkusi: sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung,
Auskultasi: bronkovesikuler, wheezing (-), rhonki (-), BJ I/II
murni, reguler
Abdomen :
Inspeksi: Tampak datar
Auskultasi: peristaltic (+) dalam batas normal
Palpasi: tidak teraba pembesaran organ
Perkusi: tympani
3. Pemeriksaan Neurologis
GCS: 15 (E4 V5 M6)
Rangsang Menings: Kaku kuduk (-), Kernig sign (-)
Pemeriksaan Nervus cranialis: dalam batas normal
Sensibilitas: dalam batas normal
SSO: BAK dan BAB dalam batas normal
Motorik: dalam batas normal
4. ANALISIS
Pasien perempuan 45 tahun datang dengan keluhan cemas dan mudah kaget
yang dialami sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu. Keluhan diawali dengan
peristiwa meledaknya kompor gas yang menyebabkan pasien pingsan dan
dirawat dirumah sakit. Pasien sering mengalami cemas secara tiba-tiba dan
tidak menentu waktunya dalam seminggu bisa kurang lebih 4 kali mengalami
keluhan tersebut. Bila muncul perasaan cemas pasien tiba-tiba sakit kepala
disertai tegang pada leher dan pusing, pusing yang dirasakan seperti oleng,
sampai mengeluarkan keringat dingin dan terasa mual serta nyeri ulu hati.
Pasien merasa takut bila sendiri di rumah, pasien juga merasa kesepian dan
bila menjelang malam kadang-kadang pasien merasa tidak nyaman. Hubungan
dengan ibu mertua kurang baik dan akhir-akhir ini hubungan dengan suami
juga kurang baik.
7. PENATALAKSANAAN
I. Farmakoterapi
a. Dapat diberikan obat golongan Benzodiazepine yaitu diazepam 2-3 x
2-5 mg/hari
b. Dapat diberikan obat Buspirone 2-3 x 10 mg/hari
8. PROGNOSIS
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup.
9. Tinjauan Pustaka
Defenisi
Revisi edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan anxietas menyeluruh
sebagai ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa
peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan.
kekhawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan dengan gejala somatic
seperti otot tegang, iritabilitas, sulit tidur dan gelisah. Anxietas tidak berfokus
pada gambaran gangguan aksis 1 lain, tidak disebabkan gangguan zat atau
keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau
psikiatri.
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ-III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Cemas Menyeluruh
(F41.1) :
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu
saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
d. Pada anak-anak, sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang
yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan
Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria
lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-),
gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)
Gambaran Klinis
Gejala utama dari gangguan cemas menyeluruh adalah:
anxietas
ketegangan motorik: bergetar, kelelahan, dan sakit kepala
hiperaktivitas autonom: pernafasan yang pendek, berkeringat, palpitasi,
dan disertai gejala saluran pencernaan
kewaspadaan secara kognitif dalam bentuk iritabilitas
Terapi
Rencana terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi farmakologi dan
psikoterapi.
a. Farmakoterapi
Golongan Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons
terapi. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu dilanjutkan
dengan masa tapering off selam 1-2 minggu.
Buspiron
Buspiron lebih efektif untuk memperbaiki gejala kognitif disbanding
gejala somatic pada gangguan cemas menyeluruh tetapi efek klinisnya
baru terasa setelah 2-3 minggu. Dapat dilakukan penggunaan bersama
antara benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi busporin
sudah mencapai maksimal.
Selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRI)
Setraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik daripada
fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.
SSRI selektif terutama pada pasien dengan riwayat depresi.
b. Psikoterapi
Terapi kognitif-perilaku
Terapi Suportif
Psikoterapi berorientasi tilikan
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
10 APRIL 2014
Disusun oleh:
NURUL HOLISA HADI
09-777-001