RS MH THAMRIN SALEMBA
NOMOR : 1084/SK-DIR/RSMHTS/XI/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT MH THAMRIN SALEMBA
1
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN :
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : November 2018
Dr..Handaria Maulidasari
2
Lampiran
SK Direktur No 1084/SK-DIR/RSMHTS/XI/2018
Tentang PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN
3
4
DAFTAR ISI
1
BAB I
DEFINISI
2
keseluruhan ranjang. Selain itu dilengkapi pula dengan bed rails untuk menjaga
keselamatan pasien dari risiko jatuh.
c. Brankar pasien
Brankar pasien adalah tempat tidur sementara untuk pasien dan mudah untuk
dipindahkan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Transfer atau pemindahan pasien merupakan salah satu bidang penting di ilmu kesehatan
(kedokteran dan keperawatan). Banyak masalah potensial yang dapat dicegah dengan
mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transfer (pemindahan pasien dilakukan). Walaupun
berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju penanganan yg
sempurna sehingga keamanan pasien tercapai masih panjang.
Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa sistem organ, yang mungkin
berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips atau yang
disebabkan oleh malfungsi peralatan lain. Efek pada system organ tersebut antara lain aritmia
(84%) pada pasien dengan ganggguan jantung, dimana memerlukan terapi emergensi pada
44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator.
Komplikasi pada system respirasi adalah perubahan frekuensi napas, penurunan PaO2.
Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami hipotensi, gangguan irama jantung, hipoksia,
dan peningkatan intracranial.
Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead EKG, monitor mati,
diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator. Untuk mencegah komplikasi-
komplikasi tersebut.
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
a) Transfer pasien dari IGD ke Instalasi rawat inap non intensif , Instalasi Rawat Inap Intensif
dewasa, Instalasi Rawat Inap Intensif anak dan Instalasi Bedah Sentral
b) Transfer pasien dari Instalasi rawat Inap ke Instalasi Rawat Inap Intensif dewasa,
Instalasi Rawat Inap Intensif anak dan Instalasi Bedah Sentral
c) Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi rawat inap non intensif
d) Transfer pasien dari Instalasi Bedah Sentral ke Instalasi rawat inap non intensif, Instalasi
Rawat Inap Intensif dewasa, dan Instalasi Rawat Inap Intensif anak.
e) Transfer pasien dari IGD ke Instalasi Radiologi
f) Transfer pasien dari Instalasi rawat inap ke Instalasi Radiologi
4
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam prosedur transfer pasien ada dua pihak yaitu pihak yang menerima pasien dan
pihak yang mengirim pasien.
5
d. Instalasi Rawat Inap Intensif Dewasa
e. Instalasi Rawat Inap Intensif Anak
f. Instalasi Rawat Inap Non Intensif
g. Instalasi Rawat Jalan
h. Instalasi Gawat Darurat
i. Instalasi Rehabilitasi Medik
6
pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung jawab atas
kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU.
d. melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan
prioritas kondisi medik pasien mana yang akan dirawat di ICU.
e. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Pelayanan Intensif
Intensif Care Unit (ICU) mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian
khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan
Intensif diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis.
Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan.
f. Kriteria pasien masuk Intensif Care Unit
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi
yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi pasien
yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan dengan
pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif
atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk ke ICU.
- Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti dukungan/bantuan ventilasi dan alat
bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif continue,
obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien
sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1 umumnya tidak
mempunyai batas.
7
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dari
Ruangan/DPJP selama proses transfer berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh
dokter Ruangan/DPJP)
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di
unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat, atau paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari
tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan
atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi,
dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan
perawat / paramedis lainnya).
8
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory
support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-
organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif / IGD
atau paramedis lainnya).
7. Saat Dr Ruangan/ DPJP tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan
anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan keputusan
haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit
berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra rumah sakit
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas Bantuan hidup dasar Oksigen
yang Pelatihan tabung gas Suction
berpengalaman Pemberian obat-obatan Tiang infus
(sesuai dengan Kenal akan tanda portabel
kebutuhan deteriorasi Pompa infus
pasien) Keterampilan trakeostomi dengan baterai
dan suction Oksimetri denyut
9
Derajat 2 Perawat dan Semua ketrampilan di atas, Semua peralatan
Petugas ditambah; di atas,
keamanan/ TPK Dua tahun pengalaman ditambah;
dalam perawatan intensif Monitor EKG
(oksigenasi, sungkup dan tekanan
pernapasan, defibrillator, darah
monitor) Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter Monitor ICU
dan TPK/ harus di atas standar minimal portabel yang
Petugas Dokter: lengkap
keamanan Ventilator dan
Minimal 6 bulan
peralatan
pengalaman mengenai
transfer yang
perawatan pasien intensif
memenuhi
dan bekerja di ICU
standar minimal.
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis
Perawat:
10
Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis
11
BAB IV
DOKUMENTASI
12
TRANSFER PASIEN
RS MH THAMRIN
SALEMBA
STANDAR Ditetapkan :
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL
15 November 2018
(SPO)
Dr. Handaria Maulidasari
Direktur
PENGERTIAN Transfer pasien adalah memindahkan pasien dan kelengkapan
dok dokumentasi ke unit lain sebagai pengelola pasien selanjutnya.
Definisi Transporter Pasien
Transporter adalah petugas yang berwenang dan memiliki kompetensi
melakukan transfer pasien
A. Instalasi Radiologi
B. Instalasi Bedah Central
C. Instalasi Hemodialisa
D. Instalasi Rawat Inap Intensif Dewasa
E. Instalasi Rawat Inap Intensif Anak
F. Instalasi Rawat Inap Non Intensif
G. Instalasi Rawat Jalan
H. Instalasi Gawat Darurat
I. Instalasi Rehabilitasi Medik
7. Kriteria kelayakan transfer pasien antar unit ( didalam rumah
sakit):
A. Kondisi pasien stabil sehingga layak transfer
B. Pada kondisi dimana stabilitas sulit dicapai karena
C. Masalah tertentu (telah mendapatkan resusitasi mak
simal), maka pertimbangan “segera” transfer pasien
agar secepatnya mendapatkan kebutuhan medis yang
diperlukan. Tetap berpegang pada prinsip jangan
membuat penyakit/cidera penderita menjadi lebih parah/
do not further harm.
D. Bila kondisi unit/ruang yang ditentukan telah siap
menerima pasien, maka proses transfer ke unit/ruang
bisa dilakukan.
E. Mendapatkan rekomendasi dari DPJP/dokter atau sesuai
kriteria bila dibutuhkan transfer pasien ke Instalasi
Pelayanan insentif.
F. Telah disepakati dan disetujui oleh pasien atau keluarga
G. Dokumen transfer telah dilengkapi.
8. Transfer pasien Pelayan Intensif
A. Sebelum pasien masuk ke Pelayanan Intensif, pasien dan
keluarganya di komunikasikan mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan
perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin
akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU.
a. Derajat 0:
b. Derajat 1:
c. Derajat 2:
d. Derajat 3:
Keterampilan
trakeostomi dan suction
Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
Keterampilan menangani
permasalahan jalan
napas dan pernapasan,
minimal level ST 3 atau
sederajat.
Harus mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun
bekerja di ICU
Keterampilan
bantuan hidup dasar
dan lanjut
Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis
Staf keperawatan
Petugas ambulans
1