Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN DIREKTUR

RS MH THAMRIN SALEMBA
NOMOR : 1084/SK-DIR/RSMHTS/XI/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT MH THAMRIN SALEMBA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MH THAMRIN SALEMBA

MENIMBANG 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit


:
diperlukan adanya buku Panduan Tentang Transfer pada pasien
di Rumah Sakit MH Thamrin Salemba.
2. Perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit MH
Thamrin Salemba.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/SK/VIII/2011


tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/SK/VI/2001
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit.

1
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :

KESATU : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit MH Thamrin Salemba tentang


Panduan Transfer Pasien Rumah Sakit MH Thamrin

KEDUA : Panduan Transfer pasien rumah Sakit MH Thamrin Salemba yang di


maksud dalam Diktum kesatu sebagaimana tercantum dalam lampiran
peraturan ini

KETIGA : Panduan Transfer pasien Rumah sakit MH Thamrin Salemba yang


dimaksud Diktum kedua harus dijadikan acuan dalam memberikan
pelayanan di Rumah Sakit MH Thamrin Salemba

KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal di tetapkannya dan apabila di


kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan di adakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : November 2018

DIREKTUR RS MH THAMRIN SALEMBA

Dr..Handaria Maulidasari

2
Lampiran
SK Direktur No 1084/SK-DIR/RSMHTS/XI/2018
Tentang PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN

PANDUAN TRANSFER PASIEN


RS MH THAMRIN SALEMBA

RUMAH SAKIT MH THAMRIN SALEMBA


JL. Salemba tengah No. 24-28
Jakarta Pusat 10440
Telp.(021) 3904422

3
4
DAFTAR ISI

BAB 1 DEFINISI ………………………………………………………………………………2

BAB II RUANG LINGKUP ……………………………………………………………………4

BAB III TATA LAKSANA …………………………………………………………………… .5

BAB IV DOKUMENTASI …………………………………………………………………….. 8

1
BAB I

DEFINISI

1. Definisi Transfer Pasien


Transfer pasien adalah memindahkan pasien dan kelengkapan dokumentasi ke unit lain
sebagai pengelola pasien selanjutnya.
2. Macam Transfer Pasien di Internal Rumah Sakit
Transfer pasien didalam rumah sakit/ pindah ruang adalah memindahkan pasien dari unit
atau ruang perawatan ke unit atau ruang perawatan yang lain. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan selanjutnya.
3. Alat Untuk Transfer Pasien
a. Kursi roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan
berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera, maupun cacat.
Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain.
Digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis.

b. Bed pasien tiga engkol


Bed pasien atau tempat tidur pasien tiga engkol adalah tempat tidur yang digunakan
untuk tidur pasien dan bisa dioperasikan untuk menaik turunkan kepala, kaki dan

2
keseluruhan ranjang. Selain itu dilengkapi pula dengan bed rails untuk menjaga
keselamatan pasien dari risiko jatuh.

c. Brankar pasien
Brankar pasien adalah tempat tidur sementara untuk pasien dan mudah untuk
dipindahkan.

3
BAB II

RUANG LINGKUP

Transfer atau pemindahan pasien merupakan salah satu bidang penting di ilmu kesehatan
(kedokteran dan keperawatan). Banyak masalah potensial yang dapat dicegah dengan
mengoptimalkan kondisi pasien sebelum transfer (pemindahan pasien dilakukan). Walaupun
berbagai usaha meminimalisasi komplikasi sudah dilakukan, jalan menuju penanganan yg
sempurna sehingga keamanan pasien tercapai masih panjang.
Pemindahan pasien dapat berefek pada beberapa sistem organ, yang mungkin
berhubungan dengan pergerakan pasien seperti dislokasi peralatan, drips atau yang
disebabkan oleh malfungsi peralatan lain. Efek pada system organ tersebut antara lain aritmia
(84%) pada pasien dengan ganggguan jantung, dimana memerlukan terapi emergensi pada
44% kasus. Hipotensi dan aritmia sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilator.
Komplikasi pada system respirasi adalah perubahan frekuensi napas, penurunan PaO2.
Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami hipotensi, gangguan irama jantung, hipoksia,
dan peningkatan intracranial.
Peralatan yang berhubungan dengan komplikasi yaitu diskoneksi lead EKG, monitor mati,
diskoneksi jalur intravena/intraarteri atau dari ventilator. Untuk mencegah komplikasi-
komplikasi tersebut.
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari:
a) Transfer pasien dari IGD ke Instalasi rawat inap non intensif , Instalasi Rawat Inap Intensif
dewasa, Instalasi Rawat Inap Intensif anak dan Instalasi Bedah Sentral
b) Transfer pasien dari Instalasi rawat Inap ke Instalasi Rawat Inap Intensif dewasa,
Instalasi Rawat Inap Intensif anak dan Instalasi Bedah Sentral
c) Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi rawat inap non intensif
d) Transfer pasien dari Instalasi Bedah Sentral ke Instalasi rawat inap non intensif, Instalasi
Rawat Inap Intensif dewasa, dan Instalasi Rawat Inap Intensif anak.
e) Transfer pasien dari IGD ke Instalasi Radiologi
f) Transfer pasien dari Instalasi rawat inap ke Instalasi Radiologi

4
BAB III

TATA LAKSANA

Dalam prosedur transfer pasien ada dua pihak yaitu pihak yang menerima pasien dan
pihak yang mengirim pasien.

A.Tata laksana Transfer Pasien


Transfer pasien didalam rumah sakit
Transfer pasien didalam rumah sakit adalah memindahkan pasien dari unit atau ruang
perawatan ke unit atau ruang perawatan yang lain. Transfer pasien didalam rumah sakit
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan kelengkapan dokumen dan keselamatan pasien.
1. Proses transfer pasien didalam rumah sakit biasanya disebut memindahkan pasien
atau mengantarkan pasien ke unit atau ruang lain.
2. Serah terima pasien
a. Salah satu kegiatan memindahkan / transfer pasien didalam rumah sakit adalah
melakukan serah terima klinis.
b. Serah terima klinis adalah salah satu komponen dalam aspek mutu dan
keselamatan pelayanan kesehatan
c. Ketika pasien dan dokumennya ditransfer, maka serah terima klinis
3. Proses transfer pasien yang bermutu tinggi meliputi proses transfer informasi
dengan keterlibatan komunikasi yang efektif, penanggung jawab transfer yang
berkompeten dan pemindahan pasien dengan aman
4. Pemindahan pasien dengan aman meliputi transfer benar pasien, benar alat transfer,
benar petugas transfer yang melakukan transfer dan kelayakan alat-alat yang
digunakan unutk menjaga keselamatan selama proses transfer.
5. Memasang bed rails (pengaman tempat tidur pasien) pada saat proses transfer
pasien sangat dianjurkan bila menggunakan tempat tidur untuk menghindari resiko
jatuh
6. Instalasi unit berikut yang terkait dalam proses transfer pasien didalam rumah sakit
adalah sebagai berikut:
a. Instalasi Radiologi
b. Instalasi Bedah Central
c. Instalasi Hemodialisa

5
d. Instalasi Rawat Inap Intensif Dewasa
e. Instalasi Rawat Inap Intensif Anak
f. Instalasi Rawat Inap Non Intensif
g. Instalasi Rawat Jalan
h. Instalasi Gawat Darurat
i. Instalasi Rehabilitasi Medik

7. Kriteria kelayakan transfer pasien antar unit (didalam rumah sakit):


a. Kondisi pasien stabil sehingga layak transfer
b. Pada kondisi dimana stabilitas sulit dicapai karena masalah tertentu (telah
mendapatkan resusitasi maksimal), maka pertimbangan “segera” transfer
pasien agar secepatnya mendapatkan kebutuhan medis yang diperlukan.
Tetap berpegang pada prinsip jangan membuat penyakit/cidera penderita
menjadi lebih parah/ do not further harm.
c. Bila kondisi unit/ruang yang ditentukan telah siap menerima pasien, maka
proses transfer ke unit/ruang bisa dilakukan.
d. Mendapatkan rekomendasi dari DPJP/dokter atau sesuai kriteria bila
dibutuhkan transfer pasien ke Instalasi Intensif Dewasa dan Anak.
e. Telah disepakati dan disetujui oleh pasien atau keluarga
f. Dokumen transfer telah dilengkapi.
8. Transfer pasien Pelayan Intensif
a. Sebelum pasien masuk ke Instalasi Intensif Dewasa dan Anak , pasien dan
keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta
tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di
ICU.
b. Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter / Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP)
c. Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau keluarganya dapat menerima /
menyatakan persetujuan untuk dirawat di instalasi pelayanan intensif.
Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu rumah
sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan
atau permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi daripada kemampuan

6
pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung jawab atas
kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU.
d. melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan
prioritas kondisi medik pasien mana yang akan dirawat di ICU.
e. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Pelayanan Intensif
Intensif Care Unit (ICU) mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian
khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan
Intensif diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis.
Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan.
f. Kriteria pasien masuk Intensif Care Unit
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi
yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi pasien
yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan dengan
pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif
atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk ke ICU.
- Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti dukungan/bantuan ventilasi dan alat
bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif continue,
obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien
sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1 umumnya tidak
mempunyai batas.

Pendampingan Pasien Selama Transfer


1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya
penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter ruangan (dr DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalam
menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer
berlangsung.

7
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dari
Ruangan/DPJP selama proses transfer berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh
dokter Ruangan/DPJP)

a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di
unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat, atau paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari
tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan
atau dokter (selama transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi,
dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan
perawat / paramedis lainnya).

8
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory
support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-
organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif / IGD
atau paramedis lainnya).
7. Saat Dr Ruangan/ DPJP tidak dapat menjamin terlaksananya bantuan / dukungan
anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan keputusan
haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit
berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra rumah sakit
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang  Pelatihan tabung gas  Suction
berpengalaman  Pemberian obat-obatan  Tiang infus
(sesuai dengan  Kenal akan tanda portabel
kebutuhan deteriorasi  Pompa infus
pasien)  Keterampilan trakeostomi dengan baterai
dan suction  Oksimetri denyut

9
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di atas,  Semua peralatan
Petugas ditambah; di atas,
keamanan/ TPK  Dua tahun pengalaman ditambah;
dalam perawatan intensif  Monitor EKG
(oksigenasi, sungkup dan tekanan
pernapasan, defibrillator, darah
monitor)  Defibrillator
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter  Monitor ICU
dan TPK/ harus di atas standar minimal portabel yang
Petugas Dokter: lengkap
keamanan  Ventilator dan
 Minimal 6 bulan
peralatan
pengalaman mengenai
transfer yang
perawatan pasien intensif
memenuhi
dan bekerja di ICU
standar minimal.
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis
Perawat:

 Minimal 2 tahun bekerja di


ICU
 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut

10
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien
dengan sakit berat / kritis

11
BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian Transfer Pasien terutama pasein medis, perlu


didokumentasikan dalam berkas rekam medis, kertas copy-an dimasukkan ke dalam berkas
rekam medis,baik berkas rekam medis rawat jalan maupun berkas rekam medis inap. Tujuan
pendokumentasian ini untuk mengikuti perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun
penanganan, serta nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

12
TRANSFER PASIEN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


0073/SPO/YANMED/ 00
1 / 25
RSMHTS/XI/2018

RS MH THAMRIN
SALEMBA
STANDAR Ditetapkan :
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL
15 November 2018
(SPO)
Dr. Handaria Maulidasari
Direktur
PENGERTIAN Transfer pasien adalah memindahkan pasien dan kelengkapan
dok dokumentasi ke unit lain sebagai pengelola pasien selanjutnya.
Definisi Transporter Pasien
Transporter adalah petugas yang berwenang dan memiliki kompetensi
melakukan transfer pasien

TUJUAN Pasien membutuhkan pengobatan atau tindakan medis spesialistik untuk


mendukung diagnosa atau terapi lanjutan

Pasien membutuhkan penanganan yang lebih lanjut untuk melanjutkan


pengobatan

KEBIJAKAN 1. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang- Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3 .Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/SK/VI/2001 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Proses transfer pasien didalam rumah sakit biasanya disebut
memindahkan pasien atau mengantarkan pasien ke unit atau
ruang lain.
2. Serah terima pasien
a. Salah satu kegiatan memindahkan / transfer pasien di
dalam rumah sakit adalah melakukan serah terima klinis.
b. Serah terima klinis adalah salah satu komponen dalam
aspek mutu dan keselamatan pelayanan kesehatan
c. Ketika pasien dan dokumennya ditransfer, maka serah
terima klinis
3. Proses transfer pasien yang bermutu tinggi meliputi proses
transfer informasi dengan keterlibatan komunikasi yang efektif,
penanggung jawab transfer yang berkompeten dan
pemindahan pasien dengan aman
4. Pemindahan pasien dengan aman meliputi transfer benar
pasien, benar alat transfer, benar petugas transfer yang
melakukan transfer dan kelayakan alat-alat yang digunakan
untuk menjaga keselamatan selama proses transfer.
5. Memasang bed rails (pengaman tempat tidur pasien) pada
saat proses transfer pasien sangat dianjurkan bila
menggunakan tempat tidur untuk menghindari resiko jatuh
6. Instalasi unit berikut yang terkait dalam proses transfer pasien
didalam rumah sakit adalah sebagai berikut:

A. Instalasi Radiologi
B. Instalasi Bedah Central
C. Instalasi Hemodialisa
D. Instalasi Rawat Inap Intensif Dewasa
E. Instalasi Rawat Inap Intensif Anak
F. Instalasi Rawat Inap Non Intensif
G. Instalasi Rawat Jalan
H. Instalasi Gawat Darurat
I. Instalasi Rehabilitasi Medik
7. Kriteria kelayakan transfer pasien antar unit ( didalam rumah
sakit):
A. Kondisi pasien stabil sehingga layak transfer
B. Pada kondisi dimana stabilitas sulit dicapai karena
C. Masalah tertentu (telah mendapatkan resusitasi mak
simal), maka pertimbangan “segera” transfer pasien
agar secepatnya mendapatkan kebutuhan medis yang
diperlukan. Tetap berpegang pada prinsip jangan
membuat penyakit/cidera penderita menjadi lebih parah/
do not further harm.
D. Bila kondisi unit/ruang yang ditentukan telah siap
menerima pasien, maka proses transfer ke unit/ruang
bisa dilakukan.
E. Mendapatkan rekomendasi dari DPJP/dokter atau sesuai
kriteria bila dibutuhkan transfer pasien ke Instalasi
Pelayanan insentif.
F. Telah disepakati dan disetujui oleh pasien atau keluarga
G. Dokumen transfer telah dilengkapi.
8. Transfer pasien Pelayan Intensif
A. Sebelum pasien masuk ke Pelayanan Intensif, pasien dan
keluarganya di komunikasikan mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan
perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin
akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU.

B. Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter / Dokter


Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
C..Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau keluarganya
dapat menerima / menyatakan persetujuan untuk dirawat
di instalasi pelayanan intensif. Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani formulir informed consent.
D. melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU
menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik pasien
mana yang akan dirawat di ICU.
E, Kriteria pasien masuk Intensif Care Unit
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan
yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan
penggunaan tempat tidur yang tinggi pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan
dibandingkan dengan pasien yang memerlukan
pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas
beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan
untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.

Pendampingan Pasien Selama Transfer

1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2


orang tenaga medis.

2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang


mendampingi pasien bergantung pada kondisi / situasi klinis dari
tiap kasus (tingkat / derajat beratnya penyakit / kondisi pasien).

3. Dokter ruangan (dr DPJP), bertugas untuk membuat keputusan


dalam menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien
selama transfer berlangsung.

4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus


paham dan mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya
yang berkaitan dengan proses transfer.

5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan


dampingan dari Ruangan/DPJP selama proses transfer
berlangsung.

d. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya


dengan baik dan tidak membutuhkan bantuan ventilator /
oksigenasi

e. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)


f. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif
akut di mana intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi
hasil

6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer


berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis.
(keputusan harus dibuat oleh dokter Ruangan/DPJP)

a. Derajat 0:

Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di


unit/ rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat, atau paramedis (selama transfer).

b. Derajat 1:

Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya


menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana membutuhkan
perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari
tim perawatan kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan
atau dokter (selama transfer).

c. Derajat 2:

Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk


penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi,
dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan
perawat / paramedis lainnya).

d. Derajat 3:

Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced


respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory
support) dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ,
termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-
organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan
berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif / IGD
atau paramedis lainnya).

7. Saat Dr Ruangan/ DPJP tidak dapat menjamin terlaksananya


bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses
transfer; pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan
prioritas dan risiko terkait transfer.

8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien


dengan sakit berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan
berpengalaman.

9. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses


transfer.

Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa


Selama Transfer

Kompetensi SDM untuk transfer intra rumah sakit

Pasien Petugas keterampilan yang dibutuhkan Peral


pendamping
(minimal)

Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar


Keamanan

Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar


(orang Keamanan
tua/delirium)

Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar 


yang
 Pelatihan tabung gas 
berpengalaman
(sesuai dengan  Pemberian obat-obatan 
kebutuhan
pasien)
 Kenal akan tanda 
deteriorasi

 Keterampilan
trakeostomi dan suction 

Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di 


Petugas atas, ditambah;
keamanan/ TPK
 Dua tahun pengalaman
dalam perawatan intensif
(oksigenasi, sungkup 
pernapasan, defibrillator,
monitor)

Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter 


dan TPK/ harus di atas standar minimal
Petugas
Dokter:
keamanan

 Minimal 6 bulan
pengalaman mengenai
perawatan pasien intensif
dan bekerja di ICU

 Keterampilan bantuan
hidup dasar dan lanjut

 Keterampilan menangani
permasalahan jalan
napas dan pernapasan,
minimal level ST 3 atau
sederajat.

 Harus mengikuti
pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit
berat / kritis

Perawat:

 Minimal 2 tahun
bekerja di ICU

 Keterampilan
bantuan hidup dasar
dan lanjut

 Harus mengikuti
pelatihan untuk
transfer pasien
dengan sakit berat /
kritis

UNIT TERKAIT DPJP

Staf keperawatan

Petugas ambulans
1

Anda mungkin juga menyukai