Anda di halaman 1dari 13

Sinopsis film Remember The Titans :

Film yang disutradarai oleh Boaz Yakin dan diproduseri tangan emas Jerry Bruckheimer
memperoleh sukses di mana-mana. Tema olahraga yang diusung oleh film ini adalah American
Football, olah raga yang sangat digemari oleh penduduk Amerika. Film yang dibintangi oleh
Denzel Washington ini memberi pesan moral yang sangat menyentuh dan membuat para
penonton untuk berfikir dua kali untuk melakukan tindakan intimidasi terhadap seseorang yang
berbeda suku, ras, golongan maupun agama. Cerita ini berlatar belakang di Virginia tahun
1970an, pada saat itu masalah rasial menjadi isu utama. Untuk membantu keadaan menjadi lebih
harmonis, dua sekolah menggabungkan antara sekolah kulit hitam dengan sekolah kulit putih
untuk menjadi satu team football dalam sebuah tournament. Tetapi yang terjadi adalah bentrokan
antara dua ras dan masalah mereka adalah merupakan anggota utama dari tim American Football
berkulit putih enggan posisi mereka direbut oleh para anggota kulit hitam. Kendati masalah rasial
selalu ada, ada satu hal yang selalu bisa mempersatukan seluruh kota itu: kecintaan mereka
terhadap olahraga American Football.

Keadaan diperparah dengan pertikaian yang tidak hanya terjadi di kalangan murid antar murid
tetapi juga para pelatih. Pelatih baru yang diangkat jadi pelatih kepala adalah seorang kulit hitam
bernama Herman Boone. Asisten pelatih lama yang selama ini selalu mengawasi murid-murid
lama jelas merasa tersaingi dan dicurangi posisinya. Namun, asisten bernama Bill Yoast ini tidak
mengambil tindakan dan beranggapan bahwa Coach Boone akan gagal dengan sendirinya dan
dia akan mengambil alih posisi yang sudah lama ia dambakan itu. Pada kenyatannya, metode
unik dari cara pelatihan Coach Boone berhasil menyatukan tim mereka menjadi satu tim yang
benar-benar solid, benturan-benturan rasial masih terjadi, tetapi semuanya dapat diatasi. Coach
Boone dan Coach Yoast pun makin padu menjadi pelatih yang mengajarkan defense dan offense
dalam permainan American Football. Masa pelatihan di training camp berakhir dengan sukses,
dan mereka pulang sebagai satu unit, satu tim, sebagai sahabat yang saling bisa menggantungkan
satu sama lain. Mereka yang semula paling berseteru

Masalah baru yang terjadi adalah ketika mereka dikembalikan ke dunia nyata, dan mereka
disadarkan bahwa masalah rasial tetap terjadi di sekeliling mereka. Contohnya Ibu Gertier yang
tak sudi apabila anaknya harus berteman dengan Julius. Apakah mereka bisa mempertahankan
keutuhan tim mereka dan menjuarai pertandingan demi pertandingan? Atau mereka akan kembali
tercerai-berai seperti semula? Akting para aktor di dalam film ini semuanya meyakinkan. Denzel
Washington memainkan performa yang solid sebagai Herman Boone yang adalah seorang pelatih
yang tegas dan keras. Di lain pihak, Will Patton juga berhasil menjalankan aktingnya sebagai
Coach Yoast dengan brilian. Apabila Boone adalah sisi keras dari kepelatihan maka Yoast adalah
sisi lembut yang mampu menyelaraskannya, tak heran performa keduanya penuh problematika,
tetapi dengan berjalannya waktu merekapun juga saling mengisi. Namun yang benar-benar
mampu merebut perhatian adalah chemistry antara Julius dan Bertier. Hubungan keduanya
teruntai dengan sangat baik sehingga ketika film terus bergerak akan merasa bahwa mereka
adalah sahabat sejati dan saudara yang tak terpisahkan. Tentu saja Hayden Panettiere yang masih
muda saat itu ikut mencuri perhatian karena kelincahan dan kecintaannya terhadap American
football.

Pesan nyata yang ingin disampaikan dalam film ini bukanlah mengenai bagaimana sebuah tim
yang bersatu untuk menjuarai sebuah turnamen, tidak sama sekali. Yang ingin disampaikan oleh
film ini adalah pesan rasial dan bagaimana sebuah tim American Football bisa membuat apa
yang semula adalah perbedaan itu menjadi sebuah kesatuan dan persamaan yang solid. Sebuah
impian bersama yang dapat terwujud karena kebersamaan dan persamaan untuk menggapai satu
tujuan.

Sinopsi
Adalah Herman Bonne seorang afro amerika yang ditempatkan menjadi pelatih football Amerika
di TC William High School di Virginia. Posisinya sebagai pelatih menggantikan pelatih Yoast,
pelatih kulit putih yang sangat dihormati oleh murid dan orang tua siswa. Tempat dan waktu
episode ini berlangsung di Virginia 1971, saat dimana rasisme terutama antara kulit putih dan
kulit hitam masih kental. Pergantian pelatih ini kontan menuai aksi protes dan rencana boikot
oleh siswa dan warga kulit putih. Selama posisi pelatih dari warga kulit putih tidak ada
seorangpun siswa kulit hitam yang dapat menjadi pemain tim football sekolah. Proses suksesi
kepemimpinan berjalan nyaris menuai pertengkaran setelah Boone dan Yoast sepakat untuk
memadukan para pemain siswa kulit putih dan kulit hitam.
Terlihat sekali para siswa kulit hitam dan kulit putih bagaikan minyak dan air, tidak pernah akur,
penuh kecurigaan dan amarah. Pelatih Yoast pun akhirnya diterima kembali sebagai pelatih
bagian pertahanan dibawah “supervisi” Coach Boone. Konflik dan pertentangan berlangsung
dalam tim football TC William. Coach Boone pun melakukan acara tim building untuk
menguatkan timnya. Sejak awal keberangkatan Coach Boone sudah melakukan “inovasi”
kepemimpinan, dalam Bus seluruh anggota tim harus memiliki pasangan duduk dari rekannya
yang berbeda ras. Ditambah lagi saat di Kamp pelatihan siswa berbeda ras dicampur dalam satu
kamar (putih-hitam dalam satu kamar). Kontan perkelahian antar siswa yang masing-masing
membawa sentimen ras kerap terjadi.

Selanjutnya Boone memberikan tugas masing-masing pasangan kamar yang notabene saling
membenci untuk saling mengenal satu sama lain, jika tidak porsi latihan yang gila-gilaan akan
terus menjadi “santapan”mereka. Akhirnya perubahan terjadi saat Coach Boon mengajak para
anggota tim untuk lari kedaerah lapangan tempat terjadinya pertempuran Gettysburg.
Pertempuran paling berdarah dalam sejarah perang sipil Amerika Serikat. ‘Why that war was
fought’ (‘…the same fight we are still having today’) adalah ucapan yang dilontarkan Coach
Boone diatas lapangan yang pernah menjadi saksi ribuan orang kulit putih dan kulit hitam tewas
akibat perang saudara. Pertumpahan darah yang dipicu oleh kedengkian akibat perbedaan warna
kulit (yang mungkin sampai sekarang masih terjadi).

Akhirnya sentimen ras mereka pun berubah menjadi rasa solid tim yang kuat. Para pemain tim
afro Amerika dan kulit putih mulai bisa bekerja sama sebagai rekan tim. Coach Boone dan Coach
Yoast pun mulai berubah menjadi kolega yang saling menghormati walaupun berbeda warna
kulit. Ditangan duo pelatih utama Boone-Yoast, “THE TITANS” tim foorball TC William
mampu menorehkan prestasi football yang luar biasa dilevel nasional, sehingga menjadi
kebanggaan daerah Alexandria Virginia. Walaupun terdiri atas para pemain yang berbeda warna
kulit tapi mampu memberikan kemampuan bermain dan kerjasama tim yang luar biasa. Diakhir
cerita masing-masing tokoh pemain THE TITANS berkumpul kembali saat pemakaman Bertier.
Coach Boone dan Coach Yoast tetap bersahabat dekat sampai tua.

Dalam drama yang memukau ini ditampilkan karakter tokoh yang unik, ada Gerry Bertier dan
Julius Campbell, dua orang pemain menonjol yang berbeda warna kulit yang akhirnya menjadi
“saudara” walaupun akhirnya Bertier mengalami kecelakaan sampai menjadi lumpuh. Drama ini
diangkat menjadi film berjudul Remember The Titans, film lawas tahun 2000 yang dibintangi
Denzel Washington, sebagai Coach Boone dengan kemampuan akting yang memukau.

Film ini pernah menjadi film favorit waktu masih sering kumpul bersama klub “kejora” setiap
malam minggu…. Film ini mengandung pesan mengani kepemimpinan berkarakter yang mampu
membangun sinergi kokoh.
“Ain’t mountain too high to climb” menjadi theme song film ini. Film drama lawas yang sarat
dengan pesan kepemimpinan dan humanisme…tidak rugi jika kembali menonton, mudah-
mudaha ada hikmah kepemimpinan yang bisa diambil.
Film “Remember The Titans” merupakan film yang berdasarkan peristiwa nyata pada 1971 di
Washington, D.C, Amerika Serikat (AS). Film ini mengisahkan seorang pelatih football berkulit
hitam, Herman Boone yang dimutasi dari North Carolina ke sekolah T.C. William High School,
Alexandria dalam rangka integrasi kulit putih dan kulit hitam di AS. Posisinya di North Carolina
kini ditempati oleh seorang pelatih kulit putih. Sebaliknya, Boone menempati posisi ketua pelatih
di tempat yang baru, mengancam posisi pelatih Bill Yoast yang dicalonkan sebagai kandidat
Virginia High School Hall of Fame. Olahraga football menjadi ‘jiwa’ khususnya bagi siswa SMU
saat itu sehingga keberlangsungan football di sekolah turut menjadi perhatian utama.

Boone dikenal cukup aktif memperjuangkan keadilan bagi warga kulit hitam di tempat
sebelumnya. Keaktifan Boone membuatnya cukup dikenal dan dihargai warga kulit hitam di
Washington, D.C. Setibanya di perumahan yang baru, Boone segera disambut oleh warga kulit
hitam. Sayangnya, tidak semua warga, di perumahan maupun di sekolahnya, kulit hitam maupun
kulit putih, mampu menerima Boone secara objektif. Terutama ketika ia menjadi ketua pelatih
football, mengatasi pelatih berkulit putih, Yoast yang diajukan menjadi kandidat Virginia High
School Hall of Fame.

Merasa direndahkan, Yoast yang mengabdikan hidupnya untuk olahraga football hingga
ditinggalkan istrinya, sempat bermaksud mengundurkan diri sebagai pelatih football. Namun
orang tua dan para murid yang dilatihnya, yang berkulit putih, tidak bisa menerima keputusan
Yoast. Mereka mengancam akan memboikot sekolah dan meninggalkan tim football jikaYoast
bersikukuh mengundurkan diri. Pelatih Yoast pun membatalkan niatnya mengundurkan diri
sehingga para murid berkulit putih pun tetap bermain di tim football sekolah tersebut.

Persoalan integrasi yang sesungguhnya pun dimulai. Boone sebagai ketua pelatih harus membuat
naradidiknya yang terdiri atas kulit hitam dan putih dapat saling menerima dan melebur sebagai
satu tim. Boone juga masih harus terus menerus belajar menerima keberadaan dan pendapat
Yoast sebagai asistennya. Pada akhir kisah, kita bisa melihat bagaimana Boone dan Yoast
berhasil mempersatukan naradidiknya. Keberhasilan integrasi yang bermula di tim football itu
pun menjadi teladan bagi warga.

Hal menarik yang teramati dari ‘kulit hitam’ ketika mengetahui bahwa pelatihnya juga
berkulit hitam, dan reaksi ‘kulit putih’ dengan pelatih berkulit hitam

Merupakan hal yang menarik melihat reaksi warga kulit hitam ketika menyambut Boone di
lingkungan mereka. Warga menyambut dengan sangat senang. Salah satu warga kulit hitam
bahkan memperkenalkan anaknya, Julius Campbell sebagai salah satu pemain football. Orang
tua Julius, Charles Campbell dengan sangat percaya diri menyerahkan anaknya untuk dilatih
Boone. Charles menyebut Boone sebagai jawaban dari doa para kulit hitam di sana. Boone
menolak julukan itu dan mengatakan dirinya hanyalah pelatih football, bukan juruselamat.
Namun Charles dan warga lainnya berseru mengatakan dengan lantang bahwa Boone adalah
pelatih semua warga kulit hitam di sana.
Sementara itu,para murid berkulit hitam telah menanti Pelatih Boone dengan antusias. Mereka
bernyanyi bahagia karena kini memiliki kesempatan bergabung dalam tim football. Bahkan
mereka menyanyi, “Black inside, black inside…” seakan merasa kini waktu bagi kulit hitam
untuk menguasai apa yang selama ini dikuasai kulit putih.

Big Blue, salah satu murid kulit hitam, mengatakan bahwa The Titans (nama tim tersebut) tidak
memerlukan kulit putih dalam tim tersebut. Selain itu, Petey, murid kulit hitam lainnya,
tersenyum dan mengangkat tangannya, berusaha mencari perhatian Boone. Respons Petey yang
sselalu tersenyum dan menjawab dengan tidak yakin membuat Boone berbicara dengan lebih
keras dan tegas. Boone juga menjelaskan peraturan ketatnya. Hal ini membuat Petey menghela
napas dan air mukanya segera berganti. Boone dengan lantang mengatakan bahwa apa yang
diterapkannya bukanlah demokrasi, melainkan kediktatoran.

Lain halnya dengan reaksi kelompok kulit putih ketika mengetahui bahwa posisi Pelatih Yoast
digantikan Pelatih Boone. Salah satunya adalah Sheryl Yoast, putri Pelatih Yoast. Di usianya
tersebut (9 tahun), Sheryl begitu memandang rendah kulit hitam karena melihat perkembangan
kasus rasisme di sana. Tapi saya sendiri meyakini bahwa reaksi Sheryl lebih dikarenakan posisi
ayahnya digantikan Boone yang berkulit hitam.

Berbeda lagi dengan reaksi Louie Lastik, murid kulit putih pindahan dari Bayonne. Lastik secara
tiba-tiba datang ke lapangan untuk bergabung dengan para murid kulit hitam. Lastik segera
bergabung dengan tim karena mengetahui pembukaan tim. Lastik bahkan berani menyapa
seluruh kulit hitam yang ada di lapangan. Hal ini tentu membingungkan para murid kulit hitam.

Namun tiba-tiba Yoast dan seluruh murid kulit putih memasuki lapangan. Salah satu murid kulit
putih, Ray mengatakan bahwa posisi murid kulit putih hanya akan menjadi cadangan jika pelatih
mereka adalah kulit hitam. Terlihat jelas bahwa Ray khawatir bahwa Boone akan bersikap tidak
adil. Boone akan lebih menguntungkan murid kulit hitam daripada kulit putih. Kekhawatiran Ray
rupanya dirasakan pula oleh Gerry Bertier yang tepat sebelum keberangkatan ke kamp pelatihan
mengatakan pada Pelatih Boone agar ia dan Ray mendapatkan ‘posisi vital’ di dalam tim.

Kelompok yang paling resisten dengan keberadaan Pelatih Boone

Kelompok kulit putih adalah kelompok yang paling resisten dalam hal menerima keberadaan dan
otoritas Pelatih Boone. Sangat mungkin hal ini disebabkan stereotype yang berkembang menjadi
prasangka kulit putih terhadap kulit hitam. Hal ini terlihat misalnya ketika pertemuan orang tua
murid dan Pelatih Yoast, Ray menyebut kelompok kulit hitam sebagai pencuri. Terlihat pula
bagaimana reaksi para orang tua murid berkulit putih ketika melihat anak-anak mereka harus
menumpang bus yang sama dengan murid kulit hitam.

Namun sikap resisten tersebut tidak bertahan hingga akhir film, kecuali sikap Ray dan Pelatih
Tyrell. Ray bahkan harus dikeluarkan dari tim oleh Gerry karena kesulitannya dalam melebur
dengan seluruh anggota tim.
Belief kulit putih terhadap kulit hitam, dan belief kulit hitam terhadap kulit putih

Belief yang dikembangkan oleh kulit putih terhadap kulit hitam, misalnya oleh Ray terhadap
Petey, adalah bahwa orang kulit hitam tidak memiliki keluarga utuh dan tidak memiliki
pekerjaan tetap. Sementara itu, murid kulit hitam memiliki belief bahwa kulit putih lebih hebat
dan baik dari kulit hitam. Hal ini misalnya membuat Julius sempat rikuh ketika dihampiri
seorang petugas polisi saat dirinya hendak berkunjung ke rumah Gerry. Alih-alih
mengkriminalisasinya, polisi tersebut justru mengapresiasi Julius atas pertandingan yang
dimainkan oleh The Titans pada malam sebelumnya.

Menanggapi lelucon

Hal menarik lainnya adalah tentang bagaimana respons kulit putih terhadap lelucon yang
dilayangkan kulit hitam, demikian pula sebaliknya.

Di antara murid kulit hitam yang saling melempar lelucon yang menyebut orang tua, Gerry
sempat terpancing emosi. Namun Julius menenangkannya dengan melempar lelucon senada ke
Big Blue, yang mengejek Gerry. Saat itu, Gerry menyadari bagaimana lelucon di antara para
kulit hitam dan bagaimana menanggapinya sehingga tidak perlu muncul konflik.

Sementara itu, pelatih kulit putih dari tim Taber menyebut Boone dengan sebutan ‘monkey’ atau
monyet dalam sebuah wawancara. Alih-alih menanggapinya dengan marah, Boone justru lebih
merasa tertantang untuk memberikan yang terbaik dari timnya. Bahkan The Titans berhasil
mengalahkan Taber. Ketika memberi salam persahabatan, Boone memberikan pisang kepada
pelatih tim Taber sebagai respons atas ejekan yang diterima Boone dari pelatih tersebut.

Langkah/kegiatan/proses yang dilakukan Boone untuk menyatukan kedua kelompok

Ada beberapa hal yang dilakukan Boone sebagai usahanya menyatukan tim yang terdiri atas dua
ras berbeda tersebut. Hal utama yang ditekankan Boone pada tim adalah bahwa The Titans
adalah keluarga. Berikut adalah beberapa hal menarik yang dilakukan Boone:

1. Mencampur seluruh murid di bus maupun di kamp;

2. Memaksa masing-masing murid untuk mengenal teman sekamarnya yang berbeda ras;

3. Memaparkan sejarah perang saudara, Perang Gettysburg, yang merenggut ribuan nyawa
pemuda saat itu; dan
4. Hal terpenting yang dilakukan Boone adalah dengan berlaku adil, misalnya dengan tidak
menganakemaskan murid kulit hitam.

Catatan lainnya adalah apa yang dikatakan Boone kepada Yoast atas tindakan Yoast yang
memasukkan Petey ke timnya ketika Boone mengeluarkaan Petey dari lapangan karena dianggap
bermain buruk. Yoast ditegur karena menurut Boone telah melangkahi otoritas Boone sebagai
ketua pelatih di hadapan tim. Menurut Boone, ini tidak baik karena menghilangkan wibawanya.

Boone menjelaskan pada Yoast bahwa ia bertindak adil, tidak membeda-bedakan perilaku keras
dan tegas kepada seluruh anggota timnya. Berbeda dengan Yoast yang memanjakan Petey yang
berkulit hitam, tapi tidak melakukan hal yang sama pada murid-murid kulit putihnya. Menurut
Boone, Yoast bukan menolong murid kulit hitam, melainkan melumpuhkan mereka dengan cara
memanjakan. Dengan kata lain, Yoast menganggap kulit hitam lebih rapuh sehingga perlu
diperlakukan berbeda. Hal ini juga sangat mungkin dihubungkan dengan belief kulit putih
terhadap kulit hitam, yaitu kulit hitam sangat rapuh.

Belanak Raya,

13 April 2014

pada 1971 di Washington, D.C, Amerika Serikat (AS). Film ini mengisahkan seorang pelatih
football berkulit hitam, Herman Boone yang dimutasi dari North Carolina ke sekolah T.C.
William High School, Alexandria dalam rangka integrasi kulit putih dan kulit hitam di AS.
Posisinya di North Carolina kini ditempati oleh seorang pelatih kulit putih. Sebaliknya, Boone
menempati posisi ketua pelatih di tempat yang baru, mengancam posisi pelatih Bill Yoast yang
dicalonkan sebagai kandidat Virginia High School Hall of Fame. Olahraga football menjadi
‘jiwa’ khususnya bagi siswa SMU saat itu sehingga keberlangsungan football di sekolah turut
menjadi perhatian utama.

Boone dikenal cukup aktif memperjuangkan keadilan bagi warga kulit hitam di tempat
sebelumnya. Keaktifan Boone membuatnya cukup dikenal dan dihargai warga kulit hitam di
Washington, D.C. Setibanya di perumahan yang baru, Boone segera disambut oleh warga kulit
hitam. Sayangnya, tidak semua warga, di perumahan maupun di sekolahnya, kulit hitam maupun
kulit putih, mampu menerima Boone secara objektif. Terutama ketika ia menjadi ketua pelatih
football, mengatasi pelatih berkulit putih, Yoast yang diajukan menjadi kandidat Virginia High
School Hall of Fame.

Merasa direndahkan, Yoast yang mengabdikan hidupnya untuk olahraga football hingga
ditinggalkan istrinya, sempat bermaksud mengundurkan diri sebagai pelatih football. Namun
orang tua dan para murid yang dilatihnya, yang berkulit putih, tidak bisa menerima keputusan
Yoast. Mereka mengancam akan memboikot sekolah dan meninggalkan tim football jikaYoast
bersikukuh mengundurkan diri. Pelatih Yoast pun membatalkan niatnya mengundurkan diri
sehingga para murid berkulit putih pun tetap bermain di tim football sekolah tersebut.

Persoalan integrasi yang sesungguhnya pun dimulai. Boone sebagai ketua pelatih harus membuat
naradidiknya yang terdiri atas kulit hitam dan putih dapat saling menerima dan melebur sebagai
satu tim. Boone juga masih harus terus menerus belajar menerima keberadaan dan pendapat
Yoast sebagai asistennya. Pada akhir kisah, kita bisa melihat bagaimana Boone dan Yoast
berhasil mempersatukan naradidiknya. Keberhasilan integrasi yang bermula di tim football itu
pun menjadi teladan bagi warga.

Hal menarik yang teramati dari ‘kulit hitam’ ketika mengetahui bahwa pelatihnya juga
berkulit hitam, dan reaksi ‘kulit putih’ dengan pelatih berkulit hitam

Merupakan hal yang menarik melihat reaksi warga kulit hitam ketika menyambut Boone di
lingkungan mereka. Warga menyambut dengan sangat senang. Salah satu warga kulit hitam
bahkan memperkenalkan anaknya, Julius Campbell sebagai salah satu pemain football. Orang
tua Julius, Charles Campbell dengan sangat percaya diri menyerahkan anaknya untuk dilatih
Boone. Charles menyebut Boone sebagai jawaban dari doa para kulit hitam di sana. Boone
menolak julukan itu dan mengatakan dirinya hanyalah pelatih football, bukan juruselamat.
Namun Charles dan warga lainnya berseru mengatakan dengan lantang bahwa Boone adalah
pelatih semua warga kulit hitam di sana.

Sementara itu,para murid berkulit hitam telah menanti Pelatih Boone dengan antusias. Mereka
bernyanyi bahagia karena kini memiliki kesempatan bergabung dalam tim football. Bahkan
mereka menyanyi, “Black inside, black inside…” seakan merasa kini waktu bagi kulit hitam
untuk menguasai apa yang selama ini dikuasai kulit putih.

Big Blue, salah satu murid kulit hitam, mengatakan bahwa The Titans (nama tim tersebut) tidak
memerlukan kulit putih dalam tim tersebut. Selain itu, Petey, murid kulit hitam lainnya,
tersenyum dan mengangkat tangannya, berusaha mencari perhatian Boone. Respons Petey yang
sselalu tersenyum dan menjawab dengan tidak yakin membuat Boone berbicara dengan lebih
keras dan tegas. Boone juga menjelaskan peraturan ketatnya. Hal ini membuat Petey menghela
napas dan air mukanya segera berganti. Boone dengan lantang mengatakan bahwa apa yang
diterapkannya bukanlah demokrasi, melainkan kediktatoran.

Lain halnya dengan reaksi kelompok kulit putih ketika mengetahui bahwa posisi Pelatih Yoast
digantikan Pelatih Boone. Salah satunya adalah Sheryl Yoast, putri Pelatih Yoast. Di usianya
tersebut (9 tahun), Sheryl begitu memandang rendah kulit hitam karena melihat perkembangan
kasus rasisme di sana. Tapi saya sendiri meyakini bahwa reaksi Sheryl lebih dikarenakan posisi
ayahnya digantikan Boone yang berkulit hitam.

Berbeda lagi dengan reaksi Louie Lastik, murid kulit putih pindahan dari Bayonne. Lastik secara
tiba-tiba datang ke lapangan untuk bergabung dengan para murid kulit hitam. Lastik segera
bergabung dengan tim karena mengetahui pembukaan tim. Lastik bahkan berani menyapa
seluruh kulit hitam yang ada di lapangan. Hal ini tentu membingungkan para murid kulit hitam.

Namun tiba-tiba Yoast dan seluruh murid kulit putih memasuki lapangan. Salah satu murid kulit
putih, Ray mengatakan bahwa posisi murid kulit putih hanya akan menjadi cadangan jika pelatih
mereka adalah kulit hitam. Terlihat jelas bahwa Ray khawatir bahwa Boone akan bersikap tidak
adil. Boone akan lebih menguntungkan murid kulit hitam daripada kulit putih. Kekhawatiran Ray
rupanya dirasakan pula oleh Gerry Bertier yang tepat sebelum keberangkatan ke kamp pelatihan
mengatakan pada Pelatih Boone agar ia dan Ray mendapatkan ‘posisi vital’ di dalam tim.

Kelompok yang paling resisten dengan keberadaan Pelatih Boone

Kelompok kulit putih adalah kelompok yang paling resisten dalam hal menerima keberadaan dan
otoritas Pelatih Boone. Sangat mungkin hal ini disebabkan stereotype yang berkembang menjadi
prasangka kulit putih terhadap kulit hitam. Hal ini terlihat misalnya ketika pertemuan orang tua
murid dan Pelatih Yoast, Ray menyebut kelompok kulit hitam sebagai pencuri. Terlihat pula
bagaimana reaksi para orang tua murid berkulit putih ketika melihat anak-anak mereka harus
menumpang bus yang sama dengan murid kulit hitam.

Namun sikap resisten tersebut tidak bertahan hingga akhir film, kecuali sikap Ray dan Pelatih
Tyrell. Ray bahkan harus dikeluarkan dari tim oleh Gerry karena kesulitannya dalam melebur
dengan seluruh anggota tim.

Belief kulit putih terhadap kulit hitam, dan belief kulit hitam terhadap kulit putih

Belief yang dikembangkan oleh kulit putih terhadap kulit hitam, misalnya oleh Ray terhadap
Petey, adalah bahwa orang kulit hitam tidak memiliki keluarga utuh dan tidak memiliki
pekerjaan tetap. Sementara itu, murid kulit hitam memiliki belief bahwa kulit putih lebih hebat
dan baik dari kulit hitam. Hal ini misalnya membuat Julius sempat rikuh ketika dihampiri
seorang petugas polisi saat dirinya hendak berkunjung ke rumah Gerry. Alih-alih
mengkriminalisasinya, polisi tersebut justru mengapresiasi Julius atas pertandingan yang
dimainkan oleh The Titans pada malam sebelumnya.

Menanggapi lelucon

Hal menarik lainnya adalah tentang bagaimana respons kulit putih terhadap lelucon yang
dilayangkan kulit hitam, demikian pula sebaliknya.

Di antara murid kulit hitam yang saling melempar lelucon yang menyebut orang tua, Gerry
sempat terpancing emosi. Namun Julius menenangkannya dengan melempar lelucon senada ke
Big Blue, yang mengejek Gerry. Saat itu, Gerry menyadari bagaimana lelucon di antara para
kulit hitam dan bagaimana menanggapinya sehingga tidak perlu muncul konflik.

Sementara itu, pelatih kulit putih dari tim Taber menyebut Boone dengan sebutan ‘monkey’ atau
monyet dalam sebuah wawancara. Alih-alih menanggapinya dengan marah, Boone justru lebih
merasa tertantang untuk memberikan yang terbaik dari timnya. Bahkan The Titans berhasil
mengalahkan Taber. Ketika memberi salam persahabatan, Boone memberikan pisang kepada
pelatih tim Taber sebagai respons atas ejekan yang diterima Boone dari pelatih tersebut.

Langkah/kegiatan/proses yang dilakukan Boone untuk menyatukan kedua kelompok

Ada beberapa hal yang dilakukan Boone sebagai usahanya menyatukan tim yang terdiri atas dua
ras berbeda tersebut. Hal utama yang ditekankan Boone pada tim adalah bahwa The Titans
adalah keluarga. Berikut adalah beberapa hal menarik yang dilakukan Boone:

1. Mencampur seluruh murid di bus maupun di kamp;

2. Memaksa masing-masing murid untuk mengenal teman sekamarnya yang berbeda ras;

3. Memaparkan sejarah perang saudara, Perang Gettysburg, yang merenggut ribuan nyawa
pemuda saat itu; dan

4. Hal terpenting yang dilakukan Boone adalah dengan berlaku adil, misalnya dengan tidak
menganakemaskan murid kulit hitam.

Catatan lainnya adalah apa yang dikatakan Boone kepada Yoast atas tindakan Yoast yang
memasukkan Petey ke timnya ketika Boone mengeluarkaan Petey dari lapangan karena dianggap
bermain buruk. Yoast ditegur karena menurut Boone telah melangkahi otoritas Boone sebagai
ketua pelatih di hadapan tim. Menurut Boone, ini tidak baik karena menghilangkan wibawanya.

Boone menjelaskan pada Yoast bahwa ia bertindak adil, tidak membeda-bedakan perilaku keras
dan tegas kepada seluruh anggota timnya. Berbeda dengan Yoast yang memanjakan Petey yang
berkulit hitam, tapi tidak melakukan hal yang sama pada murid-murid kulit putihnya. Menurut
Boone, Yoast bukan menolong murid kulit hitam, melainkan melumpuhkan mereka dengan cara
memanjakan. Dengan kata lain, Yoast menganggap kulit hitam lebih rapuh sehingga perlu
diperlakukan berbeda. Hal ini juga sangat mungkin dihubungkan dengan belief kulit putih
terhadap kulit hitam, yaitu kulit hitam sangat rapuh.

Belanak Raya,
13 April 2014

Situational Leadership adalah Teori yang dikembangkan oleh Ken Blanchard dan Paul Hersey.

1. Forming (Pembentukan) - Leadership Style Directive

Tahap pertama dari model Tuckman dalam film terjadi ketika atlet kulit hitam berada di gimnasium siap
untuk bertemu Pelatih Herman Boone (11:00). Dalam interaksi ini para atlet datang bersama-sama
untuk pertama kalinya, mereka tidak mengetahui peran mereka masing masing di dalam tim, mereka
tidak mengetahui apa yang dapat mereka harapkan antar satu sama lain, dan mereka juga tidak yakin
apa yang dapat mereka harapkan dari pelatih baru mereka, Herman Boone.

Dalam fase ini banyak sekali konflik yang terjadi diantara kedua kubu dalam tim ini. Akhir fase ini terjadi
ketika tim ditampilkan berjalan ke Gettysburg College untuk kamp (18:10). Dalam adegan ini tim ini
ditampilkan berjalan sebagai sebuah kelompok. Ini adalah pertama kalinya kita dapat melihat kedua
kubu tersebut berbaur bersama menjadi sebuah tim, yang artinya mereka telah melewati tahap
pembentukan tersebut.

Pelatih Boone melakukan pendekatan tim dalam pembinaan gaya Directive Leadership (S1). Dia sangat
direktif, dia memang memberikan pendekatan yang sangat keras, melalui latihan latihan yang keras,
disiplin yang tinggi, maksudnya tiada lain adalah untuk meruntuhkan tembok pembatas diantara kedua
kubu tersebut. Ia mengakui hak semua pemain dalam tim ini untuk saat ini "TIDAK ADA", dalam
pertemuan timnya pertama ketika ia mengatakan, "Ini bukan demokrasi (12:24)." Pelatih Yoast tidak
memberikan banyak pendapat dalam proses pembentukan ini karena memang Yoast merasa untuk
menyatukan kedua kubu di tim ini tembok pembatas yang bernama Rasisme itu harus dihancurkan
melalui sebuah kebersamaan. Untuk gaya kepemimpinan diktator seperti ini memang sangat dibutuhkan
dalam tahap awal pembentukan sebuah tim yang dipenuhi oleh konflik.

2. Forming - Guiding
Setelah Coach Boone berhasil meruntuhkan tembok pembatas diantara kedua kubu tersebut, maka
mereka memasuki tahapan kedua yaitu "Storming" atau mungkin dapat kita translasikan dengan istilah
"Kekacauan" disinilah tahapan dimana tim yang mulai menemukan bentuknya akan menghadapi konflik
di dalam tim, mungkin karena kepentingan dan faktor faktor lainnya yang memungkinkan terjadinya
sebuah konflik di dalam tim. Hal ini merupakan hal yang normal karena ini merupakan bagian yang
alamiah dari berkembangnya sebuah hubungan interaksi di dalam kelompok. Kelompok tersebut akan
mengalami ujian yang dimana seharusnya konflik yang terjadi akan semakin membuat kuat boundaries
atau ikatan di dalam kelompok tersebut.

“I am Gerry Bertier, the only All-American you’ve got on this team (14:50).” Ini adalah hal yang pertama
kali disampaikan oleh Bertier kepada Coach Boone di dalam usahanya untu mendapatkan legitimasi
untuk dapat mengontrol atau lebih berperan di dalam tim nya yang baru ini.

Terdapat pula sebuah adegan dimana Julius Campbell dan Bertier menjadi teman sekamar dan mereka
berdebat mengenai sebuah poster yang tertempel di dinding kamar mereka, yang akhirnya diakhiri
dengan perkelahian diantara mereka berdua (19:00). Contoh lainnya adakah ketikan Coach Boone
memaksa para pemain dalam timnya untuk berlatih secara lebih keras lagi, dan akhirnya menyebabkan
perkelahian diantara para pemain (28:54)

Fase ini berakhir saat Gerry dan Campbell melakukan debat yang setelah latihan mereka (29:15), ini
adalah terakhir kalinya mereka berdebat. Mereka juga saling jujur mengakui kinerja yang baik diantara
mereka, ini yang akhirnya membuat mereka dan masing masing tim mengetahui lebih jauh tentang
peran dan fungsi mereka masing masing di dalam tim tersebut.

3. Norming - Coaching

The Titans berpindah ke dalam level Norming ketika Lastik berkata , “Man, I don’t have any people, I’m
with everybody Julius” dan rekan sekamarnya Jerry Harris mendukungnya(22:15). Hubungan keduanya
kemudian digambarkan melalui 2 buah adegan kembali ;

1. Di dalam sebuah adegan dimana Harris secara sukarela memberikan bimbingan kepada Lastik.

2. Dan adegan lainnya dimana mereka berdua bernyanyi Temptations di depan keseluruh anggota tim
(24:45).

Level Norming ini diakhiri ketika Bertier bertanya kepada Coach Boone apakah dia dapat mengeluarkan
salah satu anggota timnya (Budds) walaupun orang tersebut adalah teman baiknya. Hal ini sangat
berpengaruh kepada tim karena Budds sangat memberikan pengaruh yang negatif di dalam harmonisasi
tim.
Dalam fase ini Coach Boone banyak menggunakan metode Coaching dalam Situational Leadershipnya,
dia lebih banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk dan pengarahan ke tim tersebut.

4. Performing - Delegating

Fase ini dimulai ketika Jones diberikan posisi "Defense" Jones is put on defense and dan melakukan
sebuah blok yang krusial (51:10). Adegan ini menunjukan bahwa tim tersebut sudah memasuki tahapan
"perform" dan mulai bekerja sama sebagai sebuah tim, dan blok penting ini pulalah yang menjadi titik
balik di dalam game tersebut. Tim Titans akhirnya menjadi juara di tingkat negara bagian setelah mereka
melewati tahapan terakhir ini (1:44:00).

Anda mungkin juga menyukai