Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

I. DEFINISI TEORI
A. PENGERTIAN

Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin, 2001 : 480)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada
manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran


kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/mikroorganisme
lain.

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :

1. Kandung kemih (sistitis)


2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
C. ETIOLOGI

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

1. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella


2. Escherichia Coli
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran
kemih adalah :

1. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.


Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada
rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengan pria.
2. Abnormalitas Struktural dan Fungsional
Mekanisme yang berhubungan termasuk stasis urine yang merupakan media untuk kultur
bakteri, refluks urine yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan
tekanan hidrostatik.
Contoh : strikur,anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis
3. Obstruksi
Contoh : Tumor, Hipertofi prostat
4. Gangguan inervasi kandung kemih
Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosis
5. Penyakit kronis
Contoh : Gout, DM, hipertensi
6. Instrumentasi
Contoh : prosedur kateterisasi
D. PATOFISIOLOGI

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:

 Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang
terinfeksi
 Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang
terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplai
jantung ke ginjal
 Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui
helium ginjal
 Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi

Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari
kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi
di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.

Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan
menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh
adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke
ginjal untuk menyebabkan infeksi.

Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari
perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar
infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui
berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
PATHWAY

Akumulasi etiologi dan faktor


resiko (infeksi Makanan terkontaminasi Jaringan parut total
mikroorganisme, mikroorganisme masuk tersumbat
penggunaan steroid dalam lewat mulut
jangka panjang, usia lanjut,
anomaly saluran kemih,
HCL (lambung)
cidera uretra, riwayat isk) Obstruksi saluran kemih yang
bermuara ke vesika urinarius

Hidup Tidak Hidup

Usus terutama pleg player


Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan
edotoksin Penebelan dinding VU

Bakteremia primer
Kontraksi otot VU

Tidak difagosit Difagosit Kesulitan berkemih

Bakteremia sekunder Mati Retensi Urin

Ureter Hipotalamus Reinteraksi abdominal

Iritasi ureteral Menekan termoreguler Obstruksi


Oliguria Hipertermi Mual muntah

Gangguan eliminasi urine Cepat lelah Kekurangan volume cairan

Intoleransi aktifitas Pembuluh darah kapiler


Peradangan

Depresi saraf perifer Procesia pada kulit


Peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral
Nyeri Tidak hipertermi

E. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah


 Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
 Spasame pada area kandung kemih dan suprapubic
 Hematuria
 Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas

 Demam
 Menggigil
 Nyeri panggul dan pinggang
 Nyeri ketika berkemih
 Malaise
 Pusing
 Mual dan muntah
F. KOMPLIKASI

1) Gagal ginjal akut


2) Ensefalopati hipertensif
3) Gagal jantung, edema paru, retinopati hipertensif

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Urinalisis
Leukosuria atau pyuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis
2) Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4) Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
5) Metode tes
 Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
 Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
 Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi
yang resisten.

H. PENCEGAHAN

1) Jaga kebersihan
2) Sering ganti celana dalam
3) Banyak minum air putih
4) Tidak sering menahan kencing
5) Setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan

I. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana umum dengan atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain. Pasien
dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing untuk mengatasi
disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg BB hari. Faktor predisposisi
dicari dan dihilangkan.

Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan
dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelamin
anatomis saluran kemih.

1) Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan keadaan umum
lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji
resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin, katrimoksazol,
sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua
adalah aminoshikosida (gentamisin, amikasin, dan lain-lain), sefatoksin,
karbenisilin, doksisiklin dan lain-lain, terapi diberikan selama 7 hari.
2) Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami infeksi
berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu dilakukan biakan
ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1
bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi
berulang harus diobati seperti pengobatan ada fase akut. Bila relaps/infeksi terjadi
lebih dari 2 kali, pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan
obat antiseptis saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi atau
asam mandelamin. Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali sehari pada
malam hari selama 3 bulan. Bisa ISK disertai dengan kalainan anatomis,
pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan Tx profilaksis
dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu sampai 2 tahun.
3) Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, perlu
dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari stadium.
Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang dengan pengobatan
terhadap infeksi pada stadium IV dan V perlu dilakukan koreksi bedah dengan
reimplantasi ureter pada kandung kemih (ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis
atau pielonefritis atsopik kronik, nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan

J. PROGNOSIS

Walaupun tanpa perawatan antibiotik, penyakit cenderung menjadi jinak dan berhenti
sendiri. Fase simptomatik penyakit biasanya berlangsung tidak lebih dari seminggu,
walaupun bakteriuria dapat bertahan lebih lama. Pada kasus yang terkait faktor
predisposisi, maka penyakit ini dapat kambuh atau kronis.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Pemerikasaan fisik dilakukan secara head to toe

Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko

 Adakah riwayat infeksi sebelumnya?


 Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih
 Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
 Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
 Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
 Apakah terjadi inkontinensia urine?

Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih

 Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya


ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah
 Adakah dysuria?
 Adakah urgensi?
 Adakah hesitancy?
 Adakah bau urine yang menyengat?
 Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
 Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ?
 Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas ?
 Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas

Pengkajian psikologi pasien


 Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan?
 Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lainnya
2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgency dan
hesistancy
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nocturia
4) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi
5) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
6) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan evaporasi berlebihan dan muntah
7) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, mekanisme coping tidak efektif
8) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. INTEVENSI KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
sruktur traktus urinarius lain
Tujuan : Nyeri hilang dengan spasme terkontrol
Kriteria hasil : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu
berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubic
Intervensi :
 Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap
8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan
 Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyerI
Rasional: Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
 Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
 Berikan perawatan perineal
Rasional: Untuk mencegah kontaminasi uretra
 Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan
naik ke saluran perkemihan
 Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: untuk mengontrol nyeri

2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan
hesitancy

Tujuan: Pola eliminasi urine membaik

Kriteria hasil : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan
berkurangnya frekuensi ( sering berkemih) urgensi dan hesistensi

Intervensi :

 Kaji pola eliminasi klien


Rasional: sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya
 Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada
sore hari
Rasional :Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari
traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih ( misalnya: kopi,
teh, minuman bersoda, alcohol) dihindari. Agar tidak terlalu sering bangun
berkemih pada malam hari
 Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam
urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi
 Siapkan / dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia

Tujuan : Pola tidur membaik

Kriteria hasil : Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur, klien
nampak segar

Intervensi :

 Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi


Rasional : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
 Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
 Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan
masase,segelas susu hangat
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi.catatan ; susu mempunyai kualitas
sopofik, menigkatkan sintesis serotonin, neutransmitter yang membantu pasien
dan tidur lebih lama.
 Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur
 Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : Membantu mengiduksi tidur
 Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antibiotic
Rasional: Untuk mengontrol nyeri
 Sedatif
Rasional : Untuk membantu klien tidur

4) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi iflamasi

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak
demam, tidak terba panas, TTV dalam batas normal
Intervensi :

 Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh


Rasional: Peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt merah
dan badan terasa hanta
 Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional: Untuk menentukan int.selanjutnya
 Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla
Rasional :Merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu
 Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik
Rasional :Mengontrol demam

5) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan,
menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang
diberikan.

Intervensi :

 Kaji intake makanan klien


Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
 Dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas
Rasional : Mempertahankan simpanan energi yang cukup
 Berikan kebersihan oral
Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
 Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan
situasi tidak terburu-buru, temani
Rasional :Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif
untuk makan
 Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetic
Rasional: Menghilangkan gejala mual muntah

6) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi dan


muntah

Tujuan : Cairan tubuh tetap seimbang

Kriteria hasil : Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran
mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine
normal dalam konsentrasi jumlah.

Intervensi :

 Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui


keringat
Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
 Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
Rasional: mengganti cairan yang hilang
 Observasi penurunan turgor kulit
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi
 Kolaborasi pemberian cairan parenteral jika diperlukan
Rasional :Membantu masukan cairan peroral
 Berikan obat antiemetic
Rasional : mengontrol mual dan muntah
 Berikan obat antipiretik
Rasional: Mengontrol panas

7) Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang pengetahuan


tentang penyakitnya

Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang


Kriteria hasil : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang
dapat diatasi.

Intervensi :

 Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang


telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memadukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri,
keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas
 Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
 Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa
kontrol dan membantu menurunkan ansietas
 Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan ansietas
 Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang,
memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
 Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
 Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
 Kolaborasi pemberian obat sedative
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan
istirahat
8) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

Tujuan : Pengetahuan meningkat

Kriteria hasil : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana


pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi:

 Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang
penyakitnya
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya
 Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
beradasarkan informasi
 Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat,
persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
 Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal
 Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan
membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik
E. EVALUASI

1) Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak ada nyeri waktu berkemih,
tidak nyeri pada daerah suprapubic
2) Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan berkurangnya frekuensi
( sering berkemih) urgensi dan hesistensi
3) Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur, klien nampak segar
4) Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak demam, tidak teraba
panas, TTV dalam batas normal
5) Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan
peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan
6) Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab,
turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam
konsentrasi jumlah
7) Ansietas berkurang atau hilang ditandai dengan tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang pada tingkat yang dapat diatasi
8) Pengetahuan meningkat ditandai dengan menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa : I Made Kariasa, Ni

made Sumarwati. Edisi: 3. Jakarta : EGC

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media

Aesculapius

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit :

pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi:

4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai