Anda di halaman 1dari 39

ANALISA MINYAK PANGAN

TUJUAN PRAKTIKUM UMUM


Untuk mengetahui mutu dan jenis minyak atau lemak serta tingkat
kerusakan minyak setelah mengalami proses penyimpanan dan
pengolahan. Mutu minyak dilihat dari sifat kimia yaitu Bilangan iodium,
Bilangan asam, dan Bilangan peroksida.

TINJAUAN PUSTAKA UMUM


Lipid merupakan senyawa makromolekul yang larut dalam pelarut
organik namun tidak larut air. Tingkat kelarutan lipid sangat bergantung
pada strukturnya. Lipid dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar
yaitu lipid sederhana (seperti gliserida dan lilin), lipid majemuk (seperti
fosfolipid, lipoprotein, dan aminolipid), dan turunan lipid (seperti asam
lemak, gliserol, lemak aldehid, dan lemak keton).
Gliserol dan ester asam lemak (gabungannya dinamakan trigliserida)
merupakan jenis lipid yang paling banyak terdapat di alam, yaitu terdapat
pada lemak hewan maupun tumbuhan. Komponen ini dinamakan lemak
dan minyak. Lemak pada suhu ruang berbentuk padat, sedangkan minyak
pada suhu ruang berbentuk cair.
Trigliserida apabila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap,
mempunyai titik leleh lebih tinggi daripada asam lemak tak jenuh yang
58
memiliki ikatan rangkap. Lemak hewani seperti lemak sapi pada suhu
ruang berbentuk padat karena kandungan asam lemak jenuhnya yang
cukup banyak. Minyak nabati seperti minyak jagung pada suhu ruang
berbentuk cair karena kandungan asam lemak tak jenuhnya yang
dominan.
Jenis dan kadar asam lemak yang berbeda-beda pada setiap jenis
lemak atau minyak, menyebabkan perbedaan karateristik fisikokimia
pula. Perbedaan jumlah, komposisi, dan sifat fisiko-kimia dari minyak dan
lemak yang berbeda inilah yang mendasari dilakukannya analisis minyak
dan lemak, agar dapat diketahui kualitas serta tingkat kerusakan dari
lemak atau minyak.

PENYIAPAN CONTOH MINYAK

A. Contoh berbentuk cairan, jernih, dan tanpa sedimen


Homogenkan contoh dengan membolakbalikkan wadah berulang kali.
Untuk beberapa jenis penetapan yang dapat dipengaruhi oleh adanya air
dalam contoh, seperti penetapan bilangan Iod, pisahkan airnya dengan
menambahkan 1 sampai 2 gram Na2SO4 anhidrat ke dalam 10 gram
minyak atau lemak dan biarkan dalam oven pada 50 °C, kemudian aduk
dan saring.
B. Contoh berbentuk cairan, keruh, atau bersedimen
Masukkan wadah minyak ke dalam pemanas air, atau pada 50 °C dan
biarkan sampai suhu contoh sama dengan suhu pemanas air atau

59
kemudian angkat dan kocok dengan cara membolak-balikkan wadah
berulangkali. Apabila setelah pemanasan dan pengocokan, contoh tidak
menjadi jernih, saring minyak tersebut dengan kertas saring pada waktu
masih berada dalam penangas air atau 50 °C.
C. Contoh berbentuk padat
Lelehkan contoh dengan cara memanaskan di dalam pengering atau
pemanas air pada 10 °C diatas titik leleh contoh, apabila setelah
pemanasan contoh menjadi jernih, lakukan seperti cara A. Apabila
menjadi keruh atau bersedimen, lakukan cara B.

60
PENENTUAN BILANGAN ASAM
1. TUJUAN PRAKTEK
Untuk menentukan Bilangan Asam pada minyak pangan.

2. PRINSIP METODE
61
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak
bebas yang terkandung di dalam minyak atau lemak. Penentuan jumlah
asam lemak bebas dalam sampel menggunakan titrasi alkalimetri. Jumlah
asam lemak bebas dalam sampel ekuivalen dengan jumlah basa yang
digunakan sebagai titran.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam
lemak bebas yang menyusun suatu sampel lemak atau minyak, dan
biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisis minyak atau lemak oleh
air dengan katalis enzim atau panas. Hidrolisis minyak atau lemak oleh air
dengan katalis enzim atau panas pada ikatan ester trigliserida, akan
menghasilkan asam lemak bebas seperti terlihat pada reaksi 1.

enzim
Trigliserida + H2O Digliserida + Monogliserida + ALB +
Gliserol …… (Reaksi 12)
Panas

Adanya asam lemak bebas dalam lemak atau minyak menunjukkan


indikasi awal adanya kerusakan minyak atau lemak. Asam lemak bebas
akan lebih mudah teroksidasi dibandingkan bentuk esternya. Jumlah
asam lemak bebas pada sampel ditunjukkan dengan bilangan asam, yang
umumnya dinyatakan sebagai mg KOH yang dibutuhkan untuk

62
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau
lemak. Reaksi penetralan tersebut ditunjukkan pada reaksi 13.
R-COOH + KOH R-COO-K + H2O ………. (Reaksi 13)

4. PERALATAN
a) Neraca analitik
b) Erlenmeyer 250 mL
c) Labu ukur 100 mL
d) Pipet volum 10 mL
e) Gelas ukur
f) Buret 50 mL
g) Pipet tetes

5. PEREAKSI
1) KOH 0,1 N
2) Indikator fenolftalein (pp)
3) Etanol 95% netral
4) Netralkan etanol 95% dengan penambahan alkali menggunakan
indikator pp hingga diperoleh warna larutan merah muda.

6. PROSEDUR
A. PENIMBANGAN SAMPEL
Sampel yang akan dianalisis ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel
B.
63
Tabel B. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan asam pada
minyak pangan
Bilangan asam yang diharapkan Berat sampel (g)
<1 20
1–4 10
4 – 15 2,5
15 – 75 0,5
> 75 0,1

B. PROSEDUR KERJA (SNI 01-3555-1998)


1) Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2) Tambahkan 150 mL etanol 95% netral dan dietil eter (1 : 1), kocok.
Tambahkan 3 – 5 tetes indikator fenolftalein.
3) Titrasi larutan dengan larutan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi.
Titik akhir tercapai bila warna merah muda (pink) nampak selama 10
detik. Jika larutan KOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi melebihi
20,0 mL gunakan larutan KOH dengan konsentrasi 0,5 N.
4) Lakukan minimal secara duplo hingga hasil presisi.

C. PERHITUNGAN

𝐵𝐸 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 (𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻⁄𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) =
𝑊

64
𝑀𝑥𝑁𝑥𝑉
𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 (%) =
10 𝑊

Keterangan :
BE = Berat ekuivalen KOH (mol.ek/g)
N = Normalitas KOH (N)
V = Volum KOH sebagai titran (mL)
W = berat sampel (gram)
M = Berat molekul asam lemak

7. DAFTAR PUSTAKA
1) Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. (2011) : Analisis Pangan.
Dian Rakyat .
2) AOAC Official Method 920.158
3) IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition)
4) SNI 01-3555-1998 : Analisa Minyak dan Lemak

65
66
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

67
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

68
PERTANYAAN :

1. Jenis titrasi apa yanag digunakan dalam analisis ini? Mengapa?


2. Mengapa perlu ditambahkan etanol dan dietil eter?

JAWABAN :

69
PENENTUAN BILANGAN IODIUM METODE HANUS
1. TUJUAN PRAKTEK
Untuk menentukan Bilangan Iodium menggunakan metode Hanus,
pada minyak pangan.

2. PRINSIP METODE
Bilangan iodium didefinisikan sebagai jumlah gram Iodium yang diserap
oleh 100 g lipid. Nilai yang didapat menunjukkan derajat ketidakjenuhan
lipid.

3. TINJAUAN PUSTAKA
70
Gliserida tak jenuh pada lemak atau minyak mempunyai kemampuan
untuk mengikat iodium. Proses pengikatan tersebut dibantu dengan
adanya Iodin klorida atau Iodin bromida, dan membentuk suatu senyawa
jenuh. Reaksi yang terjadi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap pada
gliserida atau asam lemak tak jenuh seperti ditunjukan pada reaksi 14.

nI2 + -n(CH=CH) n(CH – CH) – ……….. (Reaksi 14)


I I
Jumlah Iod yang diabsorbsi menunjukkan derajat ketidakjenuhan
lemak/minyak. Semakin banyak iodium yang dapat diikat, maka semakin
banyak asam lemak tak jenuh pada minyak/lemak tersebut. Jumlah asam
lemak tak jenuh pad lemak/minyak dapat memberikan informasi jenis
lemak/minyak tersebut. Setiap lemak/minyak berbeda memiliki rentang
bilangan iodium yang berbeda pula.
Metode yang dapat digunakan pada penetapan bilangan Iodium
adalah metode Hanus dan metode Wijs. Analisis dengan kedua metode
ini akan memberikan hasil sedikit berbeda tetapi masih dalam rentang
variasi perbedaan bilangan iodium dalam lemak/minyak tersebut.
Penentuan bilangan iodium pada minyak/lemak dilakukan dengan
cara menambahkan sejumlah Iodium (berlebih) ke dalam lemak/minyak.
Iodium akan berikatan dengan asam lemak tak jenuh pada sampel, dan
memberikan sisa Iodium yang tidak bereaksi. Kemudian titrasi iodometri
dilakukan untuk menentukan jumlah Iodium awal (titrasi blanko), dan
jumlah Iodium sisa (titrasi sampel). Jumlah Iodium yang bereaksi dan
71
setara dengan jumlah asam lemak tak jenuh pada sampel, didapatkan dari
pengurangan jumlah Iodium awal dan Iodium sisa. Reaksi titrasi Iodometri
yang dilakukan, ditunjukkan pada reaksi 15.

I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI ……… (Reaksi


15)

4. PERALATAN
a) Neraca analitik
b) Labu Iod 250 mL
c) Labu ukur 100 mL
d) Pipet volum 10 mL
e) Gelas ukur
f) Buret 50 mL
g) Pipet tetes

5. PEREAKSI
1) Pereaksi Hanus
72
2) Larutkan 13,2 g I2 dalam 1 L asam asetat glasial. Jika seluruh Iodium
sudah larut dan larutan telah dingin, tambahkan brom (Br2)
secukupnya, umumnya 3 mL.
3) Kloroform
4) Larutan KI 15%
5) Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N
6) Indikator amilum 1%

6. PROSEDUR
A. PENIMBANGAN SAMPEL
Sampel ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel C.

Tabel C. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan Iod pada


minyak pangan
Bilangan Iod yang diharapkan Berat sampel (g)
(g Iod/100 g)
3 10,58 – 8,46
10 3,17 – 2,54
20 1,59 – 1,27
40 0,79 – 0,63
80 0,40 – 0,32
120 0,26 – 0,21
160 0,20 – 0,16
200 0,16 – 0,13

73
B. PROSEDUR KERJA (SNI 01-3555-1998)

1) Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam Labu Iod.


2) Tambahkan 10 mL kloroform. Tambahkan 25,0 mL pereaksi Hanus
dan biarkan 30 menit di tempat gelap sambil sesekali dikocok
(sesudah reaksi diharapkan terdapat banyak kelebihan Iodium,
sedikitnya 60%).
3) Setelah reaksi sempurna ke dalam larutan tambahkan 10 mL larutan
KI 15%, kocok. Bilas Erlenmeyer dan tutupnya dengan 100 mL
akuades. Inkubasi dalam ruang gelap.
4) Titrasi larutan dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N yang telah
distandarisasi hingga warna larutan memudar.
5) Tambahkan 2 mL indikator amilum, dan lanjutkan kembali titrasi. Jika
warna biru hampir hilang, hentikan titrasi. Erlenmeyer digoyang-
goyang dengan cepat sehingga Iodium yang masih tinggal dalam
kloroform akan pindah ke larutan KI.
6) Lanjutkan titrasi hingga warna biru tepat hilang.
7) Lakukan prosedur yang sama untuk blanko. Blanko berisi 25,0 mL
pereaksi Hanus.
8) Lakukan minimal secara duplo hingga hasil presisi.

C. PERHITUNGAN

𝑔 𝐼𝑜𝑑 (𝑉𝑏 − 𝑉𝑐)𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 100


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑜𝑑 ( ⁄100 𝑔) =
𝑊
74
Keterangan :
BE = Berat ekuivalen I- (mol.ek/g)
N = Normalitas Na2S2O3.5H2O sebagai titran (N)
Vb = Volum Na2S2O3.5H2O untuk titrasi blanko (L)
Vc = Volum Na2S2O3.5H2O untuk titrasi sampel (L)
W = berat sampel (gram)

7. DAFTAR PUSTAKA
1) Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. (2011) : Analisis Pangan,
Dian Rakyat .
2) IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3) SNI 01-3555-1998 : Analisa Minyak dan Lemak

75
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

76
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

77
PERTANYAAN :

1. Mengapa perlu dilakukan titrasi blanko?


2. Apabila analisis ini dilakukan pada minyak bagus dan jelek, apakah
terjadi perbedaan hasil? Jelaskan !
3. Mengapa perlu ditambahkan kloroform?
4. Apa fungsi pereaksi Hanus dalam penetapan Bilangan Iodium dalam
minyak?

JAWABAN :

78
PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA
1. TUJUAN PRAKTEK
Untuk menentukan Bilangan Peroksida dalam minyak pangan.

2. PRINSIP METODE
Pengukuran sejumlah iodium yang dibebaskan dari KI melalui reaksi
oksidasi oleh peroksida di dalam pelarut asam asetat / kloroform. Iodium
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat melalui
titrasi iodometri.
79
3. TINJAUAN PUSTAKA
Proses oksidasi pada lemak/minyak dapat disebabkan oleh
pemanasan atau zat pengoksidasi. Lemak/minyak yang berulang
mengalami proses oksidasi akan menjadi rusak dan mutunya berkurang.
Adanya asam lemak bebas pada sampel dapat mempercepat proses
oksidasi karena oksidasi asam lemak bebas dapat berlangsung baik secara
enzimatis maupun non enzimatis.
Senyawa peroksida adalah senyawa yang terbentuk pada awal
oksidasi lemak/minyak. Semakin banyak senyawa peroksida yang
terdapat pada lemak/minyak menunjukkan tingkat kerusakan
lemak/minyak yang semakin besar. Tahap awal dari reaksi oksidasi adalah
terjadinya senyawa radikal bebas yang kemudian akan menghasilkan
senyawa peroksida jika bereaksi dengan oksigen.
Penentuan bilangan peroksida dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu metode IUPAC, metode Ferritiosianat, dan metode kalorimetri. Pada
penentuan bilangan peroksida dengan metode IUPAC, Iodium yang
dibebaskan dari KI oleh senyawa peroksida kemudian diukur jumlahnya
menggunakan titrasi iodometri. Jumlah Iodium tersebut ekuivalen
dengan jumlah senyawa peroksida yang terdapat dalam sampel
lemak/minyak.

4. PERALATAN
a) Neraca analitik
80
b) Labu Iod 250 mL
c) Labu ukur 100 mL
d) Pipet volum 10 mL
e) Gelas ukur
f) Buret 50 mL
g) Pipet tetes
h) Vortex

5. PEREAKSI
1) Kloroform p.a
2) Asam asetat glasial p.a
3) KI jenuh (p.a)
4) Larutan Na2S2O3.5H2O 0,01 N (yang dibuat menggunakan akuades
bebas CO2)
5) Indikator amilum 1%

6. PROSEDUR
A. PENIMBANGAN SAMPEL
Sampel ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel D.
Tabel D. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan Peroksida
pada minyak pangan
Bilangan Peroksida yang Berat sampel (g)
diharapkan (meq/Kg)
0 – 12 5,0 – 2,0

81
12 – 20 2,0 – 1,2
20 – 30 1,2 – 0,8
30 – 50 0,8 – 0,5
50 – 90 0,5 – 0,3

B. PROSEDUR KERJA (SNI 01-3555-1994)


1) Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Iod.
2) Tambahkan 30 mL campuran larutan dari 20 mL asam asetat glasial,
25 mL etanol 95%, dan 55 mL kloroform dan larutkan sampel dengan
cara menggoyangkan labu iod dengan kuat.
3) Tambahkan 1 gram kristal Kalium iodida dan simpan di tempat gelap
selama 15 menit.
4) Tambahkan 50 mL akuades bebas CO2.
5) Titrasi larutan dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N yang telah
distandarisasi hingga warna larutan memudar.
6) Tambahkan 2 mL indikator amilum, dan lanjutkan kembali titrasi.
7) Lanjutkan titrasi hingga warna biru tepat hilang.
8) Lakukan prosedur yang sama untuk blanko. Blanko berisi 30 mL
campuran larutan dari 20 mL asam asetat glasial, 25 mL etanol 95%,
dan 55 mL kloroform.
9) Lakukan secara minimal duplo hingga hasil presisi.

Atau :
1) Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Iod.
82
2) Tambahkan 10 mL kloroform dan larutkan sampel dengan cara
menggoyangkan labu iod dengan kuat.
3) Tambahkan 15 mL asam asetat glasial dan 1 mL larutan Kalium iodida
jenuh, dan simpan di tempat gelap selama 15 menit.
4) Tambahkan 75 mL akuades dan kocok kuat
5) Titrasi larutan dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N yang telah
distandarisasi hingga warna larutan memudar.
6) Tambahkan 2 mL indikator amilum, dan lanjutkan kembali titrasi.
7) Lanjutkan titrasi hingga warna biru tepat hilang.
8) Lakukan prosedur yang sama untuk blanko. Blanko berisi 10 mL
kloroform.
9) Lakukan secara minimal duplo hingga hasil presisi.

D. PERHITUNGAN

𝑚𝑒𝑞 𝑂2 (𝑉𝑐 − 𝑉𝑏)𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑁


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 ( ⁄𝐾𝑔) =
𝑊

Keterangan :
N = Normalitas Na2S2O3.5H2O sebagai titran (N)
Vb = Volum Na2S2O3.5H2O untuk titrasi blanko (L)
Vc = Volum Na2S2O3.5H2O untuk titrasi sampel (L)
W = berat sampel (kg)
83
BE = Berat ekivalen O2 (mol.ek/L)

7. DAFTAR PUSTAKA
1) Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. (2011) : Analisis Pangan.
Dian Rakyat .
2) IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3) SNI 01-3555-1998 : Analisa Minyak dan Lemak

84
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

85
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

86
PERTANYAAN :

1. Mengapa bilangan peroksida dapat menyatakan kerusakan suatu


minyak?
2. Mengapa perlu ditambahkan kalium iodida jenuh?
3. Apabila uji dilakukan pada minyak baik dan jelek, manakah yang
memberikan hasil lebih besar?Jelaskan !
4. Bagaimanakah cara saudara membedakan warna kuning asli minyak
dengan warna kuning yang menunjukkan adanya bilangan peroksida
pada minyak?
5. Bagaimana anda memastikan titik akhir titrasi dalam analisis ini?

JAWABAN :

87
PENENTUAN BILANGAN PERSABUNAN

1. TUJUAN PRAKTEK
Untuk menentukan Bilangan Persabunan dalam minyak pangan.

2. PRINSIP METODE
Bilangan persabunan dinyatakan sebagai jumlah (mg) KOH yang
dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram lemak atau minyak.

88
3. TINJAUAN PUSTAKA
Jenis – jenis lemak dan minyak dapat dibedakan antara satu dengan
yang lain, berdasarkan sifat-sifat fisiknya. Bilangan persabunan
dipergunakan untuk memperkirakan berat molekul suatu lemak atau
minyak secara kasar. Berat molekul merupakan salah satu “identitas’ dari
suatu jenis lemak / minyak.
Minyak/lemak yang disusun oleh asam-asam lemak berantai pendek
akan mempunyai berat molekul yang relatif kecil, sehingga akan memiliki
bilangan penyabunan yang besar. Sebaliknya, minyak/lemak yang
tersusun atas asam-asam lemak berantai panjang, akan mempunyai berat
molekul yang relatif besar, sehingga memiliki bilangan penyabunan relatif
kecil.
Proses persabunan adalah proses reaksi antara asam lemak dan alkali,
membentuk gliserol dan sabun. Reaksi persabunan ditunjukkan pada
reaksi 16.

O
CH2 O C R1 CH2 OH R1COOK
O
CH O C R2 + KOH CH OH + R2COOK
O
CH2 O C R3 CH2 OH R3COOK
.……………… (Reaksi 16)

89
Alkali yang dibutuhkan untuk mempersabunkan satu gram
lemak/minyak didapatkan dengan cara menghitung alkali mula-mula dan
alkali sisa (setelah direaksikan). Sehingga harus dilakukan titrasi blanko
pada KOH sejumlah yang ditambahkan ke lemak/minyak dan titrasi
sampel (KOH sisa), oleh HCl (titran). Reaksi antara KOH dan HCl
ditunjukkan pada reaksi 17.
KOH + HCl KCl + H2O
……………….. (Reaksi 17)

4. PERALATAN
a) Neraca analitik
b) Erlenmeyer
c) Labu ukur 100 mL
d) Pipet volum 10 mL
e) Gelas ukur
f) Buret 50 mL
g) Pendingin balik
h) Vortex

5. PEREAKSI
90
1) Alkohol netral
2) Lindi alkohol
Larutkan 40 gram KOH dalam 1 L alkohol 96%
3) HCl 0,5 N
4) Indikator mo

6. PROSEDUR
A. PROSEDUR KERJA (SNI 01-3555-1998)
1) Sampel ditimbang sejumlah 2 gram di erlenmeyer.
2) Tambahkan 25,0 mL lindi alkohol. Beri pendingin tegak.
3) Persabunkan campuran di atas penangas air sampai mendidih hingga
minyak tersabunkan secara sempurna. Dinginkan.
4) Tambahkan 3 tetes indikator mo, titrasi dengan HCl 0,5 N yang telah
distandarisasi.
5) Lakukan juga titrasi blanko.

B. PERHITUNGAN

(𝑉𝑏 − 𝑉𝑠)𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 =
𝑊

Keterangan :
N = Normalitas HCl sebagai titran (N)
Vb = Volum HCl untuk titrasi blanko (mL)

91
Vs = Volum HCl untuk titrasi sampel (mL)
BE = Berat Ekuivalen KOH
W = berat sampel (g)

7. DAFTAR PUSTAKA
1) Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. (2011) : Analisis Pangan.
Dian Rakyat .
2) IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3) SNI 01-3555-1994 : Analisa Minyak dan Lemak
4) Sudarmadji, S., dkk. (1996) : Prosedur Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian . Penerbit Liberty

92
93
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

94
LAPORAN SEMENTARA

Hari / Tanggal :

Identitas Sampel :

Hasil Analisis :

95
PERTANYAAN :

1. Apakah yang dimaksud “sabun” pada penetapan bilangan


persabunan dalam minyak?
2. Lindi alcohol yang digunakan dalam penetapan bilangan persabunan
diukur volumnya menggunakan alat apa? Jelaskan alasan pemilihan
alat tersebut?

JAWABAN :

96

Anda mungkin juga menyukai