disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
Nils Aria Zulfianto
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
I. Tujuan Umum
Melakukan survailans gizi terhadap 18 indikator kinerja puskesmas di Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan pada Oktober 2017-Maret 2018
Tinjauan Pustaka
A. Definisi Surveilans
Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus
menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan,
analisis dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan terencana.
Surveilans Gizi pada awalnya dikembangkan untuk mampu memprediksi situasi
pangan dan gizi secara teratur dan terus-menerus sehingga setiap perubahan situasi dapat
dideteksi lebih awal (dini) untuk segera dilakukan tindakan pencegahan. Sistem tersebut
dikenal dengan Sistem Isyarat Tepat Waktu untuk Intervensi atau dalam bahasa Inggris
disebut Timely Warning Information and Intervention System (TWIIS), yang kemudian
lebih dikenal dengan nama Sistem Isyarat Dini untuk Intervensi (SIDI). Surveilans gizi
sangat berguna untuk mendapatkan informasi keadaan gizi masyarakat secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan, yang dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan
gizi. Informasi yang digunakan mencakup indikator pencapaian gizi masyarakat serta
informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin. Adanya surveilans gizi akan dapat
meningkatkan efektivitas kegiatan pembinaan gizi dan perbaikan masalah gizi
masyarakat yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jenis tindakannya. Perkembangan
Sejarah Surveilans Gizi Di Indonesia terjadi sebagai berikut:
1. Sejarah surveilans dimulai pada periode 1986-1990 yang disebut dengan istilah
Sistem Informasi Dini (SIDI), sebagai suatu respons dini munculnya masalah gizi.
Semula SIDI dikembangkan di beberapa provinsi, dan pada periode 1990-1997
berkembang mencakup aspek yang lebih luas, dengan pertimbangan bahwa
masalah gizi dapat terjadi setiap saat tidak hanya diakibatkan oleh kegagalan
produksi pertanian. Sistem yang dikembangkan ini disebut Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG) yang kegiatannya meliputi: SIDI, Pemantauan Status
Gizi, dan Jejaring Informasi Pangan dan Gizi.
2. Tahun 1990-an kegiatan SKPG sudah ada di seluruh provinsi, tetapi pamornya
memudar. Akhirnya, pada saat Indonesia mengalami krisis multidimensi pada
tahun 1998 dilakukan upaya revitalisasi sehingga SKPG meliputi: (1) pemetaan
situasi pangan dan gizi tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional, (2)
memperkirakan situasi pangan dan gizi di tingkat kecamatan, (3) pemantauan
status gizi kelompok rentan serta kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) dan
Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG), dan (4) Surveilans Gizi Buruk.
BAB III
METODE SURVEILANS
2) Tempat
Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Mampang.
B. Sasaran Evaluasi
Sasaran dari kegiatan evaluasi ini adalah kader dan petugas gizi di Wilayah Puskesmas
Mampang.
C. Metode
1. Pencatatan data sekunder
a. Data cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
b. Data balita gizi buruk beserta status gizi
c. Data penimbangan/balita yang ditimbang berat badannya (SKDN)
d. Data rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium
e. Data ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
f. Data ibu nifaas mendapat kapsul vitamin A
g. Data remaja putri mendapat tablet tambah darah (ttd)
2. Laporan data
Pembuatan laporan terkait dengan data yang diambil dan dikumpulkan kemudian
dianalisis
D. Cara pengolahan
Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik, yang disajikan dalam
bentuk narasi, tabel, grafik, dan peta, atau bentuk penyajian informasi lainnya. Pengolahan data
dapat dilakukan secara manual maupun komputerisasi. Hasil pengolahan berupa cakupan masing
indikator Pembinaan Gizi Masyarakat, sedangkan analisis data dilakukan dengan 2 (dua)
pendekatan yaitu analisis deskriptif dan analitik.
1. Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang data
cakupan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tujuannya adalah untuk menetapkan
daerah prioritas untuk pembinaan wilayah dan menentukan kecendrungan antar waktu.
a. Menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah
Analisis deskriptif untuk membandingkan antar wilayah dilakukan dengan
membandingkan hasil cakupan antar wilayah dengan target yang harus dicapai. Wilayah
yang cakupannya rendah harus mendapat prioritas pembinaan.
b. Membandingkan kecenderungan antara waktu
Analisis deskriptif untuk membandingkan kecenderungan antar waktu di suatu wilayah
dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu tertentu
dengan target yang harus dicapai.
2. Analisis Analitik
Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran hubungan antar 2 (dua) atau
lebih indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun indikator gizi dengan
indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis ini antara lain untuk menentukan upaya
yang harus dilakukan bila terdapat kesenjangan cakupan antara dua indikator.
Tahap-tahap mengolah data
1. Pengumpulan data yang akan diolah
2. Menganalisis data tersebut
3. Lalu buat tabel
4. Lalu tambahkan pencapaian presentase dengan menggunakan rumus
5. Hasil pencapaian presentase dibandigkan dengan nilai target
Contoh rumus untuk pengolahan data kinerja penimbangan baduta dan balita dalam
bentuk persentase.
Penyajian informasi juga dapat dilakukan dengan menghubungkan 2 (dua) indikator yang
saling terkait, baik antar indikator gizi maupun indikator gizi dengan indikator program terkait
lainnya, sebagai berikut:
Berdasarkan contoh data pada table 3, disajikan kuadran antara indikator persentase D/S
dengan cakupan vitamin A, sebagaimana berikut:
Contoh pencapaian di bandingkan target
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Univariat
Oct-17, 80%
Maret 2018, 100%
Nov-17, 100%
Feb-18, 100%
Berdasarkan data diatas persentase Jumlah balita kurus yang mendapatkan PMT di Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan pada tahun 2017 di Bulan Oktober sebanyak 80%, di bulan November
dan Desember sebanyak 100%. Kemudian pada tahun 2018 di bulan Januari sebanyak 75%, di bulan
Februari dan Maret sebanyak 100%. Untuk target jumlah balita kurus yang mendapatkan PMT di
Puskesmas Kecamatan Mampang tahun 2017 sebesar 80% dan tahun 2018 sebesar 85%. Dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2017 sudah mencapai target yaitu 80% dan pada tahun 2018 sudah
mencapai target untuk dibulan Februari dan maret. Namun, untuk bulan Januari belum mencapai target
yang telah ditetapkan.
Indikator IBU NIFAS MENDAPAT KAPSUL VITAMIN A
Oct 17 Nov 17 Des 17 Jan 18 Feb 18 Mar 18
Jumlah Ibu
Nifas yang
mendapatkan
Kapsul
Vitamin A 233 258 207 199 68 122
Persentase
Ibu Nifas
yang
mendapat
Kapsul
Vitamin A 8% 9% 7% 7% 2% 4%
Berdasarkan data tabel diatas menunjukan persentase Ibu nifas yang mendapatkan kapsul
Vitamin A pada Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Dapat dilihat pada tahun 2017 di bulan
Oktober mencapai 8%, di bulan November mengalami peningkatan menjadi 9% dan menurun lagi di
bulan Desember menjadi 7%. Kemudian di tahun 2018 pada bulan januari tetap yaitu 7% kemudian
menurun mencapai 2% di bulan Februari dan meningkat kembali menjadi 4% di bulan Maret. Untuk
target persentase jumlah ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A di Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan tahun 2017 sebesar 90% dan tahun 2018 sebesar 95%. Target ini berdasarkan pada
asumsi target bumil yang melahirkan.
% Jumlah bayi yang mendapatkan IMD
120%
100%
80%
20%
0%
Okt 2017 Nov-17 Des 2017 Jan-18 Feb-18 Mar-18
Berd
asarkan data diagram batang diatas menunjukan persentase jumlah bayi yang mendapatkan IMD pada
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Dapat dilihat di tahun 2017 dari bulan Oktober sampai
dengan Desember mencapai 100%. Kemudian di tahun 2018 pada bulan Januari sampai dengan Maret
mencapai 100%. Hal ini menunjukan bahwa jumlah bayi yang lahir pada bulan tersebut mendapatkan
IMD di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Target yang ditentukan dari puskesmas kecamatan
mampang prapatan untuk bayi yang mendapatkan IMD untuk tahun 2017 sebesar 44% dan tahun 2018
sebesar 47% berdasarkan RISKESDAS 2013. Dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah balita yang
mendapatkan IMD di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sudah mencapai target yang
ditetapkan.
115%
110%
95%
90%
Oct-17 Nov-17 Des 17 Jan-18 Feb-18 Mar-18
Berdasarkan diagram batang diatas menunjukan persentase jumlah balita yang mempunyai
buku KIA/KMS di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Dapat dilihat dari hasilnya pada tahun
2017 di bulan Oktober mencapai 100%, di bulan November 2017 menurun menjadi 99% dan di bulan
Desember 2017 meningkat kembali menjadi 116%. Kemudian di tahun 2018 pada bulan Januari,
Februari dan Maret menurun menjadi 101%. Target yang ditentukan untuk jumlah balita yang
mempunyai buku KIA/KMS di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan berdasarkan RISKESDAS 2013
yaitu untuk tahun 2017 sebesar 65% dan tahun 2018 sebesar 72%. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
balita yang mempunyai buku KIA/KMS di Puskesmas Kecamatan Mampang sudah mencapai target yang
ditentukan.
63.00%
62.00%
61.00%
59.00%
58.00%
57.00%
Okt Nov-17 Des Jan-18 Feb-18 Mar-18
2017 2017
Berdasarkan diagram garis diatas menunjukan persentase jumlah balita yang naik berat
badannya di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Dapat dilihat hasilnya pada tahun 2017 di bulan
Oktober mencapai 63% kemudian menurun menjadi 60% di bulan November dan meningkat kembali di
bulan Desember sebesar 61%. Kemudian pada tahun 2018 di bulan Januari menurun menjadi 60,55%, di
bulan februari meningkat 60,89% dan bulan Maret menurun kembali menjadi 59%. Target yang telah
ditetapkan untuk jumlah balita yang naik berat badannya berdasarkan 95% D/S RISKESDAS, 2013 untuk
tahun 2017 sebesar 73% dan tahun 2018 sebesar 74%. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa jumlah
balita yang naik berat badannya di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan tahun 2017 belum
mencapai target yang ditetapkan, untuk tahun 2018 juga belum mencapai target yang ditentukan.
BAB IV
PEMBAHASAN