Lapkas HNP
Lapkas HNP
Disusun Oleh:
OLIVIA PRATIWI
(1210070100067)
Pembimbing :
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Herniated Nucleus Pulposus”
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.2 Epidemiologi..........................................................................................3
2.4 Patomekanisme......................................................................................5
2.9 Pencegahan..........................................................................................13
ii
3.6 Pemeriksaan Jasmani...........................................................................16
3.21 Terapi.................................................................................................28
3.23 Prognosa............................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita,
dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%)
penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat
inap untuk evaluasi lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya
merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab
NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan
psikogenik. Salah satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik
maupun terapi spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang
paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering
dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian
2
Dammers dan Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi diskus lumbalis,
memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua
dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah
yang penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Inside HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%
insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40%
penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan
mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut.
3
Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua
sampai vertebra sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini
membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra.
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus
pulposus ditengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan
dari tulang yang di atas dan dibawahnya oleh dua lempengan tulang rawan
yang tipis.
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat
semigelatin, nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel
jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai
peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu.
juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara
diskus dan pembuluh-pembuluh darah kapiler.
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang
mengelilingi nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk
memungkinkan gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur
spiral dari serabut-serabut); untuk menopang nukleus pulposus; dan
meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di
sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus
vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan
nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus vertebra.
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang
kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal
sedangkan yang paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan
bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih
tipis.
2.4 Patomekanisme
1. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air
diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai
menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi
4
kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan
ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf
spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang
kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak).
2. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan
keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia
yang sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior.
5
Gambar 1.2 Grading Hernia Nucleus Pulposus
6
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.
7
Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis HNP adalah:
1. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri
maupun secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini
memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa
ada/tidaknya penyebaran rasa nyeri.
2. Straight Leg Raise (Laseque) Test:
Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur
dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara
pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif
bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus,
menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.
3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini
menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.
4. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat.
Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat,
antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning positif.
5. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus
di tingkat kolumna vertebra L5-S1. 3,4
6. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat
kolumna vertebra L2-L3-L4.
8
Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan
gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
2. Mylogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque
dalam columna spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis
sehingga pada X-ray dapat nampak adanya penyumbatan atau
hambatan kanalis spinalis
3. MR
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur
columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.
4. Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi
kerusakan nervus.
2.8 Penatalaksanaan
Terapi konservatif, terdiri atas:
Terapi Non Farmakologis
Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung
bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan
nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri.
Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai
jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam
9
menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.
Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug) obat ini
diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol,
Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak,
Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya
tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
10
e. Anelgetik ajuvan nb
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
f. suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
2.9 Pencegahan
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan
pola hidup. Hal-hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinya HNP:
11
a. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot,
seperti berlari dan berenang.
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang
benar.
c. Tidur di tempat yang datar dan keras.
d. Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
e. Kurangi berat badan.
BAB III
STATUS PASIEN
MAHASISWA SMF ILMU NEUROLOGI RSUPM
12
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl.Emas No. 1, Kec. Medan Area.
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 19 Juli 2017
NO RM : 01.00.95.78
13
Kesan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M5V6
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,4 oC
b. Cranium
Bentuk : Bulat simetris
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Rangsangan meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Brudzinsky II : Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai
e. Saraf-saraf otak
a. Nervus I (Olfactorius)
Normosmia
b. Nervus II (Opticus)
OD OS
14
OD OS
Gerakan bola
mata ke Medial
(+) (+)
Pupil
Lebar ±3 mm ±3 mm
d. Nervus IV (Troclearis)
OD OS
15
Kearah dalam (+)
e. Nervus V (Trigeminus)
a. Motorik
1. Membuka dan menutup mata : Dalam batas normal
2. Palpasi otot masseter dan temporalis : Dalam batas
normal
3. Kekuatan gigitan : Dalam batas normal
4. Menggerakkan rahang: Dalam batas normal
b. Sensorik
1. Kulit : Dalam batas normal
2. Selaput lendir : Dalam batas normal
3. Refleks kornea : Positif
4. Refleks masster : Dalam batas normal
f. Nervus VI (Abducens)
OD OS
16
b. Sensorik
Pengecapan 2/3 lidah depan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Produksi kelenjar ludah : (+)
i. Nervus IX (Glosofaringeus)
Palatum mole : Simetris
Uvula : Berada di tengah
Disatria : Tidak dijumpai
Pengecapan1/3 belakang lidah : Tidak dilakukan
pemeriksaan
j. Nervus X (Vagus)
Disfagia : Tidak dijumpai
Refleks muntah : Dalam batas normal
k. Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri
17
3.8 Sistem motorik
Kanan Kiri
Trofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Otot Normal Hipotonus
Kekuatan Otot
Ekstremitas superior
Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Ekstremitas Inferior
Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Sikap
Duduk : Nyeri pada pinggang
Berdiri : Bisa tetapi terasa nyeri
Berbaring : Terasa nyeri ketika berubah posisi
Eksteroseptik
18
Nyeri
Suhu Tidak dilakukan pemeriksaan
Raba
Propioseptik
Gerak
Posisi Tidak dilakukan pemeriksaan
Getaran
Tekanan
3.10 Refleks
a. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
b. Refleks Patologis
Kanan Kiri
3.11 Koordinasi
19
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bicara : Dalam batas normal
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.12 Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensidan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.13 Vertebrae
Bentuk : Normal, Scoliosis (-), Lordosis (-), Kifosis (-)
Pergerakan leher : Dalam batas normal
Pergerakan Pinggang : Terbatas
Laseque + -
Cross Laseque + -
Nafziger - -
Lermithe - -
20
Ingatan Lama : Baik
Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Situasi : Baik
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Daya pertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reaksi Emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Pemeriksaan Neurologi
Nervus I : Normosmia
Nervus II : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, gerakan
bola mata (+)
Nervus IV : Dapat menggerakkan bola mata ke medial
Nervus V : Dapat mengunyah
21
Nervus VI : Dapat menggerakkan bola mata kearah
lateral
Nervus VII : Dapat tersenyum, kerutan dahi (+)
Nervus VIII : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus X : Dapat menelan
Nervus XI : Dapat mengangkat bahu dan menolehkan
leher
Nervus XII : Dapat menjulurkan lidah
c. Kekuatan Otot
Ekstremitas Superior
Kanan ESF : 5 kiri ESF: 5
ESE : 5 ESE: 5
Ekstremitas Inferior
Kanan ESF : 5 Kiri ESF:5
EIE : 5 EIE:5
d.Refleks
Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
22
Klonus Lutut (-) (-)
d. Sensibilitas : Dijumpai
e.Tanda Rangasangan Meningeal : Tidak dijumpai
f. Tanda Rangsangan Radikuler : Tidak dijumpai
g. Gejala Serebellar : Tidak dijumpai
h. Gejala Ekstrapiramidal : Tidak dijumpai
i. Fungsi Luhur : Dalam batas normal
3.21 TERAPI
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam
Gabapentin 100 mg 2x1 caps
Meloxicam 15 mg 1x1
Vit B12 3x1
Alprazolam 0,5 mg 1x1
Metilprednisolon tab 4 mg 3x1
Ranitidin tab 150 mg 2x1
Na diclofenac 500 mg 3x1
HCT 39,7%
MCV 85,5 fL
23
MCH 28,4 pg
MCHC 34,0g/dL
2. Kimia Klinik
SGOT 21.00 U/L
b. Pemeriksaan Penunjang
Foto lumbal : Hernia Nucleus Pulposus
EKG : Tidak dilakukan pemeriksaan
CT- Scan : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.23 Prognosa
Dubia ad Bonam
24
3.24 FOLLOW UP PASIEN
25
BAB III
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27