Anda di halaman 1dari 31

HERNIATED NUCLEUS PULPOSUS

Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan

Kepaniteraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI

RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

Disusun Oleh:

OLIVIA PRATIWI

(1210070100067)

Pembimbing :

dr. Saulina Sembiring M.ked, Neu, Sp.S

SMF ILMU BAGIAN NEUROLOGI

RSU DR. PIRNGADI

MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Herniated Nucleus Pulposus”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr.


Saulina Sembiring, M.Ked, Neu, Sp.S khususnya sebagai pembimbing penulis ,
dan semua staff pengajar di SMF NEUROLOGI Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan, serta teman-teman di Kepanitraan Klinik Senior.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan


baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk kesempurnaan
laporan kasus ini. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................2

2.1 Hernia Nucleus Pulposus.......................................................................2

2.2 Epidemiologi..........................................................................................3

2.3 Anatomi dan Fisiologi...........................................................................3

2.4 Patomekanisme......................................................................................5

2.5 Faktor Risiko..........................................................................................7

2.6 Gejala Klinis..........................................................................................8

2.7 Penegakan Diagnosa..............................................................................8

2.8 Penatalaksanaan ..................................................................................10

2.9 Pencegahan..........................................................................................13

BAB III Status Pasien Neurologi........................................................................14

3.1 Anamnese Pribadi................................................................................14

3.2 Anamnese Penyakit..............................................................................14

3.3 Anamnese Traktus................................................................................16

3.4 Anamnese Keluarga.............................................................................16

3.5 Anamnese Sosial..................................................................................16

ii
3.6 Pemeriksaan Jasmani...........................................................................16

3.7 Pemeriksaan Neurologis......................................................................17

3.8 Pemeriksaan Motorik...........................................................................22

3.9 Pemeriksaan Sistem Sensibilitas..........................................................23

3.10 Pemeriksaan Reflek...........................................................................23

3.11 Pemeriksaan koordinasi.....................................................................24

3.12 Pemeriksaan Vegetatif.......................................................................24

3.13 Pemeriksaan Vertebra........................................................................24

3.14 Pemeriksaan Rangsangan Radikuler..................................................25

3.15 Gejala-gejala Serebellar.....................................................................25

3.16 Gejala Ekstrapiramidal......................................................................25

3.17 Fungsi Luhur......................................................................................25

3.18 Kesimpulan Pemeriksaan...................................................................26

3.19 Diagnosa Banding..............................................................................28

3.20 Diagnosa Kerja..................................................................................28

3.21 Terapi.................................................................................................28

3.22 Rencana Pemeriksaan Selanjutnya....................................................29

3.23 Prognosa............................................................................................30

3.24 Follow Up Pasien...............................................................................31

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa.
Kurang lebih 60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung
dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%.

Insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita,
dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%)
penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat
inap untuk evaluasi lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya
merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab
NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan
psikogenik. Salah satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik
maupun terapi spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan


lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus)
mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-
urat saraf yang melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan
oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus
keluar menekan medullas spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf
spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia Nucleus Pulposus


Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau
jaringan melalui lubang yang abnormal.Nukleus pulposus adalah massa
setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian
tengah dari diskus intervertebralis.
Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang
melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol
(bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis. HNP mempunyai banyak
sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis, Ruptur Disc, Slipped
Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya
Gambar 1.1 Penampang Korpus Vertebra

2.2 Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang
paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering
dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian

2
Dammers dan Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi diskus lumbalis,
memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua
dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah
yang penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Inside HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%
insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40%
penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan
mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut.

2.3 Anatomi dan Fisiologi


Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus
vertebra yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi
kostovertebralis dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan
diskus intervertebralis menghubungkan vertebra yang berdekatan.
Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar, berjalan
memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis,
dan bersatu dengan periosteum dan annulus fibrosus.
Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya
ekstensi, sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus
vertebra dan diskus intervertebralis terletak ligamentum longitudinal
posterior, ligamentum longitudinalis posterior berperan dalam menahan
gaya fleksi. Ligamentum anterior lebih kuat dari pada posterior, sehingga
prolaps diskus lebih sering kearah posterior. Pada bagian posterior terdapat
struktur saraf yang sangat sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf
spinalis, ganglion radiks dorsalis.

3
Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua
sampai vertebra sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini
membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra.
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus
pulposus ditengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan
dari tulang yang di atas dan dibawahnya oleh dua lempengan tulang rawan
yang tipis.
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat
semigelatin, nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel
jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai
peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu.
juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara
diskus dan pembuluh-pembuluh darah kapiler.
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang
mengelilingi nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk
memungkinkan gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur
spiral dari serabut-serabut); untuk menopang nukleus pulposus; dan
meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di
sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus
vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan
nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus vertebra.
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang
kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal
sedangkan yang paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan
bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih
tipis.

2.4 Patomekanisme
1. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air
diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai
menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi

4
kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan
ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf
spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang
kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak).

2. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan
keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia
yang sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior.

5
Gambar 1.2 Grading Hernia Nucleus Pulposus

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di


dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus);
hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan.
Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari
diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus
yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan
nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.

2.5 Faktor Resiko


Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami
HNP:
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus
lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan
keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan
ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP

6
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.

2.6 Gejala Klinis


Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang
terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul
ketika nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering
adalah iskialgia (nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti
terbakar dan berdenyut menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris
kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau rasa baal sesuai
dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda ekuina dapat terjadi
gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang timbul sesuai
dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot sesuai
dengan miotom yang terkena.

2.7 Penegakan Diagnosis


2.7.1 Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya;
lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang
memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain
nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.

2.7.2 Pemeriksaan Neurologi


Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena
akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon
menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti
menunjukkan segmen S1 terganggu.

7
Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis HNP adalah:
1. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri
maupun secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini
memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa
ada/tidaknya penyebaran rasa nyeri.
2. Straight Leg Raise (Laseque) Test:
Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur
dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara
pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif
bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus,
menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.
3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini
menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.
4. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat.
Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat,
antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning positif.
5. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus
di tingkat kolumna vertebra L5-S1. 3,4
6. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat
kolumna vertebra L2-L3-L4.

2.7.3 Diagnosis Penunjang


1. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara
akurat. Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak
dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf.

8
Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan
gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
2. Mylogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque
dalam columna spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis
sehingga pada X-ray dapat nampak adanya penyumbatan atau
hambatan kanalis spinalis
3. MR
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur
columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi.
4. Elektromyografi
Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi
kerusakan nervus.

2.8 Penatalaksanaan
Terapi konservatif, terdiri atas:
Terapi Non Farmakologis
 Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung
bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan
nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri.
Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai
jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam

9
menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.

 Latihan dan modifikasi gaya hidup


Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan
memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan
penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang mempunyai berat badan
berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres
secepat mungkin. Endurance exercisi latihan aerobit yang memberi stres
minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai
pada minggu kedua setelah awaitan NPB. Conditional execise yang
bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah dua minggu karena
bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan pasien.
Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti
lebih efektif daripada latihan tanpa alat.

Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug) obat ini
diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol,
Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak,
Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya
tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.

10
e. Anelgetik ajuvan nb
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
f. suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.

Terapi operatif pada pasien dilakukan jika :


a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau
ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6
sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.

Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:


a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan
jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian
dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid
diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.

2.9 Pencegahan
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan
pola hidup. Hal-hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinya HNP:

11
a. Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot,
seperti berlari dan berenang.
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang
benar.
c. Tidur di tempat yang datar dan keras.
d. Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
e. Kurangi berat badan.

BAB III
STATUS PASIEN
MAHASISWA SMF ILMU NEUROLOGI RSUPM

3.1 Anamnese Pribadi O.S


Nama : Ahmad Rusbi
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

12
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl.Emas No. 1, Kec. Medan Area.
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 19 Juli 2017
NO RM : 01.00.95.78

3.2 Anamnesa Penyakit


Keluhan Utama : Nyeri pinggang dan bokong.
Telaah : Hal ini telah dialami oleh pasien sejak ± 3 hari
yang lalu dan memberat dalam 1 hari ini. Nyeri
dirasakan bertambah saat sedang jalan atau berdiri
lama. Ketika batuk dan bersin nyeri dirasakan
sampai ke pinggang. Pasien mengakatan sering
kesemutan dan baal pada kaki kanan dan kiri. BAB
dan BAK dalam batas normal. Riwayat penyakit
terdahulu : riwayat trauma / terjatuh dari speda
motor ± 2 tahun yang lalu.
Riwayat pemakaian obat : Tidak Jelas
Riwayat kebiasaan : Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
3.3 Anamnesa Traktus
Traktus Sirkulatorius : Tidak ada diagnosa
Traktus Respiratorius : Tidak ada diagnosa
Traktus Digestivus : Tidak ada diagnosa
Traktus Urogenitalis : Tidak ada diagnosa
3.4 Anamnesa Keluarga
Faktor Herediter : Tidak dijumpai
Faktor Familial : Tidak dijumpai

3.5 Anamnesa Sosial


Kelahiran dan Pertumbuhan : Tidak jelas
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Perkawinan : Menikah

3.6 Pemeriksaan Jasmani


Pemeriksaan Umum

13
Kesan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M5V6
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,4 oC

Kepala dan Leher


Bentuk dan Posisi : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
Kelainan panca indra : Tidak dijumpai
Rongga dan mulut : Dalam batas normal
3.7 Pemeriksaan Neurologis
a. Sensorium : Compos Mentis

b. Cranium
Bentuk : Bulat simetris
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Rangsangan meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Brudzinsky II : Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai

d. Peningkatan tekanan intracranial


Muntah : Tidak dijumpai
Sakit Kepala : Tidak dijumpai
Kejang : Tidak dijumpai

e. Saraf-saraf otak
a. Nervus I (Olfactorius)
Normosmia
b. Nervus II (Opticus)
OD OS

Visus Tidak dilakukan pemeriksaan

Melihat warna Tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks cahaya (+) (+)

c. Nervus III (Oculomotorius)

14
OD OS

Gerakan bola
mata ke Medial
(+) (+)

Atas (+) (+)

Bawah (+) (+)

Ptosis Tidak dijumpai

Nistagmus Tidak dijumpai

Eksoftalmus Tidak dijumpai

Strabismus Tidak dijumpai

Pupil

Lebar ±3 mm ±3 mm

Bentuk Bulat Bulat

Kesamaan Isokor Isokor

RC langsung (+) (+)

RC tidaklangsung (+) (+)

d. Nervus IV (Troclearis)
OD OS

Gerakan bola mata

Kearah bawah (+)

15
Kearah dalam (+)

e. Nervus V (Trigeminus)
a. Motorik
1. Membuka dan menutup mata : Dalam batas normal
2. Palpasi otot masseter dan temporalis : Dalam batas
normal
3. Kekuatan gigitan : Dalam batas normal
4. Menggerakkan rahang: Dalam batas normal

b. Sensorik
1. Kulit : Dalam batas normal
2. Selaput lendir : Dalam batas normal
3. Refleks kornea : Positif
4. Refleks masster : Dalam batas normal

f. Nervus VI (Abducens)
OD OS

Pergerakan bola (+) (+)


mata kearah lateral

g. Nervus VII (Facialis)


a. Motorik
Kanan Kiri

Mimik wajah Dalam batas normal

Kerut kening Dalam batas normal

Menutup mata Dalam batas normal

Mengangkat alis Dalam batas normal

Memperlihatkan gigi Dalam batas normal

Tertawa Dalam batas normal

16
b. Sensorik
Pengecapan 2/3 lidah depan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Produksi kelenjar ludah : (+)

h. Nervus VIII (Vestibulocochlearis)


a. Auditorius
1. Tes rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Tes weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Tes swabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Vestibularis
1. Nistagmus : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Reaksi kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Vertigo: Romberg Test (-)
4. Tinitus : Tidak dilakukan pemeriksaan

i. Nervus IX (Glosofaringeus)
Palatum mole : Simetris
Uvula : Berada di tengah
Disatria : Tidak dijumpai
Pengecapan1/3 belakang lidah : Tidak dilakukan
pemeriksaan

j. Nervus X (Vagus)
Disfagia : Tidak dijumpai
Refleks muntah : Dalam batas normal
k. Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri

Mengangkat bahu Dalam batas normal

Menolehkan kepala Dalam batas normal

l. Nervus XII (Hipoglosus)


Lidah : Dalam batas normal
Tremor : Tidak dijumpai
Atrofi : Tidak dijumpai
Ujung lidah saat istirahat : Dalam batas normal
Ujung lidah saat dijulurkan : Dalam batas normal

17
3.8 Sistem motorik
Kanan Kiri
Trofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Otot Normal Hipotonus

Kekuatan Otot
 Ekstremitas superior
Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
 Ekstremitas Inferior
Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5

Sikap
Duduk : Nyeri pada pinggang
Berdiri : Bisa tetapi terasa nyeri
Berbaring : Terasa nyeri ketika berubah posisi

Gerakan spontan abnormal


a. Tremor : Tidak dijumpai
b. Chorea : Tidak dijumpai
c. Balismus : Tidak dijumpai
d. Mioklonus : Tidak dijumpai
e. Atetosis : Tidak dijumpai
f. Distonia : Tidak dijumpai
g. Spasme : Tidak dijumpai
h. Tic : Tidak dijumpai

3.9 Sistem Sensibilitas


Tes Sensibilitas Kanan Kiri

Eksteroseptik

18
Nyeri
Suhu Tidak dilakukan pemeriksaan
Raba

Propioseptik
Gerak
Posisi Tidak dilakukan pemeriksaan
Getaran
Tekanan

3.10 Refleks
a. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri

Biceps (+) (+)

Triceps (+) (+)

KPR (+) (+)

APR (+) (+)

b. Refleks Patologis
Kanan Kiri

Babinsky (-) (-)

Chaddok (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Gordon (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Hofman Tromner (-) (-)

Klonus Lutut (-) (-)

3.11 Koordinasi

19
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bicara : Dalam batas normal
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.12 Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensidan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.13 Vertebrae
Bentuk : Normal, Scoliosis (-), Lordosis (-), Kifosis (-)
Pergerakan leher : Dalam batas normal
Pergerakan Pinggang : Terbatas

3.14 Tes Rangsangan Radikuler


Kanan Kiri

Laseque + -

Cross Laseque + -

Nafziger - -

Lermithe - -

3.15 Gejala-gejala Serebellar


Ataksia : Tidak dijumpai
Disartria : Tidak dijumpai
Tremor : Tidak dijumpai
Nistagmus : Tidak dijumpai
Fenomena Rebound : Tidak dijumpai
Vertigo : Tidak dijumpai

3.16 Gejala Ekstrapiramidal


Tremor : Tidak dijumpai
Rigiditas : Tidak dijumpai
Bradikinesia : Tidak dijumpai

3.17 Fungsi luhur


Kesadaran Kualitatif : Compos mentis
Ingatan Baru : Baik

20
Ingatan Lama : Baik
Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Situasi : Baik
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Daya pertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reaksi Emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.18 Kesimpulan pemeriksaan


Nyeri pinggang menjalar sampai ke kaki kanan. Hal ini telah
dialami oleh pasien sejak ± 3 hari yang lalu dan memberat dalam 1 hari
ini. Nyeri dirasakan bertambah saat sedang jalan atau berdiri lama.
Ketika batuk dan bersin nyeri dirasakan sampai ke pinggang. Pasien
mengakatan sering kesemutan dan baal pada kaki kanan dan kiri. BAB
dan BAK dalam batas normal. Riwayat penyakit terdahulu : riwayat
trauma / terjatuh dari speda motor ± 2 tahun yang lalu. Laseque sign
(+), cross laseque (+).

3.19 Pada pemeriksaan dijumpai :


a.Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,4 oC

b. Pemeriksaan Neurologi
Nervus I : Normosmia
Nervus II : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, gerakan
bola mata (+)
Nervus IV : Dapat menggerakkan bola mata ke medial
Nervus V : Dapat mengunyah

21
Nervus VI : Dapat menggerakkan bola mata kearah
lateral
Nervus VII : Dapat tersenyum, kerutan dahi (+)
Nervus VIII : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus X : Dapat menelan
Nervus XI : Dapat mengangkat bahu dan menolehkan
leher
Nervus XII : Dapat menjulurkan lidah

c. Kekuatan Otot
Ekstremitas Superior
Kanan ESF : 5 kiri ESF: 5
ESE : 5 ESE: 5
Ekstremitas Inferior
Kanan ESF : 5 Kiri ESF:5
EIE : 5 EIE:5

d.Refleks
Kanan Kiri

Refleks Fisiologis

Biceps (+) (+)

Triceps (+) (+)

KPR (+) (+)

APR (+) (+)

Refleks Patologis

Babinski (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Chaddock (-) (-)

Gordon (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Hoffman (-) (-)


Tromner

Klonus Kaki (-) (-)

22
Klonus Lutut (-) (-)

d. Sensibilitas : Dijumpai
e.Tanda Rangasangan Meningeal : Tidak dijumpai
f. Tanda Rangsangan Radikuler : Tidak dijumpai
g. Gejala Serebellar : Tidak dijumpai
h. Gejala Ekstrapiramidal : Tidak dijumpai
i. Fungsi Luhur : Dalam batas normal

3.19 DIAGNOSA BANDING


Spondylosis Lumbalis

3.20 DIAGNOSA KERJA


Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

3.21 TERAPI
 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
 Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam
 Gabapentin 100 mg 2x1 caps
 Meloxicam 15 mg 1x1
 Vit B12 3x1
 Alprazolam 0,5 mg 1x1
 Metilprednisolon tab 4 mg 3x1
 Ranitidin tab 150 mg 2x1
 Na diclofenac 500 mg 3x1

3.22 RENCANA PEMERIKSAAN SELANJUTNYA


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Rutin
19 Juli 2017

WBC 4.88 x 103/uL

RBC 4,75 x 106/uL

HGB 13,5 g/dl

HCT 39,7%

MCV 85,5 fL

23
MCH 28,4 pg

MCHC 34,0g/dL

PLT 215 103/uL

KGD 106 mg/dl

2. Kimia Klinik
SGOT 21.00 U/L

SGPT 21.00 U/L

Alkaline 67.00 U/L


phospatase
Total Bilirubin 1.11 mg/dl
Ureum 26.00 mg/dl
Creatinin 1.10 mg/dl
Uric acid 4.30 mg/dl
Natrium 153.00 mmol/L
Kalium 3.90 mmol/L
Chlorida 114.00 mmol/L

b. Pemeriksaan Penunjang
Foto lumbal : Hernia Nucleus Pulposus
EKG : Tidak dilakukan pemeriksaan
CT- Scan : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.23 Prognosa
Dubia ad Bonam

24
3.24 FOLLOW UP PASIEN

SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSEMENT TERAPI


 IVFD RL 20 gtt/menit
 Inj. Ranitidine 1 amp/1
19-20/7/2017 TD : 120/80 Hernia Nukleus
 Inj.Ketorolac 1 amp/8
Nyeri pinggang kanan mmHg Pulposus (HNP)  Gabapentin 100 mg 2x
 Meloxicam 15 mg 1x1
menjalar ke betis. HR : 90x/i
 Vit B12 3x1
RR : 20x/i  Alprazolam 0,5 mg 1x
 Metilprednisolon tab 4
T : 36,4°C

21/7/2017 TD : 110/70 Hernia Nukleus


 Three way
Nyeri pinggang kanan mmHg Pulposus (HNP)  Inj. Ranitidine 1 amp/1
menjalar ke betis. HR : 86 x/i  Inj.Ketorolac 1 amp/8
 Gabapentin 100 mg 2x
RR : 22x/i  Meloxicam 15 mg 1x1
T : 37,1°C  Vit B12 3x1
 Alprazolam 0,5 mg 1x
 Metilprednisolon tab 4

22/7/2017 TD : 120/70 Hernia Nukleus  Three way (aff)


 Inj. Ranitidine 1 am
mmHg Pulposus (HNP)
(aff)
HR : 92 x/i
 Inj.Ketorolac 1 amp/8
RR : 20x/i  Gabapentin 100 mg 2x
 Meloxicam 15 mg 1x1
T : 36.6°C
 Vit B12 3x1
 Alprazolam 0,5 mg 1x
 Metilprednisolon tab 4
 Ranitidin tab 150 mg 2
 Na diclofenac 500 mg

25
BAB III

KESIMPULAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan


lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus)
mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-
urat saraf yang melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan
oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus
keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf
spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

Hernia Nukelus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang


melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging)
dan menekan kearah kanalis spinalis. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai
pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa


Indonesia. 1998. hal 505

S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan


Penerbit FK UI. Hal 18-19

Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain.[online].


[cited July 12]. Available from http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15.

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Penerbitan


Media Aesculapius FKUI.

Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas


Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337.

27

Anda mungkin juga menyukai