PNEUMONIA
PNEUMONIA
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah akut masih terus menjadi masalah kesehatan yang
utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru ataupun
lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat antimikroba telah banyak ditingkatkan.
Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostik
dan pilihan pengobatan.1,4
Infeksi dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk
pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Juga bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan
menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan
sesak nafas.
Secara klinis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lain-lain).
Secara anatomis pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia lobaris,
pneumonia segmentalis, dan pneumonia lobularis yang dikenal sebagai
bronkopneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu pneumonia
dapat juga dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu pneumonia komunitas
dan pneumonia rumah sakit.3
Pilihan awal terapi antimikroba sering sekali dilakukan secara empiris
berdasarkan kedaan ketika infeksi tersebut didapat, gambaran klinis, corak
abnormalitas pada hasil foto thoraks, hasil pemeriksan sputum atau cairan tubuh
terinfeksi lainnya dan pengetahuan mengenai pola kerentanan pasien terhadap
berbagai preparat antimikroba. Setelah mikroorganisme penyebab diketahui, terapi
antimikroba yang khusus dapat dipilih. .4,6,7
1
BAB II
ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya berada
di rongga thoraks. Masing-masing paru mempunyai apex yang tumpul, yang menonjol
keatas, masuk ke leher sekitar 2,5 cm diatas clavicula, fascies costalis yang konveks
yang berhubungan dengan dinding dada, dan fascies mediastinum yang konkaf yang
membentukcetakan pada perikardium dan struktur mediastinum lainnya. Sekitar
pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonis, suatu lekukan dimana bronkus,
pembuluh darah masuk ke paru-paru untuk membentuk radix pulmonis. 6,7
Paru paru terbagi menjadi beberapa lobus : atas, tengah, dan bawah dikanan, dan
atas dan bawah kiri. Paru-paru dibungkus oleh suatu kantong tipis, pleura. Pleura
visceralis terdapat tepat diatas parenkim paru-paru, sedangkan pleura parietalis
melapisi dinding dada. Kedua pleura ini saling meluncur satu sama lain
selamainspirasi dan ekspirasi. .6,7
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.cabang utama bronkus kanan dan
kiri bercabang lagi menjadi bronkus loburlaris dan bronkus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya
menjadi bronkiolus terminalis. Alveoulus dipisahkan dari alveolus didekatnya oleh
dinding tipis atau septum. Alveoulus pada hakikatnya merupakan suatu gelembung
gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas
2
membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah pengenmbangan saat
inspirasi dan cenderung kolaps pada waktu ekspirasi.
Gambar 2. Bronkiolus
Fisura interlobaris yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini terletak diantara
lobus paru-paru. Paru-paru kanan dan kiri mempunyai fissure obliq yang dimulai pada
dada anterior setinggi iga keenam pada garis midclavicula dan memanjang lateral atas
ke iga kelima digaris axilaris media, berakhir pada dada posterior pada prosesus
spinosus T3. Lobus bawah kanan terletak dibawah fissura obliq kanan, lobus atas dan
tengah terletak diatas fissure obliq kanan. Lobus bawah kiri terletak dibawah fissure
obliq kiri, lobus atas kiri terletak diatas fissure obliq kiri. Fissure horizontal hanya ada
dibagian kanan dan memisahkan lobus atas kanan dab lobus tengah kanan. Fissure
memanjang dari iga keempat pada tepi sternum ke iga kelima pada garis aksilaris
media. .4,6,7
3
BAB III
PNEUMONIA
3.1. Definisi
Infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan
kematian tertinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Pneumonia ini dapat
terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjut manifestasi ISNBA lainnya
misalnya sebagai perluasan bronkiektasis yang terinfeksi.1,2
3.2. Epidemiologi
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus barupraktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat (PK) atau
didalam rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/PN atau pneumonia
dipusat perawatan/PPP). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran
pernafasan bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpaI SEKITAR 15-20%.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN diruangan umum, yaitu dijumpai
hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik.
PBV didapat pada 9-27% dari pasien yang intubasi, resiko PBV tertinggi pada saat
awal masuk ke ICU. 1,5,9
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanykan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Pneumonia
lebioh sering dijumpai pada usia lanjut dan sering terjadi penyakit paru obstruktif
4
kronik, diabetes mellitus, payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan,
infusiensi renal, penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik. 1,5,9
3.3. Etiologi
Etiologi pneuminia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal
ini berdampak pada obata yang akan diberikan. Pneumonia dapat disebabakan oleh
berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari
kepustakaan pneumonia komuniti (community acquired) yang diderita oleh
masyarakat luar negri banyak disebabkan bakteri gram positif. Sedangkan pneumonia
di rumah sakit (nosokomial acquired) banyak disebabkan bakteri gram negatif,
sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir
ini laporan dari berbagai kota di Indionesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram
negatif.1,2,5,9,10
Rumah Sakit (nosokomial acquired) Basil usus gram negatif (Escherchia Coli,
Klebsiella Pneumoniae, Pseudomonas
Aeruginosa, Staphyloccus Aureus)
3.4. Patofisiologi
5
menimbulkan penyakit. Resiko infeksi paru sangat bergantung pada kemampuan
mikroorganisma untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran nafas. Ada
beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:1,2
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari semua cara tersebut yang terbanyak adalah cara kolonisasi.secara inhalasi terjadi
infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakn bakteri
dengan ukuran 0,5-2,0 mm melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau
alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran
nafas atas (hidung,orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran nafas bawah dan
terjadi inakulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan awal infeksi dari
sebagian besar infeksi paru. Setelah mikroba sampai ke saluran nafas bawah, maka
terdapat empat rute masuknya mikroba tersebut kedalam saluran nafas bagian bawah
yaitu:6,9
Terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru akan mengalami peradangan dan
berlubang-lubang sehingga cairan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar
dari pembuluh darah masuk ke alveoli. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi akan
disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus kle alveolus lainnya. Lobus bagian
bawah paru paling sering terkena karna mikroorganisme penyebab yang paling sering
adalah bakteri anaerob sehingga oksigenasi berkurang atau tidak terlalu dibutuhkan,
disamping itu juga karna efek gravitasi.
6
infus oleh staphylococcus Aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh
Pseudomonas Auroginosa dan Enterobacter.1,2,6,9
Usia lajut
Penyakit jantung
Alkoholisme
Merokok
Diabetes melitus
Penggunan ventilator mekanik
PPOK
Immune defect
Dan Terapi khusus
Gejala klinis pada pneumonia serupa untuk semua jenis dari pneumonia, gejalanya
meliputi: 9,10
Gambaran klinis biasanya selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh bisa
mencapai 400C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, juga disertai batuk dengan
sputum mukoid atau purulen, dan dapat dijumpai darah.
7
3.7. Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia yang Lazim dipakai adalah yang didasarkan kepada faktor
inang dan lingkungan. Klasifikasi ini membantu penatalaksanaan terapi pneumonia
secara empirik.1,5,9,10
1. Pneumonia Primer : yaitu radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunyai faktor resiko tertentu, penyebab utamanya yaitu; staphylococcus
(Pneumokokus), Hemophilus influenzae, selain itu bakteri pneumoni yang
tidak khas (atipikal) yaitu mycoplasma, clamydia.
2. Pneumonia Sekunder : yaitu terjadi pada orang dengan faktor predisposisi
selain menderita penyakit paru lainnya juga pada orang yang mempunya
penyakit menahun.
1. Pneumonia Lobaris : Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi
bakteri (Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang
terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan.
Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi berdensitas
8
tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang mengikutsertakan alveoli
yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang terdapat pada percabangan
bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat
adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia lobaris.
2. Pneumonia Lobularis : Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus
terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat
mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang
bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari
saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang
melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,
Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
3. Pneumonia Interstial : Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial
dinding bronkus dan peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi
virus dan mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema
jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada
alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata
3.8. Diagnosa
Sering bentuk pneumonia mirip meskipun disebabkan oleh jenis kuman yang berbeda.
Diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan
fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang.
9
Gejala yang timbulnya lambat (Pneumonia atipikal, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Enterbacter)
Gejala yang dialami pasien misalnya nyeri pleuritik difus
(Mycoplasma pneumoniae), nyeri pleuritik tusuk (Streptococcus
pneumoniae), coryza (virus), red curretjelly seperti batu bata
(Klebsiella pneumoniae), sputum berbau busuk (pneumonia aspirasi,
infeksi anaerob)
Gejala intestinal : mual, muntah, diare, nyeri abdomen (Legionella
pneumoniae)
Tampak bagian dada yang sakit tertinggal sewaktu bernafas dengan
suara nafas bronchial kadang-kadang melemah
Didapatkan ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar
pada stadium resolusi
c) Pemeriksaan Penunjang :Pemeriksaan radiologis, Gambaran Radiologis pada
foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
10
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi,
misalnya penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia
sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang
terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
Pemeriksaan Bakteriologis ; bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi
nasotrakeal,/transtrakeal, aspirasi jarum transtrokeal, torakosintesis,
bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris, dilakukan
pemeriksaan apus gram, burri, quellung test dan Z.Nielsen. kuman
yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan
merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupaj\kan pemeriksaan
utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.
Pemeriksaan Khusus: titer antibodi terhadap virus legionella, dan
mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer
4kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen.
11
Gambar 4. Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto
thorax proyeksi PA
2. Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan gambaran yang
mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram. Namun terdapat penarikan
jantung, trakea, dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya
pengurangan volume interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan
dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax
asimetris.
12
dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada edusi
pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura.
3.10.Komplikasi
1. Efusi Pleura : Efusi pleura terjadi ketika penumpukan kelebihan cairan dan
dahak pada lapisan dinding dada, alveoulus dan ruang-ruang di antaranya. Ini
adalah komplikasi umum yang muncul dari pneumonia dan mungkin salah
satu tanda-tanda pertama pada X-Ray dada. Jika cairan luas di paru-paru,
thoracentesis mungkin harus dilakukan.
2. Endokarditis : Endokarditis adalah infeksi lapisan dalam jantung. Ini
merupakan komplikasi dari pneumonia diobati jangka panjang atau pneumonia
berulang. Karena gejala dapat mirip pneumonia itu sendiri, seperti sesak
napas, batuk atau nyeri, sering kali tidak terdeteksi. Endokarditis yang tidak
diobati dapat menyebabkan kerusakan ireversibel katup atau gagal jantung.
13
3. Bakterimia : Bakteremia adalah suatu kondisi di mana ada sejumlah besar
bakteri hadir dalam aliran darah. Indikasi bakteri dalam darah terdeteksi oleh
pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan fisik. Bakteremia biasanya dicurigai
jika pasien menunjukkan tanda-tanda dan gejala seperti demam tinggi, batuk
lendir hijau atau kuning, kelemahan ekstrim dan timbulnya syok septik.
Bakteremia harus ditangani dengan cepat atau infeksi dapat menyebar dengan
cepat ke seluruh tubuh dan menyebabkan organ utama mati.
4. Hipoksemia : Komplikasi lain dari pneumonia yang parah kegagalan
pernapasan hipoksemia. Kondisi ini terjadi ketika ada peradangan parah di
dinding paru-paru menyebabkan aliran udara menutup atau menyempitkan
darah dan aliran udara. Pengobatan awal adalah untuk mengurangi
peradangan. Hal ini dilakukan dengan antibiotik untuk menghilangkan infeksi
dan thoracentesis untuk menghapus cairan untuk meringankan tekanan udara
dan aliran kembali.
5. Kegagalan Ventilasi : Kegagalan ventilasi adalah nama lain umum untuk
hiperkapnia. Otot-otot di paru-paru, atau otot ventilator, bekerja keras untuk
memungkinkan paru-paru naik dan turun dan bekerja pada menyelesaikan
fungsi tubuh yang tepat. Dalam beberapa kasus pneumonia, pasien mungkin
tidak dapat bernapas dengan adekuat. Sebuah ventilator harus ditempatkan
pada pasien sehingga mereka dapat bernapas dengan benar dan mengisi aliran
darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh.
A. Penatalaksanaan
14
Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :
1. Penatalaksanaan Umum
Pemberian Oksigen
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas
Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau
kelainan jantung.
Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.
15
- S.aureus makrolid
- Virus
- C.pneumoniae
- M.pneumoniae
Kategori - Pneumonia berat - S.pneumonia - Sefalosporin - Carbapenem/
Generasi 3
4 - Perlu dirawat di - Legionella sp meropenem
(antipseudomonas)
ICU - Batang Gram (-) + makrolid - Vankomicin
aerob - Linesolid
- Sefalosporin
- M.pneumonia generasi 4 - Teikoplanin
- Virus
- Sefalosporin
- H.influenzae
Generasi 3 +
- M.tuberculosis
kuinolon
Jamur endemic
Tabel 3. Penatalaksanaan
2. Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan MO (Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi beberapa
hal perlu diperhatikan:
Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa
dipertimbangkan pemberian antibiotika walaupun kuman belum dapat diisolasi.
Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit,
oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric. Pewarnaan
gram sebaiknya dilakukan.
Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita.
Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi
pneumonia oleh bakteri, mikroplasma, dan beberapa kasus ricketsia. Kebanyakan
pasien juga bisa diobati di rumah. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat
pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Pada pasien yang berusia pertengahan,
diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi tubuh. Namun,
mereka yang sudah sembuh dari pneumonia mikroplasma akan letih lesu dalam waktu
yang panjang.
Penyebab tersering pada usia muda : Streptokokus pneumonia. Penyebab
tersering pada Lansia : Str.pneumoniae, H.influenzae, Stafilokokus aureus, batang
16
gram negatif.
B. Pencegahan
Pada pneumonia komunitas (community acquired), dapat dicegah dengan
pemberian vaksinasi pada penghuni rumah jompo atau penampungan penyakit kronik
dan usia > 65 tahun, sedangkan pencegahan pada pneumonia nosokomial (hospital
acquired) ditujukan kepada upaya program pengawasan dan pengontrolan infeksi
termasuk pendidikan staf pelaksana. Pelaksanaan teknik isolasi, dan praktek
pengontrolan infeksi. Salah satu contoh tindakan pencegahannya yaitu berupa
pembatasan pemakaian selang nasogastrik atau endotrakeal atau pemakaian obat
sitoprotektif sebagai pengganti antagonis H2 dan antacid.1,2,3,4
3.12. Prognosis
Pada umumnya prognosis dari pneumonia adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat.
Peraweatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit penderita
yang di rawat. 1,2,3,4
17
BAB IV
KESIMPULAN
Berbagai aspek ini perlu di pahami untuk dapat mengatasinya dengan baik.
Terapi empirik perlu segera diberikan dengan pemilihan antibiotik yang tepat dan
selanjutnya dilakukan penyesuaian antibiotik untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, hingga biaya obat dapat ditekan seoptimal mungkin dengan resiko angka
mortalitas yang sekecil-kecilnya. Tindakan pencegahan perlu diambil untuk
mengurangi angka morbiditas penyakit, khususnya dengan mengurangi faktor resiko
untuk terjadinya pneumonia tersebut.
18
STATUS ORANG SAKIT
Anamnesis Identitas
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Letda Sujino 66. Pinang No I A. Kec : Percut Sei Tuan. Kab: Deli
Serdang. Sumatra Utara
Suku :
Anamnesa Penyakit
Telaah : Hal ini dialami os sejak kurang lebih 1 minggu lau, demam bersifat naik
turun dan tidak sampai ke suhu normal.nbatuk(+) dialami os dalam 2 minggu lalu,
batuk berdahak(+), batuk darah (-),sesak nafas(-), nyeri ulu hati (+), mual(+),
muntah(+) dialami os dalam 2 minggu ini.
RPT : Gastritis
19
Nadi : 95 x/menit
Pernafasan :24x/menit
Temperature :36,8’c
Anemis :-
Ikterus :-
Sianosis :-
Dispnoe :-
Oedema :-
BB : 66
TB :156
IMT :
Kesannya :
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Thorax Depan
20
Palpasi :stem fremitus kanan=kiri
Thorax Belakang
Palpasi :SF
Abdomen
Inspeksi : simetris
Perkusi : timpani
Ekstremitas superior :-
Ekstremitas inferior :-
Pemeriksan Laboratorium
21
HGB 10,8 12-16
Resume
Anamneses
Telaah : sejak kurang lebih 1 minggu lau, .batuk(+) dialami os dalam 2 minggu lalu,
batuk berdahak(+), nyeri ulu hati (+), mual(+), muntah(+) .
RPT :
RPO :
Status Pasien
22
Keadaan Umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi
Pernafasan : Dypsnoe :-
Eritema:-
Pemeriksaan fisik
Ekstremitas Superior : -
Ekstremitas Inferior : -
Diagnosa Banding :
Diagnosa Sementara :
Penatalaksanaan :
Rencana :
23
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan, Zul. Pneumonia. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009; hal 2196-200, 2203-05
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komuniti. Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-6
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003; hal 2-5
4. Djojodibroto, Darmanto. Respirology (Respiratory Medicine). Jakarta. Penerbit
EGC. 2007; hal 136-142
5. Lee, Jaw. Aspiration of Imaging. In: Lin, Eugene c. Pneumonia. Avaliable from
www.medscape.com update May 31, 2016
6. Guyton c, Arthur., hall, jhon E. Texbook of medical Physiology. In: Setiawan,
Irawati. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Egc. 1997: hal 673-4
7. Fanz, Omar., Moffat, david. Anatomy at a Glance. Uk. blackWhell publishers
Company. 2002;page 15,17
8. Indawati, wahyuni. Pnemonia. In: Chris tanto. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
Keempat. Jakarta: Media Aesculapius. 2014; hal 174-176
9. Amalina, Fida. Pneumonia can be prevented. Avaliable from www.undip.com
update May 31, 2016
10. Hidayati, N. Srategi Terapi Antibiotika untuk Pneumonia. Avaliable
www.usu.ac.id update May 31,2016
24
25