BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur dalam pembangunan nasional yang
berguna untuk peningkatan dan pembangunan sumber daya manusia. Dengan masyarakat
yang sehat, akan dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dimana sehat
menurut WHO adalah suatu keadaan jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna tidak
hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki tiga
tugas pokok tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian masyarakat. Dalam UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diadakan upaya
kesehatan mencakup upaya peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative)
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dusun Glondong RT 5 Desa Panggungharjo terletak di Jl. Parangtritis. Banyak
kegiatan yang dilaksanakan di Dusun Glondong dalam rangka memajukan taraf
kehidupan masyarakatnya, termasuk pula di bidang kesehatan, yaitu penyelenggaraan
Posyandu bagi balita dan lansia setiap satu bulan sekali. Selain itu kegiatan rutin yang
masih berjalan baik sampai saat ini adalah PKK dan Dasawisma untuk membahas
berbagai kegiatan atau program kerja yang sudah direncanakan. Dengan adanya
Posyandu rutin setiap bulannya, maka status kesehatan masyarakat di Dusun Ngireng-
Ngireng dapat dipantau oleh kader-kader kesehatan. Salah satu penyakit yang di derita
oleh warga Dusun Ngireng-Ngireng yaitu Hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan tekanan darah yang melebihi
tekanan darah sistole menetap di atas 140 mmHg dan diastole yang menetap 90 mmHg.
World Health Organization (WHO), tekanan darah normal bila kurang dari 135/85
mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun untuk orang
Indonesia, tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg (Robins, 2015).
Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 di Indonesia penderita hipertensi
diatas 18 tahun sebanyak 666.920 orang, hipertensi lebih tinggi terjadi pada perempuan
yaitu sebanyak 346.799 orang sedangkan penderita hipertensi laki-laki sebanyak 319.121
orang. Prevalensi hipertensi di Indonesia berada pada urutan 10 teratas yang dapat
menyebakan kematian pada semua kelompok umur dengan strok sebagai penyebab
kematian nomor satu jumlah angka hipertensi tertinggi di Indonesia (Kemenkes RI, 2016)
Dengan demikian perlu kiranya upaya promotif, dan preventif dari Tim Pelaksana
yang bekerja sama dengan Tokoh Masyarakat maupun penduduk setempat dengan tujuan
untuk mengurangi angka kesakitan masyarakat dengan cara penyuluhan kesehatan untuk
mengantisipasi terjadinya sakit atau pemberian perawatan yang tepat bagi masyarakat
yang sudah terkena penyakit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi Lembaga Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sebagai Lembaga Perguruan
Tinggi yang mengemban amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya
melaksanakan kegiatan Pengabdian masyarakat secara terpadu.
2. Bagi para dosen dan mahasiswa dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
bentuk implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai profesinya
dilingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Bagi masyarakat, dengan perberdayaan masyarakat akan memperoleh manfaat
secara langsung baik pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga dapat
meningkatkan kualitas perilaku hidup bersih dan sehat serta penanganan
hipertensi yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg secara kronis (Tanto
Chris, 2014). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2009).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014).
Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah
sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan
pembuluh darah (Udjianti, 2010).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut Corwin (2009),
Irianto (2014), Padila (2013), Syamsudin (2011), Udjianti (2010):
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya
(Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial seperti berikut ini:
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan , beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika
memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor
ini tidak dapatdikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan
mengurangi konsumsinya. Konsumsi garam per hari yang dianjurkan adalah
sebesar 1500-2000 mg atau setara dengan satu sendok teh.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan
normal atau ideal.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu merokok, konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi
renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut
karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal
hypertension).
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan
psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stress karena
stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan
tekanan pada pembuluh darah.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Smeltzer, 2009).
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2009).
D. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension (Ward, 2014)
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 89 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140– 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
E. Manifestasi Klinis
Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan simtomatik maka
pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai berdebar–debar, rasa melayang (dizzy)
dan impoten. Hipertensi vaskuler terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas,
sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Setiati, Alwi, Sudoyo,
Simadibrata, Syam, 2014).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan Hipertensi
Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan perubahan gaya hidup atau
dengan obat-obatan. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan
garam tidak melebihi seperempat sampai setengah sendok teh atau enam gram perhari,
menrunkan berat badan yang berlebih, menghindari minuman yang mengandung kafein,
berhenti merokok, dan meminum minuman beralkohol. Penderita hipertensi dianjurkan
berolahraga, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan
frekuensi 3-5 kali per minggu. Cukup istirahat (6-8 jam) dan megendalikan istirahat penting
untuk penderita hipertensi.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah sebagai
berikut: (Kemenkes RI, 2013)
1. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih.
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti biskuit, kreker,
keripik, dan makanan kering yang asin.
3. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
4. Susu full cream, margarine,mentega, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau kambing, kuning telur, dan kulit
ayam.
5. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan kaleng, dan soft drink.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.
Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 untuk terapi farmakologis
hipertensi: (Yogiantoro, 2009)
1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant).
2. Beta Blocker (BB).
3. Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB).
4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).
5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist or blocker (ARB).
H. Komplikasi
1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam
yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah. (Corwin, 2009).
2. Infark miokard
Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. (Corwin, 2009).
3. Gagal ginjal
Hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
4. Ensefalopati (Kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi,
bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita hipertensi (Corwin, 2009).
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Khalayak Sasaran
Sasaran dalam pengabdian masyarakat terpadu di Dusun Glonodng RT 5,
Panggungharjo, Sewon, Bantul ini adalah salah satu keluarga dengan anggota keluarga
menderita Hipertensi.
A. Hasil
Hasil yang didapatkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
dilaksanakan di Dusun Glondong RT 5, Panggungharjo, Sewon, Bantul adalah kondisi
geografis wilayah padukuhan Glondong adalah pemukiman penduduk yang padat. Setelah
dilakukan pengkajian, banyak ditemukan penderita Hipertensi. Dengan jumlah penduduk
yang tidak sedikit, tim pelaksana memutuskan untuk membina keluarga Tn.Su yang
memiliki masalah di bidang kesehatan dengan salah satu anggota keluarga menderita
hipertensi.
B. Pembahasan
Mulai tanggal 23 Juni mahasiswa Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta melakukan implementasi sebagai feed back dari pengkajian yang telah
dilakukan. Pada anggota keluarga Tn.Su yang mengalami Hipertensi. Tn.Su dilakukan
tindakan pengukuran tekanan darah dengan hasil 172/90 mmHg. Hipertensi yang diderita
Tn.Su telah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Untuk mengontrol hipertensi maka
tim pelaksana melakukan pendidikan kesehatan kepada Tn.Su mengenai hipertensi dan cara
mengontrolnya. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh tim untuk meningkatkan status
kesehatan keuarga Tn.Su, tim pelaksana melakukan pendidikan kesehatan mengenai
hipertensi, yang diharapkan dengan adanya edukasi ini tekanan darah Tn.Su dapat terkontrol
dan meminimalkan resiko terjadinya hipertnsi pada anggota keluarga yang lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari kegiatan pengabdian masyarakat di RT 5 Dusun Glondong yang dilakukan oleh
Tim Pengabmas, dapat disimpulkan :
1. Ditemukan masalah pada keluarga binaan yaitu anggota keluarga dengan
Hipertensi.
2. Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi maka anggota keluarga sudah
mengetahui dan mau menerapkannya.
B. Saran
Saran dari Tim Pengabmas dari kegiatan pengabdian masyarakat yaitu:
1. Para kader agar meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga
2. Kepada masyarakat penderita hipertensi perlu adanya pemeriksaan tekanan
darah secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
Moore,Marry Courtney. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. 2nd. Jakarta: Hipokrates.
Hal 347-348.
FORM IDENTIFIKASI DATA/ INFORMASI KESEHATAN
D. PEMANFAATAN PEKARANGAN
23 Apakah halaman 23
pekarangan A. Ya
dimanfaatkan? B. Tidak 1
no 30
24 Bagaimana pemanfaatan 24
pekarangan di sekitar
rumah? 5. Ada
3. Sayuran 6. Tidak ada 2
1. Ada
4. Tanaman buah 2. Tidak ada 2
d. Ada
5. Kolamikan e. Tidakada 2
1. Ada
6. Ternak hewan 2. Tidak ada 1
kaki 2 6. Ada
7. Tidak ada 1
7. Ternak hewan C. Ada
kaki 4 D. Tidak ada 2
8. Tanaman obat
25 Apakah anggota keluarga f. Ada 2 25
didalam g. Tidak
rumah,inimemiliki
sawah?
26 Apakah anggota keluarga 3. Ada 2 26
didalam rumah, memiliki 4. Tidak
kebun?
E. KONSUMSI MAKANAN
27 Apakah semua anggota 1. Ya 1 27
keluarga mempunyai 2. Tidak
kebiasaan sarapan?
No Masalah Lokasi
1. Menderita Hipertensi Dusun Glondong RT 5