Anda di halaman 1dari 17

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ginekologi yang di bimbing oleh

Dr. Dendi S Kusumah SpOG

Disusun oleh:

Annisa Nurul Astri P17324418045

Putri Kamelia P17324418034

Jalum 2B

Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan Karawang

Jl. Kertabumi No. 74 Karawang Barat

Tahun Ajaran 2018/2019


2
KATA PENGANTAR

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Menular Seksual” dengan
tepat waktu tanpa kendala apapun.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak. Kami berharap untuk kesempurnaan lebih
lanjutnya dari penyusunan makalah selanjutnya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
kami khususnya.

Karawang, 02 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulis ............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
A. Definisi ........................................................................................................................ 2
B. Faktor Resiko........................................................................... ................................... 2
C. Herpes Genital.............................................................................................................3
D. Klamidia......................................................................................................................5
E. Gonorea.......................................................................................................................7
F. Sifilis............................................................................................................................9
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Penyakit Kelamin (venereal diseases)


telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu
sifilis dan kencing nanah. Dengan semakin majunya peradaban dan ilmu penge-
tahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru, dan istilah venereal
diseases berubah menjadi sexually transmitted diseases atau infeksi menular seksual
(IMS). (Somelus, 2008)

Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah penyakit yang
menyebar terutama melalui kontak atau hubungan sexual , dimana salah satu
pasangan menularkan suatu organisme baik itu virus atau bakteri sebgai penyebab
penyakit ke pasangannya misalnya saat berhubungan seks baik secra oral, vaginal,
anal dan lainnya. Akan tetapi tidak semua penyekit menular seksual ini
mempengaruhi organ-organ seks. (Katrina Smith, 2005)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi PMS?
2. Apa sajakah faktor resiko terhadap PMS?
3. Apa yang dimaksud herpes genital?
4. Apa yang dimaksud dengan klamidia?
5 Apa yang dimaksud dengan gonorea?
6. Apa yang dimaksud dengan siphilis?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui apa itu definisi PMS.
2. Untuk mengetahui faktor resiko terhadap PMS.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud herpes genital.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan klamidia.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gonorea.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan siphilis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit menular seksual adalah penyakit infeksi organisme yang utamanya menulara
melalui kontak seksual yang meliputi kontak oral-genital. Penularan PMS juga dapat terjadi
dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah, transfer
jaringan yang tercemar atau menular melalui alat kesehatan.

Organisme akan menginfeksi saluran genital (reproduksi), namun organisme penyebab


PMS dapat menginfeksi dan menimbulkan gejala pada mata, mulut, saluran pencernaan, otak,
hati dan organ tubuh lainnya. Berbagai PMS sering timbul secara bersamaan. Sehingga apabila
timbul PMS, adanya PMS lainnya harus dicurigai.

B. Faktor Resiko

1. Resistensi (kekebalan) bakteri terhadap antibiotik akibat pemakaian antibiotik bebas. Hal ini
menyebabkan semakin banyaknya bakteri resisten terhadap antibiotik.

2. Individu dengan gangguan imunitas

3. Prostitusi

4. Hubungan seks tidak aman diluar nikah

5. Berganti-ganti pasagan

6. Ketidaktahuan

7. Mobilitas penduduk

Kelompok resiko tinggi tertular PMS

1. Pelancong

2. PSK

3. Pecandu narkoba

4. Homoseksual

5. Pekerja kesehatan

2
C. Herpes genital

1. Definisi

Herpes Genetalis adalah penyakit virus yang sangat menular yang disebarkan melalui
kontak fisik intim atau kontak seksual dan disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang
mana dapat menyebabkan ulserasi pada area genetal. Infeksi ini akan ada sepanjang hidup yang
berfek pada daerah vulva, meliputi kulitm anus dan serviks pada wanita dan pada pria pada
penis dan sekitar kulit.

2. Epidemiologi

Berdasarkan jurnal tahun 2010 oleh Gilbert dkk Prevalensi genetal herpes pada tahun
2006 hingga 2009 oleh studi analisis American CollageHealth Association’s di Amerika
adalah 10.6% pada umur sekitar 20 hingga 29 tahun dan lebih dari 90% pasien tidak menyadari
akan penyakit ini, hassilnya dijumpai 18,4% pada wanita dan 7.1% pada pria.

3. Etiologi

Terdapat dua jenis HSV, dan keduanya dapat menginfeksi kulit dan selaput lendir.

1. HSV-1, yang biasanya menyebabkan herpes simpleks

2. HSV-2 , yang menginfeksi area genitalia\

4. Manifestasi Klinis

Pada Episode pertama

1. Nyeri

2. Rasa tersengat

3. Terbakar

4. Gatal di sekitar vulva, dalam dan luar bibir vagina

5. Adanya gelembung putih berisi air yang sangat nyeri

6. Dapat sembuh setelah 2 hingga 3 minggu

Episode berulang

1. Virus bersembunyi di akar saraf

2. Kembali kambuhan dengan rasa yang sama seperti episode pertama

3
5. Penatalaksanaan

Sekarang belum ada obat yang dapat mengatasi herpes genetalis secara keseluruhan,
namun perlu diperhatikan, seperti :

1. Menjaga kebersihan local

2. Menghindari trauma atau faktor pencetus

Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara local sebesar 5%


sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki
beberapa efek samping, di antaranya pasien akan merasakan rasa nyeri hebat, maserasi kulit
dapat juga terjadi.

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan akan
memberikan anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks.
Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes oada partner seksual. Obat-obatan untuk
menangani herpes genital adalah :

1. Asiklovir (zovirus)

Pada infeksi HVS genitalis orimer, asiklovir intravena (5mg/kg BB/ 8 jam selama 5
hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topical 5% dalam salf
propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
kesembuhan.

2. Famsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi
HSV 1 dan HSV 2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinasse virus untuk
fosforilase menjadi monofasfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu
paruh intarsel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir kurang dari 10 jam sehingga
memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbs peroral 70% dan dimetabolisme
dengan menjadi pensiklobir. Obat ini di metabolism dengan baik.

3. Valasiklovir

Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara tepat dan hampir lengkap berubah menjadi
asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavabilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena
itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obar dalam darah yang sama dengan

4
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan dengan asiklovir 200 mg 5 kali
seharo selama 20 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

D. Klamidia

1. Definisi

Clamidia trachomatis adalah parasit intraseluler gram negatif yang bentuknya lebih
kecil dari bakteri dan lebih besar dari virus. Organism ini merupakan agens utama bakteri
penyebab infeksi menular seksual (IMS).

2. Epidemiologi

a. infeksi oleh Chlamydia trachomatis telah teridentifikasi pada 50% laki-laki yang mengalami
uretritis nonspesifik dan 20-60% wanita penderita gonore.

b. penyakit klamidia merupakan penyakit IMS yang paling umum terjadi daripada gonore.

c. 5% bayi yang lahir di amerika serikat menderita infeksi klamidia, 50% diantaranya
mengalami konjungtivitis dan 20% diantaranya mengalami pneumonia.

3. Etiologi

a. klamidia sering ditemukan berkaitan dengan IMS lainnya.

b. genus Chlamydia memiliki dua spesies:

1. Chlamydia psittaci tidak menyebabkan IMS dan tidak berkaitan dengan perawatan
obstetric ginekologi (obgin). Infeksi menyebabkan penyakit yang menyerupai flu ringan,
diderita setelah terpajan kotoran burung yang mengandung parasit.

2. Chlamydia trachomatis merupakan spesies IMS yang menyebabkan penyakit antara lain:

1. penyakit radang panggul (PRP)

2. uretritis nongonokukus dan pascagonokokus

c. konjungtivis kronik:

1. konjungtivitis kronik dapat terkait dengan anggota kluarga yang terinfeksi.

2. tercatat sebagai penyebab utama kebutaan.

3. infeksi saat dewasa umumnya terjadi karena pajanan rabas genital yang mengandung
klamidia.

5
d. klamidia blenore

1. janin biasanya terkena penyakit ini melalui jalan lahir yang terinfeksi.

2. banyak manifestasi klinis penyakit ini termasuk:

3. konjungtivitis ringan sampai berat

4. pneumonitis bisa sangat parah dan fatal

e. limfogranuloma venerum

merupakan strain Chlamydia trachomatis yang ditandai dengan ulserasi genital minor
yang sementara dan adenopati inguinal (serta kemungkinan uretritis).spesies ini dapat dikultur
pada media spesifik yang sama seperti media infeksi klamidia genital lainnya dan
berdiferensiasi sebagai strain limfogranuloma venerum pada kultur.

4. Penatalaksanaan

a. Curigai adanya klamidia pada kondisi berikut:

1. jumlah sel darah putih (SDP) terlalu banyak untuk dihitung pada slide sediaan basah tanpa
disertai bakteri atau jamur dalam jumlah banyak.

2. dugaan IMS lain telah disingkirkan atau diobati, namun tidak berhasil (khususnya bila
rabas vagina berbau busuk, mukopurulen yang menunjukkan gonore atau klamidia).

3. terjadi disuria dan sering berkemih, dugaan ISK serta uretritis telah disingkirkan.

4. terdapat servisitis

5. hasil pap smear menunjukkan klamidia.

6. terdapat riwayat klamidia, khususnya yang disertai gejala.

7. pasangan pasien menderita uretritis yang bukan disebabkan gonokokus

b. Uji semua pasien obgin yang baru dan mereka yang diduga atau terpajan klamidia.

1.kultur jaringan spesifik

2. uji deteksi cepat untuk antigen klamidia

3. nilai prediksi positif 100% nilai prediksi negative 94-98%.

c. sebelum memulai pengobatan, lakukan uji laboratorium penelitian penyakit kelamin (veneral
disease research laboratory, VDRL)

6
d. Obati klamidia sebagai berikut:

1. wanita tidak hamil dan tidak menyusui

a. Zithtromax (azitromisin), 1 gr per oral dalam dosis tunggal

b. doksisiklin, 100 mg, 1 tablet per oral 2 kali/hari selama 7 hari

c. ofloksasin, 400 mg 2 kali sehari selama 7 hari

2. wanita hamil atau menyusui

a. zithtromax (azitromisin), 1 gr per oral dalam dosis tunggal

b. eritromisin, 500 mg 1 tablet per oral 4 kali/hari selama 7-10 hari

e. Dianjurkan kultur serviks ulang untuk TOC 6 minggu setelah terapi.

1. bila pasien hamil, periksaan ulang serviks dan ulangi kultur pada usia 34-36 minggu
taksiran usia kehamilan.

2. bila kultur tetap tetap positif, periksa hal-hal berikut:

a. kepatuhan klien terhadap pengobatan

b. terapi pasangan.

E. Gonorea

1. Definisi

Penyakit gonore adalah penyakit seksual yang sering terjadi. Penyebabnya adalah
bakteri Neisseria gonorrhoeae (Diplococcus gram negatif) yang bersifat purulen dan
menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh manusia.

2. Epidemiologi

Gonore adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Pada tahun 1964
WHO memperkirakan terjadi 65 juta kasus baru gonore setiap tahunnya di dunia. Sampai
dengan tahun 1972 terjadi peningkatan 17,5% pada populasi di dunia. Di Amerika Serikat
terjadi peningkatan yang mencapai puncaknya pada tahun 1975 yaitu antara 473 per 100.000
penduduk pertahun, kemudian menurun 342 per 100.000 penduduk pada tahun 1987.

Pada tahun 2010, total 309.341 kasus gonore dilaporkan terjadi dengan rate 100,8 per
100.000 penduduk, terjadi peningkatan 2,9% dari tahun 2009 namun secara keseluruhan terjadi
penurunan 15,8% selama periode 2006-2010.

7
Tahun 2009, 29.202 kasus gonore telah dilaporkan dari 28 negara anggota Uni Eropa
dengan rate 9,7 per 100.000 penduduk. Insiden gonore yang dilaporkan tiga kali lebih banyak
pada laki-laki daripada wanita, dengan rate 15,9 per 100.000 penduduk pada laki-laki dan 6,3
per 100.000 penduduk wanita. 44% dari kasus gonore terdiagnosis pada orang dengan umur
antara 15 dan 25 tahun.

Dari semua kasus gonore dilaporkan di tahun 2009, 24% kasus terjadi pada pria
melakukan seks dengan pria. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi peningkatan kasus
di Denmark, Islandia, Portugal dan sedikit penurunan kasus di 10 negara lainnya.

3. Etiologi

Gonore merupakan infeksi mukosa pada epitel koumnar yang ditularkan melelui
hubungan seksual dan disebabkan oleh neisseria gonorrhoaeae. Secara morfologik gonococcus
ini terdiri atas 4 tipe,yaitu: tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen,serta tipe 3
dan 4 tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan
menimbulkan reaksi radang.

4. Faktor resiko

1. Berganti-ganti pasangan

2. mempunyai mitra seksual yang sudah terinfeksi penyakit ini.

3. Tidak mengguanakan kondom pada saat berhubungan seksual

5. Penatalaksanaan medis

a. Medikamentosa

1. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak


‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih
tetap merupakan pengobatan pilihan.

2. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid
per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.

3. Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka
terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.

4. Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.

8
b. Non-medikamentosa

Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

1. Bahaya penyakit menular seksual

2. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan

3. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

4. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.

5. Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang

F. Sifilis

1. Definisi

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri treponema
pallidum yang masuk kedalam tubuh manusia melalui selaut lendir atau kulit. Dalam beberapa
jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat sehingga dapat menyeber ke seluruh
tubuh melalui aliran darah

2. Epidemiologi:

Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999,
dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Setelah jumlah kasus menurun
secara dramatis sejak ketersediaan penicilin di seluruh dunia pada 1940an, angka infeksi
kembali meningkat sejak pergantian milenium di banyak negara, terkadang muncul bersamaan
dengan human immunodeficiency virus (HIV). Angka ini disebabkan sebagian oleh praktik
seks yang tidak aman di antara laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, seks bebas
dan angka prostitusi tinggi, serta penurunan penggunaan proteksi pelindung.

3. Etiologi

1. sifilis disebabkan oleh troponema pallidum

9
2. lama masa inkubasinsi, dari waktu pajanan sampai timbulnya syanker primer,
bergantung pada jumlah organisme yang menetap saat infeksi dan berapa lama organisme
ini bereplikasi. Spiroket membutuhkan 33 am untuk bereplikasi, dibandingkan bakteri
yang hanya memerlukan beberapa menit untuk bereplikasi

4. Faktor resiko

1. Penyalahgunaan zat, terutama cocaine

2. Pelacuran

3. Sosio ekonomi lemah

4. Kurangnya personal hygine daerah perineal

5. Tidak adanya perawatan pranatal

6. Banyak pasangan seksual

5. Klasifikasi

1. Sifilis primer , berkembang pada lokasi di kelamin yang dekat pada lokasi masuknya
T.palidum ke dalam tubuh: penis, labia, perineum, anus, atau rektum

2. Sifiis sekunder adalah bentuk desiminata. Spiroketa yang terdapat dalam darah brkumpul
di dermis seluruh tubuh dan menyebabkan bercak papul kemerahan yang menyebar luas di
batang tubuh dan ekstremitas

3. Sifilis tersier biasanya tampak beberapa tahun setelah stadium desiminata. Sifilis tersier
dapat melibatkan berbagai organ termasuk sistem kardiovaskuler dan sistem saraf

4. Sifilis kogenital sifilis selama kehamilan mempunyai angka penularan mendekati 100%.
Kematian janin atau perinatal terjadi pada 40 % bayi yang terkena

6. Penatalaksanaan medis

1. Awal (primer, sekunder, laten atau, 1 tahun) : penisilin G benzatin, 2,4 unit IM, dalam
satu dosis

Alternatif: tetrasiklin (500 mg PO empat kali sehari selama 2 minggu) atau


doksisiklin (100 mg PO dua kali sehari selama dua minggu) atau eritromisin (500 mg PO
empat kali sehari selama 2 minggu)

10
2. Lambat ( lama > 1 tahun ) : penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM setiap minggu selama
tiga dosis

Alternatif : tetraksiklin (500mg PO empat kali sehari selama 4 minggu) atau


doksiklin (100 mg PO dua kali sehari selama 4 minggu)

3. Neurosifilis : penisilin G kristal aqua (1,2-2,4 juta U/24 jam IV diberikan sebagai 2,4 U
setiap 4 jam selama 10-14 minggu)

Alternatif: penisilin G prokain( 2,4 juta U/hari IM plus probenisid (500 mg PO


empat kali sehari) keduanya selama 10-14 hari

4. Sifilis kogenital : Penisilin G kristal aqua (100.000-150.000 U/kg/24 jam, diberikan


sebagai 50.000 U/kg IV setiap 12 jam selama 7 hari pertama dan setiap 8 jam sesudahnya.
Selama 10-14 hari

7. Penatalaksanaan perawat

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut

1. Bahaya PMS dan komplikain

2. Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan

3. Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

4. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindarkan lagi.

5. Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin

6. Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit menular sexual atau yang biasa di singkat PMS adalah penyakit yang
menyebar terutama melalui kontak atau hubungan sexual , dimana salah satu pasangan
menularkan suatu organisme baik itu virus atau bakteri sebgai penyebab penyakit ke
pasangannya misalnya saat berhubungan seks baik secra oral, vaginal, anal dan lainnya.
Akan tetapi tidak semua penyekit menular seksual ini mempengaruhi organ-organ seks.
(Katrina Smith, 2005). Penyakit menular sexual ini banyak jenisnya yang diatas sudah di
jelaskan mulai definisi sampai penatalaksanaan medisnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Benson Ralph, Penoll Martin. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC

Manuaba, Ida Bagus, Gde, penuntun kepanitraan klinik obstetri dan ginekologi –Ed.2 Jakarta
EGC, 2003
Chapin,David S. 1998. Seri Skema Diagnosis Dan Penatalaksanaan Ginekologi –Ed.2
Jakarta:Binarupa Aksara

13

Anda mungkin juga menyukai