PEMBAHASAN
Pasien dengan keluhan adanya benjolan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Benjolan awalnya muncul di rahang bawah kiri kemudian membesar sampai ke
bawah dagu, jika benjolan ditekan terasa nyeri dan panas. Pasien juga sulit membuka
mulut dan sulit untuk makan. Pasien masih bisa minum walaupun hanya sedikit-sedikit,
sebagai acuan untuk mendiagnosa pasien dengan abses submandibula. Hal ini diperkuat
dengan adanya temuan pada pemeriksaan fisik berupa benjolan ukuran ± 10x3 cm
dibawah angulus mandibular sampai submental dengan teraba fluktuatif, panas dan nyeri.
submandibula yang disertai dengan nyeri tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan
membuka mulut (1,2). Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar
limfe submandibula. Mungkin juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain (10).
Dari anamnesis, diketahui adanya riwayat sakit gigi dan gigi berlubang sejak kurang
lebih satu bulan sebelum masuk rumah sakit, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan
karies di molar 2 bawah kanan. Hal ini memperkuat etiologi dari abses submandibula.
Gejala klinis abses secara umum antara lain demam, nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah dan sering ditemukan
trismus (1). Pada pemeriksaan tampak benjolan ukuran ± 10x3 cm dibawah angulus
mandibular sampai submental. Pada perabaan benjolan fluktuatif, teraba panas dan terasa
28
Sebagian besar abses submandibula disebabkan oleh campuran berbagai kuman,
baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering
Pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiella sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang
sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti
Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium (7). Pada pasien ini telah dilakukan
kultur dan sensitivitas antibiotik pada spesimen pus yang diambil dari regio submentale,
pada tanggal 12/8/2013, namun pasien APS pada tanggal 14/8/2013 sehingga belum
dapat diketahui jenis kuman penyebab dari penyakit yang diderita oleh pasien.
abses dengan pemberian antibiotik. Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai
dengan kuman penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan. Namun. pemberian antibiotik
secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus.
Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positif dan
gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran
dari berbagai kuman. Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih
cukup baik hal ini juga sesuai dengan kondisi dimana pasien telah diberikan antibiotik
injeksi berupa golongan sefalosporin generasi III yaitu ceftriaxon dan untuk antibiotik
antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisida untuk kuman golongan gram negatif,
positif dan anaerob namun tidak untuk pseudomonas. Pada abses submandibula, jenis
29
bakteri aerob yang ditemukan adalah Stafilokokus, Streptococcus sp, Haemofilus
Kuman anaerob yang sering ditemukan adalah kelompok batang gram negatif, seperti
Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat
disesuaikan. Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi
lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi
terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih
evakuasi abses. Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak
dan luas abses. Pada kasus ini dilakukan insisi sebanyak dua buah pada pasien yaitu di
bawah angulus mandibula dan submental dimana dua lokasi tersebut memiliki tingkat
fluktuatif yang tinggi (teraba sangat kenyal) sehingga diharapkan drainase abses dapat
Pada pasien juga diberikan pengobatan betadine gurgle sebanyak 3 kali sehari, hal
ini dimaksudkan sebagai antiseptik untuk menjaga higienitas oral pasien dimana juga
terdapat gigi berlubang pada pasien yang diduga juga sebagai fokus infeksi dari abses
submandibula. Pasien juga diposisikan trendelenburg dimana posisi kepala lebih rendah
dari tubuh hal ini dimaksudkan agar abses tidak turun ke paru dan mencegah terjadinya
30
aspirasi paru dikarenakan abses yang dapat mengakibatkan mortalitas lebih tinggi. Pada
pasien diberikan diet cair secara parenteral maupun oral dikarenakan pasien merasa nyeri
apabila membuka mulut dan juga tidak dapat mengunyah makanan sehingga direncakan
untuk pemberian nutrisi pada pasien secara parenteral ataupun oral dengan jenis cair
(1,17,20).
31