KAJIAN TEORI
A. Penilaian Kinerja
Asesmen secara ringkas didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan,
penerapan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang
menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk (Zainul, 2001: 4).
Zainul (2001:8) juga menyatakan bahwa assessment kinerja adalah assessment yang
mengharuskan mahasiswa mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih
jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Kinerja ini dapat
berupa aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, benda hasil karya mahasiswa,
ataupun hasil pemikiran mahasiswa yang dituangkan dalam bentuk lisan
ataupun tulisan
Trespeces (Setiadi; 2006:1) mengungkapkan bahwa asemen kinerja adalah
berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes di- minta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplika- sian pengetahuan yang mendalam,
serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Sedangkan asesmen kinerja
mahasiswa menurut Wulan (2000:9) adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh
dosen untuk menilai keterampilan mahasiswa dalam melaku- kan prosedur kerja
laboratorium, menggunakan alat laboratorium, sikap dan hasil kerja praktikum. Namun
pada penelitian ini, penger- tian asesmen kinerja lebih mengacu kepada pengertian
asesmen kinerja yang diungkapkan oleh Wulan yaitu merupakan penilaian dalam
melakukan prosedur kerja laboratorium, menggunakan alat laboratorium, sikap dan
hasil kerja praktikum karena berhubungan dengan kegiatan praktikum.
Menurut Linn & Gronlund (Hidayat,2007:13) keuntungan
menggunakan performance assessment adalah bahwa performance assessment mampu
(1) mengkomunikasikan secara jelas tujuan instruksional yang melibatkan kinerja
kompleks dalam lingkungan sebenarnya baik di dalam maupun di luar sekolah
(2) mengukur hasil belajar yang tidak dapat diukur oleh alat ukur lainnya
(3) memberikan alat penilaian proses dan produk
(4) implementasi pendekatan yang disarankan oleh teori belajar
modern.
Menurut Linn & Gronlund (Hidayat,2007:13) keuntungan
8
9
diangkat sedikit demi sedikit, sehingga ada jarak diantara dinding corong
dengan dinding wadah, dengan demikian udara dapat keluar dan cairan dapat
mengalir dengan lancar ( Khamidal, 2008).
f. Keterampilan menggunakan gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Bentuknya
seperti pipa yang memiliki dudukan, pada bagian atas terdapat bibir tuang untuk
memudahkan menuangkan larutan. Alat ini memiliki skala pada badannya yang
menyatakan kapasitas gelas ukur tersebut. Alat ini digunakan untuk mengukur suatu
larutan dengan volume tertentu yang tidak memerlukan ketelitian tingkat tinggi.
(Khamidal, 2008).
Cara membacanya adalah dengan melihat pada permukaan air tersebut pada arah
mendatar, arah penglihatan dari mata harus benar – benar horizontal, tidak boleh dari
arah atas maupun dari bawah (Khamidal, 2008).
(NaCl) dilarutkan dalam air, larutan akan menghantarkan arus listrik. Larutan
berdasarkan sifat daya hantar listriknya dapat dibedakan menjadi dua :
a. Larutan Elektrolit
Elektrolit adalah zat terlarut yang larutan airnya dapat menghantarkan arus listrik.
Muatan ion pindah dalam medan listrik, dengan demikian dapa membawa arus.
Natrium klorida adalah elektrolit, padatan yang terdiri atas Na+ dan Cl- ketika NaCl
dilarutkan dalam air, ion – ion tersebut dalam kedaan bebas. Pada pembentukkan garam
NaCl reaksinya sebagai berikut:
Na Na+ + e
Cl2 + e 2Cl-
Contoh lain senyawa elektrolit KCl, NaBr, HCl, dan NaOH
b. Larutan Nonelektrolit
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang dilarutkan dalam air tidak mengalami
ionisasi. Senyawa nonelektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen, antara
lain gula, urea, glukosa, dan minyak. Senyawa tersebut tidak dapat terionisasi didalam
larutannya. Senyawa tersebut utuh dalam bentuk molekulnya dan tidak bermuatan.
Contohnya dapat diamati pada urea, reaksinya sebagai berikut :
CO(NH2)2 (s) + H2O (l) CO(NH2)2 (aq) (Wismono, 2004 : 7)
3. Penggolongan Elektrolit
Larutan yang tidak dapat menghantar arus listrik disebut larutan elektrolit. Larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan nonelektrolit. Kenyataanya
suatu larutan bukan hanya menyalakan lampu baik menyala terang maupun redup dan
mematikan lampu, tetapi ada yang menimbulkan gelembung – gelembung udara (gas).
Lampu yang menyala dapat menunjukkan bahwa telah terjadi aliran arus listrik di
dalam larutan. Lampu tidak menyala berarti tidak ada aliran arus listrik di dala larutan.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, ditunjukkan oleh nyala
lampu yang terang. Menurut Pranowo (2005 : 7) larutan yang kurang baik
menghantarkan arus listrik, ditunjukkan dengan nyala lampu yang redup atau
gelembung – gelembung udara, dan larutan yang sama sekali tidak menghantarkan arus
listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu dan menimbulkan gelembung udara.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik disebut larutan
elektrolit kuat. Larutan yang kurang baik menghantarkan arus listrik disebut larutan
13
elektrolit lemah, dan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut
larutan nonelektrolit. Perbedaan antara elektrolit kuat dan elektrolit lemah yaitu
elektrolit kuat terdisosiasi (terurai) 100% menjadi ion – ion, sedangkan elektrolit lemah
hanya terdisosiasi beberapa persen (Prasetiawan, 2008).
Elektrolit – elektrolit (sebelum dilarutkan) dapat berupa senyawa – senyawa ionic
atau molekul, maka dalam senyawa – senyawa ionik terdapat partikel – partikel
bermuatan dalam larutan (Hardjono, 2010 : 234). Senyawa NaCl merupakan senyawa
ionik, yaitu senyawa yang pembentukannya terdiri dari ion positif (Na+), bergabung
dengan ion negative (Cl-). Struktur molekul NaCl terdiri atas ion – ion bermuatan dan
bergabung untuk membentuk struktur Kristal.
Muatan dari ion – ion tersebut akan menghantarkan arus listrik (aliran elektron)
dari suatu elektroda ke elektroda yang lainnya sehingga lampu dapat menyala, hal ini
dapat terjadi bila kedua elektroda disatukan maka arus listrik akan melewatinya dan
lampu menyala. Air murni keadan molekul – molekul air tersebut tidak bermuatan
(tidak ada ion – ion) karena tidak mengalami ionisasi sehingga tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan gula, molekul – molekul gula tidak terionisasi
sehingga tidak ada ion – ion yang bermuatan. Molekul – molekul air murni dan larutan
gula tidak dapat menghantarkan arus listrik dan lampu pun tidak menyala, hal ini dapat
terjadi bila kedua elektroda terpisah maka arus listrik tidak bisa melewatinya (Petrucci,
1987 :76).
Semakin besar nilai derajat ionisasi, semakin kuat sifat elektrolitnya. Reaksi
elektrolit kuat digambarkan dengan satu arah panah ke kanan, dengan rumus :
NaCl Na+ + Cl-
HCl H+ + Cl-
Menurut Brady (1999 : 195), zat tersebut terionisasi sebagaian, reaksinya digambarkan
dengan dua arah panah yaitu :
CH3COOH CH3COO- + H+
NH4O NH4+ + OH-
Larutan nonelektrolit daya hantar listriknya sangat rendah, hamper tidak ada ion
dalam larutan (α = 0). Larutan nonelektrolit derajat ionisasi (α) merupakan bilangan
pecahan yang kecil karena didala larutan berair terlarut sebagaian berbentuk ion dan
sebagaian berbentuk molekul yang terurai. Larutan elektrolit kuat, terutama pada
konsentrasi rendah (α = 1) lebih jauh lagi dari penghantaran aliran arus listrik.
(Petrucci, 1987 : 76).
14
c. Mengumpulkan data
d. Mengolah data
e. Mengevaluasi data
f. Menarik kesimpulan
2. Berkomunikasi ilmiah
c. Berargumentasi ilmiah