Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penilaian Kinerja
Asesmen secara ringkas didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan,
penerapan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang
menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk (Zainul, 2001: 4).
Zainul (2001:8) juga menyatakan bahwa assessment kinerja adalah assessment yang
mengharuskan mahasiswa mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih
jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Kinerja ini dapat
berupa aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, benda hasil karya mahasiswa,
ataupun hasil pemikiran mahasiswa yang dituangkan dalam bentuk lisan
ataupun tulisan
Trespeces (Setiadi; 2006:1) mengungkapkan bahwa asemen kinerja adalah
berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes di- minta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplika- sian pengetahuan yang mendalam,
serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Sedangkan asesmen kinerja
mahasiswa menurut Wulan (2000:9) adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh
dosen untuk menilai keterampilan mahasiswa dalam melaku- kan prosedur kerja
laboratorium, menggunakan alat laboratorium, sikap dan hasil kerja praktikum. Namun
pada penelitian ini, penger- tian asesmen kinerja lebih mengacu kepada pengertian
asesmen kinerja yang diungkapkan oleh Wulan yaitu merupakan penilaian dalam
melakukan prosedur kerja laboratorium, menggunakan alat laboratorium, sikap dan
hasil kerja praktikum karena berhubungan dengan kegiatan praktikum.
Menurut Linn & Gronlund (Hidayat,2007:13) keuntungan
menggunakan performance assessment adalah bahwa performance assessment mampu
(1) mengkomunikasikan secara jelas tujuan instruksional yang melibatkan kinerja
kompleks dalam lingkungan sebenarnya baik di dalam maupun di luar sekolah
(2) mengukur hasil belajar yang tidak dapat diukur oleh alat ukur lainnya
(3) memberikan alat penilaian proses dan produk
(4) implementasi pendekatan yang disarankan oleh teori belajar
modern.
Menurut Linn & Gronlund (Hidayat,2007:13) keuntungan

8
9

menggunakan performance assessment adalah bahwa performance assessment


mampu
(1) mengkomunikasikan secara jelas tujuan instruksional yang
melibatkan kinerja kompleks dalam lingkungan sebenarnya
baik di dalam maupun di luar sekolah
(2) mengukur hasil belajar yang tidak dapat diukur oleh alat
ukur lainnya
(3) memberikan alat penilaian proses dan produk
(4) implementasi pendekatan yang disarankan oleh teori belajar
modern.
B. Metode praktikum
Metode praktikum menurut Djamarah (2012 : 13) adalah cara penyajian pelajaran
dimana siswa melakukan sendiri percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari. Proses belajar mengajar dengan metode praktikum
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan
dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek dan keadaan. Metode praktikum
memiliki beberapa kelebihan seperti membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya, membina siswa dalam belajar dengan
penemuan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia (Djamarah,
2012 : 13).
Metode praktikum selain memiliki kelebihan namun juga memiliki kekurangan
seperti:
1. Lebih sesuai dengan bidang – bidang sains dan teknologi.
2. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
didapat dan harganya mahal.
3. Menuntut ktelitian, keuletan, dan ketabahan.
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada beberapa faktor – faktor tertentu yang berada di luar jangkauan
kemampuan (Djamarah, 2012 : 14)

Melakukan praktikum harus menggunakan alat secara benar, berikut


penjabaran beberapa kemampuan psikomotorik yang akan di teliti :
a. Ketermpilan membersihkan alat – alat praktikum
10

Alat – alat yang akan digunakan untuk melakukan praktikum


seperti labu ukur, gelas ukur, gelas kimia, pipet tetes, dan spatula sebelum
digunakan untuk praktikum terlebih dahulu harus dicuci dengan air kran dan
dibilas dengan sedikit larutan yang akan digunakan (Achmad, 1993).
b. Keterampilan menggunakan timbangan
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran massa suatu benda.
Cara menimbang zat padat yaitu gelas arloji kosong ditimbang terlebih dahulu,
dicatat massa kosong zat arloji. Zat yang akan ditimbang dituang kedalam
wadah gelas arloji kira – kira jumlah massa yang diinginkan, gelas arloji yang
telah berisi Kristal dimasukkan kedalam neraca, jika massa zat berlebih /
kurang tinggal ditambah / dikurangi menggunakan spatula (Khamidinal, 2008).
c. Keterampilan menggunakan pipet tetes
Pipet tetes adalah pipet yang tidak memberikan volume tertentu. Pipet
tetes digunakan untuk mengambil zat atau menambah zat cair, hanya volume
tidak dapat diukur. Cara penggunaanya dihisap dengan menggunakan penyedot
karet yang terdapat pada ujung kepala pipet. Pipet tetes yang biasa digunakan
memiliki berbagai macam ukuran yaitu pndek, sedang dan panjang. Pipet tetes
terbuat dari kaca jenis soda kapur dan karet sebagai bahan untuk dot karet
(Khamidinal, 2008).
d. Keterampilan menggunakan labu takar
Labu takar memiliki bentuk alas bulat dan leher panjang dengan mulut
sempit, pada leher terdapat tanda batas yang menunjukkan volume sebagaimana
tertera pada badan labu takar dan dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari
bahan kimia seperti polietilen. Cara penggunaanya yaitu Kristal yang akan
digunakan diencerkan dimasukkan kedalam labu takar sesuai kapasitas yang
telah dihitung, ditambah sedikit aquades bertujuan untuk mealrutkan Kristal,
labu takar ditutup dengan menggunakan penutup yang sesuai, labu takar
digojok – gojok dengan cara mebolak – balikan labu takar kemudian
ditambahkan aquades sampai tanda batas dan larutan digojok – gojok kembali
sampai larutan mejadi homogen (Khamidal, 2008).
e. Keterampilan menggunakan corong
Corong digunakan untuk membantu memasukkan cairan kedalam
suatu tempat bermulut kecil seperti botol, labu ukur, buret, dan juga menyaring
endapan dengan kertas saring. Cara memasukkan cairan yaitu dengan corong
11

diangkat sedikit demi sedikit, sehingga ada jarak diantara dinding corong
dengan dinding wadah, dengan demikian udara dapat keluar dan cairan dapat
mengalir dengan lancar ( Khamidal, 2008).
f. Keterampilan menggunakan gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Bentuknya
seperti pipa yang memiliki dudukan, pada bagian atas terdapat bibir tuang untuk
memudahkan menuangkan larutan. Alat ini memiliki skala pada badannya yang
menyatakan kapasitas gelas ukur tersebut. Alat ini digunakan untuk mengukur suatu
larutan dengan volume tertentu yang tidak memerlukan ketelitian tingkat tinggi.
(Khamidal, 2008).
Cara membacanya adalah dengan melihat pada permukaan air tersebut pada arah
mendatar, arah penglihatan dari mata harus benar – benar horizontal, tidak boleh dari
arah atas maupun dari bawah (Khamidal, 2008).

C. Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


1. Pengertian larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara zat terlarut dan zat pelarut (Brady:
1999). Zat terlarut umumnya memiliki memiliki jumlah lebih sedikit dari pada zat
pelarut. Zat pelarut umumnya berada pada larutan dalam jumlah besar. Pada larutan
yang mengandung air maka air tersebut selalu dianggap sebagai pelarut. Larutan dapat
diklasifkasikan dalam beberapa cara. Larutan jenuh adalah larutan yang dalam
keseimbangan dengan zat terlarut yang tidak larut. Larutan tidak jenuh mengandung
konsentrasi sedikit dari zat terlarut dari pada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
mengandung lebih dari konsentrasi keseimbangan dari zat terlarut (Prasetiawan, 2008).
2. Daya Hantar Listrik Berbagai Larutan
Tahun 1884, Arrhenius berhasil menyelidiki daya hantar listrik berbagai larutan
dari percobaan yang dilakukannya. Daya hantar listrik larutan adalah kemampuan
larutan untuk menghantarkan listrik. Sifat daya hantar larutan berbeda – beda satu sama
lain (Wismono, 2007 :4). Suatu zat cair dapat menghantarkan listrik atau tidak, dapat
digunakan suatu alat uji yang disebut uji elektrolit, seperti pada gambar
Elektroda – elektroda dalam gelas yang berisi air, ternyata lampu tidak menyala,
ini mwnyatakan bahwa air tidak dapat mengantarkan arus listrik dengan baik. Gula
dilarutkan dalam air, larutan gula tidak menghantarkan arus listrik, tetapi garam dapur
12

(NaCl) dilarutkan dalam air, larutan akan menghantarkan arus listrik. Larutan
berdasarkan sifat daya hantar listriknya dapat dibedakan menjadi dua :
a. Larutan Elektrolit
Elektrolit adalah zat terlarut yang larutan airnya dapat menghantarkan arus listrik.
Muatan ion pindah dalam medan listrik, dengan demikian dapa membawa arus.
Natrium klorida adalah elektrolit, padatan yang terdiri atas Na+ dan Cl- ketika NaCl
dilarutkan dalam air, ion – ion tersebut dalam kedaan bebas. Pada pembentukkan garam
NaCl reaksinya sebagai berikut:
Na  Na+ + e
Cl2 + e  2Cl-
Contoh lain senyawa elektrolit KCl, NaBr, HCl, dan NaOH
b. Larutan Nonelektrolit
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang dilarutkan dalam air tidak mengalami
ionisasi. Senyawa nonelektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen, antara
lain gula, urea, glukosa, dan minyak. Senyawa tersebut tidak dapat terionisasi didalam
larutannya. Senyawa tersebut utuh dalam bentuk molekulnya dan tidak bermuatan.
Contohnya dapat diamati pada urea, reaksinya sebagai berikut :
CO(NH2)2 (s) + H2O (l)  CO(NH2)2 (aq) (Wismono, 2004 : 7)

3. Penggolongan Elektrolit
Larutan yang tidak dapat menghantar arus listrik disebut larutan elektrolit. Larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan nonelektrolit. Kenyataanya
suatu larutan bukan hanya menyalakan lampu baik menyala terang maupun redup dan
mematikan lampu, tetapi ada yang menimbulkan gelembung – gelembung udara (gas).
Lampu yang menyala dapat menunjukkan bahwa telah terjadi aliran arus listrik di
dalam larutan. Lampu tidak menyala berarti tidak ada aliran arus listrik di dala larutan.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, ditunjukkan oleh nyala
lampu yang terang. Menurut Pranowo (2005 : 7) larutan yang kurang baik
menghantarkan arus listrik, ditunjukkan dengan nyala lampu yang redup atau
gelembung – gelembung udara, dan larutan yang sama sekali tidak menghantarkan arus
listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu dan menimbulkan gelembung udara.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik disebut larutan
elektrolit kuat. Larutan yang kurang baik menghantarkan arus listrik disebut larutan
13

elektrolit lemah, dan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut
larutan nonelektrolit. Perbedaan antara elektrolit kuat dan elektrolit lemah yaitu
elektrolit kuat terdisosiasi (terurai) 100% menjadi ion – ion, sedangkan elektrolit lemah
hanya terdisosiasi beberapa persen (Prasetiawan, 2008).
Elektrolit – elektrolit (sebelum dilarutkan) dapat berupa senyawa – senyawa ionic
atau molekul, maka dalam senyawa – senyawa ionik terdapat partikel – partikel
bermuatan dalam larutan (Hardjono, 2010 : 234). Senyawa NaCl merupakan senyawa
ionik, yaitu senyawa yang pembentukannya terdiri dari ion positif (Na+), bergabung
dengan ion negative (Cl-). Struktur molekul NaCl terdiri atas ion – ion bermuatan dan
bergabung untuk membentuk struktur Kristal.
Muatan dari ion – ion tersebut akan menghantarkan arus listrik (aliran elektron)
dari suatu elektroda ke elektroda yang lainnya sehingga lampu dapat menyala, hal ini
dapat terjadi bila kedua elektroda disatukan maka arus listrik akan melewatinya dan
lampu menyala. Air murni keadan molekul – molekul air tersebut tidak bermuatan
(tidak ada ion – ion) karena tidak mengalami ionisasi sehingga tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan gula, molekul – molekul gula tidak terionisasi
sehingga tidak ada ion – ion yang bermuatan. Molekul – molekul air murni dan larutan
gula tidak dapat menghantarkan arus listrik dan lampu pun tidak menyala, hal ini dapat
terjadi bila kedua elektroda terpisah maka arus listrik tidak bisa melewatinya (Petrucci,
1987 :76).
Semakin besar nilai derajat ionisasi, semakin kuat sifat elektrolitnya. Reaksi
elektrolit kuat digambarkan dengan satu arah panah ke kanan, dengan rumus :
NaCl  Na+ + Cl-
HCl  H+ + Cl-
Menurut Brady (1999 : 195), zat tersebut terionisasi sebagaian, reaksinya digambarkan
dengan dua arah panah yaitu :
CH3COOH  CH3COO- + H+
NH4O  NH4+ + OH-
Larutan nonelektrolit daya hantar listriknya sangat rendah, hamper tidak ada ion
dalam larutan (α = 0). Larutan nonelektrolit derajat ionisasi (α) merupakan bilangan
pecahan yang kecil karena didala larutan berair terlarut sebagaian berbentuk ion dan
sebagaian berbentuk molekul yang terurai. Larutan elektrolit kuat, terutama pada
konsentrasi rendah (α = 1) lebih jauh lagi dari penghantaran aliran arus listrik.
(Petrucci, 1987 : 76).
14

D. Keterampilan Kerja Ilmiah


Keterapilan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah yang
diartikan sebagai scientific inquiry, yang diterapkan dalam tindakan pembe-lajaran IPA
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dasar bekerja ilmiah terdiri atas
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Dalam pem-belajarannya dapat
dilakukan melalui pemberian dalam bentuk kegiatan mandiri atau kelompok kecil
(Rustaman, 2005)
Keterampilan dasar bekerja ilmiah sebagian besar memiliki irisan dengan jenis-jenis
keterampilan proses yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah banyak beririsan dengan keterampi-lan proses yang
mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, (observasi),
mengelompokkan (klasifikasi), melakukan inferensi, memprediksi, menafsirkan dan
merencanakan percobaan atau penelitian, menggunakan alat / bahan, berkomunikasi dan
berhipotesis (Rustaman, 2005)
Kerja ilmiah diungkapkan menjadi kemampuan-kemampuan merencanakan dan
melaksanakan penyelelidikan, melaksanakan percobaan dan berkomunikasi ilmiah
pengalaman bekerja ilmiah perlu dikembangkan supaya siswa mampu mengembangkan
keterampilan proses, sikap ilmiah dan menguasai konsep fisika untuk memecahkan
masalah, memahami masalah dan menyelesaikan masalah.
Kegiatan penyelidikan/ percobaan (kerja ilmiah) selalu dikembangkan dengan
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses yang meliputi kemampuan mengamati, meng-ukur, meggolongkan,
mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan termasuk
mengidentifikasi variabel-variabel yang terlibat dalam percobaan, membuat dan
menafsirkan informasi/grafik/data, menerapkan konsep, menyimpulkan,
mengkomunikasikan, baik secara verbal maupun non verbal serta dikembangkan sejumlah
sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, terbuka, kritis, teliti, tekun, berdaya
cipta, kerja sama, peduli terhadap lingkungan.
Kerja ilmiah terdiri atas 4 komponen dasar :
1. Penyelidikan / penelitian
Siswa menggali pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan produk teknologi
melalui refleksi dan analisis untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah, dan
15

menafsirkan data, mengkomunikasikan kesimpulan serta menilai rencana prosedur dan


hasilnya.
Tahapan dalam penyelidikan / penelitian:
a. Mengajukan pertanyaan

b. Menyusun rencana kerja melalui observasi

c. Mengumpulkan data

d. Mengolah data

e. Mengevaluasi data

f. Menarik kesimpulan

2. Berkomunikasi ilmiah

Siswa mengkomunikaiskan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannya kepada


berbagai kelompok sasaran untuk berbagai tujuan
Tahapan berkomunikasi ilmiah:
a. Menggunakan kosa kata ilmiah

b. Menerapkan penyajian informasi sains

c. Berargumentasi ilmiah

d. Membuat pola, hubungan, symbol dan model

e. Mempertimbangkan etika penyelidikan ilmiah.


3. Pengembangan kreatifitas dan pemecahan masalah
Siswa mampu berkreatifitas dan memecahkan masalah serta membuat keputusan
dengan menggunakan metode ilmiah.
4. Sikap dan nilai ilmiah
Siswa mengembangkan sikap ingin tahu, jujur dalam menyajikan data, faktual,
terbuka, kreatif dalam menghasilkan kerya ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup, dan
lingkungan, teliti dan tekun.

Anda mungkin juga menyukai