Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN


KEPUTUSAN IBU PUS PADA PENGGUNAAN KONTRASEPSI
GANTI CARA DARI MKJP KE NON-MKJPDI PUSKESMAS
POLO CAMBA

HUSNIAH

B.18.03.267

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEGA BUANA PALOPO

2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 5

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana ................................................. 5

B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi .............................................................. 7

C. Kerangka Konsep ............................................................................................ 16

D. Hipotesis Penelitian......................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 20

A. Desain Penelitian ............................................................................................. 20

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 20

C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 20

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 21

E. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ............................................................. 21

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode kontrasepsi jangka panjang adalah metode kontrasepsi paling efektif

yang tahan lama, efisien, nyaman dan biayanya relatif murah dibandingkan non-

MKJP. Tingkat kegagalan MKJP pada setahun pertama sangatlah rendah yakni

0,05% untuk implan dan 0,1% sampai 0,8% untuk IUD. MKJP tidak bergantung

pada kemampuan mengingat kalender haid ataupun kepatuhan minum pilatau

kunjungan suntikan ke dokter. (Stoddard dkk., 2011).

Pemilihan kontrasepsi yang efektif sangat diperlukan dan diharapkan,

sehingga dapat terwujudnya kesejahteraan Indonesia. Sesuai dengan program

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) bahwa kontrasepsi yang dianjurkan

adalah kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, Implant, MOP, dan MOW.

Dibandigkan dengan metode kontrasepsi alami yang mempunyai kegagalan 9-20

kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin, 2013).metode kontrasepsi yang efektif

mempunyai angka kegagalan yang rendah yaitu kurang dari satu kehamilan per

100 kehamilan (Hacker dan Moore, 2012).

Di Indonesia, sebagian besar peserta KB aktif menggunakan kontrasepsi

hormonal dan bersifat jangka pendek, dengan penggunaan terbanyak pada suntik

KB. Kecenderungan ini terjadi sejak tahun 1987. Berdasarkan hasil SDKI

penggunaan suntik KB meningkat dari 28% pada tahun 2002 menjadi 31,6% pada

1
tahun 2007 dan menjadi 31,9% pada tahun 2012. Pemakaian metode kontrasepsi

yang jangka panjang seperti sterilisasi (tubektomi dan vasektomi), IUD cenderung

menurun. Penggunaan IUD, misalnya, menurun dari sekitar 6,4% pada tahun 2002

menjadi 4,8% pada tahun 2007 dan 3,9% pada tahun 2012 (Badan Pusat Statistik

(BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan

Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Dari data Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Mamuju Tengah

pada tahun 2018, diketahui jumlah akseptor KB aktif sebanyak 27518 jiwa.

Dimana presentase akseptor dengan MKJP sebanyak 18,41% dan presentase

dengan Non MKJP sebanyak 81,5%. Dari 81,5% yang menggunakan Non-Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang pada dasarnya adalah akseptor yang memutuskan

untuk ganti cara metode, dari metode MKJP (IUD & Implant) ke Non-MKJP

sebanyak 152 akseptor.

Dari hasil survey di Puskesmas Polo Camba sampai dengan Bulan Maret

Tahun 2019, diketahui akseptor KB aktif sebanyak 830 orang. Dimana presentase

akseptor dengan MKJP sebanyak 31,5% dan presentase dengan Non MKJP

sebanyak 68,4%. Menurut data diatas, ada kesesuaian antara data dari Dinas

Pengendalian Penduduk dan KB dengan Puskesmas Polo Camba tentang

tingginya angka pengguna Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang

beberapa diantaranya adalah akseptor yang memutuskan ganti metode kontrasepsi

dari metode MKJP menjadi Non-MKJP. Permasalahan yang dihadapi saat ini

adalah kurangnyapengetahuan ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah faktor apakah yang mempengaruhi pengambilan

keputusan ibu pasangan usia subur pada penggunaan kontrasepsi metode ganti

cara dari MKJP ke Non MKJP?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan ibu pasangan usia subur pada penggunaan

kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke Non MKJP

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor pengetahuan yang mempengaruhi

pengambilan keputusan ibu PUS pada penggunaan kontrasepsi metode

ganti cara dari MKJP ke Non-MKJP

b. Untuk mengetahui faktor budaya yang memperngaruhi pengambilan

keputusan ibu PUS pada penggunaan kontrasepsi metode ganti cara

dari MKJP ke Non-MKJP

c. Untuk mengetahui faktordukungan suami yang mempengaruhi

pengambilan keputusan ibu PUS pada penggunaan kontrasepsi metode

ganti cara dari MKJP ke Non-MKJP

3
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan khususnya

akseptor KB beserta suami dalam memilih alat kontrasepsi.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan sumber

informasi

dalam meningkatkan mutu pelayanan salah satunya yakni peningkatan

pelayanan KB.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman, pembelajaran dan

wawasan pengetahuan penulis tentang alat kontrasepsi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organisation) (1970) keluargaberencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istriuntuk mendapatkan

objek tertentu, yaitu : menghindarkan kelahiran yangtidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengaturinterval diantara

kehamilan,menentukan jumlah anak dalam keluarga.Keluarga berencana adalah

suatu usaha menjarangkan atau merencanakanjumlah anak dan jarak kehamilan

dengan memakai kontrasepsi (Zainuddin,2012).

Berdasarkan Undang-Undang No 52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkanbahwa keluarga

berencana adalah upaya mengatur kehamilan anak, jarak, danusia ideal

melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan danbantuan

sesuai hak reproduksinya untuk mewujudkan keluarga berkualitas(Rizkitama,

2015).

Menurut Depkes RI 1996 keluarga berencana adalah suatu usaha

untukmencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat

perkawinan,pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran.Secara umum

keluargaberencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur

5
banyaknyakehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, ayah

sertakeluarganya yang bersangkutan tidak menimbulkan kerugian sebagai

akibatlangsung dari kehamilan tersebut (Suratun, 2008).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Dalam ICPD (Internationale Conference on Population anddevelopment)

Kairo 1994, disebutkan bahwa salah satu tujuan programkeluarga berencana yaitu

membantu pasangan dan individu untuk menentukansecara bebas dan

bertanggung jawab tentang jumlah dan jarak antara satu anakdengan anak lainnya

dan untuk mendapatkan informasi dan sarana dalammelakukannya, juga untuk

memberi kebebasan serta ketersediaan berbagaimacam alat kontrasepsi yang aman

dan sehat (Handayani, 2010).

Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga BerencanaNasional),

tujuan kelurga berencana adalah :

a) Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak

sertakeluarga dan bangsa pada umumnya.

b) Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan

angkakelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi

kemampuanuntuk meningkatkan reproduksi.

Adapun Visi dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional) tahun 2016 yaitu “Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas”. Sedangkan

6
Misi BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) tahun

2016 adalah :

a) Mengutamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.

b) Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

c) Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.

d) Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan

Kependudukan,

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga..

e) Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara

konsisten

(BKKBN, 2016).

B. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.Upaya itu

dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.Penggunaan kontrasepsi

merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas(Prowirodihardjo,

2002: 903).

Akseptor KB (peserta KB) adalah pasangan usia subur dimana salah seorang

dari padanya menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk pencegahan

kehamilan, baik melalui program maupun non program (Kartoyo, 1981: 162).

Menurut Hartanto (2002: 30) pelayanan kontrasepsi memiliki 2 tujuan:

1. Tujuan umum : Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan

gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.

7
2. Tujuan pokok : Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna

mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan

tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:

a. Fase menunda perkawinan/kesuburan.

b. Fase menjarangkan kehamilan.

c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak

akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan

melahirkan pada usia tua.

1. Fase Menunda/Mencegah Kehamilan.

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun

dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah

kehamilan:

a. Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai

anak dulu karena berbagai alasan.

b. Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda.

c. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda

masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai

kegagalan tinggi.

d. Pengggunaan IUD – Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa

ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra – indikasi

terhadap pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

8
1. Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat

terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum

mempunyai anak.

2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan

terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini

merupakan kegagalan program.

2. Fase Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20–30/35 tahun merupakan periode usia paling baik

untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2

– 4 tahun. Ini dikenal sebagai Catur Warga. Alasan menjarangkan kehamilan:

Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan

melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai

IUD sebagai pilihan utama. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup

tinggi namun di sini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada

pada usia mengandung dan melahirkan yang baik. Di sini kegagalan kontrasepsi

bukanlah kegagalan program.Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

a. Efektivitas cukup tinggi.

b. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya

anak lagi.

c. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak

yang direncanakan.

9
d. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan

terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mem pengaruhi angka

kesakitan dan kematian anak.

3. Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan

Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri

kesuburan:

a. Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak

punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.

b. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

c. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai

kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

1. Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan

dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu akseptor tersebut

memang tidak mengharapkan punya anak lagi.

2. Dapat dipakai untuk jangka panjang.

3. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan

seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya

meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi

yang menambah kelainan tersebut.

Menurut Hartanto (2002: 36), syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu

metode kontrasepsi yang baik ialah:

10
1. Aman/tidak berbahaya.

2. Dapat diandalkan.

3. Sederhana, sedapat – dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.

4. Murah.

5. Dapat diterima oleh orang banyak.

6. Pemakaian jangka lama ( continuation rate tinggi).

Sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar

100% ideal atau sempurna.

Menurut Hartanto (2002: 36), faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB

dalam memilih metode kontrasepsi sebagai berikut:

1. Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitas:

a. Umur.

b. Gaya hidup.

c. Frekuensi senggama.

d. Jumlah keluarga yang diinginkan.

e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu.

f. Sikap kewanitaan.

g. Sikap kepriaan.

2. Faktor kesehatan – Kontraindikasi absolut atau relatif :

a. Status kesehatan.

b. Riwayat haid.

c. Riwayat keluarga.

d. Pemeriksaan fisik.

11
e. Pemeriksaan panggul.

3. Faktor metode kontrasepsi – Penerimaan dan pemakaian

berkesinambungan :

a. Efektivitas.

b. Efek samping minor.

c. Kerugian.

d. Komplikasi – komplikasi yang potensial.

e. Biaya

Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100%

sempurna, maka ada 2 hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan

calon akseptor yaitu efektivitas dan keamanan dari metode kontrasepsi itu sendiri.

Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua

kontrasepsi juga menimbulkan risiko pada pemakainya yaitu:

a. Risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian

hospitalisasi, histerektomi, infeksi, dan lain-lain.

b. Adanya risiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan

(inconvenience), misalnya senggama menjadi kurang/tidak

menyenangkan, biaya yang tinggi dan lain-lain.

Untuk menghindari terjadinya risiko di atas, calon akseptor KB sebaiknya

mengetahui terlebih dahulu tentang berbagai macam metode kontrasepsi yang

tersedia.Berdasarkan lamanya, metode kontrasepsi dibagi menjadi Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (Non MKJP).

12
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan kontrasepsi yang

sangat efektif, mencakup durasi yang panjang dan bekerja hingga 10 tahun

(French, 2014: 89). Jenis-jenis alat kontrasepsi metode ini meliputi:

1. Implant (Susuk)

Cara kerja jenis alat kontrasepsi implant/susuk dapat menjadikan lendir

serviks kental dan mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi sehingga mengurangi transportasi sperma dan menekan ovulasi

(Saifuddin, 2003: 53). Menurut Sulistyawati (2012: 81), keuntungan implant

sebagai berikut:

a. Daya guna tinggi;

b. Perlindungan jangka panjang (sampai lima tahun);

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan;

d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam;

e. Bebas dari pengaruh estrogen;

f. Tidak mengganggu aktivitas seksual;

g. Tidak mengganggu produksi ASI;

h. Klien hanya perlu ke klinik bila ada keluhan;

i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan keterbatasan implant menurut Sulistyawati (2012: 82) sebagai

berikut:

a. Nyeri kepala;

b. Peningkatan/penurunan berat badan;

13
c. Nyeri payudara;

d. Perasaan mual;

e. Pening/pusing kepala;

f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness);

g. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan;

h. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual

termasuk AIDS;

i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai

dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan;

j. Efektivitasnya menurun apabila menggunakan obat-obat tuberculosis

(rimpafisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat);

k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000

perempuan per tahun).

2. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)/IUD (Intra Uterine Device)

Terdapat dua jenis alat kontrasepsi dalam rahim yang beredar di Indonesia

yaitu AKDR CuT-380A yang kerangkanya dari plastik yang fleksibel, berbentuk

kecil menyerupai huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga

(Cu).AKDR lainnya yaitu NOVA T (Schering) (Saifuddin, 2003: 72). Menurut

French (2015: 117), keuntungan IUD sebagai berikut:

a. Sangat efektif dan akan efektif segera setelah insersi;

14
b. Bertahan antara 3 dan 10 tahun, IUD dengan waktu kerja terlama harus

digunakan untuk mencegah risiko infeksi pada saat pelepasan dan

pengepasan kembali IUD;

c. Tidak digunakan sebagai metode kontrasepsi darurat;

d. Tidak ada angka kegagalan pengguna;

e. Tidak memengaruhi fertilitas dimasa mendatang, fertilitas akan segera

kembali segera setelah pelepasan;

f. Tidak memengaruhi aktivitas seksual.

Sedangkan kerugian penggunaan IUD menurut French (2015: 117) sebagai

berikut:

a. Tidak melindungi dari SAI (sexually acquired infection);

b. Prosedur invasif;

c. Memerlukan pelatihan spesifik untuk professional layanan kesehatan

guna memperoleh keterampilan pemasangan IUD;

d. Kemungkinan mengalami menstruasi lebih berat dan nyeri bagi beberapa

wanita pada 3-6 bulan pertama penggunaan;

e. Risiko rendah infeksi panggul dalam 20 hari pertama setelah insersi;

f. Dapat menyebabkan ekspulsi tanpa diketahui oleh wanita;

g. Risiko rendah perforasi melalui rahim pada saat atau setelah

pemasangan.

3. Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi

MOW adalah metode kontrasepsi modern yang digunakan secara luas di

dunia dan dilakukan dengan menghambat tuba uterin (tuba falopi) guna mencegah

15
perpindahan ovum ke rongga uterin dan dicapai dengan memotong tuba,

memasang klip atau cincin (French, 2015: 128). Manfaat dan keterbatasan

tubektomi sebagai berikut:

a. Manfaat

1) Sangat efektif;

2) Tidak mempengaruhi proses menyusui;

3) Tidak bergantung pada faktor senggama;

4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang

serius;

5) Tidak ada efek samping jangka panjang;

6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

b. Keterbatasan

1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak

dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi;

2) Risiko komplikasi kecil;

3) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan;

4) Dilakukan oleh dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah

untuk proses laparoskopi (Saifuddin, 2003: 79).

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep di atas maka dibuat suatu kerangka yang menjadi dasar

pemikiran variable-variabel yang diteliti sebagai berikut :

16
Variabel Independen Variabel Dependen

PENGETAHUAN
Pengambilan keputusan ibu
pasangan usia subur pada
BUDAYA penggunaan kontrasepsi
metode ganti cara dari
MKJP ke Non MKJP
DUKUNGAN SUAMI

DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud peneliti adalah kemampuan yang dimiliki oleh

akseptor dalam memahami pengertian, jenis-jenis, keuntungan dan

keterbatasan serta waktu pemakaian kontrasepsi.

Kriteria objektif:

Baik : jika akseptor menjawab baik di atas 50%

Kurang : jika akseptor menjawab cukup dari 50%

2. Budaya

Budaya adalah nilai-nilai pada masyarakat termasuk persepsi negative

mengenai MKJP

Kriteria Objektif:

Baik : Jika akseptor tidak mempercayai persepsi-persepsi negative mengenai

MKJP

Kurang Baik : Jika akseptor mempercayai persepsi-persepsi negative

mengenai MKJP

17
3. Dukungan Keluarga / Suami

Dukungan suami adalah memberikan memberikan dorongan, membantu,

dan mendukung istri dengan sepenuh hati untuk tetap menjadi akseptor

MKJP

Kriteria Objektif:

Setuju : Jika suami mendukung

Tidak Setuju : Jika suami tidak mendukung

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Null

a. Tidak ada pengaruh pengetahuan dalam pengambilan keputusan ibu

PUS pada penggunaan kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke

Non-MKJP

b. Tidak ada pengaruh budaya dalam pengambilan keputusan ibu PUS

pada penggunaan kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke Non-

MKJP

c. Tidak ada pengaruh dukungan suami dalam pengambilan keputusan

ibu PUS pada penggunaan kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke

Non-MKJP

2. Hipotesis Alternatif

a. Ada pengaruh pengetahuan dalam pengambilan keputusan ibu PUS

pada penggunaan kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke Non-

MKJP

18
b. Ada pengaruh budaya dalam pengambilan keputusan ibu PUS pada

penggunaan kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke Non-MKJP

c. Ada pengaruh dukungan suami dalam pengambilan keputusan ibu PUS

pada penggunaan kontrasepsi metode ganti cara dari MKJP ke Non-

MKJP

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini secara analitik dengan pendekatan cross sectional untuk

mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan ibu PUS pada

penggunaan kontrasepsi ganti cara dari MKJP ke Non-MKJP. Desain ini

digunakan untuk mempelajari dinamika hubungan variable independen dengan

variable dependen melalui pendekatan observasi atau pengumpulan data yang

dilakukan pada satu kali pengamatan tiap subjek/responden.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Polo Camba kab. Mamuju

Tengah, pada bulan April dampai Mei tahun 2019

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Popaaulasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita PUS yang menjadi

peserta KB yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Polo Camba

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor yang menggunakan

kontrasepsi ganti cara dari MKJP ke Non-MKJP di Wilayah Kerja

Puskesmas Polo Camba.

Teknik pengambilang sampel yaitu total sampling

20
D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam proposal penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan daftar kuesioner dan dengan cara wawancara langsung terhadap

pasangan usia subur dengan menggunakan total sampling.

E. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Sebelum data diolah secara sistematik terlebih dahulu dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Editing

Merupakan langkakh pengecekan dan perbaikan isian kuesioner

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit dan disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau koding.

c. Entry

Setelah semua melalui proses editing dan coding langkah selanjutnya

adalah memasukkan data dari kuesioner ke paket program computer

untuk selanjutnya dianalisis.

d. Cleaning

Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk menghindari

adanya kesalahan dalam memasukkan data.Pengecekan ini diperlukan

untuk melihat adanya data yang tidak konsisten, variasi data dan

missing data.

21
e. Scoring

Memberikan nilai untuk masing-masing pertanyaan sehingga

memudahkan dalam pengolahan data.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa data univariat untuk data kategorik berupa peringkasan data

hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentase

atau proporsi. Analisa univariat ini digunakan untuk melihat atau

mendapatkan gambaran distribusi responden dan untuk

mendeskripsikan variable independen dan variable dependen yag ada

dalam penelitian ini.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan variable-variabel yang

diteliti menurut jenis datanya masing-masing

22

Anda mungkin juga menyukai