Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

PUSKESMAS CANDI KABUPATEN SIDOARJO

Ishardianti Rahma 16710200


Ayu Nindyawati Mustika 16710178
Ferdita Ridha Cahyani 16710191
Umi Farihatul Mawaddah 16710223
Ida Bagus Kade Adiyoga 16710239
Rizqa Alfa Yusro MS 16710260
Gede Nanda SuryaWijaya 16710261
Ulya Auniyah Sucinda I. 16710282

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

KUNJUNGAN RUMAH

PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH TERHADAP

PASIEN MORBUS HANSEN TIPE MULTIBASILER

DI PUSKESMAS CANDI

KABUPATEN SIDOARJO

Laporan Kunjungan Rumah ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengikuti ujian profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya

Menyetujui,

Dokter Pembimbing Dokter Pembimbing Puskesmas

Gembong Nuswanto, dr.,M.Sc dr. M Arief Frijanto

NIP : 196802182008011009

Mengesahkan,

Kepala Puskesmas Candi

Siti Murtafi’ah, dr., M.M.

NIP. 19771105 200501 2011

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kunjungan
rumah ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan kunjungan rumah ini sebagai
bagian dari tugas kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
sebagai salah satu syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Atas terselesaikannya laporan kunjungan rumah ini, saya menyampaikan


terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof. H. Soedarto, dr., DTM&H.,Ph.D.,Sp.ParK sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya masa jabatan 2014-
Sekarang yang telah member kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, FISPH, FISCM selaku
Kepala Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Sukma Sahadewa, dr., M.Kes selaku Koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
5. Gembong Nuswanto, M.Sc, dr., sebagai dokter pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan
Laporan Kunjungan Rumah ini.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
7. Kepala Bagian SDK beserta staf.
8. Siti Murtafi’ah M.M, dr., selaku Kepala Puskesmas Candi Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo.
9. Mochamad Arief Frijanto, dr., selaku dokter pembimbing di Puskesmas
Candi Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

iii
10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan Laporan Kunjungan Rumah ini.

Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat saya hargai guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Candi, Agustus 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Depan ............................................................................................... i
Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................ iv
Daftar Tabel .................................................................................................. vi
Daftar Gambar .............................................................................................. vii
Form Hasil Kegiatan Kunjungan Rumah ....................................................... 1
Karakteristik Demografi Keluarga ................................................................ 2

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Khusus ...................................................................... 4
1.4 Manfaat ............................................................................... 5

BAB II Hasil Kegiatan Kunjungan Rumah


2.1 Identifikasi Pasien.......................................................................... 6
2.2 Anamnesis. .................................................................................... 8
2.3 Anamnesa Sistem Tubuh ……………………………………….9
2.4 Hasil Pemeriksaan Fisik .……………………………………..10
2.5 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………...13

v
2.6 Resume ……………………………………………………...13
2.7 Patient Disesase Centered ……………………………………..14
2.8 Penatalaksanaan ……………………………………………..14
2.9 Follow Up ……………………………………………………..16
BAB III Identifikasi Keluarga dan Faktor Lingkungan

3.1 Faktor Keluarga ………………………….………………….17


3.2 Faktor Lingkungan ……………………………………………..24
BAB IV Daftar Masalah
4.1 Masalah Aktif …………………………….…………….…28
4.2 Faktor Resiko ……………………………………………..28
4.3 Konsep Teori H.L Blum ……………………………………..28
4.4 Diagram Fish Bone ……………………………………..29
BAB V Patient Management
5.1 Patient Centered Management ……………………………..34
5.2 Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga ……………..36
BAB VI Pembahasan
6.1 Pembahasan ………………………………………….….21
6.2 Prioritas Masalah ……………………………………………..39
6.3 Penentuan Solusi Masalah............……………………………..41
6.4 Rencana Intervensi ……………………………………..42
BAB VII Penutup
7.1 Kesimpulan ................... ...............................................................43
7.2 Saran .............................. ………………………………………..43
Daftar Pustaka ……………………………...…………………………47
Lampiran…………………………………………..………………..............48

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Catatan Konsultasi Pembimbing........................................................1


Tabel 2. Daftar Anggota Dalam Satu Rumah ................................................ 2

Tabel 3.1 APGAR SCORE ......................................................................... 27

Tabel 3.2 SCREEM SCORE........................................................................ 30

Tabel 4.1 Daftar Masalah Kesehatan ........................................................... 37

Tabel 6.1 Prioritas Masalah ......................................................................... 41

Tabel 6.2 Penentuan Pemecahan Prioritas Masalah..................................... 41

Tabel 6.3 Rencana Intervensi ..................................................................... 44

vi
vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram ................................................................................ 24

Gambar 3.2 Denah Rumah ........................................................................... 34

Gambar 4.1 Diagram Teori H.L Blum ......................................................... 36

Gambar 4.2 Diagram Fishbone ................................................................... 38

vii
FORM HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH DOKTER KELUARGA

Berkas Pembinaan Keluarga

Puskesmas Candi No. RM: 20063

Tanggal kunjungan pertama kali 16 Agustus 2018

Nama pembimbing : dr. M. Arief Frijanto

Nama pembina keluarga :

Nama DM Pembina : Ishardianti Rahma

Tabel 1. Catatan Konsultasi Pembimbing (diisi setiap kali selesai satu

periode pembinaan )

Tanggal Tingkat Paraf Keterangan

Pemahaman Pembimbing

1
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S

Alamat lengkap : Desa Sumorame RT/RW 02/07 Kecamatan

Candi Kabupaten Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Sumber: Keterangan Keluarga oleh Tn. S (Pasien)


No Nama Keduduk L/ Umur Pendidik Pekerjaan Pasien Ket
an dalam P (Tahun) an Klinik
keluarga Terakhir (Y/T)
1 Sukarnoto KK L 53 SMA Tidak T Pasien
bekerja

2 Siti Malifiyah Istri P 46 SMA Buruh T -

3 Arimbia. K Anak P 8 SD - T -

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta atau morbus hansen adalah salah satu penyakit menular

yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang di

maksud bukan hanya dari segi medis seperti cacat fisik tetapi juga meluas

sampai masalah sosial dan ekonomi (Widoyono, 2008)

Di perkirakan jumlah kasus kusta di dunia pada tahun 2009 terakhir

adalah sekitar 296.499 jiwa dan Indonesia menempati peringkat ketiga

menyumbang penderita kusta di dunia dengan jumlah 17.723 jiwa,

sementara peringkat satu yakni India sebanyak 137.685 jiwa, dan diikuti

Brazil sebagai peringkat kedua dengan jumlah 39.125 jiwa. Secara Nasional

Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang penderita kusta terbanyak di

antara provinsi lainnya, penemuan penderita baru tahun 2012 di Provinsi

Jawa Timur sebanyak 4.807 orang (25,5% dari jumlah penderita baru di

Indonesia) (Dinkes Jatim, 2013).

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Timur Desember 2012, 30%

penderita kusta di Indonesia berada di Jawa Timur dengan angka prevalensi

1,76 per 10.000 penduduk dimana masih jauh dari target nasional yaitu < 1

per 10.000 penduduk. Proporsi anak 9% dan angka kecacatan tingkat dua

12%, masih terlalu tinggi. Kabupaten Jember menempati urutan ke empat di

Jawa Timur dari jumlah kasus terbanyak, dimana peringkat pertama adalah

3
Kabupaten Sampang (Dinkes Jatim, 2013). Menurut data kinerja Puskesmas

Candi Sidoarjo Tahun 2017 angka prevalensi kusta di wilayah kerja

Puskesmas Candi sebesar 0,097% dengan penemuan 2 kasus baru.

Bertambahnya kasus pada penderita kusta ini memang tidak bisa

dihindari menyangkut proses penularan yang juga tidak terduga maupun

tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan

terhindar dari penyakit. Meskipun jumlah penderita kusta yang sedang

menjalani pengobatan juga meningkat secara signifikan, namun masih perlu

diadakan penyuluhan secara intensif agar penderita kusta terus menjalani

pengobatan secara teratur dan tuntas. Selain itu juga perlu diberikan

pengertian kepada penderita bahwa kusta bukanlah penyakit yang di

turunkan melainkan kusta adalah penyakit yang menular melalui kontak

dengan penderitanya namun bisa diobati dan dapat menghindari kecacatan

fisik akibat penyakit tersebut. Sehingga pasien yang menderita penyakit

tersebut tidak mengalami kemunduran secara sosial maupun ekonomi.

Namun mereka tetap bisa beraktivitas dan menjalani pengobatan teratur di

sarana kesehatan setempat.

Laporan ini berdasarkan kasus yang dambil dari seorang pasien

berjenis kelamin laki-laki berusia 53 tahun dengan Morbus Hansen atau

Kusta yang mendapat penanganan masih berjalan 1 bulan di Puskesmas

Candi Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih ditemukan di

masyarakat beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang kusta terutama masalah penyebaran dan penanganannya.

4
Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan

mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengamatan di

lapangan.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kondisi pasien dengan keadaan

keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan keluarga, sosial dan

ekonomi, lingkungan maupun pelayanan kesehatan yang diperoleh oleh

pasien?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk menerapkan teori kedokteran keluarga pada pelaksanaan

kunjungan rumah dan bagaiamana hubungan antara kondisi pasien

dengan keadaan keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan

keluarga, sosial dan ekonomi, lingkungan maupun pelayanan kesehatan

yang diperoleh pasien.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi pasien berdasarkan klinis dan karakteristik.

2. Mengidentifikasi pasien berdasarkan konsep kedokteran keluarga

(struktur, bentuk, fungsi, siklus kehidupan, pola interaksi, pola

hidup).

5
3. Mengidentifikasi lingkungan keluarga (sosial, ekonomi, budaya,

kesehatan).

4. Mengidentifikasi masalah faktor perilaku dan non perilaku.

5. Menentukan prioritas masalah dan rencana intervensi (POA

Kegiatan Intervensi).

1.4 Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan dan Dokter Muda

a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan

yang di analisis secara holistik tentang hubungan antara penyakit

dengan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.

b. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada

penatalaksaan penyakit di masyarakat.

c. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi

seorang dokter.

2. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya

Adapun manfaat kunjungan rumah ini bagi pasien dan keluarganya

yaitu sebagai pendekatan dalam pemberian informasi mengenai penyakit

yang di derita pasien serta hubungannya terhadap sosial, ekonomi,

pelayanan kesehatan, perilaku pasien dan faktor lingkungan.

3. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan

6
Adapun manfaat kunjungan rumah ini bagi pelayanan kesehatan

adalah sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap

penyakit Kusta.

4. Manfaat bagi Puskesmas

Adapun manfaat kunjungan rumah ini bagi puskesmas adalah

sebagai pengetahuan dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan

terhadap penyakit Kusta serta pencegahannya.

7
BAB II

HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tidak bekerja

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Alamat : Desa Sumorame RT/RW 02/07 Kec. Candi

Kab.Sidoarjo.

Suku : Jawa

Tanggal pemeriksaan : 16 Agustus 2018

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Bercak putih pada cuping telinga

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan muncul bercak putih pada cuping telinga

sebelah kanan sejak 4 bulan yang lalu. Bercak tersebut terasa kering

dan tebal. Awalnya bercak muncul pada cuping telinga kanan dan

pasien menganggap sebagai penyakit panu sehingga pasien

mengobati sendiri dengan membeli obat salep untuk panu di apotek

namun keluhan tidak hilang. bercak putih yang awalnya hanya pada

8
cuping telinga, 1 bulan kemudian muncul bercak yang sama pada

wajah kanan-kiri, bahu kiri, tangan kanan dan terakhir pada kedua

kaki. Pasien juga mengatakan bercak yang timbul kebas tidak terasa

apa-apa, namun pasien mengeluhkan sedikit nyeri di sendi tangan

dan kakinya. Pasien lalu berobat ke Puskesmas Candi dan

didiagnosis sebagai kusta kemudian pasien disuruh untuk mengambil

paketan obat yang tersedia di puskesmas. Dari puskesmas sesuai

perintah dokter tersebut diberikan obat paketan yang sudah

dijelaskan oleh dokter dan petugas puskesmas cara konsumsinya,

lama pengobatannya dan pasien sekarang ini sedang menjalani

pengobatan bulan ke-1 dengan obat paketan tersebut.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat kontak dengan penderita Kusta : (+)

- Riwayat Sakit Sebelumnya : disangkal

- Riwayat Mondok : disangkal

- Riwayat Imunisasi : lengkap

- Riwayat Kencing Manis : disangkal

- Riwayat Asma : disangkal

- Riwayat Darah tinggi : disangkal

- Riwayat Alergi : disangkal

- Riwayat Sakit Jantung : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

9
- Riwayat keluarga dengan sakit yang serupa :disangkal

keluarga yang sakit seperti ini

- Riwayat darah tinggi : disangkal

- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat olah raga : Jarang

- Riwayat pengisisan waktu luang dengan berbincang-bincang

dengan keluarga : sering.

- Riwayat Merokok : 10 batang/hr

- Riwayat alkohol : disangkal

6. Riwayat Pengobatan

Pasien mengobati dengan salep untuk panu dari apotek

7. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 53 tahun dengan status

menikah dengan Ny. S. Pasien saat ini tinggal di sebuah rumah

dengan istri yang berusia 46 tahun dan satu anak perempuannya

berusia 8 tahun. Pasien sekarang sudah tidak bekerja namun sebelum

sakit pasien bekerja sebagai petani di Sidoarjo, pasien memutuskan

berhenti bekerja karena malu menderita penyakit kusta dan istrinya

Ny. S bekerja sebagai buruh. Keadaan sosial ekonomi terkesan

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Kebutuhan rumah

tangga sekarang dipenuhi oleh Ny. S walaupun berpenghasilan tidak

menetap.

10
Pasien saat ini tinggal di Desa Sumorame, Kecamatan Candi

dengan kondisi lingkungan rumah yang kurang sehat karena

kurangnya ventilasi maupun tingkat pencahayaan dan sekitarnya

kurang bersih. Pasien juga mengaku kesusahan untuk mendapatkan

air bersih karena harus membeli sehingga pasien dalam pemakaian

air sehari-hari menggunakan sumur. Pasien tinggal di rumah yang

berukuran 7 x 5 m2 dan letaknya berdekatan dengan rumah tetangga

lainnya.

Pasien mengatakan terdapat teman yang juga bekerja sebagai

petani di Desa Sumorame menderita penyakit kulit, namun pasien

tidak tahu penyakitnya, dan rekan kerja nya tersebut memiliki

keluarga yang terdiri dari 4 orang (bapak, ibu dan dua orang anak),

namun 3 diantaranya telah meninggal. Setelah dikonfirmasi oleh ibu

bidan desa sumorame, rekan kerja pasien tersebut beserta keluarga

menderita penyakit yang sama seperti yang diderita pasien yaitu

menderita penyakit kusta. Sekarang Hanya tinggal satu orang anak

laki-laki saja yang masih hidup menderita penyakit kusta. Menurut

ibu bidan desa sumorame, rekan kerja pasien tersebut tidak mau

berobat ataupun dikunjungi oleh pihak puskesmas untuk melakukan

pengobatan.

8. Riwayat Gizi.

Penderita mengaku bila pola makan sehari-hari tidak teratur 1-2 kali

sehari, dengan porsi makan porsi sedang, suka makan sayur.

11
2.3 Anamnesa Sistem Tubuh

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-), bercak

hipopigmentasi (+) di telinga kanan, wajah kanan kiri,

bahu kiri, tangan dan kedua kaki, kebas (+)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-), ketajaman baik.

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah

(-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-),

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-

), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar, 4-5kali/hari.

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (- ) dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

12
2.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan

cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

a) Tanda Vital

Nadi : 88 x/menit, reguler, simetris

Pernafasan : 18 x/menit

Suhu : 36,7 ºC Iper axiler

Tensi : 110/70 mmHg

b) Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 78 kg

TB : 170 cm

BMI : Berat (kg) : Tinggi (m)² = 78 : 1,702 = 26,98 kg/m2

Status Gizi : Overweight

3. Kulit

Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), rambut pendek dan hitam,

turgor baik, makula hipopigmentasi hipoestesi (+) di telinga kanan

(ukuran terbesar 1x1 cm), makula hipopigmentasi (+) di wajah kanan-kiri

(ukuran terbesar 2x2 cm), makula hipopigmentasi (+) di bahu kiri (ukuran

13
4x5cm) , makula hipopigmentasi (+) di tangan kanan (ukuran 3x3cm) dan

makula hipopigmentasi (+) di kedua kaki (ukuran terbesar 5x5cm). Yang

total keseluruhan jumlah makula hipopigmentasi sebanyak 10 lesi

4. Kepala

Bentuk lonjong, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m.

temporalis (-), makula hipopigmentasi (+), papula (-), nodula (-), kelainan

mimik wajah/bells palsy (-).

5. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-), Alis Rontok (-), papula (-), nodua (-),

kelainan mimik wajah (-), madarosis (-).

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

makula hipopigmentasi (+).

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-).

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga makula hipopigmentasi (+) dengan tepi yang meninggi.

14
9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

10. Leher

JVP tidak meningkat, trakea di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid, makula hipopigmentasi (+)

11. Thoraks

Simetris, rektraksi interkostal (-)

Cor : I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas : ICS II PSS

batas kanan atas : ICS II PSD

batas kiri bawah : ICS V MCS

batas kanan bawah : ICS IV PSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1 S2 tunggal regular, bising (-)

Pulmo :

I : gerakan nafas simetris

P : frermitus raba kiri sama dengan kanan

15
P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan RBK (-/-), wheezing

(-/-)

12. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

A : peristaltik (+) normal

13. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

14. Ekstremitas

Palmar eritema (-/-), hiperemi pada jari (-),atrofi otot (-/-)

Akral dingin oedem

- - - -

- - - -

15. Sistem genetalia: dalam batas normal

16. Perneriksaan Neurologik

16
Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : 5 5

5 5

Pemeriksaana saraf perifer :

 Nervus aurikularis magnus : tidak ada pembesarann, tidak ada

nyeri

 Nervus ulnaris : tidak ada pembesaran, ada nyeri

(ka/ki)

 Nervus poplitea lateralis : tidak ada pembesaran, ada nyeri

(ka)

 Nervus tibialis posterior : tidak ada pembesaran, tidak ada

nyeri

Pemeriksaan sensibilitas : terdapat anastesi (+) dan hipoanastesi (+) pada

lesi

17. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan. : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis,

Afek/emosi : dbn

17
Psikomotor : dbn

Proses pikir : bentuk : realistik

isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus : koheren

Insight : baik

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Belum dilakukan pemeriksaan di RSUD Sidoarjo dan pemeriksaan

penunjang lain belum dilakukan.

2.6 Resume

Dari anamnesa pasien mengatakan pasien mengatakan muncul

bercak putih pada telinga sebelah kanan sejak 4 bulan yang lalu. Bercak

tersebut terasa kering, tebal, dan kebas, sudah diobati obat jamur tapi tidak

hilang, 1 bulan kemudian muncul bercak yang sama pada wajah, bahu kiri,

tangan kanan dan terakhir pada kedua kaki. Untuk riwayat sosial pasien,

terdapat kontak dengan penderita kusta di lingkungan pekerjaan

sebelumnya. Pasien lalu berobat ke puskesmas dan didiagnosis sebagai

kusta dan pasien sedang menjalani pengobatan selama 1 bulan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup,

kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6). Tanda vital T:110/70 mmHg,

N: 88x/menit, RR: 18 x/menit, S:36,7°C, BB: 78 kg, TB: 170 cm, status

gizi normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bercak hipopgmentasi di

18
cupung telinga (+),wajah kanan-kiri(+), hidung (+), bahu kiri (+), tangan

kanan (+), dan kedua kaki (+). Terdapat anastesi dan hipoanastesi pada

bercak, nyeri pada penekanan saraf ulnaris kanan-kiri, dan nyeri pada

penekanan saraf poplitea lateralis kanan.

2.7 Patient Disease Centered

2.7.1 Diagnosis Biologis

o Morbus Hansen Tipe Multibasiler

2.7.2 Diagnosis Psikologis : -

2.7.3 Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :

o Status social terdapat kontak dengan penderita kusta di

lingkungan pekerjaannya

o Kondisi tempat tinggal pasien kurang bersih, dimana untuk

ventilasi udara dan pencahayaan yang kurang, serta

penggunaan air bersih yang susah hanya mengandalkan sumur.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Non Medikamentosa

- Jika terdapat keluhan, segera periksa kembali ke puskesmas

agar segera mendapatkan penanganan

- Menjaga hygiene seperti mengganti baju dan mandi setiap kali

berkeringat

- Olahraga untuk meningkatkan daya tubuh

- Melakukan POD (Prevention of Disability)

19
Penjelasan singkat tentang penyakit tersebut, mencakup

etiologi dan penularan, pencegahan dan penanganan dini serta

pengobatan. Juga edukasi tentang support keluarga.

2.8.2 Medikamentosa

Multi Drug Therapy (MDT)

1. 2 kapsul Rifampisin @300 mg/bulan (600 mg/bulan) diminum

di depan petugas.

2. 3 tablet klofazimin (lamprene) 100 mg/bulan (300 mg/bulan)

diminum di depan petugas.

3. 1 tablet dapson/DDS 100 mg/hari diminum di depan petugas.

4. Untuk hari ke-2 sampai ke-28 : 1 tablet lampren 50 mg/hari

dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg/hari

5. Satu blister terdiri dari obat-obat tersebut di atas yang cukup

untyk 28 hari (1 bulan). Dibutuhkan 12-18 blister yang

diminum untuk12-18 bulan pada pengobatan kasus Morbus

Hansen tipe multibasiler pada Tn. S.

2.9 FOLLOW UP

Tanggal 16 Agustus 2018

S : pasien merasa sedikit nyeri pada sendi lutut, bercak sudah tidak

terasa tebal, masih kemerahan.

O : Keadaan Umum: baik

Kesadaran : compos mentis

Status Generalis

20
 Tanda vital : T : 110/80 mmHg, RR : 18 x/menit, N : 88 x/menit, S :

36,8 0C

 Kepala : rambut rontok (-), berwarna kemerahan (+)

 Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera icterus (-),

mata cekung (-)

 Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

 Thoraks : tulang iga tidak tampak

 Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)

 Abdomen : perut buncit (-), asites (-)

 Ekstremitas : odem (-), akral hangat di keempat

ekstremitas

 Pemeriksaan sensorik : terdapat anastesi (+) dan hipoanastesi

(+) pada lesi

 Pemeriksaan saraf perifer :

Nervus ulnaris dan Nervus tibialis posterior: tidak ada

pembesaran, ada nyeri

A : Morbus Hansen Tipe Multibasiler

P : Edukasi untuk melanjutkan pengobatan

21
Tanggal 20 Agustus 2018

S : keluhan nyeri pada sendinya berkurang

O : Keadaan Umum: baik

Kesadaran: compos mentis

Status Generalis

Tanda vital : T : 120/80 mmHg, RR:20 x/menit, N : 80 x/menit, S :

36,5 0C

 Kepala : rambut rontok (-), berwarna kemerahan (+)

 Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera icterus (-), mata

cekung (-)

 Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

 Thoraks : tulang iga tidak tampak

 Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)

 Abdomen : perut buncit (-), asites (-)

 Ekstremitas : odem (-), akral hangat di keempat

ekstremitas

 Pemeriksaan sensorik : terdapat anastesi (+) dan hipoanastesi

(+) pada lesi

 Pemeriksaan saraf perifer : tidak ada pembesaran dan tidak

nyeri

A : Morbus Hansen Tipe Multibasiler

22
P : MDTL

Edukasi untuk patuh melakukan pengobatan dan tidak putus obat

lagi. Melakukan POD (Prevention of Disability) :Penjelasan

singkat tentang penyakit tersebut, mencakup etiologi dan

penularan, pencegahan dan penanganan dini serta kepatuhan

pengobatan. Juga edukasi tentang support keluarga dan

lingkungan bahwa kusta tidak perlu dikucilkan dan menjaga

kebersihan rumah.

23
BAB III

IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN

3.1 Faktor Keluarga

3.1.1 Struktur Keluarga

Bentuk keluarga ini yaitu Nuclear Family.

3.1.2 Bentuk Keluarga (Genogram)

Gambar 3.1 Genogram


Keterangan :
Laki-laki : Perempuan :

Pasien : Meninggal :

24
3.1.3 Fungsi Keluarga (APGAR SCORE)

1. Fungsi Fisiologi Keluarga

a. ADAPTATION

Dalam menghadapi masalah, penderita selalu

membicarakannya terlebih dahulu kepada istri, mengungkapkan apa

yang diinginkannya dan segala hal yang menjadi keluhannya.

Penderita merasa bahwa penyakitnya ini kadang mengganggu

aktivitasnya sehari-hari terutama saat bersosialisasi. Adanya

dukungan yang besar dari keluarga dan petugas kesehatan yang

sering memberikan penyuluhan kepadanya baik secara langsung

maupun tidak langsung serta memberinya motivasi untuk sembuh

dan teratur minum obat, karena penderita dan keluarga yakin

penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan

sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus

obat agar tidak terjadi relaps atau kambuh kembali.

b. PARTNERSHIP

Penderita memberikan pengertian yang cukup baik kepada istri

bahwa ia akan berobat secara teratur dan berkeinginan kuat untuk

sembuh. Meskipun demikian penderita tetap merasa khawatir jika

istri, dan anaknya akan tertular penyakit yang dideritanya tersebut.

Sedangkan istri sangat memahami keadaannya. Dan selalu

mendukung serta memberikan motivasi kepada penderita untuk

25
selalu sabar dalam menjalani pengobatan dan yakin bahwa penyakit

yang dideritanya bisa disembuhkan.

c. GROWTH

Tn. S menyadari bahwa dirinya harus bersabar dalam menjalani

pengobatan yang teratur meskipun terkadang penderita merasa

kurang percaya diri saat menjalani aktifitas sehari-hari. Namun

sedikit demi sedikit hal tersebut segera di hilangkan dan

memberikan pengetahuan pada pasien bahwa penyakitnya tidak

boleh sampai putus obat karena pengobatan akan semakin lama

selesai. Karena penderita tidak ingin jika penyakitnya tersebut dapat

menghalangi aktifitasnya sehari-hari dan pengobatan semakin lama

pasien kembali melakukan pengobatan.

d. AFFECTION

Tn. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan

keluarganya cukup meskipun ia sedang menderita sakit. Bahkan

perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi

keluarganya, begitu pula sebaliknya. Namun ia merasa sangat

khawatir dan takut jika penyakitnya tersebut akan menular pada istri

dan anak. Sehingga ia memiliki semangat yang cukup besar untuk

bisa segera sembuh dari penyakitnya tersebut.

26
e. RESOLVE

Tn. S merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang

ia dapatkan dari keluarganya, walaupun waktu yang tersedia tidak

banyak karena istri bekerja dan hanya bisa bertemu istrinya saat

sore hari. Namun penderita sangat memaksimalkan waktu yang ia

miliki bersama anaknya.

Tabel 3.1 APGAR SCORE

APGAR Ny. R Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak

/selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 

mengekspresikan kasih sayangnya dan

27
merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

APGAR Tn. S Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida

/selalu -kadang k

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

28
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. S adalah 20,

sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Tn. S adalah 10. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn. S dan

keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga

tersebut terjalin baik.

2. Fungsi Patologis Keluarga (SCREEM Score)

A. SCREEM

Tabel 4. Screem Score

SUMBER PATHOLOGY NON PATHOLOGY KET

Sosial _ Interaksi social yang bai kantar

anggota keluarga juga dengan

saudara, partisipasi mereka dalam

masyarakat cukup.

Cultural _ Kepuasan atau kebanggaan terhadap

budaya baik, hal ini dapat dilihat dari

29
pergaulan sehari-hari baik dalam

keluarga maupun di lingkungan,

banyak tradisi budaya yang masih

diikuti. Sering mengikuti acara-acara

yang bersifat hajatan, sunatan, dll.

Menggunakan bahasa jawa, tata

krama dan kesopanan.

Religius _ Pemahaman agama cukup baik.

Penerapan ajaran agama cukup baik,


Agama menawarkan
hal ini dapat dilihat dari penderita
pengalaman spiritual
dan anggota keluarganya rutin
yang baik untuk
menjalankan sholat
ketenangan individu

yang tidak

didapatkandari yang

lain

Ekonomi + Penghasilan keluarga Tn.S memang

tak terlalu banyak, Ny. S bekerja

sendiri sebagai buruh pabrik

dengan penghasilan yang hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari saja. Tn.S sendiri dulu

sempat bekerja sebagai petani

namun berhenti karena sakit yang

30
dialaminya sekarang.

Edukasi + Tingkat Pendidikan dan pengetahuan

anggota keluarga kurang cukup

memadai.

Medical _ Apabila ada masalah kesehatan,

keluarga Tn. S dan Ny. S berobat


Pelayanan kesehatan
ke Puskesmas, dokter dan RSUD
puskesmas
Sidoarjo
memberikan

perhatian khusus

terhadap kasus

penderita

Total Score:

Kriteria Penilaian:

Non Pathology : diberi skor 2

Pathology : diberi skor 0

Total Score 0-4 : Terdapat masalah patologis yang banyak dan perlu intervensi

6-10 : Terdapat beberapa masalah patologis namun perlu intervensi

12 : Tidak terdapat masalah patologis pada keluarga

31
Keterangan:

Fungsi patologis keluarga Tn. S dan Ny. S mengalami gangguan pada

area sosial di lingkungan pekerjaan (terdapat kontak dengan penderita kusta

di lingkungan pekerjaan) dan keterbatasan edukasi (tingkat pendidikan dan

pengetahuan pasien dan keluarga kurang memadai). Dalam keluarga Tn.S

fungsi patologis yang positif yaitu fungsi sosial di lingkungan pekerjaan dan

edukasi.

3.1.4 Pola Interaksi Keluarga

Tn. S Ny. S
(Pasien) (Istri Pasien)

An. A

(Anak pasien)

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara penderita dengan istri dan anak berjalan

baik dan dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik

atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

32
3.1.5 Pertanyaan Sirkuler untuk Mendapatkan Permasalahan

Keluarga

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh

keluarga?

Jawab : Merawat dan membawa ke tempat pelayanan

kesehatan.

2. Ketika istri dan anak bertindak seperti itu, apa yang

dilakukan oleh pasien?

Jawab : mendukung dan ikut membantu menyiapkan

keperluan yang diperlukan.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab : melalui musyawarah dengan anggota keluarga

lainya atau mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab : Istri dan anak pasien

5. Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah istri.

Selanjutnya siapa?

Jawab : Selanjutnya adalah anak

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

33
Jawab : Tidak ada.

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab : Istri dan anak pasien selalu tidak setuju dengan

pasien apabila hal tersebut dapat mengganggu kesehatan

pasien.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan keputusan pasien?

Jawab : Tidak ada. Keluarga pasien selalu mendukung hal-

hal yang positif dan tidak setuju apabila hal tersebut negatif

dan mengganggu kesehatan keluarganya.

3.2 Faktor lingkungan

3.2.1 Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah

berukuran 7 x 5 m2 yang berdempetan dengan rumah tetangganya.

Memiliki teras di depan rumahnya dan tidak menggunakan pagar.

Terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang

memiliki fasilitas jamban. Terdiri dari 1 pintu keluar di depan.

Jendela di ruang tamu ada 2 buah dan di kamar masing-masing 1

buah jendela dan jarang dibuka. Lantai rumah sudah dikeramik

semua. Ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Atap rumah ada

plafon. Dinding rumah terbuat dari tembok dan sudah dicat.

34
Perabotan rumah tangga cukup lengkap. Sumber air untuk kebutuhan

sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur. Secara keseluruhan

kebersihan rumah kurang baik. Sehari-hari keluarga memasak

menggunakan kompor gas dengan tabung gas. Untuk lingkungan

social, terdapat kontak dengan penderita kusta di lingkungan

pekerjaannya dulu sebagai petani, dimana rekan kerjanya pasien

bertempat tinggal di desa sumorame, satu keluarga rekan kerjanya

terdiri dari 4 anggota keluarga menderita penyakit kusta, dan 3

diantaranya telah meninggal karena penyakit kusta tersebut.

35
3.2.2 Denah Rumah

Sumur Jamban

Kamar mandi

Dapur

Lemari

Pintu

Kamar pasien dan istri


jendela
Kulkas

Kamar anak

Meja jendela
makan
TERAS RUMAH
Pintu Jendela

Gambar 3.1 Denah


Ruang Tamu Rumah

3.2.3 Akses Pelayanan Kesehatan

Jarak antara rumah pasien dengan pelayanan kesehatan

tergolong masih dekat

TERAS RUMAH
36
3.2.4 Identifikasi Masalah Keluarga Faktor Perilaku & Non Perilaku

1. Faktor Perilaku Keluarga

Tn. S tinggal di komplek perumahan penduduk, ia dan

anggota keluarganya memiliki pengetahuan yang cukup tentang

kesehatan khususnya tentang kusta. Lingkungan di dalam rumah

pasien tidak terlalu tertata dengan rapi. Ruangan yang

pencahayaan kurang dengan ventilasi yang kurang. Dalam hal

kebersihan rumah dinilai kurang bersih dan kurang tertata dengan

rapi.

Keluarga ini memiliki jamban sendiri di dalam rumahnya

dan untuk kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan

air dari pompa air yang ada di rumah.

2. Faktor Non Perilaku

Dari segi perekonomian, keluarga ini termasuk keluarga

menengah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari Ny. S

sebagai buruh pabrik. Rumah yang dihuni keluarga ini kurang

memadai memenuhi standar kesehatan. Lantai sudah berlantai

keramik, pencahayaan ruangan kurang, dan ventilasi minim.

Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika

sakit adalah Puskesmas Candi dan RSUD Sidoarjo.

37
Dari segi lingkungan social, terdapat kontak dengan

penderita kusta di lingkungan pekerjaannya yang dulu sebagai

petani di Desa sumorame.

38
BAB IV

DAFTAR MASALAH

4.1 Masalah Aktif :

- Morbus Hansen Tipe Multibasiler

- Riwayat kontak dengan penderita penyakit kusta di lingkungan

pekerjaannya dulu sebagai petani

- Pengetahuan yang kurang tentang penyakit penderita

4.2 Faktor Risiko :

- Usia
- Pekerjaan
- Pola makan
- Gaya hidup

39
4.3 Konsep Teori H.L. Blum terkait Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Keturunan Perilaku
Lingkungan -Pola makan tidak teratur
Tidak ada riwayat penyakit
keturunan di keluarga
-Rumah yang kurang bersih, -gaya hidup( merokok & jarang
kurangnya pencahayaan dan susah pasien
berolahraga
air bersih
- Riwayat kontak dengan penderita - Tingkat pengetahuan pasien
penyakit kusta di lingkungan Derajat kesehatan Tn. tentang penyakit kusta rendah
pekerjaan S 53 th
- Bertempat tinggal di kawasan - Pemahaman pasien yang masih
endemik kusta rendah mengenai PHBS

- Kurangnya minat masyarakat


Pelayanan Kesehatan untuk menjadi kader kusta

-Kurangnya penyuluhan mengenai penyakit kusta


dan PHBS

- Belum optimalnya screening penyakit kusta ke


desa desa dan sekolah

-Tidak adanya fasilitas khusus untuk menangani


pasien kusta

-Kurangnya media informasi/ promosi kesehatan

Gambar 4.1 Diagram Teori H.L. Blum terhadap Keluarga Tn. S

40
4.4 Daftar Masalah Kesehatan

Tabel 4.1 Daftar Masalah Kesehatan

No. TEORI BLUM MASALAH KETERANGAN


1. PERILAKU A a. Pemahaman pasien yang masih rendah
mengenai PHBS
b. Tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakit kusta rendah
c. Pola makan yang tidak teratur
d. Jarangnya berolahraga
e. Kurangnya minat masyarakat untuk
menjadi kader kusta

2. LINGKUNGAN a. Rumah yang kurang bersih, kurangnya


B pencahayaan dan susah air bersih
b. Riwayat kontak dengan penderita penyakit
kusta di lingkungan pekerjaan
c. Bertempat tinggal di kawasan endemik
kusta
3. PELAYANAN C a. Kurangnya penyuluhan mengenai penyakit
KESEHATAN kusta dan PHBS
b. Belum optimalnya screening penyakit
kusta ke desa desa dan sekolah
c. Tidak adanya fasilitas khusus untuk
menangani pasien kusta
d. Belum optimalnya kerjasama yang baik
antara petugas kesehatan dengan
masyarakat dalam menerima pelayanan
kesehatan
e. Kurangnya media informasi/ promosi
kesehatan.

41
4.4 Identifikasi Penyebab Masalah

GAMBAR 4.2 FISH BONE

PROSES INPUT
Tingkat pengetahuan pasien
Tidak terbentuknya kader
Pemahaman pasien tentang penyakit kusta rendah
kusta yang tersosialisasi
yang masih rendah
Belum optimalnya
mengenai PHBS Tidak adanya anggaran dalam
penyuluhan tentang Belum optimalnya
menunjang hidup sehat
penyakit kusta dan perencanaan untuk menunjuk
PHBS kader khusus yang berperan Pencarian suspek kusta
menscreening kusta secara aktif belum optimal Ketidakseimbangan jumlah
Pencarian suspek kusta kader kusta dengan wilayah
secara aktif belum optimal kerja Puskesmas
Belum optimalnya kerjasama Kurangnya anggaran untuk
mengadakan program Kurangnya minat masyarakat
yang baik antara petugas
Kurangnya koordinasi lintas pengendalian kusta untuk menjadi kader kusta
kesehatan dengan masyarakat
pelayanan kesehatan sehingga
dalam menerima pelayanan
pendataan kurang optimal
kesehatan Kurangnya respon Tidak adanya fasilitas
masyarakat terhadap Kurangnya peran serta masyarakat
khusus untuk menangani
Belum optimalnya konseling penyakit kusta dalam mengikuti kegiatan program
pasien kusta
screening penyakit kusta pengendalian kusta
ke desa desa dan sekolah
pola makan yang tidak teratur
dan jarangnya pasien
berolahraga
Tn.S 53 th
dg Morbus
Hansen tipe
MB di Desa
Kurangnya ventilasi dan Sumorame
Bertempat tinggal di
pencahayaan dalam rumah
kawasan endemik kusta

Tidak adanya sarana


Tingkat kesadaran air yang mengalir
masyarakat tentang
penyakit kusta rendah

383338
LINGKUNGAN
Pembahasan Masalah Sesuai dengan H.L. Blum

- Faktor Perilaku (Masalah A)

Dari segi faktor perilaku terutama pola makan yang tidak teratur dan

gaya hidup yang kurang sehat seperti jarang berolahraga dan merokok

akan mempengaruhi daya tahan tubuh pasien, sehingga mudah terserang

penyakit. Tingkat pengetahuan dan kesadaran pasien tentang penyakit

kusta dan mengenai PHBS rendah juga akan mempersulit petugas

kesehatan dalam memberantas penyakit kusta. Pengetahuan yang

diberikan kepada masyarakat akan sia-sia apabila masyaraka memiliki

tingkatt kesadaran yang rendah, masyarakat yang sudah tahu dan

paham akan bahaya dari penyakit kusta namun memiliki tingkat

kesadaran yang rendah akan menyulitkan berjalannya program

pengendalian kusta.

Kurangnya minat masyarakat menjadi kader kusta ataupun untuk

mengikuti program pengendalian kusta sangatlah berpengaruh dalam

terjadian kejadian kusta dikarenakan kegiatan pengendalian kusta tidak

hanya tanggung jawab dari pihak puskesmas melainkan kerja sama

dengan pihak lain yang juga sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan program pengendalian kusta.

- Faktor Lingkungan (Masalah B)

Dari segi faktor lingkungan banyak ditemukan hal yang diduga

sebagai penyebab dari timbulnya permasalahan dari Tn. S dimana dari

lingkungan fisik ditemukan rumah pasien yang kurang bersih,

kurangnya ventilasi pencahayaan dan udara yang masuk, pencahayaan

39
yg kurang menyebabkan bertambah lembabnya keadaan dalam rumah

sehingga menjadi faktor perkembangbiakan kuman mycobacterium

leprae, yang didapatkan ketika pasien bersin/flu dan sembarangan

mengeluarkan sekretnya, berludah sembarangan. Hal ini bisa

menyebabkan penularan pada anggota lain yg berada tinggal satu

rumah dengan pasien. Dengan adanya pencahayaan yg tinggi ini akan

menghindari kuman mycobacterium leprae. Menambah ventilasi

rumah agar pencahayaan cukup dan sering membuka jendela agar

sirkulasi udara dapat baik.

Dari faktor lingkungan sosial, Untuk lingkungan social,

terdapat kontak dengan penderita kusta di lingkungan pekerjaannya

dulu sebagai petani di desa sumorame, rekan kerjanya yang juga satu

desa dengan pasien memiliki keluarga yang terdiri dari 4 anggota

keluarga menderita penyakit kusta,. dan 3 diantaranya telah meninggal

karena penyakit kusta tersebut. faktor kontak dengan pasien yang

menderita penyakit kusta di lingkungan pekerjaan sebelumnya sangat

berpengaruh terhadap terjadinya penularan dan penyebaran penyakit

kusta.

- Faktor Keturunan / Genetik (Masalah C)

Pada genogram tidak ditemukan adanya faktor keturunan yang

mempengaruhi penyakit dari Tn. S. Memang sebagian besar teori

menyatakan bahwa kusta tidak disebabkan oleh faktor

keturunan/genetik, jadi dari segi genetik tidak bisa diambil pemecahan

masalahnya karena memang tidak menjadi masalah.

40
- Faktor Pelayanan Kesehatan (Masalah D)

Petugas kesehatan memiliki peran penting dalam melayani

masyarakat, dengan pelayanan yang prima maka masyarakat akan

merasa nyaman dan mau terlibat dalam program-program kesehatan.

Kurangnya penyuluhan dari pihak kesehatan ke desa – desa

kemungkinan menjadi salah satu penyebab terjadinya permasalahan

pada Tn. S meskipun saat pengobatan di puskesmas sudah sangat

masif diberikan. Dari sekian faktor permasalahan dari Tn. S, sebagian

besar ditemukan masalah kurang mengertinya pasien dan keluarga

mengenai pengetahuan penyakit kusta pengobatan, serta dampak dari

penyakitnya. Untuk itu penyuluhan program tentang penyakit kusta

perlu ditingkatkan kembali ke setiap desa dan kelurahan agar

masyarakat lebih memahami tentang penyakit kusta yang dapat berisi

antara lain: tanda – tanda awal penyakit, cara penularan penyakit,

pengobatan penyakit, dan cara pencegahannya. Dengan demikian

paradigma yang salah tentang penyakit kusta di masyarakat dapat

diluruskan serta agar masyarakat memahami pentingnya menciptakan

lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga dapat mengurangi resiko

terjadinya suatu penyakit.

Memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya

tersebut dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai

petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan

yang bergizi tinggi yang sesuai dengan anjuran dokter, istirahat yang

41
cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka

buruk terhadap penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya

sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas

hidup.

42
BAB V

PATIENT MANAGEMENT

5.1 Patient Centered Management

1. Dukungan Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor yang

dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan Yang Maha Esa, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan

memohon hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati pasien dengan memberikan

43
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat

disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah

ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu

juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi yang sesuai

dengan anjuran dokter, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa

berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya, dan

membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan

dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit kusta. Pasien

kusta dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, pengobatannya,

pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan

bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien

kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas

Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :

a. Penyakit kusta merupakan penyakit menular.

b. Penyakit kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin.

c. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta

d. Sekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena

kusta

e. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain

f. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6

bulan secara teratur (Depkes RI, 2005).

44
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan

kesembuhannya melalui program pengobatan dan pola makan yang

dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai

masalah pasien termasuk akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan

keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri

pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan pasienannya. Selain itu

juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai

kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang

dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.

5. Pengobatan

Medikamentosa dan non medikamentosa harus diperhatikan

karena mengingat penyakit kusta ini bila pengobatan tidak tuntas maka

bisa terjadi resiko resistensi obat pada penyakit kusta sehingga untuk

tingkat kesembuhannya akan semakin kecil dan lebih sulit.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa perubahan tingkah laku (berolahraga), lingkungan

tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan ventilasi

yang cukup, meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan

bergizi sesuai anjuran dokter. Dengan demikian paradigma yang salah

tentang penyakit kusta di masyarakat dapat diluruskan yaitu bahwa

penyakit ini adalah penyakit yang hina.

45
5.2 Prevensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil

penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih

besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak

utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat

dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu

peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada

penderita untuk berobat secara teratur. Pengobatan kepada penderita kusta

adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman

kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat

sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia

tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal

ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan

terjadinya tempat-tempat yang lembab.

1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat “cukup intim”, apalagi saat bicara atau

batuk, agar tidak tertular langsung kuman kusta (Mycobacterium leprae)

dari pasien. Saat pasien batuk sebaiknya ditutup kain atau masker.

2. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan

mengkonsumsi makanan bergizi.

3. Diusahakan agar pasien tidak meludah di sembarang tempat yang

mengakibatkan kuman kusta dapat beterbangan dan terhirup oleh anggota

keluarga lainnya.

4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

5. Menggunakan masker untuk perlindungan diri

46
6. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.

7. Olah raga teratur.

8. Tidak terlalu memaksa bekerja jika kelelahan

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena

penyakit kusta yang sama dengan pasien serta untuk meningkatkan daya tahan

tubuh bagi anggota keluarga yang tinggal serumah.

47
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Penyebaran penyakit menular bergantung pada keberhasilan interaksi

antara agent infeksius (perantara infeksi), host (tuan rumah) dan

environment (lingkungan). Ketidakseimbangan antara agent, host dan

lingkungan sering terjadi, yang kadang-kadang tidak disengaja dan dapat

menimbulkan gangguan. Faktor agents sangat berpengaruh dalam

terjadinya serta berat ringannya penyakit. Faktor host manusia atau

hewan dapat dimasuki agent infeksius. Faktor lingkungan berhubungan

dengan keseluruhan eksternal host manusia . Faktor lingkungan ini

memudahkan keadaan transmisi agent infeksius dari suatu host yang

terinfeksi kepada host yang lain (Sumijatun, 2005).

Menurut Cocrane dalam Zulkifli (2003), terlalu sedikit orang yang

tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra

terbuka. Menurut Ress dalam Zulkifli (2003) dapat ditarik kesimpulan

bahwa penularan dan perkembangan panyakit kusta hanya tergantung

dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mycobacterium Leprae dan

daya tahan tubuh penderita selain itu faktor sosial ekonomi juga berperan

penting dalam kejadian kusta, penyakit kusta banyak menyerang

golongan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, hal ini juga terbukti

pada negara-negara di Eropa, seperti Negara Inggris, Jerman, Italia,

Perancis, Spanyol, Belanda, Norwegia dan Skotlandia, dengan adanya

peningkatan sosial ekonomi di Negara-negara tersebut, maka kejadian

48
kusta sangat cepat menurun bahkan hilang, penderita kusta impor pada

Negara tersebut ternyata tidak menularkan kepada orang yang sosial

ekonominya tinggi.

Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di

daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang

tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk.

Daerah yang panas dengan kelembaban tinggi merupakan faktor

mempermudah penularan penyakit. Hal ini terbukti karena

Mycobacterium Leprae hidup optimal pada suhu 30-330 Celcius dan

kelembaban tinggi. Mycobacterium leprae mampu hidup beberapa

minggu (2-4 minggu) di lingkungan khususnya pada keadaan lembab.

Penelitian di Norwegia juga membuktikan penurunan angka kejadian

kusta, seiring dengan perbaikan lingkungan hidup. Penelitian lain di

Filipina menunjukkan ada hubungan luas lantai perorang dengan

prevalensi kusta, hal ini menunjukkan banyaknya kusta pada daerah-

daerah dengan perumahan yang padat, higiene dan sanitasi lingkungan

yang kurang baik.

49
6.2 Prioritas Masalah

Tabel 6.1 Prioritas Masalah dari Tn.S

No. Parameter Masalah


A B C
1. Prevalence 4 5 3
2. Severity 4 5 2
3. Rate % Increase 5 3 2
4. Degree of Unmeed Need 5 3 3
5. Social Benefit 4 2 3
6. Public Concern 4 3 3
7. Technical Feasibilty Study 5 2 2
8. Resource Availability 5 3 3
Jumlah 36 26 21
Rerata 4,5 3,25 2,62
Prioritas masalah

1. Masalah A (Masalah Perilaku)

2. Masalah B (Masalah Lingkungan)

3. Masalah C (Masalah Pelayanan Kesehatan)

Berdasarkan tabel prioritas masalah di atas didapatkan masalah A yaitu

masalah perilaku yang menjadi masalah utama pada kasus ini.

6.3 Penentuan Solusi dari Masalah

Berdasarkan hasil penentuan dari prioritas masalah melalui

penghitungan yang dilakukan, maka prioritas masalah dari Tn. S yang

menjadi utama adalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit kusta di

lingkungan pekerjaan dan tempat tinggal . Adapun pilihan solusi yang

dapat dilakukan yaitu:

50
Tabel 6.2 Tabel Penentuan Pemecahan Prioritas Masalah

Efektivitas Efesiensi Hasil


No. Masalah P=
M I V C
(MxIxV)/C
Penyuluhan tentang kusta pada masyarakat dan
1. lingkungan tempat tinggal. 5 4 4 3 26,67

Melakukan revitalisasi petugas kesehatan dan


2. kader kesehatan tentang penyakit kusta. 3 3 3 4 6,75

Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


guna mengurangi penyebaran Mycobacterium
3. 4 4 4 3 21,33
leprae.

Keterangan:

P : Prioritas jalan keluar

M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah ini)

I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah

V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, biaya yang diperlukan

Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan tabel prioritas

yang telah dilakukan, maka solusi yang diambil dari masalah utama pada kasus

Tn. S adalah melakukan penyelenggaraan penyuluhan mengenai penyakit kusta

dan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Selanjutnya dapat dilakukan

rencana intervensi dari solusi yang diambil tersebut dengan melakukan

penyusunan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan penyuluhan

mengenai penyakit kusta dan PHBS.

51
6.4 Rencana Intervensi

Tabel 6.3 Rencana Intervensi


Volume Rincian Tenaga Kebutuhan
No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan

Tim  Ruangan
1. Menyusun jadwal
Penyusunan penyuluhan Tim  LCD
2x rencana kegiatan Ruang Senin-
1 rencana P2M yang 2 orang penyuluhan  MIC
Pertemuan 2. Persetujuan rapat Kamis
kegiatan telah P2M  Laptop

terbentuk  Kursi

1. Pengumpulan bahan
 Ruangan
mengenai Kusta yaitu
Penyusunan Tim Tim  LCD
Terbentuk 2x cara penularan dan Ruang Senin-
2 materi penyuluhan penyuluhan  MIC
materi pertemuan pengobatan rapat Kamis
penyuluhan P2M P2M  Laptop
2. Penyusunan materi
 Kursi
kusta dan PHBS

Pembuatan Tim Terbentuknya 1x Ruang Tim 1 hari 1. Laptop


3 1. Mendesign PPT, banner
bahan penyuluhan PPT, banner pertemuan rapat penyuluhan setelah 2. Printer

52
penyuluhan P2M P2M bahan 3. Flashdisk

yang akan terkumpul

disajikan

 Konsumsi

 LCD
Warga desa Materi bisa 1x 1. Penyuluhan Tim
Sebulan  MIC
4 Penyuluhan tempat diterima penyuluhan 2. Tanya jawab Balai desa penyuluhan
Sekali  Kursi
penyuluhan peserta tiap desa P2M
 Laptop

 Banner

Desa yang
Tingkat Tim
1. Pendataan pasien sudah Sebulan  Buku
5 Evaluasi Warga desa kejadian Kusta 1x sebulan penyuluhan
Kusta mendapat sekali  Pulpen
berkurang P2M
penyuluhan

53
BAB VII

PENUTUP

7.1 KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

a. Tn. S (53 tahun) menderita penyakit kusta (Morbus Hansen tipe

Multibasiler)

b. Tidak ditemukan adanya kecacatan maupun reaksi kusta pada Tn. S

c. Status gizi Tn. S masih cukup sesuai IMT

2. Segi Psikologis :

a. Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang

terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat

b. Pengetahuan Tn. S tentang kusta (Morbus Hansen tipe

Multibasiler) yang masih kurang

c. Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik untuk

mendukung penyembuhan penyakit tersebut.

d. Istri Tn. S dan anaknya mendukung untuk pengobatannya

e. Tn. S menjadi kurang bersosialisasi semenjak sakit ini karena ada

perasaan minder dan malu kalau sakitnya diketahui orang lain

(tetangga sekitar rumah), hal ini karena Tn. S merasa takut bila

orang sekitar menganggap ini penyakit yang negatif dan takut

dikucilkan.

54
3. Segi Sosial Ekonomi:

a. Pendapatan keluarga Tn. S menenngah ke bawah karena

penghasilan Tn. S dan istri hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari saja, sedangkan Tn. S sudah tidak

bekerja lagi setelah sakit ini

b. terdapat riwayat kontak dengan penderita kusta di lingkungan

pekerjaannya dulu sebagai petani di Desa Sumorame, dimana rekan

kerjanya memiliki keluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga

(bapak,ibu dan dua orang anak) menderita penyakit kusta seperti

pasien, namun 3 diantaranya telah meninggal dikarenakan

menderita penyakit kusta tersebut. Hanya tinggal satu orang anak

laki-laki saja yang masih hidup menderita penyakit kusta. Menurut

ibu bidan desa sumorame, pasien tersebut tidak mau berobat

ataupun dikunjungi oleh pihak puskesmas untuk melakukan

pengobatan.

4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. S kurang sehat.

7.2 SARAN

1. Preventif

a. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar tidak menularkan

ke anggota keluarga lain, misalkan jangan meludah di sembarang

tempat, membuang secret hidung sembarangan. Harus rajin

membersihkan rumah. Rajin menjemur bantal, guling dan kasur.

55
Menjaga Hygiene dan sanitasi. Membersihkan rumah, menguras

bak mandi, membangun tempat pembuangan sampah dan saluran

air, menata barang-barang agar tidak menjadi sarang kuman dan

nyamuk.

b. Screening semua anggota keluarga penderita yang tinggal serumah

dengan penderita, jika ditemukan kasus yang sama segera periksa

ke puskesmas/rumah sakit terdekat dan lakukan pengobatan.

c. Obat diminum secara teratur sesuai dosis dan jangka waktu yang

diberikan, tidak boleh putus pengobatan sebelum pengobatan

selesai dan istirahat yang cukup.

d. Makan teratur dengan makanan bergizi dan menu seimbang

e. Edukasi keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk minum

obat sesuai aturan

2. Promotif

a. Puskesmas aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat

melalui Posyandu lansia dan POSBINDU, khususnya di

lingkungan sekitar keluarga Tn. S tentang penyakit menular dalam

gal ini penyait kusta meliputi gejala, komplikasi, kegawatan,

pengobatan dan efek samping pengobatan.

b. Puskesmas aktif dalam memberikan penyuluhan kepada

masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) guna

mencegah penyebaran Mycobacterium leprae yang lebih luas.

56
c. Perlunya memastikan bahwa semua layanan kesehatan umum dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada setiap

pasien kusta yang berkunjung ke Puskesmas.

d. Keluarga Tn. S harus lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan

sehat, meningkatkan asupan gizi, sadar akan pentingnya kesehatan

serta rutin kontrol ke layanan kesehatan.

3. Kuratif

a. Tn. S harus mengkonsumsi obat MDT kasus Morbus Hansen tipe

Multibasiler secara tepat dosis dan tepat jangka waktunya.

Multi Drug Therapy (MDT)

1. 2 kapsul Rifampisin @300 mg/bulan (600 mg/bulan) diminum

di depan petugas.

2. 3 tablet klofazimin (lamprene) 100 mg/bulan (300 mg/bulan)

diminum di depan petugas.

3. 1 tablet dapson/DDS 100 mg/hari diminum di depan petugas.

4. Untuk hari ke-2 sampai ke-28 : 1 tablet lampren 50 mg/hari dan

1 tablet dapson/DDS 100 mg/hari

Satu blister terdiri dari obat-obat tersebut di atas yang cukup

untuk 28 hari (1 bulan). Dibutuhkan 12-18 blister yang diminum

untuk12-18 bulan pada pengobatan kasus Morbus Hansen tipe

multibasiler pada Tn. S.

57
4. Rehabilitatif

1. Kontrol rutin penyakit ke dokter minimal sebulan sekali atau

setiap kali ada keluhan

2. fisioterapi atau rehabilitasi medik untuk mengatasi gangguan

medis yang dialami pasien atau bila ada kecacatan yang

disebabkan oleh penyakit kustanya.

3. Monitoring

1. Kecacatan

2. Reaksi Kusta

58
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Profil Keseshatan Provinsi Jawa

Timur Tahun 2013. Surabaya.

Depkes RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. 2005. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit

Kusta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Puskesmas Medaeng. 2017. Kinerja Puskesmas Medaeng, Kabupaten Sidoarjo


2017

Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press:

Yogyakarta.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Penerbit Erlangga: Jakarta.

59
LAMPIRAN

60
61

Anda mungkin juga menyukai