dikenal sejak zaman Mesir kuno. Pada tahun 1553 Gabriele Fallopii melukiskan tentang
penggunaan kantong sutera yang diolesi dengan minyak, dan yang dipasang
menyelubungi penis sebelum koitus. Penggunaannya ialah untuk tujuan melindungi laki-
laki terhadap penyakit kelamin.
Pemakaian kondom untuk tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira pada abad
ke-18 di Inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Yang kini paling
umum dipakai ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini
telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Kini kondom telah
dipergunakan secara luas di seluruh dunia dengan program keluarga berencana. Prinsip
kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah
pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang
tebal pada ujung yang terbuka, sedangkan ujung yang buntu berfungsi sebagai
penampung sperma. Biasanya diameternya kira-kira 31 - 36,5 mm dan panjangnya lebih
kurang 19 cm. Keuntungan kondom, selain untuk memberi perlindungan terhadap
penyakit kelamin, juga dapat digunakan untuk tujuan kontrasepsi. Kekurangannya ialah
ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Ada pula pasangan yang tidak
menyukai kondom oleh karena adanya asosiasi dengan soal pelacuran.
Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau
tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah
teriadinya ejakulasi. Efek samping kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap
bahan kondom itu sendiri. Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari
ketelitian dalam penggunaannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan kondom, yaitu :
a. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terPasang dengan baik.
b. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada laki-laki
yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
c. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma; pada
kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udaranya
terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
d. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk
mencegah terjadnya robekan.
e. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagtna supaya
sperma tidak tumpah.
Diafragma vaginal
Pada tahun, 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) untuk pertama kalinya telah
menciptakan diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya dia-
fragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan di atasnya diletakkan selembar
karet tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji; di atasnya
diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome). Dewasa ini diafragma vaginal terdiri
atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini
ada yang terbuat dari logam tipis yang tidaf dapat berkarat, ada pula dari kawat halus
yang tergulur sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. Ukuran diafragma vaginal
yang beredar di pasaran mempunyai diameter antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap
ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing 5 mm. Besarnya ukuran
diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara individual. Diafragma
dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk
ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke
dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan
pemakaiannya dalam hal-hal seperti berikut :
a. Keadaan di mana tidak tersedia cara yang lebih baik;
b. Jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus;
c. Jika pemakaian pil, IIJD, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu
oleh karena sesuatu sebab.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya
pada :
a. Sistokel yang berat;
b. Prolapsus uteri;
c. Fistula vagina;
d. Hiperantefleksio atau hiperetrofleksio dan uterus.
Diafragma paling cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan
dengan tonus dinding vagina yang baik. Umumnya diafragma vaginal tidak me-
nimbulkan banyak efek samping. Efek samping mungkin disebabkan oleh reaksi alergik
terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadinya
perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan ter-
lalu lama terpasang. Kelemahan diafragma vaginal ini ialah :
a. Diperlukannya motivasi yang cukup kuat;
b. Umumnya hanya cocok untuk perempuan yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal;
c. Pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan;
d. Tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau IUD.
Keuntungan dari cara ini ialah :
a. Hampir tidak ada efek samping;
b. Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup
memuaskan;
c. Dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD atau pada perempuan yang tidak boleh
mempergunakan pil atau IUD oleh karena sesuatu sebab.
Cara pemakaian diafragma vaginal.
Jika pasien telah setuju mempergunakan cara ini, terlebih dahulu ditentukan ukuran
diafragma yang akan dipakai, dengan mengukur jarak antara simfisis bagian bawah dan
forniks vagina posterior dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengah tangan
dokter, yang dimasukkan ke dalam vagina. Kemudian, diterangkan anatomi alat-alat
genital bagian dalam dari perempuan, dan dijelaskan serta didemonstrasikan cara
memasang diafragma vaginal. Pinggir mangkuk dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk,
dan diafragma dimasukkan ke dalam vagina sesuai dengan sumbunya. Setelah
pemasangannya selesai, akseptor harus teraba dengan jariya bahwa porsio servisis uteri
terletak di atas mangkuk, pinggir atas diafragma di forniks.
Jenis-jenis IUD
Hingga kini telah terdapat berpuluh-puluh jenis IUD. Yang paling banyak digunakan
dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah IUD jenis Lippes loop. IUD dapat
dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang
termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah Lippes loop, Saf-T-
coil, Dalbon Sbield, Cu-7, Cu-T, Spring coil, dan Margwlies spiral; sedangkan yang
termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin adalah: Ota ring,
Antigon F, Ragab ring, Cincin Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-
lain.
Keuntungan IUD
IUD mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi lainnya seperti:
a. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu
kali motivasi
b. Tidak menimbulkan efek sistemik
c. Ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
d. Efektivitas cukup tinggi
e. Reversibel
Komplikasi IUD
a. Infeksi
IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan steril, yakni
tabung penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus
genitalis sebelum pemasangan IUD.
b. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD walaupun bisa terjadi
pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus
dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, IUD
terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke
rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada
pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak kelihatan. Dalam hal ini
pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan IUD
dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang teriadinya perforasi,
sebaiknya dibuat foto Rontgen, dan jika tampak di foto IUD dalam rongga
panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan apakah IUD
terletak di dalam atau di luar kavum uteri. Jika perforasi terjadi dengan IUD
yang tertutup, IUD-nya harus dikeluarkan dengan segera oleh karena
dikhawatirkan terjadinya ileus, begitu pula untuk IUD yang mengandung
logam. Pengeluaran IUD dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi
hanya dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika
IUD yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear dan tidak
mengandung logam, IUD tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
c. Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi
oleh karena IUD terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka
keguguran dengan IUD in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan IUD
in situ yang benangnya masih kelihatan, sebaiknya IUD dikeluarkan sehingga
kemungkinan terjadinya abortus setelah IUD itu dikeluarkan lebih kecil
daripada jika IUD dibiarkan terus berada dalam rongga uterus. Jika benang
IUD tidak kelihatan, sebaiknya IUD dibiarkan saja berada dalam uterus.