Anda di halaman 1dari 157

ASPEK HISTOLOGIS DALAM

NEUROSAINS
All images in this document is removed
due to copyright restriction

dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD


Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2009
PENGANTAR
 Fragmen kehidupan I
 Pujo, mhs FKUI tk IV
 berangkat ke kampus dgn mengendarai mobil. Sesaat sebelum berangkat ia berdoa
agar selamat dalam perjalanan.
 Pagi itu jalan tampak ramai sekali. Sambil menyetir ia mendengarkan lagu klasik
kesukaannya. Dengan trampil ia menggunakan kedua kakinya untuk mengatur laju
kendaraannya. Kedua tangannya tak kalah trampilnya mengendalikan kemudi. Sekali-
sekali tanganya mengambil makanan atau minuman ringan yang tersedia di dekat
kemudi. Kadang-kadang ia bersiul ikut menirukan melodi lagu tersebut.
 Walaupun begitu pikirannya berusaha untuk mengingat patofisologi dan terapi
penyakit-penyakit saraf yang telah dipelajarinya semalam. Yah .. Hari itu ternyata ia
akan ujian neurologi.
 Tiba-tiba ia teringat akan Surti, gadis desa yang manis, lincah dan ramah, anak pak
Camat yang dijumpainya saat ia dan teman-temannya melakukan bakti sosial 3 bulan
silam. Terbayang di benaknya beberapa peristiwa manis bersama gadis tersebut.
Ingin sekali ia berkenalan lebih lanjut dengan gadis pemikat hatinya tersebut, tetapi
sayang mereka berada di kecamatan tersebut hanya untuk 1 minggu. Meskipun
begitu ia sempat mencatat nomer telepon rumah pak camat tersebut.
 Tiba-tiba ia tersadar dari lamunannya ketika klakson dari mobil dibelakangnya
menyalak dengan sangat bersemangat. Ternyata lampu merah didepannya telah
berubah menjadi hijau
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 2
PENGANTAR
 Fragmen Kehidupan II
 Wiji, anak seorang petani penggarap di daerah yang tandus, usia 8 th
 Sudah 5 hari terbaring lemah di tempat tidur di ruang ICU salah satu RS di
daerah. Tampak selang makanan terpasang melintas di salah satu lubang
hidungnya, sementara selang nafas terpasang langsung ke dalam trakea
melintasi rongga mulutnya. Di tangan dan kakinya terpasang selang-selang
infus.
 Mukanya tampak tegang, sementara sekujur tubuhnya yang tadinya kaku
mulai melemas, begitu juga mulutnya yang tadinya terkatup erat mengancing
mulai melemas. Kejang-kejang sekujur tubuhnya kadang masih muncul.
 Luka akibat menginjak paku berkarat pada telapak kaki kanannya mulai
membaik.
 Yah, ia merupakan salah seorang penderita penyakit tetanus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 3
PENGANTAR
 Pikirkan
 Bagaimana aktivitas-aktivitas yang terjadi pada fragmen I dan
II dapat terjadi ?
 Bagaimana begitu banyak aktivitas dapat berlangsung
sekaligus ?
 Struktur apa yang mengatur semua aktivitas tersebut ?
 Mengapa dapat terjadi aktivitas yang tidak normal pada
fragmen II ?
 Mengapa luka di kaki dapat mempengaruhi sistem saraf di
tubuh anak tersebut ?

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 4
PENGANTAR
 Semua Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak
terlepas dari kontrol, kerja dan berfungsinya
jaringan saraf
 Terganggunya aktivitas jaringan saraf akan
berdampak luas terhadap kerja jaringan atau
organ tubuh lainnya.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 5
PENGANTAR
 Semua Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak
terlepas dari kontrol, kerja dan berfungsinya
jaringan saraf
 Terganggunya aktivitas jaringan saraf akan
berdampak luas terhadap kerja jaringan atau
organ tubuh lainnya.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 6
PENGANTAR
 Tujuan khusus modul
 Struktur mikroskopik, histofisiologis dan histodinamika
jaringan saraf
 Definisi dan klasifikasi jaringan saraf
 Embriologi sistem saraf

 Sel saraf
 Inti dan sitoplasma
 Akson dan dendrit
 Transportasi aksonal
 Sinaps
 Sel penyokong (neuroglia)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 7
PENGANTAR
 Tujuan khusus modul
 Struktur mikroskopik susunan saraf pusat
 Serebrum (Cerebrum)
 Serebellum (Cerebellum)

 Medula spinalis (spinal cord)

 Struktur mikroskopik susunan saraf tepi


 Ganglia
 Serat saraf

 Selubung serat saraf

 Badan akhir saraf

 Regenerasi serat saraf


Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 8
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
 Jaringan Saraf
 Nervous = dapat dirangsang
 Salah satu dari 4 jaringan dasar penyusun tubuh
 Disusun oleh sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel
penyokong (neuroglia/sel glia)
 Fungsi: komunikasi

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 9
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
 Jaringan Saraf di seluruh
tubuh manusia

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 10
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Klasifikasi
 Anatomis  Fungsional
 Susunan saraf pusat  Sensoris
 Otak  Somato-sensoris
 Medula spinalis  Visero-sensoris
 Susunan saraf tepi  Motoris
 Saraf kranialis ……. 12  Somato-motoris
 Saraf spinalis …….. 31  Visero-motoris (Sistem saraf
 Sistim saraf otonom otonom)
 Simpatis
 parasimpatis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 11
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Klasifikasi
SSP SST

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 12
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Klasifikasi
 Sistem Saraf Autonom
 Parasimpatis Simpatis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 13
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Embriologis
 Minggu ke 3
 Proses pembentukan
 Lempeng saraf (neural plate)
 Lipatan saraf (neural folds)
 Alur saraf (neural groove)
 Tabung saraf (neural tube)
 Gelembung otak utama
(primary brain vesicle) dan
medula spinalis---- SSP
 Sel-sel neural krest (Neural
Crest cells)--- saraf tepi

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 14
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Embriologi

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 15
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Embriologi
 Histogenesis sel-sel di SSP

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 16
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Embriologi
 Sel-sel Krista Neuralis (Neural Crest cells)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 17
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
Embriologi
Perkembangan sel-sel neural krest (neural crest cells)
 Sel-sel saraf Tepi  Melanosit
 Dorsal root ganglia  Sel Schwann
 Saraf kranial  Sel-sel kromafin di medula adrenal
 Saraf simpatis dan
parasimpatis  Odontoblas
 Ganglia enterikus  Beberapa tulang rawan dikepala
 Ganglia sakralis dan lengkung faring
 Ganglia Vesikalis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 18
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
 Komponen jaringan saraf
 Sel saraf (neuron)
 Sel Penyokong atau neuroglia (sel glia)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 19
Struktur mikroskopik, histofisiologis dan
histodinamika jaringan saraf
SEL SARAF (NEURON)
 Saraf (Gr. Neuron=nerve)
 Differensiasi paling tinggi
 Tidak dapat membelah lagi
 Jumlahnya diduga 14 milyar
 Histologis
 Badan sel (Perikarion)
 Juluran / taju saraf (prosesus saraf)
 Akson
 Dendrit

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 20
SEL SARAF (NEURON)
 Badan sel saraf (Perikarion)
 Ukuran 4-135 mm
 Bentuk: piramid, lonjong, bulat
 Struktur
 Inti (mata burung hantu / owl
eye)
 Bulat, lonjong
 Pucat

 Di tengah perikarion

 Sitoplasma
 Organel
 Badan inklusi

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 21
SEL SARAF
 Sitoplasma
 Organel
 Sitoskeleton
 Neurofilamen (penyokong)
 Mikrotubulus (transportasi zat-zat)
 Apparatus Golgi
 Mitokondria
 Retikulum endoplasmik kasar
(Badan Nissl)
 HE: basofilik
 Substansia Tigroid
 Sentriol
 Pasca lahir ( - )

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 22
SEL SARAF
 Badan inklusi
 Vesikel
 Granula
 Hormon
 Pigmen

 Lipofuksin

 Besi

 Tetes lemak

 glikogen

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 23
JULURAN SARAF
 Juluran saraf
 Akson

 Dendrit

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 24
DENDRIT
 Jumlahnya bisa lebih dari satu
 Pangkalnya tebal dan makin ke
distal makin tipis
 Duri atau tonjolan (spike /
gemullae)
 Badan Nissl, ribosom, mitokondria,
neurofilamen, mikrotubulus (+)
 Fungsi: menerima rangsang saraf
dari akson dan meneruskannya ke
perikarion.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 25
AKSON
 Pangkal akson (Akson Hillock)
 Jumlahnya satu
 mitokondria, neurofilamen dan
mikrotubulus (+)
 Badan Nissl, ribosom, kompleks
Golgi (-)
 Sebagian besar bermielin
 Telodendria
 Terminal boton (Boutons terminaux
 Fungsi: membawa impuls saraf
dari badan saraf

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 26
Jenis Neuron
 Berdasarkan jumlah juluran saraf
 Neuron unipolar
 Neuron unipolar masa embrio
 Neuron bipolar
 Ganglion vestibular
 Ganglion koklear
 Neuron olfaktoris
 Neuron pseudo-unipolar
 Ganglion kraniospinal
 Neuron multipolar
 Neuron motoris kornu anterior medula
spinalis
 Sel Purkinje di otak kecil
 Sel piramid pada korteks serebri

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 27
TRANSPORTASI AKSONAL
 Akson tidak dapat mensintesa protein
 Endoplasmik retikulum kasar (Badan Nissl), ribosom,
kompleks Golgi (-)
 Komponen yang terlibat
 Mikrotubulus
 Protein penggerak (motor protein)
 Vesikel transport
 Arah transportasi aksonal
 Anterograde
 retrograde

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 28
TRANSPORTASI AKSONAL
 Mikrotubulus
 Organel sel berbentuk silindris
 dibentuk oleh hasil polimerisasi subunit-subunit protein tubulin yang
berbentuk globular
 Diameter 24 nanometer
 Tersusun oleh
 Dinding dengan ketebalan 9 nanometer

 Lumen dengan ketebalan 15 nanometer

 13 protofilamen protein tubulin yang tersusun secara paralel

membentuk dinding mikrotubulus (singlet microtubule)


 1 protofilamen: kumpulan beberapa heterodimer protein

tubulin alfa (+) dan beta (-) yang masing-masing berukuran


4 nanometer dan mengikat GTP
 Polimerisasi

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 29
MIKROTUBULUS

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 30
TRANSPORTASI AKSONAL
 Mikrotubulus
 Struktur
 2 kutub
 Kutub negatif : dekat dengan perikarion
 Kutub positif : dekat dengan ujung akson
 Fungsi
 lintasan (track)
 vesikel transport yang mengandung zat-zat tertentu dari
perikarion ke ujung akson dan sebaliknya
 diperantarai oleh protein penggerak atau motor protein dan
membutuhkan energi yang besar yang berasal dari ATP

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 31
MIKROTUBULUS

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 32
TRANSPORTASI AKSONAL
 Protein penggerak (motor protein)
 Kinesin
 Mempunyai aktivitas ATP-ase
 Struktur
 Kepala: berikatan dengan mikrotubulus dan ATP
 Badan
 Ekor: berikatan dengan vesikel transport via reseptor kinesin
 Bergerak dari kutub negatif ke kutub positif ( dari perikarion ke ujung
akson) sepanjang mikrotubulus
 Memerlukan ATP untuk pergerakan

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 33
KINESIN

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 34
TRANSPORTASI AKSONAL
 Dynein
 Mempunyai aktivitas ATP-ase
 Struktur
 Kepala berikatan dengan mikrotubulus dan ATP
 Badan
 Ekor : berikatan dengan membran vesikel transpor via reseptor
dynein
 Bergerak sepanjang lintasan mikrotubulus dari kutub positif
(dekat dengan ujung akson) ke kutub negatif (dekat dengan
perikarion) sepanjang mikrotubulus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 35
DYNEIN

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 36
VESIKEL TRANSPORT
 Berfungsi sebagai kontainer
 Mengangkut
 Protein
 Glikoprotein
 Faktor-faktor untuk pertumbuhan sel saraf
 Protein-protein neurotransmiter
 Dsbnya
 Mempunyai reseptor kinesin atau reseptor
dynein

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 37
TRANSPORTASI ANTEROGRAD
 Dari perikarion ke ujung akson
 Komponen yang terlibat
 Mikrotubulus
 Vesikel transpor
 Protein kinesin
 Berdasarkan kecepatan pengangkutannya
 Fast anterograde: 50-400 mm/ hari
 Glikoprotein, glikolipid, protein membran vesikel sinaps, bahan-
bahan untuk sintesa neurotransmiter
 Slow anterograde: 1-4 mm/ hari
 Aktin, clathrin, calmodulin, enolase, neurofilamen, tubulin

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 38
TRANSPORTASI RETROGRAD
 Dari ujung akson ke perikarion
 Komponen yang terlibat
 Mikrotubulus
 Vesikel transport
 Protein dynein
 Materi yang diangkut
 Sisa-sisa membran vesikel sinaps
 Faktor pertumbuhan untuk sel saraf
 Zat-zat sisa
 Zat-zat ekstraselular termasuk toksin dan virus
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 39
TRANSPORTASI AKSONAL

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 40
Fungsi Neuron
 Komunikasi
 Sifat khas neuron
 Iritabilitas
 Rangsang fisik
 Rangsang kimiawi
 Konduktivitas
 Beberapa neuron di hypothalamus dapat mengeluarkan sekret
neural berisi hormon vasopressin dan oksitosin

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 41
SINAPS
 Tempat transmisi impuls saraf dari satu neuron ke neuron
lain atau dari neuron ke reseptor perifer
 Transmisi impuls saraf
 Kimiawi
 penerusan impuls saraf lewat senyawa kimia (neurotransmiter)
 Paling umum
 Neuron ke otot
 Listrik
 penerusan impuls saraf melalui ion-ion yang melintas bebas melalui
saluran-saluran pada gap junction atau nexus
 Jarang terdapat pada SSP mammalia
 Ditemukan di beberapa tempat di batang otak, retina dan korteks serebrum

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 42
SINAPS
 Komponen pembentuk
 Pra-sinaps (bouton sinaps)
 Gelembung (vesikel sinaps) 40-60 nanometer
 neurotransmiter
 Celah sinaps
 Lebar 20-30 nanometer
 Filamen-filamen halus
 Post-sinaps
 Reseptor neurotransmiter

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 43
SINAPS

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 44
SINAPS
 Neurotransmitter
 Disintesa di perikarion atau dekat dengan ujung akson
 Macam-macam neurotransmiter
 Asetil kolin
 Norepinefrin
 Gamma amino butyric acid
 Enkefalin
 dsbnya

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 45
SINAPS
 Transmisi impuls saraf pada sinaps
 aksi potensial yang tiba di ujung akson akan membuka kanal
ion kalsium.
 Ion kalsium kemudian akan masuk ke dalam ujung akson.
 Disamping itu ion natrium dan senyawaan kolin serta
senyawaan asetat juga akan masuk ke dalam akson lewat
pompa natrium.
 Senyawa asetat akan di aktivasi menjadi ko-ensim A di dalam
mitokondria.
 Kolin bersama asetil ko-ensim A (dihasilkan oleh mitokondria)
dan ensim kolin asetil transferase akan membentuk asetil
kolin.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 46
SINAPS
 Asetil kolin kemudian akan dibungkus oleh membran vesikel
sinaps yang diinternalisasi kembali lewat proses endositosis
membentuk vesikel sinaps. Kedalam vesikel ini juga
dimasukkan ATP sebagai sumber energi.
 Vesikel sinaps lalu bergerak ke membran akson terminal
(bouton terminaux), menyatu dengan membran akson.
Proses ini distimulus oleh ion kalsium
 Neurotransmiter akhirnya akan dikeluarkan ke dalam celah
sinaps lewat proses eksositosis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 47
SINAPS
 Asetilkolin kemudian akan berikatan dengan reseptornya di post-sinaps.
 Penyatuan asetil kolin dengan reseptornya akan menimbulkan respons
listrik di neuron post- sinaps
 Ensim asetil kolin-esterase akan melepaskan ikatan asetil kolin dengan
reseptornya dan menghidrolisis asetil kolin menjadi senyawaan kolin dan
asetat.
 Asetat dan kolin dapat masuk kembali ke ujung akson dan dipergunakan
untuk membentuk vesikel sinaps yang baru
 Membran vesikel sinaps juga akan dipergunakan kembali untuk membuat
vesikel yang baru dengan proses endositosis.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 48
SINAPS

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 49
SINAPS
 Jenis Sinaps
 Akso-dendritik
 Akso-somatik
 Akso-aksonik
 Dendro-dendritik
 Akson-serat otot

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 50
NEUROGLIA/ SEL GLIA
 Rudolf Virchow (1846) : nerve glue (perekat neuron)
 70-80% dari seluruh sel yang ada di SSP
 Selnya kecil dengan inti 3-10 m
 Jenisnya
 Astrosit (ektoderm)
 Oligodendroglia (ektoderm)
 Ependim (ektoderm)
 Sel Schwann (krista neuralis/ektoderm)
 Sel Satelit (krista neuralis/ektoderm)
 Mikroglia (?)
 Impregnasi perak dan pulasan Gold

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 51
ASTROSIT
 Astro = bintang
 Berasal dari ektoderm
 Gambaran histologis
 Berbentuk seperti bintang (astro)
 Inti bulat, lonjong, besar
 Banyak cabang sitoplasma
 Ribosom, kompleks Golgi, lisosom, neurofilamen
 2 tipe
 Astrosit Protoplasmatik
 Cabang sitoplasmanya pendek dan gemuk mirip lumut
 Substansia grisea
 Astrosit Fibrosa
 Cabang sitoplasmnya lurus, langsing mirip lidi atau landak
 Substansia alba

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 52
ASTROSIT
Astrosit protoplasmatis Astrosit fibrosa

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 53
ASTROSIT
 Salah satu komponen pembentuk sawar darah otak
(blood-brain barrier)
 Terdapat di substansia alba dan grisea
 Fungsi:
 Menyerap kelebihan ion kalsium yang lolos dari sel saraf
selama proses konduksi impuls saraf.
 Berperan dalam transportasi zat-zat metabolisma
 Berperan dalam pembentukan jaringan parut di SSP

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 54
OLIGODENDROGLIA
 Oligo = sedikit
 Gambaran histologis
 Lebih kecil dari astrosit
 Cabang sitoplasma lebih sedikit (oligo= sedikit) dan
pendek
 Mengandung ribosom, kompleks Golgi, mikrotubulus
dan neurofilamen.
 Terdapat di substansia grisea dan alba
 Fungsi:
 Penyokong
 Pembentuk selubung mielin di SSP.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 55
OLIGODENDROGLIA

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 56
MIKROGLIA
 Berasal dari mesoderm
 Gambaran histologis
 Selnya kecil, badan sel gepeng dengan inti yang sukar dilihat
 Sitoplasma bercabang besar (cabang primer), yang
kemudian dari cabang primer bercabang-cabang lagi.
Cabang-cabang ini saling tegak lurus
 Terdapat di substansia alba dan grisea
 Fungsi
 fagositosis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 57
MIKROGLIA

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 58
SEL EPENDIMA
 Melapisi ventrikel otak dan kanalis sentralis
medula spinalis
 Gambaran histologis
 Sel silindris rendah atau kuboid, permukaannya
terdapat silia dan mikrovili
 Membentuk epitel pleksus khoroideus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 59
SEL EPENDIMA

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 60
PLEKSUS KHOROIDALIS

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 61
SUSUNAN SARAF PUSAT

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 62
SUSUNAN SARAF
 Susunan saraf pusat
 Susunan saraf perifer

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 63
Susunan Saraf Pusat
 Otak dan medula spinalis
 Fungsi
 menerima, mengintegrasikan, mengolah dan
memberi jawaban terhadap semua rangsang yang
diterima baik yang berasal dari dalam maupun luar
tubuh.
 Menyimpan impuls yang diterima sebagai memori

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 64
Susunan Saraf Pusat
 Struktur histologis
 Neuron
 Medula Spinalis -------- Kolumna berbentuk
huruf H (Substansia grisea)
 Otak ---- Korteks Serebri dan Serebellum
(substansia grisea) dan nukleus
 Neuroglia
 Serat saraf – - - - Traktus
 Struktur tambahan
 Pembuluh darah

 Likuwor serebrospinal (LCS)

 Selaput otak

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 65
Susunan Saraf Pusat
 Terdiri atas 2 lapisan
 Substansia grisea (abu-abu)
 Perikarion
 Serat saraf tak bermielin
 Substansia alba (putih)
 Serat saraf bermielin
 Dendrit

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 66
MEDULA SPINALIS
 Substansia Alba (White
matter)
 Kumpulan serat-serat saraf
(Funikulus)
 Anterior (ventral)
 Lateral
 Posterior (dorsal)
 Funikulus terbagi atas
kelompokan kecil lagi
(Fasikulus) / traktus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 67
MEDULA SPINALIS
 Funikulus Posterior
 Fasikulus Gracilis
 Fasikulus cuneatus
 Traktus Intersegmental
Posterior
 Funikulus Lateral
 Traktus Spinocerebellar
posterior
 Traktus Spinocerebellar
anterior
 Traktus Spinothalamikus
lateral
 Traktus Spinotektal

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 68
MEDULA SPINALIS
 Funikulus Lateral
 Traktus Posterolateral
(Lissauer tract)
 Traktus Spinoretikular
 Traktus Spinoolivary
 Traktus kortikospinal lateral
 Traktus rubrospinal
 Traktus retikulospinal lateral
 Descending autonomic fibers
 Traktus olivospinal
 Traktus Intersegmental lateral

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 69
MEDULA SPINALIS
 Funikulus Anterior
 Traktus Spinothalamikus
anterior
 Traktus Kortikospinal
anterior
 Traktus Vestibulospinal
 Traktus Tectospinal
 Reticulospinal fibers
 Traktus Intersegmental
Anterior

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 70
MEDULA SPINALIS
 Substansia Grisea
 Perikaryon, neuroglia,
pembuluh darah
 Daerah berbentuk
huruf H atau kupu-
kupu
 Terdiri atas
 Kornu Anterior
 Kornu Posterior
 Kornu Lateralis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 71
Medula Spinalis
 Kornu Anterior
 Bagian yang paling banyak
mengandung neuron
 Sel saraf multipolar Besar
 Inti bulat besar
 Perikarion dan dendrit mengandung
badan Nissl
 Akson hilock dan akson tidak
mengandung badan Nissl
 Akson keluar sebagai serat alfa
efferen yang mempersarafi otot skelet

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 72
Medula Spinalis
 Kornu Anterior
 Sel saraf multipolar yang lebih kecil
 Akson keluar sebagai gamma efferen
yang mempersarafi serat otot
intrafusal Gelendong otot (Muscle
Spindle)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 73
MEDULA SPINALIS
 Kornu Posterior
 4 group sel saraf
 Grup Substansia
gelatinosa
 Grup Nucleus
Proprius
 Grup nucleus dorsalis
(Clark’s column)
 Grup visceral eferent
 Kornu Lateralis
 Kelompokan sel saraf
terletak dari Th1-L3
 Sel saraf kecil

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 74
Medula Spinalis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 75
OTAK
 Serebrum
 Terdiri atas hemisfer kiri dan kanan
 Struktur histologis
 Substansia grisea (Korteks)------ perikarion
 Substansia alba (Medula)----- akson bermielin
 Bagian terdalam serebrum (nukleus)---- perikarion

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 76
SEREBRUM
 Korteks Serebri
 Neuron, neuroglia,
serat saraf dan
pembuluh darah
 5 tipe sel saraf
 Sel Piramid
 Sel Stelata
 Sel Fusiform
 Sel Horizontal
(Cajal)
 Sel Martinotti

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 77
SEREBRUM
 Korteks Serebri
 6 lapisan
 Lapisan Molekular
(Plexiform)
 Dendrit sel piramid
dan sel fusiform
 Akson sel stelata
 Sel-sel Horizontal of
Cajal
 Lapisan Granular Luar
 Sel-sel Pyramid kecil
dan sel Stellata
 Lapisan Pyramid Luar
 Sel-sel Pyramid besar

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 78
SEREBRUM
 Korteks Serebri
 6 lapisan
 Lapisan Granular Dalam
 Sel-sel Stellata
 Sel-sel Pyramid
 Lapisan Pyramidal Dalam
(Ganglionik)
 Sel-sel pyramid
berukuran sedang dan
sangat besar (sel Batz)
 Sel-sel Stellata dan sel-
sel Martinotti
 Lapisan Multiform (Sel-sel
Polymorfik)
 Sel-sel Fusiform,
modifikasi sel-sel
Pyramid, sel Martinotti

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 79
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 80
SEREBELLUM
 Permukaan tampak berlipat-lipat --- Folia yang
tersusun paralel terhadap fissura (alur)
 Terdiri atas bagian kiri dan kanan yang terpisahkan
oleh bangunan berbentuk cacing disebut Vermis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 81
SEREBELLUM
 Substansia grisea (Korteks) & substansia alba (Medula)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 82
SEREBELLUM
 Korteks
 Lapisan Molekular
 Sel stellata (luar) dan sel
Basket (dalam)
 Akson dan dendrit
 Neuroglia
 Lapisan Purkinje/Ganglion
 sel-sel Purkinje
 Lapisan granular
 sel-sel saraf kecil-kecil

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 83
SEREBELLUM
 Medula
 Serat saraf
 Serat jaringan ikat

 Neuroglia

 fibrosit

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 84
SEREBELLUM

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 85
Meninges

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 86
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 87
Meninges
 3 lapisan
 Duramater
 Lapisan luar yang keras
 Terbagi atas 2 lapisan
 Lapisan periosteum duramater
 Lapisan fibrosa
 Pada medula spinalis di antara
keduanya terdapat ruang epidural
terisi oleh jaringan ikat longgar,
pembuluh darah, sel lemak.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 88
Meninges
 Kedua lapis duramater di dalam tengkorak orang dewasa menyatu,
kecuali pada beberapa tempat tertentu terpisah membentuk sinus-
sinus venosus
 Ruang potensial untuk terjadi perdarahan “epidural hematom”

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 89
Meninges
 Arachnoid
 Membran tipis, halus, avaskular
 Membentuk trabekula dalam ruang ruang subarachnoid
 Ruang subarachnoid berisi LCS
 Villus arachnoid
 Menyalurkan cairan LCS ke sinus venosus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 90
Meninges
 Piamater
 Membran halus,
lembut.
 2 lapisan
 Luar: serat kolagen,
pembuluh darah
 Serat retikular dan
elastin halus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 91
Cairan Serebrospinal
 Cerebrospinal fluid (CSF)
 Terdapat di
 Ruang subarachnoid
 Ventrikel otak
 Kanal sentralis medula spinalis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 92
Cairan Serebrospinal
 Dihasilkan oleh
 Pleksus khoroideus
yang terdapat pada
 atap ventrikel III, IV dan
dinding medial ventrikel
lateral
 Paranchyma of the
brain
 Area postrema at the
caudal margin of the 4th
ventricle
 Proses aktif

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 93
Cairan Serebrospinal

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 94
Likuwor serebrospinal
 Aliran likuwor serebrospinal
 Ventrikel lateral ---- ventrikel III ----- aquaeductus
Sylvii---- ventrikel IV ----- foramen Magendie dan
Luschka ----- ruang subarachnoid (melingkupi otak
dan medula spinalis) ------ villus khoroideus -----
sinus venosus (darah)
 CSF akan dikeluarkan ke dalam darah di
sinus venosus via villus khoroideus
 Limbah metabolisma otak akan berdifusi
bebas dari ruang ekstraselular menembus
ependima , masuk ke CSF di ruang ventrikel

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 95
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 96
Likuwor serebrospinal

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 97
Likuwor serebrospinal
 Kandungan CSF
 Air, glukosa, asam-asam amino, mineral, vitamin
(vit B, vit C), asam folat, albumin, globulin
 Fungsi
 Mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk
otak
 Memberi bantalan perlindungan terhadap otak dan
medula spinalis dari benturan
 Dihasilkan dengan kecepatan 500 ml/ hari

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 98
Pleksus khoroideus
 Dibentuk oleh sel-
sel ependima
yang menempel
langsung di
permukaan dalam
lapisan piamater
dan membentuk
lipatan-lipatan
yang menonjol ke
dalam lumen
ventrikel

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 99
Pleksus khoroideus
 Sel-sel ependima
 Pada permukaan apikal sel-sel ependima
terdapat taut sekap (tight junction) yang
akan mencegah lolosnya CSF ke dalam
darah melintasi celah antar sel.
 Di antara sel-sel ependima juga terdapat
taut lekat (adherens junction) dan taut rekah
(gap junction) untuk melekatkan 2 sel yang
berdekatan dan menjaminnya adanya
perlintasan zat-zat antara 2 sel yang
berdekatan.
 Pada sel ependima juga terdapat pompa
natrium untuk masuknya air dan garam-
garam ke dalam LCS.
 Tidak adanya tight junction pada sel-sel
ependim yang melapisi ventrikel –ventrikel
otak dan canalis centralis memungkinkan
terjadinya pembuangan sampah
metabolisma secara langsung dari sel
saraf ke cairan likuor serebrospinal
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 100
Pleksus khoroideus
 Fungsi : menghasilkan
likuwor serebrospinal
 Cara sekresi:
 Difusi yang difasilitasi :
glukosa dan asam-
asam amino
 Transpor aktif: vitamin
B, C dan asam folat

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 101
Villus Subarachnoid
 Penonjolan lapisan arachnoid menembus lapisan
fibrosa duramater
 Cairan yang terdapat diruangan subarachnoid pada
villus subarachnoid dipisahkan dari darah di sinus
venosus hanya oleh selapis tipis arachnoid dan
endotel yang terdapat di atas yang membatasi
sinus venosus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 102
Villus Subarachnoid
 Villus subarachnoid
merupakan jalan untuk
keluarnya cairan serebrospinal
dan berfungsi sebagai katup
 Tergantung pada perbedaan
tekanan pada setiap sisi
dinding villus
 Bila tekanan CSF lebih besar
daripada vena, CSF akan
masuk ke dalam darah ,
sebaliknya bila tekanan vena
lebih besar dari CSF, villus
subarachnoid akan kolap dan
mencegah unsur-unsur darah
masuk kedalam CSF

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 103
Sawar Darah Otak
 Sawar darah otak (blood brain
barrier)
 Komponen pembentuk
 Dinding sel endotel
 Keberadaan taut sekap (tight
atau occluding junction di
antara sel-sel endotel kapiler
darah akan melapisi ruang
antar sel-sel endotel dan
mencegah lewatnya zat-zat
melalui ruang-ruang ini.
 Zat-zat harus melewati
dinding kapiler darah lewat
mekanisme mikropinositosis.
 Lamina basal sel endotel
 Kaki perivaskular astrosit
(end feet astrosit)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 104
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 105
Sawar Darah Otak
Sawar darah otak
 Fungsi:
 Melindungi SSP dari perubahan konsentrasi ion yang terjadi
secara tiba-tiba di cairan ekstrasellular
 Mencegah masuknya molekul-molekul dari sirkulasi ke
dalam LCS yang dapat menggangu fungsi normal neuron di
dalam SSP
 Cara menembus sawar darah otak
 Mikropinositosis, bila zat tersebut mempunyai reseptor pada
dinding endotel yang memungkinkan terjadinya transport
secara mikropinositosis.
 Diffusi yang difasilitasi (facilitated diffusion)
 Glukosa, asam-asam amino, vitamin-vitamin, nukleosida
 Transport aktif
 Ion-ion dan mineral
 Kerugian
 Antibiotik dan obat-obatan tidak dapat masuk kedalam otak

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 107
BLOOD BRAIN BARRIER

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 108
SUSUNAN SARAF TEPI

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 109
SUSUNAN SARAF TEPI
 Susunan Saraf Tepi
 Seratsaraf
 Ganglia
 Selubung mielin
 Selubung Schwann
 Ujung saraf
 Cakram motorik (Motor end plate)
 Gelendong otot (Muscle spindle)

 Badan Vater Paccini (Paccinian corpuscle)

 Badan Meissner (Meissner corpuscle)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 110
Sistem Saraf Perifer
 Komponen motorik serat saraf perifer
 Sistem saraf somatik
 Sistem saraf otonom

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 111
Sistem Saraf Perifer
 Sistem saraf somatik
 Komponen motorik
 Volunter
 Terdiri atas
 Badan sel saraf: multipolar
 Nukleus motorik pada
otak
 Tanduk depan medula
spinalis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 112
Sistem Saraf Perifer
 Sistem Saraf Somatik
 Serat saraf
 Saraf Kranial : III, IV, VI and XII
 Saraf Spinal : 31 pasang
 Efektor
 Otot rangka melalui cakram motorik

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 113
Sistem Saraf Perifer
 Sistem Saraf Otonom
 Komponen motorik
 involunter

 Mengontrol organ dalam tubuh melalui serat


saraf eferen umum (visceral motor) yang
mempersarafi
 Otot polos
 Otot jantung

 kelenjar

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 114
Sistem Saraf Perifer
 Sistem saraf Otonom
 Berhubungan dengan pusta-pusat persarafan yang lebih tinggi di otak
 Berada di bawah kontrol

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 115
Sistem Saraf Perifer
 Sistem Saraf Otonom
 Terdiri atas
 2 badan sel saraf
 Sel saraf Pertama
 Terletak pada SSP

 Aksonnya biasanya bermielin

 Sel saraf kedua


 Terletak pada ganglia otonom

 Aksonnya biasanya tidak bermielin

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 116
Sistem Saraf Perifer
 Serat Saraf
 Serat saraf pra ganglionik
 Bersinaps dengan serat srat post ganglionik

 Serat Saraf Post ganglionik


 Aksonnya keluar dari ganglion untuk mencapai

organ efektor
 Efektor
 (otot polos, otot jantung, kelenjar)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 117
Susunan Saraf Autonom
 Digolongkan dalam susunan saraf tepi (SST)
 Simpatis
 Parasimpatis
 Fungsi: mempertahankan keseimbangan fungsi-
fungsi tubuh (homeostasis)
 Yang diatur
 Sekresi kelenjar
 Kontraksi dan kecepatan denyut otot jantung
 Kontraksi dan kecepatan kontralsi otot polos
 Sistim sirkulasi darah
 Walaupun berfungsi secara otomatis (tak dipengaruhi
kehendak), tetapi tetap dibawah kendali SSP
 Pusat koordinasi antara sistim autonom dengan
sistim persarafan lainnya terdapat di hipotalamus
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 118
Sistim persarafan simpatis
 Serat Preganglion: Th1-L3
 Divisi torakolumbar Susunan
saraf autonom
 Keluar dari medula spinalis
melalui akar depan (radiks
ventral) saraf spinal
 Bersinaps dengan post-
ganglionik di ganglia simpatis
 Serat post-ganglionik menuju ke
organ sasaran

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 119
Sistim persarafan parasimpatis
 Ciri khas
 Serat preganglion
 keluar bersama saraf kranial III, VII, IX dan X
 Saraf sakral 2,3,4
 Divisi kraniosakral SSO
 Serat saraf preganglionik yang berjalan bersama saraf kranial III,
VII, dan IX mempunyai serat postganglionik yang mempersarafi
kelenjar (kelenjar lakrimal, kelenjar liur dsbnya)
 Serat saraf preganglionik yang berjalan bersama saraf kranial X
mempunyai serat postganglionik yang mempersarafi organ-organ
yang terdapat di rongga abdomen dan toraks
 Serat saraf preganglionik yang keluar dari segmen sakral
mempunyai serat postganglionik yang mempersarafi organ-organ
di rongga pelvis: kolon, rektum, vesika urinarius

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 120
Ganglia
 Ganglia : kumpulan neuron yang terdapat diluar SSP
 Nukleus: kumpulan neuron di SSP yang mempunyai
fungsi tertentu
 Macamnya
 Ganglia Kraniospinal
 Ganglia Autonom
 Simpatis
 parasimpatis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 121
Ganglia Kraniospinalis
 Ganglia kranial
 Jenis neuronnya adalah
pseudounipolar
 Satu cabang ke perifer
(reseptor) disebut serat
eferen
 Satu cabang ke otak,
disebut serat aferen
 Perikarion globular, besar
dengan cabang yang
bermielin atau tanpa mielin
 Sel-sel satelit atau sel kapsul
atau amfisit
 Ganglia trigeminal, fasialis
(geniculatum), vestibularis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 122
Ganglia Kraniospinalis
 Ganglia spinal
 Jenis neuronnya pseudounipolar
 Satu cabang ke medula spinalis (serat aferen)
 Satu cabang ke perifer via saraf spinal (serat eferen)
 Perikarion besar dengan cabang yang bermielin atau tanpa mielin.
 Sel-sel sateli atau sel kapsul atau amfisit
 Letaknya di radiks atau akar posterior saraf spinal

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 123
Ganglia Autonom
 Jenisnya
 Simpatis (adrenergik)
 Parasimpatis (kolinergik)
 Karakteristik
 Bersimpai jaringan ikat
 Lebih kecil daripada ganglia kranio-spinal.
 Multipolar
 Mempunyai sel-sel satelit yang jumlahnya lebih sedikit

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 124
Ganglia Simpatis
 Ganglia
 Ganglia paravertebralis
 Anterolateral medula
spinalis
 C1-S2-3
 Bentuk trunkus simpatis
 Ada hubungan trunkus
kanan dan kiri
 Serat postganglion:
sirkulasi darah dan
kelenjar

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 125
Ganglia Simpatis
 Ganglia prevertebra
 Letaknya di daerah anterior kolumna vertebralis
 Pleksus abdominalis
 3 buah ganglia prevertebralis
 Ganglia seliaka (celiac ganglion)
 Ganglia mesenterika superior
 Ganglia mesenterika inferior
 Serat saraf keluar dari medula spinalis melalui
akar atau radiks ventral dan selanjutnya menuju
ganglion prevertebralis melintasi trunkus simpatis
yang dibentuk oleh ganglion paravertebralis

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 126
Ganglia Simpatis
 Ganglia terminalis
 Letaknya paling perifer, dekat dengan organ yang
akan dipersarafi
 Mempersarafi otot polos

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 127
Ganglia Parasimpatis
 Ganglion terletak dekat
dengan organ sasaran
 Tidak tersusun dalam suatu
bentuk rantai, tetapi tersebar
 Ciri khas
 Badan sel saraf membentuk
kelompokan yang tersebar
dikelilingi oleh jaringan ikat
 Di sekeliling sel-sel ganglion
terdapat sel-sel satelit
 Ganglia siliaris, genikulata,
submandibula, otik,
pterigopalatina, ganglia
Meissner dan Aurbach,
ganglia vesikalis.

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 128
SELUBUNG SERAT SARAF

 Berdasarkan ada/ tidaknya selubung mielin, serat saraf


(akson) di SSP dan SST terbagi menjadi 2
 Serat saraf bermielin (myelinated nerve)
 SSP: dibentuk oleh sel oligodendroglia
 1 sel oligodendroglia membentuk selubung mielin untuk beberapa serat
saraf
 SST: dibentuk oleh sel Schwann
 1 sel Schwann membentuk hanya 1 selubung mielin
 Serat saraf tak bermielin (unmiyelinated nerve)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 129
Selubung serat saraf (akson)

 Seluruh serat saraf (akson) di SST akan diselubungi di


bagian luar oleh selubung sel Schwann
 Pada serat saraf bermielin
 1 sel Schwann menyelubungi 1 serat saraf
 Pada serat saraf tak bermielin
 1 sel Schwann menyelubungi beberapa serat saraf

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 130
Selubung Mielin
 Lapisan
 Melingkari akson
 Tersusun secara konsentris
 Dibentuk oleh lipid dan
neurokeratin
 MC
 Silinder yang terputus-putus
 Celah antar selubung mielin
(nodus atau pinggetan Ranvier)
 Pada pulasan perak nodus
Ranvier akan terisi oleh endapan
perak dikenal sebagai palang
Ranvier
 ME
 Lapisan konsentris membran plasma
sel Schwan atau oligodendroglia

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 131
Selubung Mielin
 Terjadi invaginasi serat saraf ke dalam
sitoplasma sel Schwann
 Kedua ujung sitoplasma sel Schwann
menyatu dan membungkus serat saraf .
Tempat penyatuan awal di sebut
mesaxon interna
 Mesaxon kemudian meluas ke arah
dalam, membentuk lapisan-lapisan /
lamel-lamel
 Sitoplasma kemudian menghilang dan
sisi dalam membran sitoplasma
menyatu…. garis perioda
 Membran ekstrasellular kemudian
mendekat tetapi tidak menyatu ……
garis intrerperioda
 Tempat penyatuan akhir sitoplasma sel
Schwann …. Mesaxon eksterna

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 132
Selubung mielin
 Pada saat penyatuan ke dua
sisi dalam membran
sitoplasma sel Schwann,
terdapat kegagalan di
beberapa tempat sehingga
meninggalkan sejumlah kecil
sitoplasma yang terjerat dalam
selubung mielin…… celah atau
insisura Schmidt-lanterman
 Fiksasi osmium tetraoksida
bisa terlihat celah Schmidt
Lanterman

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 133
Selubung Mielin
 Di SSP
 Proses pembentukan serupa
 1 sel oligodendroglia membentuk
selubung mielin untuk beberapa
serat saraf
 Fungsi selubung Mielin
 Sebagai insulator
 Arus listrik meloncat dari nodus
Ranvier yang satu ke yang lain
secara cepat (Saltatory
conduction)
 Kecepatan rambat listrik lebih
cepat dibanding serat tak
bermielin

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 134
Serat saraf tak bermielin
 Di SST serat saraf tak
bermielin diselubungi oleh
selubung sel Schwann,
sedangkan di SSP tak ada
selubung
 1 sel Schwann membentuk
selubung Schwann untuk
beberapa serat saraf tak
bermielin

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 135
Selubung Schwann
 Membungkus seluruh serat saraf tepi
bermielin atau tanpa mielin
 Disebut neurilema, tersusun dari
sitoplasma sel schwann
 Pada pinggetan Ranvier akson hanya
diselubungi oleh juluran-juluran sel
Schwann yang terpisah oleh suatu
celah atau gap
 Sel Schwann
 Sel dengan init gepeng
 Mitokondria, mikrotubulus,
mikrofilamen, endoplasmik retikulum,
kompleks Golgi

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 136
Pembungkus serat saraf tepi
 Selain diselubungi oleh
selubung mielin dan
selubung Schwann, serat
saraf tepi juga dibungkus
oleh jaringan ikat
 3 lapisan
 Endoneurium
 Membungkus satu serat saraf
 Serat kolagen dan retikulin
halus serta sel fibroblas
 Berhubungan dengan
selubung Schwann

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 137
Pembungkus serat saraf Tepi
 Perineurium
 Membungkus satu berkas
serat saraf (fasikulus) yang
terdiri atas beberapa serat
saraf
 Serat-serat kolagen dan sel-sel
fibroblas
 Epineurium
 Membungkus satu bundel
serat saraf (bundles of nerve
fibers) yang terdiri atas
beberapa fasikulus

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 138
Ujung Saraf (Nerve Ending)
 3 kelompok ujung saraf
 Pada otot skeletal
 Cakram motorik (motor end plate)…. Motorik (efektor)
 Gelendong otot (muscle spindle) …. Sensorik (aferen)
 Pada Epitel
 Ujung akhir saraf bebas
 Pada jaringan
 Badan Vater Paccini, Badan Meissner dll

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 139
Cakram Motorik (motor end plate)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 140
Badan Meissner dan Vater Paccini

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 141
Gelendong Otot (muscle spindle)

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 142
REGENERASI
JARINGAN SARAF

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 143
Regeneration in the nervous
tissue
 Regeneration in the peripheral nerve
tissue
 Regeneration in the central nervous
tissue

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 144
Regeneration in the peripheral
nerve
 When a peripheral nerve fiber is
injured/transected
 Initiate a series of structural and metabolic
events
 Axon reaction
 Repair the damage
 Regenerate the process
 Restore the function

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 145
Regeneration in the peripheral nerve
 Reaction to the
trauma is
characteristically
localized
 Local changes
 Anterograde changes
 Retrograde changes

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 146
Regeneration in the peripheral nerve
 Local reaction
 At the site of damage
 Severed ends retract away
from each other
 Cut membrane of each
stump fuses
 Cover the opened damage
ends
 Preventing loss of
axoplasm
 Accumulation of material
delivered by axoplasmic
flow
 Invasion of macrophage to
the damage area and
phagocytose the debris

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 147
Regeneration in the peripheral nerve
 Anterograde reaction
 Distal to the site of damage
 Hypertrophy and degeneration of
axon terminal within 1 week
 Contact with the postsynaptic
membrane is terminated
 Proliferation of Schwann cells
 Phagocytose the remnants of the
axon terminal and myelin sheath
 Occupy the synaptic space
 The connective tissue covering of
the nerve is unaltered
 Also called as Wallerian
degeneration

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 148
Regeneration in the peripheral nerve
 Retrograde reaction
 proximal to the site of damage
 Hypertrophy of perikaryon of
the damage neuron
 Also called as chromatolysis
reaction
 Last several month
 Actively produce ribosome and
various macromolecules
 Nissl bodies disperse
 Nucleus displace

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 149
Regeneration in the peripheral nerve
 Retrograde reaction
 proximal to the site of damage
 Degeneration of the proximal
axon stump and surrounding
myelin sheath
 Several sprouts of axon emerge
from the proximal axon stump
 Enter the connective tissue
sheath guided by Schwann cells
to the target cell
 The sprout reaches the target
cell fist forms a synapse
whereas the other sprouts
degenerate

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 150
Regeneration in the peripheral nerve
 Neuroma
 A swelling in the terminal of
nerve fiber at the site of
damage
 When there is an extensive
gap between the distal and
proximal segments
 when the distal segment
disappears altogether ( as
in the case of amputation
of a limb)
 Formed by the newly
grown nerve fibers
 can be the source of
spontaneous pain

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 151
Regeneration in the peripheral nerve

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 152
Regeneration in the peripheral nerve

 Transneuronal
degeneration
 Degeneration of the
cell or tissue due to
the defect/ injury
occurred in its
neuronal cell or its
nerve fiber

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 153
Regeneration in the peripheral nerve
 Several
factors influenced the
regeneration of nerve fiber
 The distance between proximal and distal
stumps of axon
 Infection

 Scar tissue

 Nutrition

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 154
Regeneration in the central nervous
tissue
 Damage in the central nervous tissue is
permanent
 The neuronal cells have no capacity to proliferate
 The connective tissue is absent in the CNS
 Reaction of Glial scar
 Injured cells within the CNS are phagocytosed by
microglia
 The liberated space is occupied by proliferation of glial
cells which forms a cell mass called glial scars

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 155
Regeneration in the nervous
tissue
 In contrast to the nerve cells, neuroglia of the
central nervous system and Schwann cell and
ganglionic satellite cells of the peripheral
nervous system are able to divide by mitosis
 The space in the central nervous system left
by nerve cells lost by injury or disease are
invaded by neuroglia

Aspek Histologi Dalam


Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 156
Aspek Histologi Dalam
Wednesday, Septem Neurosains/AAJ/Histologi 157

Anda mungkin juga menyukai