PEMBAHASAN
assessment. Indepth assessment ini dilakukan kepada 2 keluarga fakir miskin dari
10 keluarga fakir miskin yang sudah dilakukan rapid assessment. Dasar pemilihan
2 keluarga fakir miskin ini adalah didasarkan dari keunikan dan kerumitan
permasalahan keluarga fakir miskin juga menjadi dasar pemilihan keluarga fakir
keluarga. Maka dari itu praktikan melakukan asesmen keluarga kepada target
sasaran asesmen yang sudah dipilih oleh praktikan. Dan Identitas PMKS Fakir
Nama : AeS
Usia : 25 tahun
117
118
Penghasilan : Rp 1.250.000,00
Nama : DP
Usia : 24 tahun
Jumlah Tanggungan : -
Dekorasi
Nama : RR
Usia : 21 tahun
Jumlah Tanggungan : -
Nama : MR
Usia : 15 tahun
Jumlah Tanggungan : -
Penghasilan :-
observasi terhadap identitas yang sudah didapat diatas. Berdasarkan penuturan AeS,
tersebut tidaklah tetap, terkadang lebih atau bahkan kurang dari jumlah tersebut.
Kondisi kehidupan keluarga keluarga fakir miskin AeS ini juga mengalami
naik dan turun. Kejadian tertentu membuat kondisi kehidupan keluarga keluarga
fakir miskin ini baik, tetapi ada kondisi lain juga yang menyebabkan kondisi
kehidupan memburuk. Riwayat Permasalahan Keluarga fakir miskin ini digali oleh
mencoba menggali apa permasalahan yang dialami oleh keluarga fakir miskin,
PMKS fakir miskin AeS berhenti untuk sekolah ketika Lulus SD. Hal ini dinilai
buruk oleh keluarga dikarenakan mereka sudah paham akibat dari putus sekolah
akan sulit mendapat pekerjaan. Hal ini terjadi dikarenakan kondisi ekonomi
keluarga yang buruk pada saat itu. Hal ini menyebabkan AeS untuk mengalah dan
memutuskan untuk berhenti sekolah. Namun AeS tidak mau hanya diam di rumah,
AeS pada saat ini menjadi karang taruna dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada.
Selain itu, AeS juga mencoba untuk mencari pekerjaan di wilayah Kelurahan Suka
Asih.
fakir miskin meninggal Dunia. Hal ini menyebabkan depresi anak bungsu keluarga
tersebut yaitu MR. Depresinya tersebut berdampak kepada sifat malas yang mulai
tampak, hal tersebut dinilai dikarenakan MR mulai tidak bersekolah yang akhirnya
yang putus sekolah. Selain itu, PMKS keluarga fakir miskin AeS pun harus pindah
ke rumah yang lebih kecil dimana rumah tersebut sangat tidak layak, ukurannya
yang hanya 3meter kali 3meter dengan bentuk letter “L” dikarenakan ada sumur di
sudut rumah tersebut. Kondisi rumah ini terbilang sangat tidak layak, tembok rumah
AeS ini terlihat kusam dan sudah berlumut, Sedangkan lantai dari rumah ini terbuat
dari semen dan dalam keadaan yang sudah rusak. Kondisi ini memperlihatkan
Ketika mulai menginjak usia 20 tahun AeS mendapatkan pekerjaan yang tetap.
AeS menjadi satpam di salah satu tempat karaoke di Kelurahan Suka Asih. Hal ini
dikarenakan AeS berusaha menjaring relasi dengan banyak orang untuk mencari
kemiskinan keluarganya. Hal ini terbukti karena AeS sudah menjadi penyumbang
Kondisi ekonomi keluarga membaik membuat keluarga ini berada pada puncak
kondisi yang baik. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang cukup yang berasal
dari bapak S yang bekerja sebagai supir angkutan kota (angkot) - yang saat itu masih
ramai dan belum memiliki saingan. Selain itu, AeS juga menyumbang pendapatan
dari pekerjaannya sebagai satpam di karaoke. Kondisi ekonomi yang baik ini
memberikan dampak yang baik pada keluarga. Hal tersebut berdampak pada DP
yang berhasil menamatkan sekolahnya sampai tingkat SMA. Hal ini menjadi
potensi tersendiri bagi keluarga dalam hal anggota keluarga yang memiliki potensi
Namun kondisi yang baik itu tidak bertahan lama. 2 tahun semenjak kelulusan
terkena tekanan darah tinggi. Satu tahun kemudian, Bapak S meninggal dunia. Hal
ini dikarenakan kebiasaan dari Bapak S yang tidak dapat menjaga kebiasaan
miskin sulit mendapat akses kesehatan, akses yang didapat hanyalah puskesmas,
122
sedangkan puskesmas tidak dapat menangani penyakit yang berat. Namun, hal
tersebut tertolong dengan bantuan KIS yang ada sehingga keluarga AeS dapat
mengakses pelayanan ke rumah sakit, walau hal tersebut tidak menolong dan Bapak
AeS ini sudah tidak mendapatkan bantuan lagi, bantuan tersebut dicabut terbukti
memiliki lagi kepala keluarga. Maka dari itu, AeS sebagai anak sulung mengambil
peran menjadi kepala keluarga, sehingga AeS mencoba berbagai upaya untuk
Kelurahan, Pegawai catering, dan menjual pakaian atau sepatu. Namun hal tersebut
tidak merubah banyak keadaan. AeS pun merasakan perbedaan yang sangat besar
penggunaan pendapatan tersebut selalu habis untuk membayar hutang, hal ini
kedua yaitu RR menggantikan Bapak S menjadi supir angkutan kota (angkot) dan
Transportasi umum saat ini sudah memiliki saingan yang sangat besar sehingga
123
pendapatan yang didapatkan tidak dapat sebesar Bapak S dulu, belum lagi ada sifat
Naik turunya kondisi yang dialami oleh keluarga fakir miskin AeS telah
dianalisis oleh praktikan. Hal tersebut dijelaskan dalam social life road map yang
menjelaskan kondisi yang dianggap baik dan buruk oleh keluarga fakir miskin AeS.
Gambar 4.1. Social Life Road Map Keluarga Fakir Miskin AeS
Kegigihan yang kuat dari AeS dan DP dalam mencari upaya untuk keluar dari
permasalahan kemiskinan ini menjadi potensi juga bagi keluarga AeS. Dikarenakan
dari kegigihan tersebut berarti ada kemauan dan upaya yang kuat dari keluarga
untuk keluar dari kondisi kemiskinan. Namun, dilain hal ada masalah yang ada di
keluarga yang ada di sebagian anggota keluarga yaitu sifat malas, yang akan
Selain upaya, ada pula bantuan yang datang dari keluarga almarhum S.
meninggal. Kakak dan adik dari almarhum S yaitu Ya, Yi, dan M memberikan
tersebut tidak datang setiap saat melainkan, hanya setahun sekali yaitu ketika
lebaran. Selain itu, bantuan untuk mengurus datang dari kakak almarhum Bapak S
yaitu Ya. MR akan dibawa ke Subang untuk diurus oleh keluarga Ya sehingga
tanggungan yang dimiliki oleh AeS mulai dari saat ini adalah 3 orang.
kebutuhan akan rumah seperti yang sudah dijelaskan, tetapi juga pemenuhan
celana yang dapat digunakan, di luar seragam GOBERnya. Selain itu, pemenuhan
kebutuhan pangan pun sangat sulit, bahkan untuk membeli beras pun terkadang
harus berhutang kepada penjual beras. AeS ini tidak mendapatkan bantuan program
sendiri.
melakukan analisis terhadap anggota keluarga yang memiliki peran dan hubungan
Keberfungsian sosial suatu individua tau keluarga dilihat dari beberapa aspek.
miskin AeS, praktikan melihatnya dari aspek biologis, psikologis, sosial dan
1. Keberfungsian Biologis/Fisik
Semua anggota keluarga keluarga fakir miskin memiliki ciri fisik tinggi dan
besar. Hal ini menyebabkan keluarga keluarga fakir miskin dinilai sebagai orang
mampu karena perawakannya. Hal ini juga diketahui dari pernyataan keluarga fakir
miskin AeS bahwa dirinya yang berbadan besar tersebut selalu dinilai oleh orang
yang belum kenal dengan dirinya bahwa dirinya sebagai orang mampu. Tetapi,
126
praktikan menilai bahwa kondisi ini menjadi sebuah potensi. Kondisi fisik yang
tinggi dan besar menjadi potensi untuk dapat memiliki etos kerja yang baik.
berarti. Hal ini dinyatakan keluarga fakir miskin AeS melalui wawancara dengan
pernyataan bahwa anggota keluarga jarang sakit, jikapun sakit hanya akan membeli
obat yang ada di warung. Namun, berdasarkan analisis praktikan terhadap penyakit
terjangkit penyakit darah tinggi atau Hipertensi. Maka dari itu diperlukan jaminan
2. Keberfungsian Psikologis
proses wawancara. Salah satu permasalah psikologis yang ada adalah malas. Hal
ini teridentifikasi pada keluarga fakir miskin AeS, RR, dan MR. Keluarga fakir
miskin AeS diketahui memiliki permaslahan malas, hal ini diketahui berdasarkan
observasi dan terlihat AeS selalu tidur jika sedang tidak dalam waktu bekerja.
wawancara terhadap AeS bahwa RR terkadang tidak bekerja dan hanya diam atau
tidur di rumahnya. Selain itu, permasalahan malas ini juga teridentifikasi pada diri
MR. hal ini teridentifikasi oleh praktikan melalui observasi dan wawancara
terhadap AeS. MR yang seharusnya masih pada usia sekolah, tetapi tidak sekolah,
selain itu keseharian MR pun hanya berdiam diri di rumah dan tidur tanpa ada hal
pada salah satu anggota keluarga keluarga fakir miskin MR. Keluarga fakir miskin
berhenti sekolah.
terjadi pada keluarga AeS. Sehingga AeS tergolong sebagai fakir miskin. Maka dari
itu, perlu dicarikan solusi terhadap permasalahan malas dan depresi pada keluarga
3. Keberfungsian Sosial
Kondisi sosial keluarga keluarga fakir miskin cukup baik dengan masyarakat
di sekitar tempat tinggal keluarga AeS. Hal ini terlihat dimana rumah AeS menjadi
tempat berkumpul anak muda untuk menonton bersama dan bermain (seperti
bermain gitar dan bernyanyi). Selain itu, keakraban keluarga fakir miskin AeS
teridentifikasi dari keluarga fakir miskin AeS yang sering menyapa dan disapa oleh
tersebut dikarenakan keluarga AeS masih tergolong pada usia yang sama, maka
dapat dikatakan bahwa mereka adalah teman sebayanya. Rumah keluarga fakir
miskin ini menjadi tempat berkumpul pemuda-pemuda tersebut, baik pagi, siang
AeS sebagai catering, dan pekerjaan RR sebagai pekerja dekorasi didapat dari relasi
dengan pemuda ini. Maka dari itu, relasi ini merupakan potensi yang dimiliki
keseluruhan tidak memiliki masalah. Keluarga AeS terlihat cukup akrab dengan
warga dari terlihatnya diantara mereka sering saling sapa dan saling bertanya jika
bertemu. Namun, relasi ini tidak bisa dijadikan sebuah potensi tetapi tidak juga
sesama GOBER. Relasi keluarga AeS dengan GOBER lainnya ada kerenggangan,
kerenggangan itu terjadi dikarenakan sebagian besar GOBER ada yang menilai
bahwa AeS bukan dari keluarga yang tidak mampu hanya dari fisik keluarga fakir
miskin yang tinggi dan besar. Hal tersebut tidak disukai oleh keluarga fakir miskin,
Relasi Keluarga AeS dengan Keluarga Bapak Karno terjalin dengan baik. Hal
ini terlihat dari observasi praktikan ketika melakukan kunjungan ke rumah keluarga
AeS. Relasi ini terjalin untuk saling membantu antar sesama keluarganya. Bantuan
bantuan oleh keluarga AeS terhadap Keluarga Bapak Karno adalah berupa bantuan
makanan untuk anak bungsu Bapak Karno. Hal ini diutarakan baik oleh keluarga
Relasi dengan pihak kelurahan pun ikut timbul dengan bekerjanya keluarga
fakir miskin AeS sebagai GOBER Kelurahan. Pada awalnya hubungan yang terjadi
cukup baik antara pihak kelurahan dengan Keluarga AeS. Namun, semenjak
menjadi GOBER yang terjadi ma,ah membuat relasi tersebutmenjadi renggang. Hal
tersebut terjadi dikarenakan Keluarga AeS menilai pihak kelurahan tidak pernah
memahami pekerja dengan sering menahan upah mereka sebagai GOBER padahal
uang tersebut sudah ada, hal itu tidak disukai oleh Keluarga fakir miskin AeS
Kelurahan. Hal ini berarti, pihak kelurahan memiliki kontribusi dalam menghambat
Selain itu, kondisi keluarga fakir miskin AeS berada di lingkungan dengan
kondisi yang sama dengan dirinya. Tetangga-tetangga dari keluarga fakir miskin
AeS juga termasuk keluarga Fakir Miskin. Kondisi mereka tidak jauh berbeda. Hal
ini juga sama terjadi di wilayah RW lain dimana tempat tinggal fakir miskin yang
selalu terkumpul pada titik tertentu. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada kondisi
budaya, karena tidak ada budaya percontohan dari kondisi yang lebih baik sehingga
Maka dari itu, dalam analisis keberfungsian sosial klien ini, digunakan ecomap.
disekitarnya.
130
4. Keberfungsian Spiritual
Pihak keluarga Aes terutama AeS memiliki sudut pandang agama mengenai
permasalahan yang dialaminya ini. AeS memahami bahwa rezeki sudah diatur
Allah SWT dan Allah memberikan rezeki tersebut sesuai kadar dari perjuangan dan
kerja keras yang sudah dilakukannya. Praktikan menilai pemahaman yang benar
Kesimpulan tersebut diambil dari keluarga fakir miskin AeS yang sangat yakin dan
pekerjaan yang dilakukannya saat ini seperti menjual sepatu dan baju anak sebagai
Keluarga fakir miskin S memiliki pendapatan yang tidak tetap. Dalam jumlah
dirasa keluarga keluarga fakir miskin AeS kurang. Keluarga fakir miskin AeS selalu
merasa “tercekik” ketika tanggal mendekati akhir bulan. Menurut penuturan AeS
keluarga keluarga fakir miskin hanya dapat pasrah terhadap keadaan yang
menimpanya tersebut. Ini menandakan bahwa pendapatan keluarga Aes tidak dapat
Pendapatan yang dirasa tidak cukup oleh keluarga fakir miskin AeS untuk
untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Keluarga keluarga fakir miskin ini makan
dengan kuantitas yang tidak tentu dalam sehari, yaitu 2 kali sehari atau bahkan
sekali sehari. Lauk yang dikonsumsi biasanya didapat dengan cara membeli,
jikapun memasak, keluarga keluarga fakir miskin hanya akan memasak mie instan
atau telur dadar saja. Makanan yang dikonsumsi ini sangat sederhana ini pun
132
bahkan tidak dapat dipenuhi dalam satu bulan penuh. Sehingga hanya untuk sekedar
membeli beras pun terkadang harus berhutang. Sehingga ketika tidak ada bahan
makanan anggota keluarga harus menahan dan pasrah jika pendapatan tersebut
pemerintah
kesehatan di rumah sakit tanpa bantuan dari pemerintah. Hal ini dibuktikan saat
meninggalnya ayah dari Aes ini. ketika sakit keras ayah AeS ini dilarikan ke
puskesmas, dan baru dirujuk ke rumah sakit dengan bantuan dari BPJS. Tanpa
bantuan tersebut keluarga keluarga fakir miskin hanya dapat mengakses pelayanan
kesehatan di rumah sakit saja. Atau bahkan ketika harus mengkonsumsi obat,
keluarga AeS hanya akan membeli obat generic di warung atau apotek yang
terjangkau.
Pakaian keluarga keluarga fakir miskin sangat terbatas. Hal ini terbukti
untuk di rumah. Berkaitan dengan ini, dapat diambil kesimpulan bahwa daya beli
keluarga keluarga fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sandang atau pakaian
sangatlah minim.
Menurut keluarga fakir miskin AeS, tingkat pendidikan sebagian besar anggota
keluarga hanya sampai tingkat SMP. Adik ke-2 dari keluarga fakir miskin saja yang
133
sampai ke jenjang SMA, dia pun berhenti ketika ayahnya meninggal dunia.
Begitupula adik bungsunya yang berhenti sekolah semenjak ibunya meninggal. Hal
ini terjadi karena sulitnya untuk membayar biaya pendidikan, terlebih ketika pada
masa ujian. Ketika ayah meninggal maka pendapatan keluarga berkurang sehingga
Kondisi rumah keluarga AeS dirasa sangat tidak layak. Ukuran rumah tersebut
juga dinilai tidak manusiawi. Rumah tersebut berbentuk letter “L” dengan panjang
3 meter dan lebar 3 meter. Rumah tersebut berbentuk letter L dikarenakan terdapat
sumur umum di salah satu sudut rumah tersebut. Kondisi ini dinilai tidak manusiawi
untuk 4 anggota keluarga. Sedangkan untuk standar minimal adalah 8 meter pesegi
untuk setiap orangnya. Kepemilikan rumah tersebut bukan atas nama keluarga
AeS. Keluarga keluarga fakir miskin hanya menyewa rumah tersebut dengan biaya
Rp300.000 per bulannya. Kondisi rumah tersebut cukup buruk Dinding rumah
tersebut terbuat dari semen yang lembab dan berlumut. Bahkan, salah satu sisi dari
rumah tersebut terbuat dari kayu triplek. Sedangkan, kondisi lantai rumah tersebut
terbuat dari semen yang kondisinya pun sudah buruk, lantai semen tersebut lembab
dan pecah-pecah sehingga untuk beberapa bagian yang digunakan untuk tidur
ditutupi oleh tikar. Selain itu, keluarga AeS tidak memiliki akses sumber air dan
Rantai sebab dan akibat akan selalu ada dalam dimensi apapun, begitu juga
menyebabkan kondisi atau peristiwa tertentu. Hal ini pun terjadi pada keluarga fakir
Tiga dari empat orang anggota keluarga fakir miskin AeS memiliki tingkat
Pendidikan yang rendah. AeS selaku kepala keluarga hanya menempuh pendidikan
sampai ke tingkat SD. Berbeda dengan DP yang berhasil lulus dan memiliki ijazah
SMA. Hal ini menjadi potensi untuk keluarga AeS, dikarenakan dapat bekerja di
miskin AeS. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara dan observasi yang
dilakukan terhadap keluarga fakir miskin AeS. MR yang ada dalam usia sekolah
dilakukan setiap harinya melainkan hanya berdiam diri dan berkumpul dengan
untuk bekerja. selain MR, kemalasan teridentifikasi pada RR. Hal ini terlihat
Hal ini tentunya sangat berhubungan dengan etos kerja, etos kerja yang buruk akan
keluarga kehilangan sumber pendapatan utamanya. Hal ini dialami oleh keluarga
fakir miskin AeS dimana tahun 2018 Bapak S meninggal dunia dikarenakan sakit.
Dampak dari meninggalnya Bapak S terasa kepada keluarga AeS dengan jatuhnya
Kepala Keluarga Fakir Miskin AeS yang bekerja sebagai GOBER kelurahan
yang ada diantara AeS dan pihak pemerintah kelurahan tidak cukup baik
kelurahan sering menahan upah dari para GOBER Kelurahan padahal uang atau
upah tersebut sudah ada di tangan pihak pemerintah kelurahan. Selain itu, upah AeS
dimilikinya. Hal ini tentunya akan sangat berdampak pada kondisi Keluarga Fakir
Miskin AeS.
136
Keluarga Fakir Miskin AeS ini bertempat tinggal di Jl. Peta Gg, Lingkar I
05/02. Keluarga fakir miskin AeS ini bertempat tinggal di dalam gang, yang
AeS berada di lingkungan yang kumuh dengan semua termasuk fakir miskin. Hal
ini akan mempengaruhi etos kerja dari setiap anggota keluarga Fakir Miskin. Etos
kerja keluarga AeS akan sama dengan yang lainnya yang cenderung menjadi malas.
Selain itu, hal tersebut akan berpengaruh terhadap relasi yang terbentuk dengan
keluarga fakir miskin AeS. Sehingga akan berdampak terhadap perolehan informasi
penyebab tentunya akan berdampak juga pada kondisi Keluarga Fakir Miskin AeS.
Dampak yang disebabkan cukup beragam dan hal tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Putus Sekolah
pendapatannya untuk membeli beras, telur dan mie instan. Selain itu, Keluarga
Fakir Miskin AeS juga menggunakan pendapatannya untuk membayar biaya sewa
kebutuhan keluarga AeS dalam satu bulan. Tekanan ekonomi inilah yang
menjadikan AeS, RR, dan MR berhenti dari sekolahnya. Keluarga dinilai tidak
137
sanggup untuk pemenuhan biaya yang harus dibayarkan ketika pendaftara, biaya
Dalam satu bulan, kebutuha pangan pun terkadang tidak terpenuhi. Hal ini
berdampak pada Keluarga AeS, sehingga memaksa AeS untuk masuk ke dalam
sistem ekonomi yang merugikan yaitu berhutang. AeS masih harus memenuhi
kebutuhan dasar terutama kebutuhan pangan. Sehingga tetap harus membeli beras
dengan cara berhutang. Hal tersebut akan merugikan keluarga AeS, karena
pendapatan yang didapatkan oleh Keluarga AeS akan digunakkan untuk membayar
hutang tersebut.
Keluarga AeS adalah kemiskinan. Hal ini didasarkan kepada relevannya teori yang
Keluarga Fakir Miskin AeS. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan memiliki
ciri-ciri dalam hal: 1) Luas lantai rumah; 2) Jenis lantai rumah; 3) Jenis dinding
rumah; 3) Fasilitas tempat buang air besar; 4) Sumber air minum; 5) Penerangan
yang digunakan; 6) Bahan bakar yang digunakan; 8) Frekuensi makan dalam sehari;
rumah tangga; 13) Pendidikan kepala rumah tangga; dan 14) Kepemilikan aset.
138
Keluarga Fakir Miskin AeS dalam hal 14 kriteria kemiskinan mengalami hal buruk
dari semua bidang. Hal ini sangat menjelaskan bahwa permasalahan yang dialami
Fakir Miskin yaitu asesmen keluarga, dan identitas anggota keluarga sebagai
Nama :K
Usia : 65 tahun
Nama : SR
Usia : 18 tahun
Jumlah Tanggungan : -
Nama : MR
Usia : 8 tahun
Jumlah Tanggungan : -
Pekerjaan :-
Penghasilan :-
pendapatan beliau tidak pasti, dan K pun tidak memikirkan pendapatannya selama
kebutuhan MR terpenuhi. Dan pemenuhan tersebut banyak dibantu oleh anak dari
Setelah Fakir Miskin K lulus dari tingkat Sekolah Dasar, beliau dari Surabaya
pekerjaan sebagai pegawai pabrik yang dimiliki oleh pengusaha tionghoa. K ini
mau dibayar dengan upah berapapun, dan beliau bekerja denga tekun dan jujur
sehinggka karir K ini terus meningkat sampai ke tahap fakir miskin K menjadi
dengan baik. Hal ini yang menyebabkan K enggan untuk dinikahkan dengan anak
dari pemilik usaha tersebut. K menganggap bahwa dirinya yang menganut islam
akan bertolak belakang dengan anak dari pengusaha yang menganut agama Kristen.
kerupuk. Fakir miskin K berusaha untuk mencari pekerjaan dan rela dengan dibayar
berapapun. Relasi yang baik dengan temannya tersebut menjadikan K bekerja untuk
mengawasi pekerja lain dengan upah sebesar Rp 1.000.000,00 dan biaya makan.
Upah tersebut cukup besar di tahun tersebut sehingga ini merupakan masa mampu
fakir miskin K.
Hal ini tidak bertahan lama, Fakir Miskin K ini mengundurkan diri lagi dan
mencoba mencari pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan tidak nyaman dengan tempat
pegawai toko sepatu milik Pak Danial, dia bekerja di bagian pembungkusan barang.
Dalam pekerjaan ini juga, mendapatkan upah yang cukup, upah tersebut tidak pasti
usaha sepatu tersebut surut, pesaing bermunculan dan pemesan atau pembeli mulai
142
sepi, sehingga pekerjaan K pun menjadi sangat sedikit. K pun merasa sia-sia dengan
sedikit pekerjaannya, selain itu, K merasa pesaing semakin banyak sehingga sudah
miskin K mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut pada tahun 2001 tetapi ingin
fokus untuk mengurus masjid di samping daerah tersebut, mengundurkan diri dari
Ketika mengundurkan diri dari usaha sepatu, fakir miskin K bekerja untuk
menjual minuman. Dan pada tahun yang sama fakir miskin K menikah dengan S
dan memiliki 7 orang anak. Lalu, beberapa saat setelah itu muncul penjual minuman
yang lain sebagai pesaing fakir miskin K. Hal tersebut membuat K berhenti dari
menjual minuman. Hal ini menandakan informan K memiliki mental yang lemah
dalam bersaing dengan pekerja-pekerja lain. Dan kondisi ini berdampak pada
informan yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena banyaknya saingan dalam
pekerjaan tersebut.
Kondisi kini fakir miskin K, cukup. K bertempat tinggal di rumah yang kumuh
dengan ukuran 3meter kali 4meter persegi. Kondisi dinding rumah K sangat lembab
dan sudah berlumut, lantai dari rumah terbuat dari semen dan sudah rusak sehingga
ditutupi oleh tikar tipis. Tidak ada toilet untuk tempat buang air, dan untuk mandi,
sumber air dan listrik berasal dari masjid Manbaul Khoirot yang fakir miskin K
urus. Selain itu mereka tidur diatas tikar karena tidak memiliki kasur. Rumah yang
Keluarga K tempati tersebut bukan rumah milik sendiri, melainkan rumah sewa
atau kontrak. Biaya kontrak dalam satu bulan yaitu sebanyak Rp. 300.000,00.
143
Beliau tinggal bersama 3 dari 7 anaknya, hal itu dikarenakan 4 anak fakir miskin K
Keluarga K memiliki ikatan yang kuat walau sudah memiliki keluarga masing-
masing. Rumah dari fakir miskin K selalu menjadi tempat berkumpul keluarga pada
menikah sedangkan sisanya belum menikah, 6 sudah memiliki pekerjaan dan anak
bungsu masih dalam usia sekolah dasar. Anak pertama fakir miskin K adalah
seorang laki-laki, HM sudah menikah dan memiliki keluarga, kondisi mereka tidak
lebih baik dari keluarga fakir miskin K. berbeda dengan anak kedua keluarga K
yaitu Yi, keluarga ini dalam kondisi yang berkecukupan sehingga Yi selalu
membantu keluarga K dan keluarga adik-adiknya yang lain. Anak ketiga, yaitu Ya
belum baik bahkan bersama dengan fakir miskin K biasanya saling membantu jika
memiliki pendapatan lebih. Anak ke empat yaitu D, seorang laki-laki yang juga
perempuan yang sudah menikah dan memiliki keluarga, ssama halnya dengan D,
adalah seorang laki-laki, sudah bekerja namun belum menikah. SR ini sudah
masih sekolah. Namun sempat berhenti karena tidak memiliki biaya. MR akan
Fakir miskin K ini masih memiliki orang tua, yaitu Ibu SA di Surabaya.
mengetahui bagaimana keadaan ibunya sama sekali. Karena fakir miskin K sudah
menginjak lanjut usia dengan usia 65 tahun, Ibu SA sudah menginjak usia 106
tahun.
Kondisi keluarga K yang erat dan saling membantu ini dapat dianalisis dengan
bagaimana diagram keluarga fakir miskin K ini, hal itu dijelaskan sebagai berikut.
145
Naik turunnya kehidupan fakir miskin K dapat menjadi faktor bahwa K masuk
ke dalam keluarga fakir miskin. Dalam hal ini, praktikan menggambarkan jalan
kehidupan fakir miskin K dengan tools social life road map. Gambaran kehidupan
Fakir Miskin K sudah menginjak usia 65 tahun. Hal ini menandakan bahwa K
sudah memasuki periode lanjut usia dimana fungsi tubuh semuanya melemah. Fakir
miskin K pun menyatakan hal tersebut ketika dalam wawancara. Kondisi fisik yang
menurun ini berdampak pada K yang sulit untuk melakukan pekerjaan yang berat.
fakir miskin K masih sanggup mengangkat gallon air yang berisi air penuh selain
itu fakir miskin K masih dapat berjalan dari rumah ke masjid di Cibaduyut yang
berkisar sekitar 3 Km. Ini menandakan bahwa K sebenarnya masih kuat walau
kehidupannya. Selain itu fakir miskin K terlindungi oleh program pemerintah yaitu
BPJS, sehingga tetap dapat mengakses pelayanan kesehatan meski tidak perlu
membayar.
2. Kondisi Psikologis
mudah untuk putus asa dan berhenti dari pekerjaannya tersebut. dalam riwayat
mentalnya karena selalu merasa rendah.Hal ini diungkapkan K, dan dia merasa
bahwa dia sekedar lulusan SD. Hal ini tentu berdampak pada kondisinya sekarang
yang sulit mencari pekerjaan sehingga dia bekerja sebagai marbot masjid dimana
Selain itu, dalam segi kognitif, Fakir miskin K juga dinilai kurang. Klien
kurang memahami sehingga dibohongi oleh pihak sekolah MR. MR ini selalu
berangkat sekolah namun selalu kembali dengan cepat, dan guru memberi alasan
bahwa MR sekolah dengan waktu yang sebentar saja. Hal tersebut tidak masuk akal,
ini menandakan bahwa MR sudah tidak bersekolah atau putus sekolah namun fakir
miskin K tidak memahami kondisi tersebut. Hal yang sama disampaikan oleh
ditolak disekolahannya. Hal ini berdampak pada masa depan MR, dan pada kondisi
3. Kondisi Sosial
Kondisi sosial fakir miskin K cukup baik, walau ada beberapa permasalahan
dalam kondisi sosial tersebut. fakir miskin K memiliki hubungan baik dengan
dengan bebeapa orang, yang pertama adalah dengan Dewan Kemakmuran Masjid
atau DKM, Sebagai marbot masjid, fakir miskin K sangat dekat dengan DKM
sehingga dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh DKM masjid, fakir miskin K
selalu terlibat, dan upah fakir miskin K pun berasal dari DKM masjid baik masjid
Fakir miskin K memiliki hubungan yang erat degan keluarga AeS. Keeratan
itu terlihat karena kedua keluarga ini saling membantu dalam memenuhi kebutuhan
pangan, lebih khusus beras atau nasi. Hubungan dua arah ini menyebabkan
keuntungan pada kedua belah pihak. Begitu pula dengan lingkungan sekitar
rumahnya yang dengan masalah yang sama yaitu fakir miskin, fakir miskin K
memiliki hubungan yang baik walaupun tidak sebaik dengan keluarga AeS.
Hubungan yang sangat erat dijalin fakir miskin K dengan Bapak Danial, yang
merupakan pemiliki pabrik sepatu tempat bekerjanya dahulu. Kedekatan ini terjadi
karena fakir miskin K merupakan pegawai kepercayaan Bapak Danial. Hal ini
Sekarang masjid di cibaduyut milik keluarga Bapak Danial diurus oleh fakir miskin
148
K ini dengan upah yang tidak pasti. Hal ini menandakan terjadi relasi yang saling
Hubungan yang terjadi tidak selalu baik. Keluarga Fakir Miskin K mengalami
hubungan yang buruk bahkan sampai terjadi kekerasan. Hal tersebut terjadi dengan
Bapak Sugiman, seorang pensiunan TNI yang tidak suka dengan K karena
miskin K, bahwa beliau pernah mengalami kekerasan berupa tendangan dari Bapak
Sugiman ini. Hal tersebut tidak ditanggapi serius oleh fakir miskin K dan sudah
Hubungan fakir miskin K dengan masyarakat K sangat baik. Hal ini terbukti K
yang diundang dalam ascara syukuran salah satu warga atas umroh. Dan ketika K
tidak menghadiri undangan tersebut banyak warga lain yang mencarinya ketika
Namun, Fakir Miskin F memiliki kerenggangan dengan salah satu warga. Ini
dikarenakan ada diskriminasi dari beberapa warga terhadap MR. MR ini mendapat
diskriminasi dikarenakan dia tidak sekolah, tetapi MR selalu yakin bahwa dia telah
Kondisi sosial yang terjadi pada keluarga fakir miskin K dapat digambarkan
oleh sebuah tools. Tools Ecomap ini menjelaskan secara konsep bagaimana
hubungan antara Keluaga Fakir Miskin K dengan beberapa pihak yang ada di
lingkungan sosialnya.
149
4. Kondisi Spiritual
dan larangan yang ada di agama islam dengan baik. Hal ini terbukti pada saat
hendak dinikahkan dengan keluarga yang tidak menganut agama yang sama fakir
miskin K menolak karena takut melanggar aturan agama islam. Selain itu, hal ini
dibuktikan dirinya dengan menjadi marbot masjid, menurut penuturan fakir miskin
permasalahan yang muncul, fenomena yang akan dijelaskan timbul dan ditemukan
Pekerjaan informan K ini adalah buruh harian lepas atau dikenal dengan
serabutan. Klien K bekerja jika hanya ada yang memintanya bekerja saja, dan
membangun rumah atau hanya sekedar memperbaikki rumah tetangga. Hal ini
dikarenakan keterampilan dan fisik klien yang sudah tidak mendukung untuk
melakukan pekerjaan yang berat. hal ini berdampak kepada informan yang sulit
Pendapatan informan tidak pasti dan benar-benar tidak dapat ditentukan dalam
satu bulannya. Jika dalam range tertentu, pendapatan informan K ini adalah sekitar
informan sangat jarang mengkonsumsi daging, baik ayam, kambing atau sapi.
Makanan yang dikonsumsi oleh informan sangat sedaerhana, dan informan tidak
selalu makan 3 kali sehari, informan akan makan 2 kali 1 kali atau bahkan tidak
anak bungsu (MR) dari informan K sakit. Pada masa awal sakit informan hanya
sekolah anak-anaknya. Maka dari itu, anak dari informan K selalu berhenti ketika
hendak masuk tingkat SLTP atau SLTA dikarenakan informan K harus fokus
Rp300.000,00 per bulannya. Kondisi rumah tersebut tidak layak, salah satunya
dinding rumah klien yang buruk, dinding yang lembab dan juga berlumut. Selain
152
itu kondisi lantai rumah informan yang terbuat dari semen yang sudah rusak pula
dan membuat kondisi rumah tersebut manusiawi untuk ditempati. Luas rumah
tersebut hanya sekita 4 x 3 meter persegi. Untuk ukuran keluarga dengan jumlah 5
Sumber listrik informan yang digunakan untuk penerangan dan televisi bukan
mendapatkan subsidi dari Hotel Grand Pasundan yang berada di dekat masjid.
Informan K tidak memiliki sumber air bahkan tidak memiliki kamar mandi dan
dari Masjid terdekat – masjid yang sama dengan sumber listrik informan. Masjid
tersebut memiliki sumur bor dalam memenuhi kebutuhan air jamaah untuk wudhu.
Fakir Miskin K mulai merantau untuk bekerja setelah lulus dari sekolah dasar.
Ini jelas menandakan bahwa K memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini
tentunya sangat berpengaruh pada profesi yang dapat dikerjakan oleh fakir miskin
K. Selanjutnya, hal tersebut akan berdampak pada pendapatan yang dapat diperoleh
153
oleh fakir miskin K dan akhirnya berdampak pada pemenuhan kebutuhan yang
Fakir miskin ini memiliki mental yang buruk dalam persaingan dunia kerja.
Hal itu dibuktikan ketika di toko sepatu dan timbul persaingan dalam dunia
penjualan sepatu, fakir miskin K tidak mencari upaya agar bekerja lebih giat dan
tekun, melainkan lebih memilih untuk mengundurkan diri. Selain itu, ketika
memulai usaha untuk menjual minuman dan muncul pesaing-pesaing, fakir miskin
K lagi-lagi memilih untuk berhenti menjual minuman. Hal ini tentu berpengaruh
Sektor indsutru dan ekonomi di Kota Bandung berkembang sangat pesat. Hal
dari daerah lain. Maka dari itu, persaingan dunia pekerjaan menjadi semakin ketat,
bekerja tidak dengan sungguh-sungguh. Selain itu, pemilihan pekerja juga menjadi
Usia fakir miskin K yang sudah memasuki periode lanjut usia menyebabkan
fungsi tubuh melemah. Hal itu menyebabkan fakir miskin K terbatas dalam
membangun rumah, K pun hanya akan mengerjakan pekerjaan yang ringan saja.
154
Selain itu, K juga sering merasa mudah lelah ketika mengerjakan pekerjaan-
harus berhenti saat sekolah dasar. Hal ini menyebabkan pada kognitif MR yang
tidak seperti usianya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pertanyaan praktikan
kemiskinan menurut BPS yaitu: 1) Luas lantai rumah; 2) Jenis lantai rumah; 3) Jenis
dinding rumah; 3) Fasilitas tempat buang air besar; 4) Sumber air minum; 5)
pekerjaan kepala rumah tangga; 13) Pendidikan kepala rumah tangga; dan 14)
Kepemilikan aset.
Dalam analisis kali ini praktikan akan menjabarkan sangkut paut program
sasaran yaitu masyarakat yang tercatat pada Basis Data Terpadu (BDT). BDT
Kelurahan Suka Asih, pencatatan data ini memiliki masalah karena banyak data
yang tidak tepat sasaran. Data tersebut tidak tepat sasaran dikarenakan beberapa RT
yang memasukkan data keluarganya ketika dimintakan untuk mendata orang miskin
di wilayahnya. Hal tersebut berdampak kepada beberapa fakir miskin yang tidak
mendapat bantuan program PKH dari 10 keluarga fakir miskin, terdapat 2 orang
fakir miskin yang tidak merasakan program tersebut, termasuk Keluarga Fakir
Miskin AeS.
Program ini berisikan bantuan berupa uang yang diberikan kepada sasaran
pemberian beras, hal itu bertujuan agar bantuan uang tersebut tidak disalahgunakan.
Banuan beras ini dapat diambil setiap bulannya dengan menggunakan kartu KKS
yang berisi saldo sejumlah biaya beras 9 Kg kepada Pendamping PKH. Selain itu
dalam program ini terintegrasi juga program pendidikan yang menggunakan Kartu
Indonesia Pintar (KIP), hal ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga miskin yang
memiliki anak usia sekolah sehingga tidak ada lagi permasalahan anak putus
sekolah. Hal ini tepat sebagaimana dampak dari permasalah fakir miskin adalah
anak yang putus sekolah. Selain itu, dalam program ini juga terintegrasi KIS (Kartu
warga. Hal ini sejalan dengan fenomena masalah yang muncul pada fakir miskin.
157
warga yang tercatat di BDT. Sama halnya dengan PKH, cara mengambi BPNT ini
dengan menggunakan kartu KKS yang berisikan saldo ke agen untuk mendapatkan
beras 9Kg. Namun program ini pun dinilai tidak tepat sasaran dikarenakan diantara
10 fakir miskin, terdapat 2 orang yang tidak mendapatkan program BPNT. Hal ini
menyebabkan beberapa fakir miskin sulit untuk berdaya karena sulit untuk
yang muncul pada keluarga fakir miskin. Adanya program ini dapat mengurangi
Program ini merupakan program kota. Menurut penuturan kasie kesos untuk
berisi daftar rumah-rumah yang tidak layak huni. Program ini tidak dapat dirasakan
oleh semua keluarga fakir miskin, dikarenakan dalam program ini ada proses
verifikasi dan validasi yang dilakukan pemerintah kota langsung, dan salah satu
fakir miskin di Kelurahan Suka Asih yaitu dalam kepemilikan rumah karena
sebagian besar rumah yang ditempati keluarga fakir miskin itu mengontrak. Maka
dari itu perlu ada program yang dapat dirasakan untuk permasalahan rumah, karena
jika program tersebut hanya diarahkan kepada fakir miskin yang memiliki rumah,
158
sebagian besar keluarga fakir miskin masih akan tetap tinggal di rumah tidak layak
huni.
Makan Bersama Keluarga Pra Sejahtera ini merupakan program perintah dari
walikota kepada setiap lurah di Kota Bandung. Di Suka Asih kegiatan ini dilakukan
makan bersama untuk 10 orang keluarga fakir miskin. Program yang ditujukan agar
setiap Kepala Lurah dan aparatnya mengetahui permasalahan fakir miskin ini.
Diharapkan juga dari mengetahuinya permasalahan yang dialami oleh fakir miskin,
pembagian bantuan makanan untuk fakir miskin yang berasal dari program insiatif
Kelurahan yaitu BUSSEKEL. Berdasarkan yang diikuti oleh praktikan, tidak ada
perbincangan dua arah melainkan hanya satu arah yaitu oleh pihak aparat
yang dialami oleh fakir miskin. Maka dari itu, permasalahan fakir miskin tidak
yang ada.
4.2.4. BUSSEKEL
bidang lingkungan dan sosial. Program ini membantu para keluarga fakir miskin
dengan biaya pengumpulan sampah yang ada di Kelurahan Suka Asih. Penghasilan
159
tersebut dibagi kepada 3 bagian yaitu 30% untuk biaya pekerja yang ditabung dalam
bentuk koperasi. 30% lainnya digunakan untuk biaya operasional. 40% sisanya
digunakan untuk santunan terhadap keluarga fakir miskin. Santunan tersebut berupa
makanan pokok yang terdiri dari minyak, gula, kopi, mie instan, dan makanan
ringan. Namun, transparansi program ini dinilai kurang. Selain itu, kebermanfaatan
bantuan yang diberi sangat kecil karena bukan kebutuhan dasar yang diberikan.
berdampak pada sedikitnya PMKS yang merasakan bantuan dari PSM ini. begitu
pula halnya dengan fakir miskin. Keluarga fakir miskin AeS tidak pernah
merasakan bantuan dari PSM ini berkaitan dengan pengembalian fungsi sosial fakir
miskin.
Berbeda halnya menurut pendapat PSM dimana mereka sudah mau membantu
bahwa ada kesalahan dalam proses pendekatan sehingga PSM tidak dapat
Karang Taruna memiliki program yang tiddak jauh berbeda dari PSM dalam
kaitannya dengan PMKS. Tetapi, ada satu program yang berbeda yaitu pembenahan
rumah tidak layak huni. Karang Taruna merupakan pelaksana program yang
diselenggarakan kota yaitu program rumah tidak layak huni, mereka yang
sudah ditunjuk oleh pemerintah kota. Namun, karang taruna juga tidak dapat
berbuat banyak terhadap data-data yang menjadi target sasaran kota. Namun dana
PIPPK yang dimiliki karang taruna dilakukan untuk program yang sama yaitu
Kesamaan kegiatan yang serupa dengan PSM tidak membuat Karang Taruna
dan PSM bekerja sama untuk menangani PMKS secara bersama-sama. Mereka
maksimal.
Tenaga Kerja Sosial Kecamatan atau TKSK memiliki kedudukan yang lebih
tinggi. Tugas yang dilakukan oleh TKSK tidak hanya sekedar dilapangan tetapi
juga terkait langsung dengan instansi sosial yang ada diatasnya seperti dinas sosial.
Dalam kaitannya dengan dunia sosial, TKSK melakukan pelaporan atau pengajuan
TKSK yang beradadi Kelurahan Suka Asih selalu melakukan pengajuan Data
keluarga fakir miskin baru sebagai sasaran program bantuan seperti PKH dan
161
BPNT. Hal tersebut dilakukan namun tetap tidak merubah data dikarenakan
TKSK akanlangsung turun tangan dan mengantar seorang fakir miskin itu untuk
“surat sakti” atau surat pembebasan biaya dari Dinas Sosial Kota Bandung untuk
khususnya fakir miskin tidak berjalan dengan baik. Dunia usaha besar yang
kelurahan yang bertanggung jawab soal ini pun tidak mengetahui permasalahan ini.
Maka dari itu, masih banyak fakir miskin yang bekerja sebagai buruh harian lepas
Selain itu tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR sangatlah minim. Salah
satu dunia usaha besar di wilayah tersebut hanya membantu sedikit fakir miskin.
Bantuan yang diberikan pun tidak selalu pasti, bahkan dala setahun bantuan tersebut
biasanya tidak ada. Menurut penuturan salah satu keluarga fakir miskin, bahwa
mereka pernah mendapat bantuan dari salah satu dunia usaha, namun sekarang