Anda di halaman 1dari 7

Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

POPULASI DAN SERANGAN PENGOROK DAUN (Liriomyza sp. )


SERTA PERAN ABAMEKTIN DALAM PENGENDALIANNYA
PADA ADAPTASI KRISAN DI D.I.YOGYAKARTA
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
ABSTRAK
Ekologi Liriomyza sp. pada tanaman krisan di dataran medium propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
ekologi Liriomyza sp. pada tanaman krisan, serta teknik pengendalian dengan insektisida
berbahan aktif Abamektin. Penelitian dilakukan di dataran medium Dusun Wonokerso, Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian dimulai sejak bulan Juni sampai dengan Oktober 2005. Aplikasi
pengendalian Liriomyza sp. disusun dalam rancangan uji t. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa intensitas serangan Liriomyza sp. pada daun di bagian bawah berkisar 20 – 70%,
sedangkan pada daun atas hanya berkisar 10 – 20%; populasi imago Liriomyza sp. mulai
ditemukan saat tanaman berumur 2 mst, yaitu sebesar 3,9 ekor/perangkap pada perlakuan
TAg dan 4,5 ekor/perangkap pada perlakuan Ag; pada perlakuan TAg, populasi imago
Liriomyza sp. tertinggi terjadi saat tanaman berumur 6 mst yaitu sebesar 8,8
ekor/perangkap, dengan intensitas serangan paling tinggi mencapai 50,98% pada saat
tanaman berumur 4 mst. Secara umum perlakuan penggunaan insektisida berbahan aktif
Abamektin efektif mengendalikan serangan Liriomyza sp. pada pertanaman krisan, sebesar
68,36%.
Kata kunci: Populasi, Serangan, Liriomyza sp., PHT, Abamektin, Krisan
ABSTRACT
Current status on the ecology of Liriomyza sp. on the chrysanthemum plantation in
Yogyakarta Special Region, didn’t reported yet. The objective of this study were to figure out
adult population of Liriomyza sp. and the damage caused by the larvae on chrysanthemum
leaves; to determine the effectiveness of Abamektin to reduce Liriomyza sp. population; and
to analyze the relationship between adult population and the number of larvae leaf mining on
the chrysanthemum plantation. The experiment was conducted in the medium land of
Orchard Wonokerso, Hargobinangun Village, District of Pakem Sleman, from June to
October 2005. The application of Liriomyza sp. management was designed on the t-test. The
damage intensity on the bottom of leaves amounted from 20 to 70%, and the top of leaves
from 10 to 20%; the adult population was found on 2 weeks after planting (WAP) (3,9
adults/trap on the non Abamektin application and 4,5 adults/trap on the Abamektin
application). The highest damage intensity was found on the non Abamektin application
amounted to 50,98% (4 WAP). In general, the application of insecticide (Abamektin) effectve
to reduce the damage caused Liriomyza sp. on the chrysanthemum amounted to 68,36%.
Key word: Population, Damage, Liriomyza sp., IPM, Abamektin, Chrysanthemum
PENDAHULUAN mengorok daun sehingga pada daun terjadi
alur-alur bekas korokan yang berliku. Pada
Performa fisik tanaman dan bunga
intensitas serangan tinggi bagian daun dan
merupakan hal yang sangat menentukan
kadang-kadang seluruh tanaman terlihat
dalam sortasi dan grading yang pada
putih dan populasi pupa dapat mencapai 40
akhirnya berpengaruh pada harga jual
pupa. Pada populasi tinggi beberapa liang
produk bunga krisan. Hama penting yang
korokan menyatu dan menyebabkan daun
sering menyerang dan mengakibatkan
menguning mirip gejala serangan cendawan
kerugian yang signifikan pada pertanaman
Phytophthora infestans. Kerusakan tanam-
krisan adalah serangan hama pengorok
an tidak hanya disebabkan oleh kotor-an
daun, Liriomyza sp. (Blanchard) (Diptera:
larva, tetapi juga karena tusukan ovipositor
Agromyzidae). Liriomyza sp. adalah hama
serangga betina yang menyebab-kan gejala
pendatang baru yang masuk ke Indonesia
bintil-bintil putih (Suhardi, 2005).
sekitar tahun 1996 (Rauf et. al., 2000).
Hama ini sulit dikendalikan secara
Serangga dewasa menusuk daun-
kimiawi dan telah dilaporkan resisten
daun muda dengan ovipositornya, selain
terhadap insektisida (Mason et al., 1987).
untuk makan (menghisap cairan) juga untuk
meletakkan telur. Larva hidup dengan cara

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 107
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

Upaya pengendalian Liriomyza sp. METODE PENELITIAN


lebih difokuskan pada pengendalian hama
Penelitian dilakukan di rumah plastik
terpadu (PHT), yang salah satu
pada lokasi pengkajian BPTP Yogyakarta,
komponennya adalah penggunaan pestisida
Dusun Wonokerso, Desa Hargobinangun,
yang tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,
dan tepat cara(Untung K, 2004). Saat ini
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
telah ditemukan jenis insektisida dengan
Penelitian dimulai sejak bulan Juni sampai
bahan aktif Abamektin dengan nama
dengan Oktober 2005. Lahan pertanaman
dagang Agrimec 18 EC yang bersifat mikro-
seluas 60 m2 dibagi menjadi empat sub
biologis sehingga cocok untuk program
petak, yang setiap sub petak berukuran 15
PHT. Abamektin merupakan bahan aktif
m2. Kelimpahan populasi imago Liriomyza
yang bersifat kontak dan bekerja secara
sp. diamati dengan menggunakan perang-
translaminar, sehingga hama yang ber-
kap kuning seperti yang dilakukan oleh
sembunyi di balik daun juga dapat dikendali-
Robin dan Mitchell (1985). Perangkap ber-
kan. Cara kerja Abamektin adalah dengan
ukuran (10 x 20) cm dengan kedua sisinya
memutus rantai kekebalan hama, sehingga
dilapisi lem lalat. Perangkap dipasang
sulit menimbulkan resistensi hama. Be-
dengan ketinggian 75 cm. Pemasangan
berapa jenis hama yang dapat dikendalikan
perangkap dilakukan sejak tanaman ber-
adalah thrips dan pengorok daun. Keber-
umur 2 minggu setelah tanam (mst) hingga
hasilan dalam penerapan Pengendalian
panen (12 mst). Banyaknya perangkap yang
Hama Terpadu (PHT) memerlukan pe-
dipasang pada tiap sub petak contoh adalah
mahaman tentang biologi, ekologi dan cara-
2 buah.
cara pengendalian dari hama sasaran.
Untuk mengetahui peran penggunaan
Informasi semacam itu merupakan salah
insektisida berbahan aktif Abamektin
satu komponen penting yang perlu digali
dilakukan dengan membuat perlakuan
dalam rangka pengembangan PHT, karena
pengendalian, meliputi penggunaan
dapat memberikan pemahaman yang lebih
Agrimec 18 EC (Ag) dan tanpa penggunaan
baik tentang pola pengambilan keputusan
Agrimec 18 EC (TAg).
yang dilakukan oleh petani (Rauf, 1999).
Pengamatan intensitas serangan
Walaupun serangan pengorok daun
dilakukan dengan mengamati tingkat
telah banyak dilaporkan tersebar hampir di
kerusakan tanaman krisan akibat serangan
seluruh wilayah Indonesia (Herlinda et. al.,
Liriomyza sp., dengan cara diamati secara
2005), namun hingga saat ini belum pernah
langsung pada daun-daun tanaman contoh
dilaporkan tentang ekologi Liriomyza sp.
(10% dari populasi tanaman). Pengamatan
pada tanaman krisan di dataran medium
ini dilakukan setiap minggu, sejak tanaman
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh
berumur 2 mst hingga 12 mst. Intensitas
karena itu, kajian ekologi Liriomyza sp. pada
serangan Liriomyza sp. dianalisis dengan
tanaman krisan, serta teknik pengendalian
rumus Townsend dan Heuberger (dalam
dengan insektisida berbahan aktif
Unterstenhoffer 1976) :
Abamektin perlu dilakukan, yang meliputi
populasi dan intensitas serangan larva Intensitas Jumlah tan.terserang
Liriomyza sp., serta menganalisis hubungan Serangan = ------------------------------- x 100%
antara populasi imago dengan pengaruh Jumlah tan. yang ada
aplikasi insektisida berbahan aktif
Abamektin pada pertanaman krisan. Penentuan tingkat kerusakan dilaku-
kan dengan menilai kerusakan tanaman
menggunakan skala 1 – 5 berdasarkan
kriteria berikut (Raman et al., 1994):

Tabel 1. Kategori serangan


Nilai skor Kategori Serangan
1 Tidak ada kerusakan
2 Kerusakan kecil, umumnya terbatas pada bagian bawah tanaman, sekitar 1
– 25% kerusakan
3 Kerusakan sedang, umumnya terbatas pada bagian bawah dan tengah
tanaman, sekitar > 25 – 50 % kerusakan
4 Kerusakan pada seluruh bagian bawah tanaman kecuali daun-daun pucuk, >
50 – 75 % kerusakan
5 Sebagian besar dari keseluruhan bagian tanaman rusak, > 75 – 100 %
kerusakan

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 108
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

Keefektifan Relatif Pengendalian Keterangan :


(KRP) dihitung dengan rumus Abbott (dalam KRP = Keefektifan Relatif Pengendalian
Unterstenhoffer, 1976) sebagai berikut : IS TP = Intensitas serangan pada petakan
tanpa perlakuan
IS TP – IS P
IS P = Intensitas serangan pada petakan
KRP = --------------- x 100%
perlakuan
IS TP
Kriteria keefektifan pengendalian tiap
perlakuan telah ditentukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria keefektifan relatif pengendalian


Nilai KRP Kategori Keefektifan
KRP > 80% Sangat efektif
60% < KRP < 80% Efektif
40% < KRP < 60% Agak efektif
20% < KRP < 40% Kurang efektif
KRP < 20% Tidak efektif
HASIL DAN PEMBAHASAN
panjang (2 – 6 mst), dan fase pertumbuhan
Pembahasan mengenai populasi dan generatif tanaman (6 – 10 mst). Pengaruh
intensitas serangan Liriomyza sp. dilakukan serangan Liriomyza sp. pada fase-fase
berdasarkan analisis data pengamatan pertumbuhan tersebut berhubungan lang-
minggu ke 2, 4, 6, 8, dan 10. Kisaran umur sung dengan pertumbuhan dan produksi
tanaman itu merupakan fase-fase kritis tanaman. Pengaruh serangan hama ter-
tanaman yang berhubungan dengan fase hadap tanaman diukur melalui perkembang-
pertumbuhan bibit setelah pindah tanam (0 an populasi larva dihubungkan dengan
– 2 mst), pertumbuhan vegetatif tanaman tingkat kerusakan daun.
dengan pemberian hari

Gambar 1. Gejala serangan Liriomyza sp. pada daun krisan


Gejala awal serangan Liriomyza sp. yang paling banyak diserang bila
ditunjukkan oleh adanya bintik-bintik putih dibandingkan dengan daun atas. Intensitas
dan korokan berupa terowongan kecil yang serangan pada daun bawah berkisar antara
berliku pada permukaan bagian atas daun 20 – 70%, sedangkan pada daun atas
(Gambar 1). Bintik putih dan korokan hanya berkisar antara 10 – 20%. Daun
tersebut hanya terdapat pada permukaan bagian atas dimulai dari pertengahan
bagian atas daun, sedangkan permukaan batang tanaman hingga daun paling atas,
daun bagian bawah tidak terdapat bintik sedangkan daun bawah dimulai dari
putih ataupun korokan. Serangan berat pangkal batang di permukaan tanah hingga
mengakibatkan korokan tersebut mengering pertengahan batang tanaman. Daun bagian
dan berwarna coklat seperti daun terbakar. bawah lebih banyak diserang Liriomyza sp.
Hasil pengamatan bagian tanaman karena daun di bagian bawah tersebut lebih
yang terserang di lapangan terlihat bahwa banyak mengandung nutrisi yang dibutuh-
daun di sebelah bawah merupakan bagian kan sebagai pakan bagi imago dan

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 109
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

larva Liriomyza sp. Menurut Supartha Hasil pengamatan Rauf (2001)


(1998), daun-daun pada bagian tajuk bawah menunjukkan larva Liriomyza sp. mulai
mengandung kadar fenol yang lebih rendah menyerang sejak kotiledon terbentuk, arti-
jika dibandingkan pada daun di bagian atas. nya imago sudah ada di lapangan di awal
Kadar fenol yang tinggi kurang disukai penanaman. Liriomyza sp. telah berada di
Liriomyza sp. pertanaman sebelum tanaman krisan
ditanam karena sumber koloni hama ini
Populasi dan Intensitas Serangan Larva
adalah tanaman inang di sekitarnya, seperti
Liriomyza sp. pada Pertanaman Krisan
kentang dan terong.
Tanpa Aplikasi Abamektin (TAg)
Populasi meningkat pada awal tanam
Populasi imago Liriomyza sp. mulai
sampai muncul knop bunga dan setelah itu
ditemukan saat tanaman berumur 2 mst,
menurun saat tanaman berumur 10 mst
yaitu sebesar 3,9 ekor/perangkap dan
(Gambar 2). Peningkatan populasi sejak
puncak populasi terjadi saat tanaman
tanaman berumur 2 mst hingga 6 mst terjadi
berumur 6 mst yaitu sebesar 8,8
karena ketersediaan daun untuk tempat
ekor/perangkap. Imago Liriomyza sp. mulai
bertelur lalat betina meningkat juga. Berikut
ditemukan pada tanaman krisan yang
tabel perkembangan populasi Liriomyza sp.
berumur 2 mst. Populasi imago tersebut
pada pertanaman krisan (Tabel 3).
dapat ditemukan lebih awal apabila
perangkap kuning dipasang lebih awal.
Tabel 3. Perkembangan populasi imago Liriomyza sp. pada pertanaman krisan
Umur tanaman (mst) 2 4 6 8 10 12
Rata-rata 3,9 6,5 8,8 7,8 5,5 4,1
populasi imago
(ekor/perangkap)

10
Rata-rata populasi imago

9 8,8
8 7,8
(ekor/perangkap)

7
6,5
6
5,5
5
4 3,9 4,1
3
2
1
0
2 4 6 8 10 12
Umur tanaman (mst)

Gambar 2. Perkembangan populasi Liriomyza sp. pada pertanaman krisan TAg


Berdasarkan hasil pengamatan dapat Liriomyza sp. Penurunan intensitas serang-
diketahui bahwa serangan Liriomyza sp. an pada pertanaman yang memasuki fase
paling tinggi mencapai 50,98% pada saat generatif juga disebabkan oleh karena pada
tanaman berumur 4 mst. Serangan imago awal fase generatif kandungan nutrisi pada
Liriomyza sp. mengalami penurunan setelah daun masih tinggi, namun setelah itu akan
tanaman berumur 5 hingga 12 mst mengalami penurunan. Menurut Supartha
(memasuki fase generatif tanaman) (1998), apabila tanaman telah memasuki
(Gambar 3). Hal ini karena kesesuaian fase generatif, maka kandungan protein
pakan untuk larva Liriomyza sp. Selain itu daun berkurang karena telah disalurkan ke
pemasangan perangkap kuning juga bunga sehingga kurang sesuai untuk
menjadi salah satu teknik pengendalian pertumbuhan dan perkembangan larva.
yang cukup efektif untuk menekan populasi Berikut tabel intensitas serangan larva
imago Liriomyza sp. Menurut Rauf (2001), Liriomyza sp. pada pertanaman krisan
perangkap berupa helaian kain berwarna selama satu musim tanam (Tabel 4).
kuning dan berperekat pada pertanaman
kentang efektif menekan populasi lalat

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 110
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

Tabel 4. Perkembangan serangan larva Liriomyza sp. pada pertanaman krisan selama satu
musim tanam
Umur tanaman (mst) Total larva (ekor/tanaman) Intensitas serangan (%)
2 23 24,50
3 35 43,00
4 37 50,98
5 35 40,00
6 32 38,98
7 28 35,50
8 24 30,00
9 24 27,50
10 22 24,15
11 22 20,00
12 20 19,23

Populasi dan Intensitas Serangan Larva insektisida terhadap perkembangan


Liriomyza sp. pada Pertanaman Krisan populasi larva Liriomyza sp. tampak jelas
dengan Aplikasi Abamektin (Ag) dibandingkan perlakuan tanpa aplikasi
Populasi imago Liriomyza sp. mulai insektisida berbahan aktif Abamektin.
ditemukan saat tanaman berumur 2 mst, Aplikasi insektisida Abamektin jelas
yaitu sebesar 4,5 ekor/perangkap dan pengaruhnya terhadap penurunan populasi
selanjutnya terus menurun hingga tanaman larva Liriomyza sp. pada fase pertumbuhan
berumur 6 mst. Perlakuan penyemprotan vegetatif tanaman, saat pemberian hari
insektisida dilakukan 5 hari se-kali, pada panjang (2 – 6 mst). Berikut tabel intensitas
tanaman berumur 15, 20, 25, 30, dan 35 serangan larva Liriomyza sp. pada per-
hari setelah tanam (hst). tanaman krisan yang diberi perlakuan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat insektisida berbahan aktif Abamektin,
diketahui bahwa pengaruh aplikasi selama satu musim tanam (Tabel 5).

Tabel 5. Perkembangan serangan larva Liriomyza sp. pada pertanaman krisan dengan
perlakuan insektisida berbahan aktif Abamektin selama satu musim tanam
Umur tanaman (mst) Total larva (ekor/tanaman) Intensitas serangan (%)
2 25 26,00
3 18 21,55
4 12 17,98
5 7 14,00
6 4 11,98
7 1 10,50
8 <1 10,00
9 <1 < 10,00
10 - < 10,00
11 - -
12 - -

Berdasarkan hasil pengamatan dapat sejumlah imago yang berkolonisasi akibat


diketahui bahwa serangan Liriomyza sp. perlakuan insektisida sehingga jumlah telur
paling tinggi di awal pengamatan saat yang diselipkan juga menurun.
tanaman berumur 2 mst yakni 26%. Hasil analisis sidik ragam menunjuk-
Serangan larva Liriomyza sp. mengalami kan bahwa perlakuan pengendalian dengan
penurunan setelah diaplikasikannya insek- insektisida Abamektin berpengaruh nyata
tisida berbahan aktif Abamektin pada umur terhadap intensitas serangan Liriomyza sp.
15 hst (Gambar 3). Kuatnya pengaruh Data secara keseluruhan disajikan pada
insektisida Abamektin terhadap penurunan Tabel 6.
populasi larva disebabkan oleh kematian

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 111
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

60,00

Rata-rata intensitas
serangan (%)
50,00
40,00
30,00
20,00 Ag
10,00 TAg
0,00
2
3
4
5
6
7
8
9
Umur tanaman (mst) 10
11
12

Gambar 3. Intensitas serangan larva Liriomyza sp. pada pertanaman krisan


Tabel 6. Pengaruh perlakuan pengendalian terhadap intensitas serangan Liriomyza sp.
Intensitas serangan
Perlakuan KRP (%) Kategori
(%)
a
Ag 10,18 68,36
Efektif
TAg 32,17 b -
Keterangan: Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak
berganda Duncan

Rerata intensitas serangan Liriomyza Liriomyza sp. pada pertanaman krisan,


sp. pada pertanaman krisan tanpa sebesar 68,36%.
perlakuan (TAg) sebesar 32,17%,
DAFTAR PUSTAKA
sedangkan rerata intensitas serangan
Liriomyza sp. pada petakan perlakuan (Ag) Herlinda, S., L.P. Rosalina, Y. Pujiastuti, E.
10,18%. Sedangkan hasil perhitungan Sodikin, & A. Rauf. 2005. Populasi dan
Keefektifan Relatif Pengendalian (KRP) Serangan Liriomyza Sativae
menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae)
insektisida berbahan aktif Abamektin efektif serta potensi parasitoidnya pada
mengendalikan serangan Liriomyza sp. pertanaman ketimun. J. HPT Tropika.
pada pertanaman krisan. 5(2):73-81.
KESIMPULAN Mason, G.A., M.W. Johnson, & B.E.
Tabashnik. 1987. Susceptability of
Intensitas serangan Liriomyza sp.
Liriomyza Sativae and Liriomyza Trifolii
pada daun di bagian bawah berkisar 20 –
(Diptera: Agromyzidae) to permethrin
70%, sedangkan pada daun atas hanya
and fenvalerate. J. Econ. Entomol.
berkisar 10 – 20%.
80(6):1262-1266.
Populasi imago Liriomyza sp. mulai
ditemukan saat tanaman berumur 2 mst, Raman, KV., A.M. Golmirzaie, M. Palacios,
yaitu sebesar 3,9 ekor/perangkap pada & J. Tenorio. 1994. Inheritance of
perlakuan TAg dan 4,5 ekor/perangkap Resistance to Insect and Mites. Pages
pada perlakuan Ag. 447-463 in: J.E. Bradshaw & G.R.
Pada perlakuan TAg, populasi imago Mackay (eds). Potato Genetics. CAB
Liriomyza sp. tertinggi terjadi saat tanaman International. Wallingford, UK.
berumur 6 mst yaitu sebesar 8,8
ekor/perangkap, dengan intensitas Rauf, A. 1999. Persepsi dan Tindakan
serangan paling tinggi mencapai 50,98% Petani Kentang Terhadap Lalat
pada saat tanaman berumur 4 mst. Pengorok Daun Liriomyza Huidobrensis
(Blachard) (Diptera : Agromyzidae). Bul
Rerata intensitas serangan Liriomyza
sp. pada perlakuan TAg sebesar 32,17%, HPT. 11(1): 1-13.
sedangkan pada perlakuan Ag 10,18%. Rauf, A., B.M. Shepard, & M.W. Johnson.
Keefektifan Relatif Pengendalian 2000. Leafminers in Vegetables in
(KRP) menunjukkan bahwa perlakuan Indonesia: Surveys of host crops,
penggunaan insektisida berbahan aktif species composition and parasitoids.
Abamektin efektif mengendalikan serangan

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 112
Tri Martini, R Hendrata, dan Masyhudi, MF

International Journal of Pest Teknologi Mendukung Agribisnis


Management 46:257-266. Anggrek, Krisan, dan Mawar, BALITHI,
Pacet-Cianjur, September 2005.
Rauf, A., 2001. Bioekologi, Pemantauan,
dan Pengendalian Lalat Pengorok Daun Supartha, I.W. 1998. Pengaruh Demihipo
Liriomyza spp. Makalah disajikan pada dan ZPT (Decamon) Terhadap
Lokakarya Pengamatan dan Peramalan Mortalitas Telur dan Serangan Lalat
Organisme Pengganggu Tanaman Pengorok Daun, Liriomyza huidobrensis
Hortikultura, Jatisari 11-13 September (Blanchard) pada Tanaman Kentang.
2001. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia 8(2):114-123.
Robin, MR. & W.C. Mitchell. 1985. Sticky
Traps for Monitoring Leafminers Unterstenhoffer G. 1976. The Basic
Liriomyza Sativae and Liriomyza Trifolii Principles of Crop Protection Field
(Diptera : Agromyzidae), and thrie Trials. Leverkusen: Pflanzenshutz-
associated hymenopterous parasites in Nachricten Bayer AG.
watermelon. J.Econ. Entomol.
Untung, K. 2004. Dampak Pengendalian
80(6):1345-1347.
Hama Terpadu Terhadap Pendaftaran
Suhardi, 2005. Perlindungan Terhadap dan Penggunaan Pestisida di Indonesia.
Hama dan Penyakit Penting. Makalah Jurnal Perlindungan Tanaman
disajikan pada Training of Trainers Indonesia 10(1):1-7.
(TOT) Pengembangan Model Inovasi

Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Pertanian dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Yogyakarta, 24 – 25 Agustus 2007 113

Anda mungkin juga menyukai