Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DI RUANG NIFAS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:

Muhammad Nasrullah, S.Kep

NIM: 18NS261

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS kESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

Oleh:

Muhammad Nasrullah, S.Kep(18NS261)

Banjarmasin, Mei 2019

Mengetahui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

NIP. NIK.

Menyetujui,
Ketua Jurusan Program Studi Pofesi Ners

Dini Rahmayani, Sk.Kep.,Ns.,MPH


NIK. 1166122004007
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang Kista Bartholin


Sasaran : Nn. R (Pasien Ruang Nifas)
Waktu : 11.00 s/d 12.40 WITA
Hari/Tanggal : Rabu, 08 Mei 2019
Tempat : Ruang Nifas RSUD Ulin Banjarmasin

A. Latar Belakang
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ
genitaliaeksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami
gangguan, salah satunya adalah infeksi. Infeksi dapat mengenai organ
genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan
akibatnya. Tidak terkecuali pada glandulavestibularis major atau dikenal
dengan kelenjar bartholini. Kelenjar bartholini merupakan kelenjar yang
terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami
infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista
bartholini.
Kista bartholini adalah suatu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista
bartholini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli anatomi Belanda
pada tahun 1677 bernama Casper Bartholini. Kelenjar ini merupakan
kelenjar vestibular terbesar yang menyerupai kelenjar cowper (kelenjar
bulbouretral) pada laki-laki, yang letaknya tertutup dan berpasangan.
Kelenjar ini berfungsi untuk mensekresi cairan pembersih, mukus yang
alkalis ke dalam duktus yang bagian dalamnya tersusun atas sel kolumnar
dan bagian luar tersusun atas epitel transisional. Kista bartholini merupakan
kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar
bartholini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam
kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila
tersumbat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartholini ini merupakan masalah pada wanita usia subur,
kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun dengan sekitar 1
dalam 50 wanita akan mengalami kista bartholini atau abses dalam hidup
mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu dicermati.
Kebanyakan wanita hamil mengalami infeksiasimtomatik, beberapa disertai
dengan sindrom uretra, uretritis, atau infeksi kelenajar bartholini.
Kista bartholin rata-rata memiliki ukuran kecil yaitu 1-3 cm, biasanya
unilateral dan asimtomatik. Kista yang lebih besar dapat menimbulkan
ketidaknyamanan terutama saat berhubungan seksual, duduk, atau jalan.
Pasien dengan abses bartholin biasanya mengeluhkan nyeri vulva yang
akut, berkembang secara cepat, dan progresif. Diagnosis kista dan abses
bartholin ditegakkan berdasarkan temuan klinis serta pemeriksaan fisik.
Manajemen kista dan abses bartholin dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain medikamentosa, insisi dan drainase, pemasasangan word
catheter, marsupialisasi, ablasi silver nitrate, terapi laser, dan eksisi.

B. Tujuan Intruksional Umum


Setelah diadakan penyuluhan pada pasien dan keluarga di Ruang
Nifas RSUD Ulin, diharapkan pasien dan keluarga mendapat tambahan
pengetahuan yang lebih dan mampu memahami tentang kista bartholin.

C. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga di
Ruang Nifas RSUD Ulin dapat:
1. Menjelaskan pengertian tentang kista bartholin.
2. Menyebutkan penyebab kista bartholin.
3. Menyebutkan tanda dan gejala kista bartholin.
4. Menjelaskan penatalaksanaan kista bartholin (Marsupialisasi).
5. Melakukan perawatan vulva hygiene.

D. Garis Besar Materi


Materi yang akan disampaikan pada penyuluhan pendidikan
kesehatan di Ruang Nifas RSUD Ulin menjelaskan mengenai pengertian dan
tanda gejala kista bartholin, penyebab kista bartholin, penatalaksanaan kista
bartholin (Marsupialisasi), dan perawatan vulva hygiene.

E. Metode
1. Ceramah
2. Simulasi
3. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
2. Phantom Vagina

G. Pengorganisasian
1. Penanggungjawab : Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH
Wika Rispudyani, S.Kep.,Ns
2. Penyaji : Muhammad Nasrullah, S.Kep.

H. Skema Kegiatan

Peserta Penyaji

I. Proses Kegiatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

Pendahuluan 1. Salam pembuka Kegiatan peserta 5 menit


2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan
khusus
Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan, 30
tentang : menanggapi menit
a. Pengertian kista dengan
bartholin. pertanyaan
b. Penyebab kista
bartholin.
c. Tanda dan gejala
kista bartholin.
d. Penalaksanaan
kista bartholin
(Marsupialisasi).
e. Penjelasan dan
simulasi
perawatan Vulva
Hygiene
2. Memberikan
kesempatan pada
audience untuk
bertanya
3. Menjawab pertanyaan
audience
4. Memberikan
kesempatan kepada
perwakilan audience
untuk menjelaskan
kembali materi yang
sudah disampaikan.
Penutup 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan 5 menit
yang telah diberikan dan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil
pendidikan kesehatan
3. Memberikan Leaflet
tentang kista bartholin.
4. Salam penutup

J. Evaluasi:
1. Evaluasi struktur
a. Persiapan media yang akan digunakan (leaflet) dan phantom
vagina
b. Persiapan tempat yang digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Evaluasi proses
a. Selama penyuluhan kesehatan, peserta memperhatikan
penjelasan yang disampaikan
b. Selama penyuluhan kesehatan, peserta aktif bertanya tentang
penjelasan yang disampaikan.
c. Selama penyuluhan kesehatan, peserta aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Hasil Akhir
Diharapkan peserta pendidikan kesehatan dapat :
a. Mengetahui pengertian tentang kista bartholin.
b. Mengetahui penyebab kista bartholin.
c. Mengetahui tanda dan gejala kista bartholin.
d. Mengetahui penatalaksanaan kista bartholin (Marsupialisasi).
e. Mengetahui cara perawatan Vulva Hygiene.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


(terjemahan). Jakarta; EGC

Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin. Bandung; Media
Komunikasi PPDS ObGyn Unair

Medforth, Janet. Dkk. (2012). Kebidanan Oxford Edisi Terjemahan. Jakarta; EGC

Jhonson. Ruth & Wendy. (2010). Buku Ajar Praktik Kebidanan Edisi Terjemahan.
Jakarta. EGC
Lampiran 1. Materi

A. Pengertian Kista Bartholi


Kista bartolini merupakan tumor kistik jinak yang timbul pada kelenjar
bartolini yang merupakan muara lubrikasi atau tempat produksi cairan pelumas
vulva. Kelenjar Bartholini berkembang dari epithelium pada area posterior dari
vestibula. Kelenjar ini terletak secara bilateral pada dasar dari labia minora dan
proses drainasenya melalui duktus dengan panjang 2-2.5 cm, Kelenjar tersebut
biasanya hanya berukuran sebesar kacang polong dan jarang melebihi ukuran 1
cm. Kelenjar ini tidak bisa dipalpasi kecuali jika terjadi infeksi atau penyakit
lainnya (Dinata, 2011).

B. Penyebab Kista Bartholi


Dinata (2011) menyebutkan infeksi pada kelenjar ini dapat terjadi akibat
adanya infeksi microorganisme seperti:
1. Virus : Herpes, klamidia trakomatis
2. Jamur: Kandida albikan, asinomises
3. Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, stafilokokus dan E.coli
Mikroorganisme tersebut menyumbat saluran lubrikasi pada vagina yang
mengakibatkan tidak keluarnya cairan lubrikasi yang mestinya keluar
(perempuan yang belum 40 tahun). Cairan yang telah diproduksi namun tidak
dapat dikeluarkan atau terperangkap, akan menumpuk pada kelenjar bartolini
dan mudah berubah menjadi serupa dengan nanah. Penumpukan cairan ini,
akan membentuk benjolan yang semakin membesar.

C. Tanda dan Gejala Kista Bartholin


Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:
1. Pada vulva : perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar, nyeri tekan.
2. Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia
berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam.
3. Kebanyakkan wanita penderita kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan
pasangannya, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar
alat kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses pada daerah kelamin.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur
dengan darah.

D. Komplikasi Kista Bartholin


Komplikasi yang mungkin terjadi adalah timbulnya kista atau infeksi
berulang serta infeksi yang menyebar ke darah dan seluruh tubuh (sepsis).

E. Pencegahan Kista Bartholin


Kista Bartholin bisa dicegah dengan memulai kebiasaan menjaga
kebersihan area sekitar alat kelamin dengan baik. Juga dengan penggunaan
kondom saat berhubungan seksual untuk menghindari infeksi menular seksual
dan kista Bartholin terinfeksi.

F. Penatalaksanaan Kista Bartholin


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita kista bartolini
adalah:
1. Pada wanita usia 40 thn keatas dianjurkan utk melakukan eksisi seluruh
kelenjar Bartholin oleh karena kemungkinan timbulnya suatu keganasan.
2. Pemasangan Kateter Word; Setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan
selama 4 minggu dan penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas
seksual, sampai kateter dilepas. setelah 4 minggu akan terbentuk saluran
drainase baru dari kista bartholin.
3. Marsupialisasi adalah pembuatan insisi elips dengan skalpel diluar atau
didalam cincin hymen, insisi mengiris kulit dan dinding kista dibawahnya
(utk kemudian dibuang). apabila terdapat lokulasi dibersihkan. kemudian
dinding kista didekatkan dengan kulit menggunakan benang 3.0 atau 4.0
dan dijahit interrupted. Angka rekurens sekitar 10%
4. Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang, sebaiknya tindakan ini
dilakukan di kamar operasi untuk mencegah perdarahan dari plexus
venosus bulbus vestibuli

G. Perawatan Vulva Hygiene


Vulva Hygiena adalah Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk membersihkan alat kelamin wanita bagian luar untuk menjaga
kebersihan diri terutama perineal genital, mencegah infeksi, menghindari
kelembapan berlebih, memberikan pengobatan, dan memberikan rasa
nyaman. Adapun indikasi dari tindakan ini yaitu :
1. Pasien dengan penurunan kesadaran
2. Pasien post partum
3. Pasien dengan luka episiotomii
4. Pasien dengan masalah pada genitalia

Sebelum melakukan tindakan, alat/instrumen yang harus disiapkan


adalah sebagai berikut:
1. Kom steril berisi kapas savlon/kapas sublimat
2. Sarung tangan
3. Pinset anatomis
4. Korentang
5. Perlak
6. Bengkok
7. Pispot
8. Baskom berisi air bersih
9. Pembalut
10. celana dalam

Berikut urutan dalam melakukan perawatan Vulva Hygiene:

1. Dekatkan alat-alat
2. Atur posisi litotomi
3. Lepas celana dalam
4. Cuci tangan
5. Kenakan sarung tangan
6. Pasang perlak dan pispot
7. Guyur alat genitalia luar dengan air bersih
8. Ambil kapas savlon dengan pinset bungkung ibu jari dan telunjuk kiri
dengan kapas savlon dan renggangkan labia
9. Dengan tangan kanan ambil kapas savlon dengan menggunakan pinset
10. Usapkan kapas savlon pada labia mayora kanan, labia mayora kiri dan
minora. Satu kapas digunakan untuk satu labia. Sekali usap dan buang
kebengkok.
11. Pasang pembalut dan celana dalam
12. Rapikan alat
13. Kembalikan pasien pada posisi semula
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
15. Dokumentasikan tindakan
Lampiran 2.
Leaflet
Lampiran 3

Absensi Peserta

NO NAMA TANDA
TANGAN

Lampiran 4

Absensi Panitia

NO NAMA TANDA
TANGAN

1. Muhammad Nasrullah, S.Kep

Wika Rispudyani, S.Kep.,Ns

Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns.,MPH

Anda mungkin juga menyukai