Anda di halaman 1dari 2

PANDAWA LIMA

Di dalam hutan, Pandu dan kedua istrinya hidup laksanan pertapa. Mereka tidak
lagi mengindahkan keinginan akan kemewahan atau bahkan kekuasaan. Hanya satu hal
yang mengganggu pikiran Pandu - sesuai kepercayaannya - yaitu jika seorang lelaki
tidak mempunyai keturunan laki-laki, maka hidupnya akan berakhir di neraka. Tetapi
dia sendiri punya masalah dengan hasrat seksual karena kutukan sepasang Rishi yang
menuntut kematiannya apabila dia bersenggama dengan istrinya.

Oleh karena itu, Pandu membicarakan hal ini dengan kedua istrinya, maksudnya
agar kedua istrinya mau mendapatkan anak dari para Rishi yang hidup di hutan. Sama
seperti dulu, Pandu juga lahir dari seorang Rishi yang mendatangi ibundanya, janda raja
wangsa Kuru. Alih-alih mendapatkan persetujuan dari kedua istrinya, Pandu
mendapatkan pencerahan lain. Hal itu karena Kunti menceritakan anugerah yang
pernah diberikan oleh Rishi Durvasa yang mendatangi kerajaan ayahnya. Anugerah
berupa mantera untuk memanggil para Dewata agar mendapatkan karunia berupa
putra dari mereka.

Pandu pun meminta Kunti memanggil Dewa Dharma. Maka lahirlah Yudhistira
yang baik kepribadiannya juga bijaksana. Konon rupa Yudhistira sama persis dengan
rupa Dewa Dharma. Setahun kemudian, Pandu meminta Kunti melakukannya lagi.
Diundanglah Dewa Vayu (Bayu), Dewa yang terkuat dari antara para Dewa. Dari Dewa
Vayu lahirlah Bhimasena yang gagah perkasa. Bahkan dikatakan tidak akan pernah ada
orang yang lahir sedemikian kuat melebihi kekuatan Bhimasena. Dan Bhimasena juga
seorang yang amat pengasih. Dia begitu melindungi saudara-saudaranya juga
memperhatikan sesama manusia. Tahun berikutnya, Pandu kembali meminta Kunti
melahirkan anak baginya. Kunti pun memanggil Indradewa, Dewa yang paling
termasyhur di antara para Dewa. Dan lahirlah Arjuna. Seorang yang dilahirkan sebagai
pahlawan sejati juga memegang teguh ajaran kebenaran. Melihat anak-anak yang
dilahirkan Kunti begitu sempurna masing-masingnya, Pandu pun menginginkan Kunti
memanggil kembali Dewa yang lain. Akan tetapi Kunti mengatakan bahwa mantera itu
akan melanggar dharma apabila digunakan lebih dari tiga kali. Mendengar hal itu,
Pandu pun bersedih. Melihat hal itu, Kunti menjanjikan akan mengajar Madri, istri
Pandu yang lain untuk merapal mantera tersebut. Dan Madri pun melaksanakan niat
itu; dia memanggil Sang Kembar, tabib para Dewata, Ashwin Kumar. Maka Madri
dianugerahi sepasang anak kembar yang tampan-tampan yaitu Nakula dan Sadewa.
Tidak cuma tampan, Nakula dan Sadewa memiliki keberanian dan kebijaksaan juga.

Bersamaan dengan kelahiran Bhimasena, Permaisuri Gandhari pun melahirkan


putera pertamanya yaitu Duryodhana. Setelah itu, istri Raja Dhristrata itu juga
melahirkan 99 putera dan 1 orang puteri. Ketika Duryodhana lahir, Raja Dhristrata
mendapatkan firasat yang tidak baik. Dia pun membicarakan hal itu dengan Widura,
adiknya yang lahir dari dayang Ibundanya. Widura mengatakan bahwa kelahiran
Duryodhana mengawali kejadian yang paling mengerikan yang akan menimpa seluruh
keluarga yaitu lenyapnya dinasti Kuru. Akan tetapi karena baru mendapatkan putera
mahkota calon penggantinya, Raja Dhristrata tidak menghiraukan firasat dan makna
yang diungkapkan oleh Widura. Sementara itu, setelah hidup layaknya pertapa dengan
bahagia selama 15 tahun lebih, di saat Kunti dan anak-anaknya berjalan-jalan ke dalam
hutan, Pandu hanya tinggal berdua bersama Madri istrinya di dalam Ashram. Karena
sudah lama tidak memadu kasih, Pandu begitu terpesona oleh kecantikan Madri,
istrinya itu, hingga lupa akan kutukan sepasang Rishi yang pernah dipanahnya ketika
dalam wujud rusa. Sebelum sempat mencumbu istrinya, Pandu pun meninggal. Madri
sangat terpukul atas kejadian ini. Dia menyalahkan diri tidak bisa menahan nafsu
suaminya agar tidak mencumbu dirinya hingga berakibat kematian Pandu. Dia meraung
sekeras-kerasnya, hingga terdengar oleh Kunti dan anak-anaknya di dalam hutan. Madri
memutuskan untuk ikut membakar diri bersama dengan pembakaran mayat Pandu.
Sementara Kunti yang lebih memikirkan nasib anak-anaknya kelak memilih kembali ke
Hastinapura bersama para Pandawa.

Anda mungkin juga menyukai