Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya


Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan
kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan masalah
tersendiri dalam pelaksanaan program Kependudukan dan Keluarga
Berencana. Program ini tidak semata-mata bertujuan untuk mengendalikan
jumlah pertumbuhan penduduk, tetapi lebih mendasar adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan pembangunan sumber daya
manusia (SDM) yang andal dikemudian hari. Berbagai bukti emperis
menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan dan kemajuan bangsa
ditentukan oleh kualitas SDM dan bukan oleh yang lain termasuk
melimpahnya sumber daya alam.

Seiring dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009


tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya
mempunyai tugas fungsi penyelenggaraan bidang keluarga berencana saja
tetapi juga mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan,
kerjasama dan pendidikan kependudukan, pendidikan dan latihan
kependudukan dan peningkatan penyediaan data informasi kependudukan.
Grand Desain Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun
2010-2035 merupakan dokumen perencanaan penting yang nantinya
menjadi pedoman dan menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dan mitra
kerja dalam menyelenggarakan Pengendalian Kuantitas Penduduk di
Provinsi Maluku.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berikut telah dapat dirumuskan Grand Desain Pengendalian Kuantitas
Penduduk Provinsi Maluku yang diharapkan dapat memberikan arah bagi
pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2035. Disamping itu, rancangan induk
pengendalian kuantitas penduduk ini dimaksudkan untuk menjadi pendoman
bagi penyusunan peta kerja (road map) pengendalian kuantitas penduduk
untuk kurun waktu sampai dengan tahun 2035. Selain itu, Grand Design ini
juga diharapkan dapat membangun komitmen para pemangku kepentingan
dan penentu kebijakan (prime stakeholder) tentang pentingnya upaya
pengendalian kuantitas penduduk bagi keberhasilan pembangunan.
Diharapkan rancangan induk ini dapat menjadi pedoman bagi kemeterian,
lembaga pemerintah, serta pemerintah daerah dalam perencanaan
pembangunan yang berwawasan kependudukan.

Akhir kata, Kami sampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih


kepada Koalisi Kependudukan Provinsi Maluku dan SKPD di Provinsi
Maluku, Perwakilan SKPD KB Kab/Kota di Maluku dan semua pihak yang
telah banyak menyumbangkan pikiran dan tenaganya hingga Grand Desain
Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun 2010-2035
tersusun dengan baik.

ii
Semoga buku ini bermanfaat bagi upaya untuk mewujudkan pembangunan
yang berwawasan kependudukan demi kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan termasuk kesejahteraan generasi mendatang.

Ambon, 20 Mei 2013

Drs. Djufry Assegaff


Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi
Maluku

iii
KATA PENGANTAR

Pembangunan di berbagai bidang tidaklah berdiri sendiri melainkan


bertumpu pada aspek kependudukan. Sebuah negara terbentuk karena
memiliki tiga pilar utama yaitu wilayah, penduduk, pemerintahan, sehingga
pengabaian terhadap aspek kependudukan sama artinya dengan
mengabaikan pilar utama terbentuknya negara. Pembangunan sebagai
suatu proses yang berlangsung terus menerus bertujuan menciptakan
kesejahteraan penduduk. Namun peningkatan kesejahteraan penduduk
akan sulit tercapai tanpa memperhatikan situasi kependudukan sebagai
asumsi dasar dan pijakan utama pembangunan. Penduduk harus menjadi
titik sentral dan perlu disadari tentang pentingnya mengintegrasikan
berbagai variable kependudukan dalam setiap proses pembangunan,
sehingga terwujud pembangunan berwawasan kependudukan.

Masalah utama yang dihadapi adalah belum adanya persepsi atau


pemahaman yang sama antara daerah tentang penting dan strategisnya
program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan
kemajuan daerah di masa depan. Program ini tidak semata-mata bertujuan
untuk mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk, tetapi lebih
mendasar adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang handal dikemudian hari.

Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun


2010-2035 merupakan pedoman penting yang nantinya menjadi pedoman
dan menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam
menyelenggarakan pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku.
Kami berharap Grand Design ini dapat memberikan arah bagi pelaksanaan
pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku dari tahun 2010-2035.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada


seluruh anggaota tim kerja Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk
serta berbagai pihak bagi upaya untuk mewujudkan pembangunan yang
berwawsan kependudukan demi kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.

Ambon, 20 Mei 2013

Ir. Marits Th. Hetharia, M.Si


Ketua Koalisi Indonesia
Untuk Kependudukan
dan Pembangunan Provinsi Maluku

iv
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR BAGAN vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 2
1.2. Dasar Hukum 5
1.3. Konsep dan Definisi 6
1.4. Kondisi Saat Ini 8
1.5. Kondisi yang Diinginkan 11
1.6. Permasalahan 14
1.7. Tujuan Grand Design 15

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN


2.1. Visi 16
2.2. Misi 16
2.3. Kebijakan 16
2.4. Tujuan 17
2.5. Sasaran Umum 18
2.6. Ukuran Keberhasilan 18
2.7. Strategi Pelaksanaan 19
2.8. Alur Pikir 19

BAB III. POKOK-POKOK PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK


3.1. Pengaturan Fertilitas 20
3.2. Penurunan Mortalitas 21
3.3. Pengarahan Mobilitas 22
3.4. Penyerasian Kebijakan Pengendalian
Kuantitas Penduduk 23
3.5. Target Pencapaian 24
(a). Fertilitas 24
(b). Mortalitas 26

BAB IV. ROAD MAP GRAND DESIGN PENGENDALIAN


KUANTITAS PENDUDUK
4.1. Tujuan Road Map 27
4.2. Sasaran Lima Tahun 28
4.3. Keterkaitan Grand Design
dengan Road Map 32

v
BAB V. PENUTUP 34
DAFTAR PUSTAKA 37

vi
DAFTAR BAGAN
Bagan I
Alur Pikir Pengendalian Kuantitas Penduduk 19

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Tahapan Pencapaian Road Map Tahun 2010-2035 32

viii
DAFTAR GAMBAR
Tabel. 1.
Jumlah Pus dan Peserta KB Provinsi Maluku 10
Tahun 2010

Tabel. 2.
Sasaran Grand Design 33
Pengendalian Kuantitas Penduduk
Provinsi Maluku Tahun 2010-2035

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahirnya undang – undang Repubik Indonesia Nomor 52 tahun

2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga maka BKKBN tidak hanya mengurusi Program Keluarga

Berencana dan Keluarga Sejahtera tetapi mengurusi juga Program

yang kaitannya dengan kependudukan. Secara umum, penduduk

mempunyai tiga matra pokok, yaitu aspek kuantitas, kualitas, serta

mobilitas penduduk. Di samping ketiga matra ini, ada aspek

pendukung lainnya yaitu masalah administrasi kependudukan yang

berkenaan dengan ketiga matra tersebut. Di Indonesia, keempat

aspek kependudukan ini masih menghadapi kendala dan tantangan

yang cukup berat.

Dari sisi kuantitas, penduduk Maluku berjumiah sangat kecil

jika dibandingkan dengan Provinsi – Provinsi lainya di Indonesia. Saat

ini, penduduk Maluku diperkirakan berjumiah sekitar 1.533.506 jiwa

dengan angka laju pertumbuhan penduduk sesuai hasil Sensus

Penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 2,80%.

Masalah kedua berkenaan dengan kualitas penduduk yang

relatif masih rendah. Dari sisi kualitas, jumlah penduduk Maluku yang

sangat kecil, ternyata tidak diimbangi dengan mutu sumber daya

manusia yang memadai. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

Maluku pada tahun 2010 masih berada ditataran bawah yaitu sebesar

2
71, 42 atau peringkat 20 secara Nasional. Kualitas penduduk yang

masih rendah ini ditandai antara lain dengan angka kematian yang

masih tinggi, tingkat pendidikan yang rendah, serta angka kemiskinan

yang masih besar jumlahnya. Kondisi Kependudukan yang ada

sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang

dilaksanakan pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti

dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan

pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk

yang besar tapi dengan tingkat kualitas yang rendah akan menjadikan

penduduk sebagai beban pembangunan.

Fenomena ketiga adalah masalah persebaran penduduk. Dari

sisi persebaran dan mobilitas penduduk, dijumpai ketimpangan

persebaran penduduk yang tidak merata dan terkonsentrasi hanya di

Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah. Secara umum

lingkungan banyak memberikan pengaruh pada kualitas kehidupan

penduduk. Pada kondisi sekarang ini terjadi pemanfaatan sumber

daya alam yang berlebihan, seperti : penebangan liar dan

pembakaran hutan, pemanfaatan lahan liar (tempat tinggal di

bantaran sungai, daerah kumuh perkotaan), ketidakdisiplinan dalam

koordinasi dan pelaksanaan pembangunan tata kota yang

menyebabkan banjir, beban pemerintah bertambah berat dengan

semakin bertambahnya penduduk miskin.

Masalah keempat adalah masalah data, informasi, dan

administrasi kependudukan. Dari sisi data/administrasi

kependudukan, catatan rutin kependudukan atau registrasi vital


3
penduduk belum terdokumentasi secara lengkap dan komprehensif.

Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan pencatatan atau registrasi belum

bisa dilakukan dengan tertib, disiplin, serta cermat sesuai ketentuan.

Di sisi lain, penduduk sebagai modal dasar pembangunan

adalah titik sentral dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah serta diiringi

dengan laju pertumbuhan yang cepat akan memperlambat

tercapainya tujuan pembangunan. Sebaliknya, keberhasilan dalam

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatkan

kualitas penduduk akan mendorong pembangunan di semua aspek

dan mempercepat terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Dengan

demikian arah kebijakan pemerintah dalam menyelenggarakan

pembangunan senantiasa memperhatikan aspek kependudukan, dan

lingkungan hidup.

Negara-negara maju saat ini pada umumnya tidak memilki

Sumber Daya Alam (SDA) yang memadai namun memiliki Sumber

Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan berkualitas. Sebaliknya

banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) memiliki SDA yang

melimpah akan tetapi belum diimbangi dengan SDM yang tangguh

dan berkualitas, tetap tertinggal dari negara-negara yang sudah

berkembang.

Pada saat ini diharapkan terjadi pergeseran paradigma yang

mengedepankan pola pembangunan yang berwawasan

kependudukan. Pembangunan yang demikian mengandung dua

makna, pertama: pembangunan yang disesuaikan dengan potensi


4
dan kondisi penduduk yang ada; Kedua: pembangunan sumber daya

manusia, yaitu pembangunan yang lebih menekankan kualitas

sumber daya manusia dibandingkan peningkatan infrastruktur

semata. Kedepan perencanaan pembangunan maupun

implementasinya tidak dapat lagi mengabaikan peran penduduk

sebagai objek maupun subjek atau agen pembangunan.

Untuk mengatasi masalah kependudukan di Maluku yang

demikian kompleks, serta sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang

Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, Pemerintah perlu membuat semacam Grand

Design Pembangunan Kependudukan di Maluku. Grand Design

Pembangunan Kependudukan di Maluku hanya 1 (satu) aspek

pembangunan kependudukan, yaitu Grand Design Pengendalian

Kuantitas Penduduk.

Berikut adalah pokok-pokok pikiran tentang Grand Design

Pembangunan Kependudukan, yaitu Grand Design Pengendalian

Kuantitas Penduduk.

1.2. Dasar Hukum

Berbagai landasan hukum yang mendasari pelaksanaan Grand

Design Pengendalian Kuantitas Penduduk dapat disebutkan antara

lain sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar tahun 1945;

b. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Pembangunan Nasional;
5
c. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;

d. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;

e. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional;

f. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang

Berkeadilan;

g. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

h. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No.

27 Tahun 2011 tentang Tim Penyusun Grand Design

Pembangunan Kependudukan Tahun 2011 - 2035.

1.3. Konsep dan Definisi

Berbagai konsep dan definisi dari beberapa parameter

kependudukan yang digunakan dalam penyusunan Grand Design

antara lain :

1. Penduduk didefinisikan bahwa setiap orang yang berdomisili

atau bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara dalam

waktu yang cukup lama.

2. LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) adalah pertambahan

penduduk pada daerah tertentu dan dalam periode tertentu.

3. TFR (Total Fertility Rate) adalah angka kelahiran total yaitu

rata-rata anak yang dimiliki oleh seseorang perempuan


6
sampai pada akhir masa reproduksinya dengan ketentua

perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR

dihitung.

4. NRR (Net Reproduction Rate) adalah angka fertilitas yang

telah memperhitungkan faktor mortalitas, yaitu kemungkinan

bayi perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa

reproduksinya.

5. CBR (Crude Birth Rate) adalah angka kelahiran kasar atau

banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahun) per

1000 penduduk pada periode yang sama.

6. CPR (Contraceptive Prevalence Rate) proporsi perempuan

usia reproduksi yang menggunakan (atau mitra yang

menggunakan metode kontrasepsi pada titik tertentu dalam

waktu tertentu.

7. IMR (Infant Mortality Rate) Angka Kematian Bayi atau

banyaknya kematian bayi (anak usia kurang satu tahun) pada

suatu periode (tahun) tertentu per 1000 kelahiran hidup

periode/tahun yang sama.

8. CDR (Crude Death Birth Rate) Angka Kematian Kasar,

banyaknya kematian pada suatu periode (tahun) tertentu per

1000 penduduk tengah periode/tahun yang sama.

9. Life Expectancy adalah usia harapan hidup seorang yang

dihitung berdasarkan statistik probabilitas.

10. Migrasi Masuk adalah masuknya penduduk dari suatu daerah

asal ke suatu daerah dengan tujuan menetap.


7
11. Migrasi Keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu daerah

asal ke suatu daerah dengan tujuan menetap.

12. Migrasi Neto adalah selisih antara migrasi masuk dan migrasi

keluar,

13. Migrasi Bruto adalah jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.

14. Migrasi semasa hidup adalah migrasi berdasarkan tempat

kelahiran.

15. Migrasi Risen adalah migrasi berdasarkan tempat tinggal lima

tahun yang lalu

1.4. Kondisi Saat Ini

Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah

penduduk di Provinsi Maluku 1.533.506 yang mencakup penduduk

yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 569.395 jiwa

(37,13 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 964.111 jiwa

(62,87 persen). Tingginya jumlah penduduk tersebut masih bisa

bertambah pesat seiring laju pertumbuhan penduduk (LPP) dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 2,80 persen pertahun disertai total

fertility rate (TFR) sebesar 3,7 berdasarkan data SDKI 2007. Selain

itu salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah penduduk adalah

karena semakin kondusifnya wilayah Maluku setelah berakhirnya

konflik sosial pada tahun 1999 - 2002.

Laju pertumbuhan penduduk Maluku tahun 2010 menunjukkan

angka 2,80, hal ini cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi yang

lain di Indoensia. Kemungkinan besar penyebabnya adalah arus


8
migrasi balik dan migrasi keluar yang merupakan akibat dari konflik

sosial yang pernah terjadi. Kontribusi dari pertumbuhan alamiah

(natural increase) tidak dapat disangkal sangat mempengaruhi laju

pertumbuhan penduduk di Maluku.

Sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk yang tidak

memenuhi harapan ini tidak terlepas dari melemahnya Program

Keluarga Berencana Nasional sejak satu dekade belakangan setelah

berlakunya otonomi daerah, terutama setelah penyerahan

kewenangan program KB diberikan ke kabupaten/kota. Undang-

Undang otonomi daerah pada awalnya memang tidak menyatakan

urusan KB sebagai urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten/Kota. Dengan demikian keberlangsungan

program KB di daerah sangat tergantung dari pemahaman dan

persepsi Pemerintah Kabupaten/Kota tentang penting dan

strategisnya Program KB bagi kemajuan daerah. Kondisi ini

menyebabkan kelembagaan KB di daerah sangat lemah, tenaga

program yang tercerai berai, serta dukungan sarana, prasarana dan

anggaran KB yang sangat tidak memadai.

Melemahnya Program KB ini kemudian terbukti dari

stagnannya pencapaian peserta KB di Maluku yang tetap sekitar 34%

serta tingginya angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR) sebesar

3,7 anak per wanita pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI 2007). Di sisi lain angka “unmet need” KB meningkat menjadi

22,4% (SDKI 2007).

9
Selain itu, pencapaian Program KB tidak merata antar

Kabupaten/Kota. Disparitas pencapaian program ini sangat besar

yang antara lain dapat ditunjukkan dari “range” peserta KB yang

berkisar dari 56,2% (Kota Tual) sampai 86,5% (Kabupaten Maluku

Tenggara) lebih jelasnya dilihat pada table berikut ini :

Tabel. 1 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan Peserta KB Maluku Tahun 2010

No Kabupaten/Kota PUS Peserta KB Prevalensi

1 Maluku Tengah 60,851 44,266 72,74

2 Maluku Tenggara 32,111 27,780 85,51

3 Ambon 39,946 31,292 78,34

4 Maluku Tengara Barat 15,044 10,871 72,26

5 Buru 20,300 14,625 72,04

6 Seram Bagian Barat 29,339 20,970 71,47

7 Seram bagian Timur 20,339 14,420 70,69

8 Kepulauan Aru 17,945 13,031 72,62

9 Tual 7,082 3,982 56,23

10 Buru Selatan 12,481 9,759 78,19

11 Maluku Barat Daya 10,696 6,593 61,64

Maluku 266,194 197,589 74,23

Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam

bidang kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap

pembangunan kependudukan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Program KB Nasional yang telah dirintis sejak tahun 1970 merupakan

rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil

berkualitas sebagai upaya penting dalam mencapai pembangunan

yang berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya

10
pengendalian kuantitas penduduk melalui keluarga berencana, serta

peningkatan dan pengembangan kualitas penduduk melalui

perwujudan keluarga kecil yang diharapkan menjadi dasar tumbuhnya

keluarga berkualitas yang memberi peluang pada pembentukan

sumber daya manusia Indonesia yang lebih handal, tangguh dan

mandiri.

Kondisi yang kurang menguntungkan bagi Program KB ini

kemudian disadari sehingga Pemerintah dan DPR merevisi Undang-

Undang Pemerintah Daerah yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Peraturan Pemerintah yang mencakup penetapan urusan KB sebagai

urusan yang wajib dilakukan di daerah.

Kondisi program KB yang semakin menguat kemudian ditandai

dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang

mencakup antara lain penguatan program KB dan sekaligus

mengukuhkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional.

1.5. Kondisi Yang Diinginkan

Dalam jangka panjang kondisi kependudukan yang diinginkan

adalah tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu

besar. Dari kondisi ini diharapkan bahwa jumlah bayi yang lahir

diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehingga

11
penduduk menjadi stasioner. Untuk mencapai kondisi penduduk

tumbuh seimbang (PTS), diharapkan angka kelahiran total (TFR)

akan menjadi 2,1 per wanita atau Net Reproduction Rate (NRR)

sebesar 1 per wanita pada tahun 2015. Selanjutnya secara berlanjut

angka fertilitas total menjadi 2,08 per wanita dan NRR NRR menjadi

0,99 pada tahun 2020. Kemudian pada tahun 2035, angka fertilitas

total diharapkan menjadi 2,01 per wanita dan NRR sebesar 0,96.

Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk

terus menurun sampai dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi

maka pada jangka panjang penduduk Maluku bisa mengalami

penurunan seperti fenomena yang terjadi di negara-negara maju yang

TFR nya telah di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di

bawah 1 per wanita. Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas

yang sangat rendah akan mengakibatkan proporsi penduduk lanjut

usia (lansia) akan sangat besar sehingga akan menyebabkan

masalah tersendiri yang tidak kalah peliknya.

Di sisi lain, angka kematian di Maluku diharapkan terus

menurun sedangkan angka harapan hidup secara konsisten terus

meningkat. Angka kematian bayi pada kurun waktu 2010-2015

diharapkan akan turun menjadi 29,8 per 1000 kelahiran hidup dan

terus menurun secara berlanjut sehingga pada periode 2030-2035

menjadi 20,7 per 1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan menurunnya

angka kematian bayi, angka harapan hidup juga meningkat, menjadi

72,4 pada periode tahun 2030-2035.

12
Selain tingkat kelahiran, mobilitas penduduk juga

mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Maluku. Persentase

distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang

terendah sebesar 3,50 persen di Kabupaten Buru Selatan hingga

yang tertinggi sebesar 23,59 persen di Kabupaten Maluku Tengah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran penduduk di Provinsi

Maluku sangat tidak merata. Tingkat kepadatan penduduk di Maluku

rata-rata adalah 33 jiwa/km² dengan tingkat kepadatan tertinggi di

Kota Ambon yaitu 879 jiwa/km², sedangkan tingkat kepadatan

terendah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu 10 jiwa/km². Hal

ini menunjukkan gejala bahwa arus urbanisasi dari desa ke kota

sangat besar. Pertambahan penduduk di Kota Ambon yang tidak

memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai kelak akan

menjadi beban bagi lingkungan pemukiman, perumahan, lapangan

kerja dan sanitasi.

Usaha pembangunan perkotaan menjadi sulit karena derajat

hidup, kesehatan dan pendapatan penduduk yang rendah akan

menjadi beban pemerintah kota. Penduduk yang pindah dari desa ke

kota tidak siap menghadapi berbagai tantangan dan persaingan keras

dalam kehidupan masyarakat kota sehingga menimbulkan daerah

miskin perkotaan (slum areas), kriminalitas yang meningkat dan

penyandang masalah sosial bertambah.

13
1.6. Permasalahan

Program utama untuk mengendalikan kuantitas dan laju

pertumbuhan penduduk adalah melalui Program Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional. Masalah utama yang dihadapi dalam

program ini adalah belum adanya persamaan persepsi dan

pemahaman tentang pentingnya program kependudukan dan

Keluarga Berencana ini bagi pembangunan bekelanjutan di daerah.

Pemahaman yang keliru tentang program ini mengakibatkan

kurangnya prioritas yang diberikan Pemerintah Kabupaten/Kota

terhadap masalah kependudukan dan keluarga berencana.

Kurangnya perhatian dan prioritas dari pemerintah daerah ini

tercermin dari lemahnya lembaga yang menangani masalah

kependudukan dan KB, tidak disediakannya tenaga yang memadai

(terutama penyuluh KB di lapangan), serta tidak tersedianya sarana,

prasarana, dan anggaran yang cukup untuk pengelolaan program di

daerah. Masalah utama dari upaya peningkatan kesehatan atau

penurunan angka mortalitas antara lain berkaitan dengan masalah

akses dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk akibat dari kondisi

geografis Maluku yang memang sangat sulit.

14
1.7. Tujuan Grand Design

Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini

dimaksudkan untuk:

(a) Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian

kuantitas penduduk di Provinsi Maluku 2010-2035;

(b) Menjadi pedoman bagi penyusunan Road Map pengendalian

kuantitas penduduk 2010-2015, 2015-2020, 2020-2025,

2025-2030, dan 2030-2035.

(c) Menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam

perencanaan pembangunan yang berwawasan

kependudukan.

15
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

2.1. Visi

Visi dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk adalah:

Terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara

jumlah, struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup

baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung

lingkungan, tetapi juga dengan kondisi perkembangan sosial dan

budaya masyarakat.

2.2. Misi

Misi dari Grand Design pengendalian Kuantitas Penduduk mencakup

dua hal berikut:

(a) Membangun komitmen para pemangku kepentingan dan penentu

kebijakan (prime stakeholders) tentang penting dan strategisnya

upaya pengendalian kuantitas penduduk bagi pembangunan

berkelanjutan;

(b) Membentuk atau menyempurnakan peraturan perundang-

undangan (regulasi) yang mendukung upaya pengendalian

kuantitas penduduk.

2.3. Kebijakan

Terdapat tiga arah kebijakan yang dirumuskan dalam Grand

Design Pengendalian Kuantitas Penduduk, yaitu:

16
(a) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui

penetapan perkiraan angka fertilitas, mortalitas, dan mobilitas

penduduk;

(b) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dimaksudkan agar

kuantitas penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan

daya tampung lingkungan;

(c) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan tidak

hanya pada tingkat Provinsi tetapi juga pada tingkat

Kabupaten/kota secara berkelanjutan.

2.4. Tujuan

Tujuan utama dari pengendalian kuantitas penduduk dapat

dirumuskan sebagai berikut:

(a) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui

rekayasa kondisi penduduk optimal yang berkaitan dengan

jumlah, struktur/komposisi, pertumbuhan, serta persebaran

penduduk;

(b) Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk

sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung

lingkungan secara kedaerahan melalui pengendalian angka

kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan

mobilitas penduduk.

17
2.5. Sasaran Umum

Pada hakekatnya, pengendalian kuantitas penduduk

mempunyai tiga sasaran pokok kuantitatif, yang mencakup fertilitas,

mortalitas, dan persebaran penduduk.

Sasaran fertilitas diarahkan pada pencapaian kondisi

penduduk tumbuh seimbang (PTS) pada tahun 2015 yang ditandai

dengan TFR sebesar 3,0 per wanita dan NRR sebesar 1,39 per

wanita. Kondisi perlu secara konsisten diturunkan sehingga tahun

2020 TFR mencapai 2,9 per wanita sedangkan NRR menjadi 1,34 per

wanita. Kondisi ini terus dipertahankan untuk kurun waktu yang lama

untuk mencapai kondisi penduduk stabil (stasioner).

Dari sisi mortalitas angka kematian bayi diharapkan terus

menurun sehingga pada periode waktu 2020 – 2025 menjadi 24,5 per

1000 kelahiran hidup dan menjadi 20,7 per 1000 kelahiran hidup pada

kurun waktu 2030-2035.

Dari aspek persebaran penduduk diaharapkan akan terjadi

persebaran yang lebih merata sesuai dengan daya dukung alam dan

daya tampung lingkungan.

2.6. Ukuran Keberhasilan

Keberhasilan dari Grand Design Pengendalian Kuantitas

Penduduk ini akan dilihat dari sejauh mana sasaran-sasaran

kependudukan tersebut dapat dicapai pada setiap periode waktu,

seperti pemakaian kontrasepsi, angka kelahiran total, Net

Reproduction Rate, angka kelahiran kasar, laju pertumbuhan


18
penduduk, serta jumlah penduduk. Termasuk juga di dalamnya

adalah sasaran-sasaran mortalitas seperti angka kematian bayi dan

angka harapan hidup.

2.7. Strategi Pelaksanaan

Di tingkat daerah, strategi pelaksanaan dari Grand Design

Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup dua hal pokok, yaitu:

(1) Melalui penyelesaian Peraturan Pemerintah dan regulasi ikutan

sebagai penjabaran Undang-Undang No. 52 tahun 2009.

(2) Implementasi kebijakan atau program yang berkaitan dengan

komponen-komponen pengendalian kuantitas penduduk dan

pelaksanaan upaya pengendalian fertilitas, penurunan mortalitas,

dan pengarahan mobilitas penduduk.

2.8 Alur Pikir

Catatan :

*) PKP : Pengendalian Kuantitas Penduduk

19
BAB III
POKOK-POKOK PENGENDALIAN
KUANTITAS PENDUDUK

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan tiga

komponen utama kependudukan, yaitu: (1) pengaturan fertilitas; (2)

penurunan mortalitas; dan (3) pengarahan mobilitas.

3.1. Pengaturan Fertilitas

Pengaturan fertilitas dilakukan melalui Program Keluarga

Berencana yang mengatur tentang:

(a) Usia ideal perkawinan;

(b) Usia ideal melahirkan;

(c) Jarak ideal melahirkan; dan

(d) Jumlah ideal anak yang dilahirkan.

Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program keluarga

berencana pada hakekatnya dilaksanakan untuk membantu

pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan memenuhi

hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan:

(a) Pengaturan kehamilan yang diinginkan;

(b) Penurunan angka kematian bayi dan angka kematian

ibu;

(c) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan;

(d) Peningkatan kesertaan KB pria; dan

(e) Promosi pemanfaatan air susu ibu.

20
Pengaturan fertilitas melalui program keluarga berencana juga

dilakukan dengan:

(a) Larangan aborsi sebagai upaya pengaturan kehamilan;

(b) Peningkatan akses dan kualitas KIE dan pelayanan kontrasepsi

di daerah;

(c) Larangan pemaksaan pelayanan KB, karena bertentangan

dengan HAM;

(d) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma

agama, budaya, etika, dan juga kesehatan; dan

(e) Perhatian bagi penyediaan kontrasepsi bagi penduduk miskin

di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan.

3.2. Penurunan Mortalitas

Penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan

penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh

dimensinya. Penurunan angka kematian ini diprioritaskan kepada

upaya:

(a) Penurunan angka kematian ibu hamil;

(b) Penurunan angka kematian ibu melahirkan;

(c) Penurunan angka kematian pasca melahirkan; dan

(d) Penurunan angka kematian bayi dan anak.

Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh

pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-

undangan dan norma agama.


21
Di samping itu, upaya penurunan angka kematian difokuskan pada:

(a) Kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri (pasutri);

(b) Keseimbangan akses dan kualitas KIE dan pelayanan;

(c) Pencegahan dan pengurangan resiko kesakitan dan kematian;

dan

(d) Partisipasi aktif keluarga dan masayarkat.

3.3. Pengarahan Mobilitas

Pengarahan mobilitas penduduk bertujuan untuk mewujudkan

persebaran penduduk optimal yang didasarkan pada keseimbangan

jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung

lingkungan. Mobilitas penduduk dibagi menjadi dua kategori, yaitu

mobilitas penduduk lokal dan mobilitas penduduk regional.

Mobilitas Lokal

Mobilitas penduduk lokal mencakup hal-hal berikut:

(1) Mobilitas penduduk permanen dan non permanen;

(2) Mobilitas penduduk ke daerah penyangga dan ke pusat

pertumbuhan ekonomi baru;

(3) Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar

daerah;

(4) Urbanisasi; dan

(5) Persebaran penduduk ke daerah perbatasan dan daerah

tertinggal serta pulau-pulau kecil terluar.

22
Mobilitas penduduk lokal dilakukan dengan menghormati hak

setiap penduduk untuk bebas bergerak, berpindah, dan bertempat

tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pemerintah daerah menetapkan kebijakan mobilitas penduduk

sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.

Perencanaan pengarahan mobilitas penduduk dan/atau

persebaran penduduk dilakukan dengan menggunakan data dan

informasi persebaran penduduk dengan memperhatikan Rencana

Tata Ruang Wilayah.

Pengembangan sistem informasi kesempatan kerja yang

memungkinkan penduduk untuk melakukan mobilitas ke daerah

tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Mobilitas Nasional

Pelaksanaan mobilitas penduduk regional dilaksanakan melalui

kerjasama antar Provinsi pengirim dan penerima migran Provinsi ke

dan dari Maluku sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah

diterima dan disepakati oleh pemerintah daerah Maluku.

3.4 Penyerasian Kebijakan Pengendalian Kuantitas Penduduk

Dengan kuantitas penduduk yang sedikit dan kualitas yang

rendah akan sangat sulit mencapai sasaran-sasaran pembangunan

seperti antara lain yang tertuang di dalam sasaran Millenium

Development Goals (MDGs). Oleh karena itu, upaya untuk

23
mengendalikan kuantitas penduduk dan meningkatkan kualitas

penduduk adalah menjadi tanggung jawab semua sektor.

Pengendalian kuantitas penduduk tidak mungkin dilakukan

oleh satu atau beberapa lembaga saja. Namun membutuhkan

dukungan dan komitmen yang besar dari semua sektor dan

pemerintah daerah. Oleh karena itu, setiap perundang-undangan,

regulasi, kebijakan, program maupun kegiatan sektor harus selaras

dengan upaya pengendalian penduduk. Melalui penyelarasan

kebijakan ini diharapkan sasaran-sasaran pengendalian kuantitas

penduduk seperti tertuang dalam road map akan lebih mudah dicapai.

3.5 Target Pencapaian

Dalam Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini

telah ditetapkan sasaran-sasaran kependudukan yang harus dicapai

yang mencakup hal-hal berikut:

(a) Fertilitas

Pada tahun 2015 diharapkan peserta KB di Maluku akan

berjumlah sebesar 73,83% dari pasangan usia subur (PUS).

Peserta KB ini secara konsisten diharapkan meningkat sehingga

pada tahun 2020 peserta KB di Maluku akan berjumlah 74,81%

dari PUS. Kondisi ini akan ditingkatkan sampai dengan tahun 2035

sebesar 77,6%.

Sejalan dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi, angka

fertilitas total (TFR) juga diharapkan menurun dengan konsisten.


24
Pada tahun 2015 diperkirakan angka fertilitas total akan menurun

mencapai sebesar TFR sebesar 3,0 per wanita atau net

reproduction rate (NRR) sebesar 1.39 per wanita.

Angka fertilitas ini secara konsisten diharapkan terus menurun

sehingga pada tahun 2035, angka fertilitas total di Maluku

mencapai 2,6 anak per wanita dan net reproduction rate sebesar

1,19 per wanita. Di sisi lain angka kelahiran kasar (crude birth

rate/CBR) juga menurun dari sekitar 23,7 kelahiran per 1000

penduduk pada tahun 2015 menjadi sekitar 19,8 kelahiran per

1000 penduduk pada tahun 2035.

Sejalan dengan keberhasilan meningkatkan pemakaian

kontrasepsi dan penurunan angka fertilitas, maka laju

pertumbuhan penduduk juga menurun secara konsisten. Pada

tahun 2015 diharapkan laju pertumbuhan penduduk akan menurun

menjadi 1,80% dan menurun secara terus menerus sehingga pada

tahun 2035 laju pertumbuhan penduduk akan menjadi 1,33%.

Dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk tersebut, maka

diperkirakan total penduduk Maluku pada tahun 2015 menjadi

1.682.979 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2.321.499 jiwa pada

tahun 2035.

25
(b) Mortalitas

Penurunan angka fertilitas tersebut di atas juga akan diikuti oleh

penurunan angka mortalitas secara berlanjut. Angka kematian

bayi (IMR) akan menurun dari sekitar 28,3 kematian per 1000

kelahiran pada kurun waktu 2010-2015 menjadi sekitar 20,7

kematian per 1000 kelahiran pada periode tahun 2030-2035.

Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, angka harapan

hidup waktu lahir (life expectancy at birth) juga meningkat. Pada

tahun 2010-2015 diharapkan angka harapan hidup mencapai

70,20. Pada periode tahun 2020-2025 diperkirakan angka harapan

hidup mencapai 71,3 tahun Kemudian pada periode tahun 2030-

2035, angka harapan hidup mencapai 72,4 tahun.

Patut dicatat bahwa penurunan angka fertilitas akan menyebabkan

proporsi penduduk usia muda akan semakin menurun dan

sebaliknya proporsi penduduk usia tua akan semakin meningkat.

26
BAB IV
ROAD MAP GRAND DESIGN
PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK

Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup

besaran-besaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk

mengatasi atau mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk. Secara operasional, untuk setiap periode atau tahapan 5

(lima) tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road map) yang

mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan

kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya pengendalian kuantitas

penduduk. Road map ini diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap

sektor serta pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah

kegiatan dalam mendukung upaya pengendalian kuantitas penduduk.

Secara garis besar, tujuan road map, sasaran lima tahunan serta

keterkaitan Grand Design dengan road map dapat dilihat dalam

uraian berikut:

4.1 Tujuan Road Map

Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup

kurun waktu 2010 sampai dengan 2035. Pada setiap periode lima tahun

dari tahun 2010 akan dibuat semacam road map untuk mengetahui

sejauh mana sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk yang

harus dicapai pada setiap periode, serta kebijakan, strategi, dan

program yang perlu dilakukan, baik yang mencakup fertilitas, mortalitas

27
maupun persebaran. Dengan demikian tujuan dari road map ini dapat

berjalan secara sistematis dan terencana.

4.2 Sasaran Lima Tahunan

Tahun dasar yang digunakan dalam menyusun Grand Design

Pengendalian Kuantitas Penduduk adalah tahun 2010 yang bertepatan

dengan dilaksanakannya Sensus Penduduk.

Pada tahun 2010 ini berbagai indikator kependudukan diperkirakan

sebagai berikut :

a. Penduduk :

- Total : 1.533.506.

- Laju Pertumbuhan : 2,80.

b. Fertilitas :

- Total Fertility Rate (TFR) : 3,20.

- Net Reproduction Rate (NRR) : 1,44.

- Crude Birth Rate (CBR) : 24, 5 kelahiran per 1000 kelahiran.

- Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 34%

c. Mortalitas

- Infant Mortality Rate (IMR) : 30,1 kematian per 1000 kelahiran

hidup.

- Crude Death Rate (CDR) : 4,9 kematian per 1000 penduduk.

- Life expectancy (angka harapan hidup) : 69,80 tahun.

28
Pada tahun 2015 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator

kependudukan adalah sebagai berikut :

a. Penduduk :

- Total : 1.682.979.

- Laju Pertumbuhan : 1,80.

b. Fertilitas :

- Total Fertility Rate (TFR) : 3,08.

- Net Reproduction Rate (NRR) : 1,39.

- Crude Birth Rate (CBR) : 23,7 kelahiran per 1000 kelahiran.

- Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 73,83%

c. Mortalitas

- Infant Mortality Rate (IMR) : 28,3 kematian per 1000 kelahiran

hidup.

- Crude Death Rate (CDR) : 5,7 kematian per 1000 penduduk.

- Life expectancy (angka harapan hidup) : 70,2 tahun.

Pada tahun 2020 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator

kependudukan adalah sebagai berikut :

a. Penduduk :

- Total : 1.837.821.

- Laju Pertumbuhan : 1,72.

b. Fertilitas :

- Total Fertility Rate (TFR) : 2.96.

- Net Reproduction Rate (NRR) : 1,34.

- Crude Birth Rate (CBR) : 22,9 kelahiran per 1000 kelahiran.

- Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 74,81%


29
c. Mortalitas

- Infant Mortality Rate (IMR) : 26,4 kematian per 1000 kelahiran

hidup.

- Crude Death Rate (CDR) : 5,8 kematian per 1000 penduduk.

- Life expectancy (angka harapan hidup) : 70,8 tahun.

Pada tahun 2025 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator

kependudukan adalah sebagai berikut :

a. Penduduk :

- Total : 1.999.271.

- Laju Pertumbuhan : 1,64.

b. Fertilitas :

- Total Fertility Rate (TFR) : 2.84.

- Net Reproduction Rate (NRR) : 1,29.

- Crude Birth Rate (CBR) : 22,3 kelahiran per 1000 kelahiran.

- Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 75,77%

c. Mortalitas

- Infant Mortality Rate (IMR) : 24,5 kematian per 1000 kelahiran

hidup.

- Crude Death Rate (CDR) : 5,9 kematian per 1000 penduduk.

- Life expectancy (angka harapan hidup) : 71,3 tahun.

30
Pada tahun 2030 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator

kependudukan adalah sebagai berikut :

a. Penduduk :

- Total : 2.162.978.

- Laju Pertumbuhan : 1,51.

b. Fertilitas :

- Total Fertility Rate (TFR) : 2.72.

- Net Reproduction Rate (NRR) : 1,24.

- Crude Birth Rate (CBR) : 21,3 kelahiran per 1000 kelahiran.

- Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 76,73%

c. Mortalitas

- Infant Mortality Rate (IMR) : 22,6 kematian per 1000 kelahiran

hidup.

- Crude Death Rate (CDR) : 6,2 kematian per 1000 penduduk.

- Life expectancy (angka harapan hidup) : 71,9 tahun.

Pada tahun 2030 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator

kependudukan adalah sebagai berikut :

a. Penduduk :

- Total : 2.321.499.

- Laju Pertumbuhan : 1,33.

b. Fertilitas :

- Total Fertility Rate (TFR) : 2.6.

- Net Reproduction Rate (NRR) : 1,19.

- Crude Birth Rate (CBR) : 19,8 kelahiran per 1000 kelahiran.

- Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 77,69%


31
c. Mortalitas

- Infant Mortality Rate (IMR) : 20,7 kematian per 1000 kelahiran

hidup.

- Crude Death Rate (CDR) : 6,6 kematian per 1000 penduduk.

- Life expectancy (angka harapan hidup) : 72,4 tahun.

4.3 Keterkaitan Grand Design dengan Road Map

Road Map Pengendalian Kuantitas Penduduk periode 2010-

2015, 2015-2020, 2020-2025, 2025-2030 dan 2030-2035 akan disusun

sesuai dengan hasil pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) periode sebelumnya serta dinamika

perubahan penyelenggaraan pemerintah.

Gambar 1

Tahapan Pencapaian Sasaran Road Map

Tahun 2010 – 2035

Pada periode tahun 2010 sampai dengan 2015, diharapkan

jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di Maluku mulai terkendali

sehingga pada tahun 2030 akan dicapai kondisi penduduk tumbuh

32
seimbang (PTS). Kondisi PTS ini diindikasikan dengan pencapaian

sasaran TFR sebesar 2,19 atau NRR sebesar 1.03 per wanita. Pada

tahap berikutnya, kondisi PTS ini dapat tetap dipertahankan sampai

dengan tahun 2035 sehingga struktur penduduk menjadi terkendali.

Angka fertilitas (TFR) tidak dimaksudkan untuk terus menurun menjadi

di bawah 2 per wanita karena hal ini akan menyulitkan dikemudian hari

seperti dialami di negara-negara maju dengan pertumbuhan penduduk

yang minus.

TABEL 2 SASARAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN


KUANTITAS PENDUDUK MALUKU TAHUN 2010-2035*

TAHUN
NO INDIKATOR
2010 2015 2020 2025 2030 2035
1 PENDUDUK
- TOTAL 1.533.506 1.682.979 1.837.821 1.999.271 2.162.978 2.321.499
- LPP 2.80 1.80 1.72 1.64 1.51 1.33

2 FERTILITAS
- TFR 3,20 3,08 2,96 2,84 2,72 2.,6
- NRR 1,44 1,39 1,34 1,29 1,24 1,19
- CBR 24,5 23,7 22,9 22,3 21,3 19,8
- CPR 34 73,83 74,81 75,77 76,73 77,69

3 MORTALITAS
- IMR 30,1 28,3 26,4 24,5 22,6 20,7
- CDR 5.8 5,7 5,8 5,9 6,2 6,6
- LIFE EXPECTANCY 69,80 70,2 70,8 71,3 71,9 72,4

*) Sasaran Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini diolah dari berbagai

sumber seperti Proyeksi Penduduk tahun 2000-2025 (Bappenas), serta berbagai

sumber lainnya seperti Sensus Penduduk 2010, Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDK!) 2007, sasaran MDG’s dansebagainya.

33
BAB V
PENUTUP

Penduduk sebagai pelaku dan sasaran pembangunan oleh

karena itu di samping sebagai subyek (pelaku) pembangunan,

penduduk sekaligus adalah obyek (penikmat) hasil pembangunan.

Kebijakan pembangunan pada hakekatnya dimaksudkan untuk

mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development) yaitu kebijakan pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan penduduk saat ini, dan sekaligus juga

mempertimbangkan kesejahteraan penduduk di masa mendatang.

Kebijakan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk

saat ini tidak boleh mengorbankan kesejahteraan penduduk generasi

mendatang.

Pembangunan berawawasan kependudukan adalah

pembangunan yang mengintegrasikan berbagai variable

kependudukan ke dalam proses perencanaan, penanggaran,

pengawasan, dan evaluasi pembangunan. Tanpa pengintegrasian ini,

pembangunan dapat kehilangan maknanya dan bisa gagal untuk

menjadi penduduk sebagai pelaku dan sasaran pembangunan.

Apa kaitan antara pembangunan berwawasan kependudukan

dengan pembangunan berkelanjutan? Konsep dasar dari

pembangunan secara berkelanjutan adalah pembangunan untuk

memenuhi kebutuhan pada masa ini tanpa mengorbankan kebutuhan

generasi pada masa yang akan datang.


34
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersirat makna

pentingnya memperhatikan aspek penduduk dalam pelaksanaan

pembangunan. Tanpa memperhatikan pengelolaan jumlah penduduk

secara baik, jumlah kelahiran akan tinggi dan berdampak pada

ketersediaan sumber daya yang terbatas pada jangka panjang. Tanpa

kualitas penduduk yang baik dan pembangunan masih mengandalkan

pada ekploitasi sumber daya alam secara massif dalam jangka pendek

akan menyebabkan pembangunan berkelanjutan sulit terwujud.

Oleh karena itu, pendekatan kependudukan berbeda dari

kebijakan yang ada sebelumnya karena beberapa alasan, pertama,

kebijakan kependudukan memasukkan aspek reproduksi dan

seksualitas manusia sebagai komponen yang tidak dapat dipisahkan

dalam pembangunan manusia dan pembangunan berkelanjutan.

Kedua, strategi pemberdayaan dan pelayanan kesehatan reproduksi

akan melengkapi program pembangunan manusia yang sedang

dijalankan sekarang ini. Ketiga, pendekatan ini bersifat inklusif dan

partisifatif, memberi suara dan kekuasaan dalam pengambilan

keputusan kepada mereka yang berperan dalam reproduksi manusia

dan seksualitas.

Karena pentingnya masalah kependudukan ini dalam

pembangunan maka pada tahun 2009 telah diterbitkan Undang-

Undang Nomor 52 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga. Sebagai tindak lanjut dari terbitnya undang-

undang ini, Pemerintah memandang perlu membuat Grand Design

35
Pembangunan Kependudukan yang mencakup lima aspek, yaitu:

kuantitas, kualitas, mobilitas, data-base, serta keluarga.

Dari sisi kuantitas, jumlah penduduk Maluku sangat kecil

dengan laju pertumbuhan penduduk yang belum sepenuhnya dapat

dikendalikan. Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang lalu

menunjukkan jumlah penduduk Maluku 1.553.506 jiwa dengan laju

pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian baik target jumlah

penduduk dan laju pertumbuhan tidak dapat dicapai.

Untuk mengatasi masalah tersebut, serta dalam rangka

memberikan arah pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk

sampai dengan dua puluh lima tahun ke depan, telah disusun Grand

Design Pengendalian Kuantitas Penduduk tahun 2010-2035.

Diharapkan Grand Design ini dapat memberikan arah kebijakan bagi

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kependudukan di bidang

pengendalian kuantitas. Di samping itu, Grand Design ini hendaknya

menjadi acuan bagi penyusunan "road map" pengendalian kuantitas

penduduk dan sekaligus menjadi pedoman bagi kementerian dan

lembaga, serta pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan

yang berwawasan kependudukan.

Dengan demikian, apa yang tertuang dalam Grand Design

Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mempunyai keterkaitan yang erat

dan menjadi salah satu acuan untuk bidang kependudukan dalam

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang

dirumuskan setiap lima tahun sesuai tahapan rencana pembangunan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat

Statistik (BPS), Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population

Projection) Tahun 2000-2025, Bappenas,- BPS.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasioanl 2006, Ringkasan Proyeksi

Penduduk Indonesia 2000-2025 untuk Intern BKKBN

Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat

Statistik dan United Nations Population Fund. 2005. Proyeksi

Penduduk Indonesia 2000-2025, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan 2008, Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia 2007, Macro Internasional, Maryland.

Badan Pusat Statistik (BPS) 2011, Data Penduduk Indonesia Berdasarkan

Sensus Penduduk2010, diakses melalui internet pada tanggal 04 Juni

2012, http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=82&wilayah=Maluku

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010,

Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan KB Tahun

2010-2014 (Renstra) BKKBN, Jakarta.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010,

Survey Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dasar-dasar

Demografi, Jakarta Salemba Empat 2010


37
Puslitbang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2009, Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Provinsi Maluku

Puslitbang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2010, Survey

Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional

38
39

Anda mungkin juga menyukai