LAPORAN KASUS
“GENERAL ANESTESI DENGAN FACE MASK
PADA ULKUS DIABETIKUM PEDIS DEKSTRA”
Diajukan Kepada :
Pembimbing : Dr. Runik Istanti, Sp.An M.Sc
Disusun Oleh :
Harits Hammam Adhadi H2A011023
1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN KLINIK
ILMU ANESTESIOLOGI
Disusun Oleh:
Harits Hammam Adhadi H2A011023
Tanggal
………………………
2
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Penderita
Nama : Tn. R
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jalinan, Kedungan, Pedan
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 084275
Tanggal MRS : 10 Desember 2016
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang OK RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu pada hari Selasa, 13 Desember 2016, pukul
10.30 WIB
- Keluhan Utama : Luka di kaki kanan
- Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Bedah Umum RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu dengan keluhan terdapat luka di kaki kanan pasien. Luka
berawal kurang lebih 8 bulan yang lalu. Pasien tidak sadar tiba – tiba
dia mengetahui ada luka di kakinya. Pasien merasa kakinya tidak kena
benda tajam atau terjatuh yang bisa menyebabkan luka. Luka awalnya
kecil tapi makin lama makin dalam dan membesar. Selain itu luka
tersebut juga mengeluarkan bau yang tidak sedap. Pasien memiliki
riwayat diabetes dan mengatakan dia rajin kontrol. Pasien juga
mengatakan sudah dua kali menjalani operasi untuk membersihkan
luka di kaki dan sudah sembuh.
3
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi : Disangkal
Riwayat kencing manis : ada sejak 10 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Alergi Makanan : Disangkal
Riwayat Operasi Sebelumnya : 2x operasi debridement
Riwayat Pengobatan Jangka Panjang : Disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi : Disangkal
Riwayat kencing manis : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Keganasan : Disangkal
- Riwayat Pribadi, Sosial dan Ekonomi
Pasien merupakan seorang perokok, merokok kira – kira 2
sampai 5 batang per hari. Biaya kesehatan menggunakan BPJS.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di Ruang OK RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu pada hari Selasa, 13 Desember 2016, pukul 11.00 WIB
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Vital sign
o Tekanan Darah : 130/80 mmHg
o Nadi : 82 x/menit( Reguler, isi dan tegangan kuat)
o RR : 20 x/menit, regular
o Suhu : 36,5 0C (axiler)
4
- Status Gizi
o Berat Badan : 52 Kg
o Tinggi Badan : 153 cm
o IMT : 22,2 normoweight
- Primary Survey
o Airway
Bicara spontan, Nafas stridor (-), Nafas snoring (-), Nafas
gargling (-)
Mallampati II
Thyromentale distance > 3 jari
o Breathing
Breathing
Look Flail chess (-)
Retraksi / otot bantu (-)
pernafasan
Nafas cuping hidung (-)
Respiratory Rate 20 x/ menit regular
Listen Snoring (-)
Stridor (-)
Gargling (-)
Feel Ada hembusan nafas Normal
o Circulation
Nadi 80 x/menit isi dan tegangan cukup
TD 130/80 mmHg
Perdarahan (-)
Capilary Refill (+) merah muda < 2 detik, normal
Ekstermitas pucat (-) merah muda, normal
o Disability
GCS : 15 (E4M6V5)
Kesadaran : Compos mentis
Pupil : isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk dan indirect
(+/+).
o Expossure
Perdarahan external (-), luka di dorsum pedis dekstra.
5
- Status Lokalis
Terdapat luka pada dorsum pedis dekstra dengan panjang 7 cm
dan lebar 3 cm. Luka bernanah dan tidak sampai mengenai tulang.
Pada palpasi teraba hangat dan teraba pulsasi arteri dorsalis pedis.
- Status Internus
o Kepala : Kesan mesocephal
o Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
pupil isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil
indirek (+/+)
o Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),
gangguan fungsi pendengaran(-/-)
o Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-
), septum deviasi (-/-), konka hiperemis (-/-)
o Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
o Leher : Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-),tiroid
(Normal), nyeri tekan(-)
o Thorax
Dextra Sinistra
Depan
1) Inspeksi
Bentuk dada Ø Lateral >Antero Ø Lateral >Antero
posterior posterior
Hemitorak Simetris Simetris
Dinamis Simetris Simetris
2) Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Nyeri tekan (-) (-)
Pelebaran ICS (-) (-)
Arcus Costa Normal Normal
3) Perkusi
Sonor diseluruh Sonor di seluruh
lapang paru lapang paru
4) Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan Vesikuler Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-) Wheezing(-), ronki (-)
6
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada Dalam batas normal Dalam batas normal
Hemitorak Simetris Simetris
2. Palpasi
Stem fremitus Dextra = sinistra Dextra = sinistra
Nyeri tekan (-) (-)
Pelebaran ICS (-) (-)
3. Perkusi
Suara lapang Sonor di seluruh Sonor di seluruh
paru lapang paru lapang paru
Peranjakan paru Sulit dinilai Sulit dinilai
SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : ronki (-), wheezing (-) ST : ronki (-), wheezing (-)
o Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas atas : ICS II parasternal sinsitra
Pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
Batas kanan bawah : ICS V lin.sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm linea
midclavicula sinistra.
konfigurasi jantung : dalam batas normal
7
Auskultasi : Reguler, Suara jantung murni: SI,SII (normal)
reguler, Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
o Abdomen
o Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit
di sekitar, massa (-).
o Auskultasi : Bising usus dalam batas normal.
o Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi
(+) normal, pekak alih (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, ginjal tidak teraba.
a) Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capilary refill <2”/ <2” <2”/ <2”
Luka -/- Dorsum pedis
dekstra
D. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diambil pada tanggal 10 Desember 2016
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin 13.7 12,0 - 16,0
2 Lekosit 8,6 4,0 - 12,0
3 Trombosit 308.0 150,0 - 400,0
4 Eritrosit 4,57 4,00 - 5,00
5 Hematokrit 41,6 37,0 - 43,0
HITUNG JENIS
6 Granulosit 59,0 50.0 – 80.0
8
7 Limfosit 33,7 20.5 – 51.1
8 Monosit 7 2–9
MCV, MCH, MCHC
9 MCV 91,1 80.3 – 103.4
10 MCH 30,0 26.0 – 84.4
11 MCHC 32.0 31.8 – 36.3
HEMOSTASIS
DIABETES
GLUKOSA SEWAKTU
HEPATITIS
9
lebar 3cm. Luka bernanah dan tidak sampai mengenai tulang. Pada
perabaan teraba hangat dan pulsasi arteri dorsalis pedis masih ada.
F. ASESMENT
Diagnosa : Ulkus diabetikum pedis dekstra
G. STATUS ANESTESI
1. PRE OPERASI
a. Anamnesis
Keluhan utama : Luka di kaki kanan
b. Pemeriksaan Fisik
Airway : Clear, mallampati II, thyromentale distance
>3 jari
Breathing : Spontan, RR : 20 x/menit, suara dasar
vesikuler
Circulation: TD : 130/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit
regular, kuat angkat.
Dissability : GCS 15 (E4M6V5), compos mentis
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : dalam batas normal
EKG : normo sinus ritme
d. Diagnosa : STT antebrachii sinistra
Kesimpulan ASA II
Sikap Informed consent anestesi dan puasa 8 jam
2. OPERASI
o Tindakan operasi : Debridement
o Jenis anestesi : General Anestesi Face Mask
o Premedikasi :
Pethidine 1 cc 50 mg (iv)
Midazolam 2,5 cc 2,5 mg (iv)
Ondansetron 2 cc 4 mg (iv)
o Induksi :
Propofol 10 cc 100 mg (iv)
10
Sevofluran 5 %
o Mantenance
O2 3 lpm
N2O 3 lpm
Isofluran 1 %
o Analgetik post operasi
Tramadol 1 amp = 2ml 100 mg drip dengan RL
a. Terapi cairan :
Maintenance (M) : 2 x BB = 2x52 = 104 cc
Stress Operasi (SO) : Ringan 4x52 = 208 cc
Pengganti puasa (PP) : 8xM = 8x 104 = 832cc
I Jam pertama : (1/2 x PP) + SO + M = (1/2 x 832)
+ 208 + 104 = 728 cc
II/III jam : (1/4 x PP) + SO + M = (1/4 x 832)
+ 208 + 104 = 520 cc
IV jam, dst : M + SO = 104 + 208= 312 cc
Estimated Blood Volume (EBV) : 70 x 52 = 3640 cc
Allowed Blood Lose : 3380/5 = 676 cc
3. POST OPERASI
o Setelah operasi, rawat pasien di recovery room.
o Awasi tanda-tanda vital sampai stabil.
o 2 jam post operasi tidak mual, tidak muntah, boleh diet
bertahap.
o Terapi lain sesuai dokter spesialis bedah.
11
BAB II
PEMBAHASAN
12
dan gagal jantung), hipertensi, penyakit hati dan penyakit gagal
ginjal.
d. Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat,
dan obat yang sedang digunakan dan yang dapat menimbulkan
interaksi dengan obat anestetik seperti obat antihipertensi,
antidiabetik, antibiotik, digitalis, diuretika, obat anti alergi,
trankuilizer (obat penenang).
e. Riwayat anestesi atau operasi sebelumnya yang terdiri dari
tanggal, jenis pembedahan dan anestesi, komplikasi dan
perawatan intensif pasca bedah.
f. Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi
tindakan anestesi seperti merokok, minum alkohol, obat
penenang, narkotik dan muntah.
g. Riwayat keluarga hipertermia maligna
h. Riwayat sistem organ secara umum pernafasan, kardiovascular,
ginjal, gastroenterologi, hematologi, neurologi, endokrin,
psikiatri, ortopedi, dermatologi
i. Makanan yang terakhir dimakan.
2. Pemeriksaan Fisik2,3
a. Tinggi dan berat badan digunakan untuk memperkirakan dosis
obat, terapi, cairan yang diperlukan, serta jumlah urine selama
dan sesudah pembedahan.
b. Airway
Periksa apakah jalan nafas bebas atau terdapat sumbatan,
kemudian periksa malampati dan tiromental distance.
c. Breathing
Periksa apakah pasien bernapas secara spontan atau dengan alat
bantu nafas, Frekuensi nafas, diperiksa suara dasar paru,
adakah suara tambahan seperti ronchi dan wheezing.
13
d. Circulation
Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi, apakah nadi regular
atau tidak, isi dan tegangan cukup atau tidak.
e. Dissability
Diperiksa GCS untuk menentukan keadaan umum pasien dan
pemilihan obat anestesi yang akan digunakan.
3. Pemeriksaan penunjang 1,4
a. Laboratorium
Darah Rutin: hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit,
hematokrit.darah
Hemostasis : masa pendarahan, dan masa pembekuan
Kimia klinik : gula darah sewaktu
Serologi : HbsAg
b. EKG (terutama usia 40 tahun ke atas), untuk melihat kelainan
jantung pada pasien.
Kesimpulan : pada pasien pemeriksaan penunjang laboratorium
dan EKG dalam batas normal.
4. Klasifikasi ASA 1,4
Klasifikasi status fisik ASA tetap berguna dalam perencanaan
manajemen anestesi, terutama teknik monitoring.
Kelas I : Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia, atau
psikiatri.
Kelas II :Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang,
tanpa keterbatasan aktivitas sehari-hari.
Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang membatasi
aktivitas normal.
Kelas IV : Pasien dengan penyakit berat yang mengancam nyawa dan
memerlukan terapi intensif, dengan limitasi serius pada aktivitas
sehari-hari.
Kelas V : Pasien sekarat yang akan meninggal dalam 24 jam,
dengan atau tanpa pembedahan.
14
Kesimpulan pada pasien ini adalah status fisik ASA II karena hanya
terdapat penyakit sistemik yang ringan yaitu DM terkontrol.
B. OPERASI
1. Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari
anesthesia diantaranya: 1, 3, 4
o Meredakan kecemasan dan ketakutan
o Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
o Memperkuat efek hipnotik dari agen anestesia umum (sedasi)
o Mengurangi mual muntah pasca operasi
o Menciptakan amnesia
o Mengurangi volume dan meningkatkan cairan lambung
o Menghindari refleks vagal
o Membatasi respons simpatoadrenal
Pada pasien ini mendapat obat-obat premedikasi berupa :
a. Pethidin dengan dosis 50 mg.
Dosis Pethidin 1mg/kgBB 1mg x BB= 1x50= 50 mg. Berfungsi
sebagai analgetic.
b. Midazolam dengan dosis 2,5 mg
Dosis premedikasi midazolame 0,5-1 mg/kgBB 0,5xBB =
0,5x50 = 2,5. Berfungsi sebagai ansiolitik, sedatif dan dapat
menimbulkan amnesia.
c. Ondansetron dengan dosis tunggal 4-8 mg. Pada pasien ini
diberikan 4 mg. Berfungsi sebagai antiemetic.
2. Induksi Anestesi
Proses pasien dari keadaan sadar sampai dengan tidak sadar untuk
mencapai trias anestesi yaitu sedasi, analgesik, muscle relaxant.1,3,4,5
a. Propofol dengan dosis 100 mg 10 cc
Dosis induksi 2-2,5mg/kgBB 2x50mg = 100 mg, pemberian
obat induksi dikurangi sesuai kedalaman anestesi pasien bila sudah
15
dilakukan premedikasi midazolame sehingga pada pasien ini
diberikan hanya 70 mg.
Obat ini onsetnya cepat dan duration of actionnya singkat.
Mekanisme kerja propofol adalah peningkatan aktifitas GABA
dalam menghambat neurotransmitter di SSP.
b. Sevofluran
Pasien disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang
pada mesin anestesi yang menghantarkan gas (sevoflurane) dengan
ukuran awal 3 vol %, kemudian dinaikan 5 vol% hingga pasien
tidur dalam. Setelah pasien tidur dalam, penggunaan sevo
dihentikan dan diganti maintenance isofluran. Penggunaan
sevofluran disini dipilih karena sevofluran mempunyai efek
induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan
gaslain, dan baunya pun lebih harum dan tidak merangsang jalan
napas sehingga digemari untuk induksi anestesi dibanding gas lain
(halotan). Efek terhadap kardiovaskular pun relatif stabil dan
jarang menyebabkan aritmia.5,6
3. Maintenance
Proses menjaga kedalaman anestesi agar sesuai. Tidak boleh
terlalu dalam karena membahayakan pasien dan tidak boleh terlalu
ringan karena pasien masih merasakan nyeri dan menimbulkan trauma
psikis yang berkepanjangan.1
Pada pasien ini menggunakan maintenance O2, N2O, dan
isofluran. Perbandingan N2O dan O2 pada pasien ini adalah 50:50,
diberikan 3 lpm O2 dan 3 lpm N2O. Dalam praktik anestesia, N2O
digunakan sebagai obat dasar dari anestesi umum yang selalu
dikombinasikan dengan oksigen. Pada pasien ini diberikan kombinasi
tambahan dengan isofuran dengan dosis 1-2.5%. Pada pasien diberikan
1%. Pasien akan cepet kembali sadar yaitu 7 menit setelah isofuran
dimatikan.
16
4. Balance Cairan
a. Masuk
RL sebanyak 1000cc, sedangkan pada hitungan cairan 1 jam I
pasien membutuhkan 728 cc
b. Keluar
Perdarahan <100 cc, sedangkan pada hitungan Allowwed blood
looss (ABL)/darah yang hilang yang masih bisa ditoleransi yaitu
sebanyak 676 mL.
5. Analgetik post operasi
Tramadol 1 ampul dengan dosis 100 mg di drip dengan infus RL 20
tpm
C. POST OPERASI
Pemulihan dilakukan dengan cara penghentian pemberian obat
anastesi dan peningkatan pemberian oksigen atau oksigenasi terutama
pasien yang menggunakan agen inhalasi sebagai maintenance. Bagi
penderita yang mendapat anestesi intravena dan nafas spontan,
kesadarannya akan berangsur pulih dengan turun kadar obat anastesi
akibat metabolisme dan ekskresi.1,5
Pemindahan pasien dari kamar operasi menggunakan Aldrette
score yaitu penilaian didasarkan respirasi, kesadaran, sirkulasi, aktivitas
dan warna kulit. Bila skor lebih dari 8 maka dapat dipindahkan ke ruang
perawatan.1,5
17
Pada pasien ini mendapatkan skor 10 karena : pasien sadar penuh (2),
dapat melakukan pernafasan dalam, bebas dan dapat batuk (2), perbedaan
tekanan darah pre anastesi ± 20 (2) TD pasien sebelum operasi 130/80 dan
TD setelah operasi 120/70 mmHg, dapat menggerakkan 4 ekstremitas (2) dan
warna kulit normal (2).
18
DAFTAR PUSTAKA
4. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi dan
Terapi Intensif Edisi 3. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.
19