Anda di halaman 1dari 36

DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
pada dasarnya sebagian besar wilayah di indonesia merupakan daerah
perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Hal ini disebabkan
karena indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman
memanjang disebelah barat pulau sumatera, sebelah utara kepulauan Maluku, dan
sebelah Utara Papua. Oleh karena daerah Indonesia terdiri dari pegunungan dan
perbukitan maka potensi terjadinya tanah longsor sangat besar.
Disamping itu jenis tanah yang sering dijumpai di indonesia adalah tanah
pelapukan yang merupakan hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki
komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah
pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan atau pegunungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi, jika perbukitan trsebut
tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan
bencana tanah longsor.
2.2. Kelongsoran
2.2.1. Pengertian Kelongsoran
Gerakan tanah atau kelongsoran adalah perpindahan massa tanah/batua pada arah
tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Dalam definisi ini termasuk juga
deformasi lambat atau jangka panjang dari suatu lereng yang biasa disebut rayapan (creep).
2.2.2 Pergerakan Massa
Penetapan klasifikasi longsoran dimaksudkan untuk menyeragamkan istilah,
memudahkan pengenalan tipe longsoran membnatu dalam menentukan penyebab
longsoran dan pemilihan cara penanggulangannya.
Klasifikasi longsoran ditetapkan berdasarkan :
1. Jenis material dan batuan dasarnya.
2. Jenis gerakan/mekanisme longsoran dengan diskripsi lengkap mengenai bentuk
bidang longsor/gelincir.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 1


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
Tabel 2.1 Klasifikasi Longsoran.
JENIS MATERIAL
JENIS GERAKAN Tanah
Batuan
Butiran Kasar Butiran Halus
Runtuhan bahan
Runtuhan Runtuhan Batu Runtuhan Tanah
rombakan
Jungkiran bahan
Jungkiran Jungkiran Batu Jungkiran Tanah
rombakan
Gelincir
Nendatan batu Nendatan
bongkahan tanah
Rotasi Sedikit Gelincir
Gelincir

Gelincir bongkahan
bongkahan bahan Gelincir Tanah
batu
rombakan
Gelincir bahan Gerakan Laterial
Translasi Banyak Gelincir Batu
rombakan tanah
Gerakan lateral Gerakan Lateral Gerakan Lateral
Gerakan Lateral
batu bahan rombakan Tanah
Aliran bahan
Aliran Aliran Batu Aliran Tanah
rombakan
Rayapan Tanah
Majemuk Gabungan dua atau lebih tipe gerak

Klafikasi berdasarkan pola pergerakan dibagi dalam 3 jenis, yaitu :


a. Runtuhan (Fall)
Tipe jatuhan dibagi menjadi 2 bagian :
b.1 Jatuh bebas dan rolling
Adalah material jatuh bebas yang kehilangan kontak dengan permukaan
batuan. Pergerakan massa bergerak dari ketinggian tertentu melaui udara.
(Gambar 2.1)

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 2


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Gambar 2.1 Tipe keruntuhan jatuhan


Sumber : Pd T-09-2005-B

Gambar 2.2 Kasus keruntuhan jatuhan pada lereng yang terdapat perbedaan tingkat pelapukan
Sumber : Pd T-09-2005-B
b.2 Jungkiran (topless) terjadi akibat momen guling yang bekerja pada suatu titik putar di
bawah titik massa. Jungkiran terjadi pada batuan yang mempunyai banyak kekar (Gambar
2.3)

Gambar 2.3 Tipe gerakan keruntuhan jungkiran


Sumber : Pd T-09-2005-B

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 3


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
b. Gelincir (Slide)
Gelincir terjadi akibat massa tanah bergerak pada suatu bidang yang disebut
bidang gelincir. Jenis-jenis gelincir berupa translasi, rotasi atau kombinasi
keduanya (majemuk).
a.1 Gelincir translasi
 Keruntuhan terjadi sepanjang zona lemah baik pada tanah ataupun
batuan.
 Massa tanah dapat bergerak jauh sebelum mencapai titik diamnya.
 Umum terjadi pada tanah berbutir kasar, sedangkan pada batuan
biasanya terjadi bila posisi bidang lemahnya searah dan memotong
kemiringan lereng.
a.2 Gelincir rotasi;
 Rotasi pada batuan
Tipe ini ditandai dengan adanya bentuk “sendok”. Bagian lereng atas
terbentuk “gawir” melengkung dan di bagian tengah longsor terdapat
bagian yang labil dan nampak adanya gelombang yang tidak rata
(bulging). Jenis keruntuhan lereng ini sangat umum terjadi pada batuan
contohnya pada serpih lapuk (shale-marine) dan mengalami retakan
cepat. Gerakannya progresif serta meliputi daerah yang cukup luas.
 Rotasi pada tanah
Tipe ini ditandai dengan adanya bidang gelincir lengkung dan gerakan
rotasi. Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng rotasi adalah gaya-
gaya rembesan air tanah atau kemiringan lereng yang bertambah pada
tanah residual. Bidang gelincir yang dalam biasanya terjadi pada tanah
lempung lunak dan kenyal. Keruntuhan lereng rotasi pada tanah
koluvial biasanya dangkal.

c. Aliran (flow)
Aliran adalah suatu material lepas (batuan lapuk atau tanah) yang setelah
mengalami proses penjenuhan akan mengalir seperti sifatnya fluida. Ada dua
jenis aliran, berikut:

 Aliran Batuan Lapuk atau Material Lepas

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 4


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
Aliran pada batuan lapuk termasuk ke dalam deformasi yang terus menerus,
termasuk juga rangkak. Aliran jenis ini umumnya melibatkan rangkak dalam yang
lambat dan perbedaan pergerakan antara unit-unit yang utuh. Ciri-ciri pergerakan
aliran pada batuan lapuk adalah:
1. Terjadi di sepanjang permukaan geser yang tidak saling berhubungan
2. Distribusi kecepatan mirip aliran fluida yang kental.
 Aliran pada tanah
Aliran pada tanah adalah pergerakan material yang menyerupai fluida kental.
Permukaan gelincir pada bidang material yang bergerak dapat berupa permukaan
tajam, perbedaan pergerakan atau suatu zona distribusi geser (Gambar 2.4).
Rentang pergerakan mulai dari sangat cepat sampai sangat lambat. Ciri-ciri
pergerakan aliran pada tanah adalah:
1. Pergerakan aliran terjadi ketika kondisi internal dan eksternal menyebabkan
tanah berperilaku seperti cairan dan mengalir ke bawah meskipun kemiringan
lerengnya landau.
2. Tanah mengalir bergerak ke berbagai arah serta tidak memiliki permukaan
keruntuhan yang terdefinisi secara jelas
3. Permukaan keruntuhan berganda terbentuk dan berubah secara terus menerus
selama proses aliran terjadi, dan
4. Pergerakan aliran terjadi pada tanah kering maupun tanah basah.

Gambar 2.4 Tipe keruntuhan lereng aliran dengan bentuk keruntuhan yang tidak berpola
Sumber : Pd T-09-2005-B

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 5


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
2.2.3 Keruntuhan Lereng
Keruntuhan lereng adalah suatu proses pergerakan dan perpindahan massa tanah atau
batuan yang dapat terjadi dengan variasi kecepatan dari sangat lambat sampai sangat
cepat dan tidak terkait banyak dengan kondisi geologi lokal. Keruntuhan bersifat
lokal atau skala kecil dan umumnya terjadi pada lereng galian atau timbunan yang
dibuat manusia. ( Pd T-09-2005-B).

Keruntuhan Permukaan (A)


Lereng Galian Keruntuhan galian dalam (B)
Keruntuhan melebar dalam (C)
Slope Failure
(keruntuhan Lereng) Keruntuhan Permukaan (D)
Lereng Timbunan Keruntuhan Timbunan dalam (E)
Keruntuhan pondasi timbunan (F)

Gambar 2.5 Keruntuhan Lereng


Sumber : Pd-T-09-2005-B

2.3 Penyebab ketidakmantapan lereng


Beberapa penyebab ketidakmantapan lereng Secara umum, terdapat empat penyebab
utama terjadinya ketidakmantapan lereng, yaitu :
Kondisi tanah/batuan setempat
 Lunak dan lemah, sensitif dan material telah lapuk
 Adanya retakan, kekar dan patahan

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 6


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
 Variasi sifat fisik (permeabilitas, plastisitas, mineral dan sebagainya)
Morfologi
 Pergerakan/pengangkatan permukaan tanah akibat gerak tektonik atau
vulkanik aktif
 Proses erosi (penggerusan lateral )
 Proses penggerusan vertikal (scouring)
 Penambahan beban tanah / tanah buangan di daerah puncak lereng
 Pengupasan vegetasi akibat kekeringan atau kebakaran.
Kondisi fisik di sekitar lereng
 Hujan yang deras dan lama (banjir)
 Gempa bumi
 Letusan gunung berapi
 Kembang susut batuan lempeng marin
 Tekanan artesis
Ulah manusia (man–made)
 Penggalian di kaki lereng · Penambahan beban di bagian atas lereng
 Penggundulan hutan
 Adanya irigasi di bagian atas lereng · Adanya kegiatan penambangan
 Air yang bocor dari utilitas (PDAM)

2.4 Faktor Keamanan


Secara umum faktor keamanan suatu lereng merupakan perbandingan nilai rata-rata
kuat geser tanah/batuan di sepanjang bidang keruntuhan kritisnya terhadap beban
yang diterima lereng di sepanjang bidang keruntuhannya.
Nilai faktor keamanan yang sesuai dengan bidang keruntuhannya juga perlu
mempertimbangkan akibat yang ditimbulkannya, yaitu korban jiwa atau kehilangan
secara ekonomi. Tabel 1 memperlihatkan nilai faktor keamanan yang
direkomendasikan dengan memperhitungkan adanya korban jiwa maupun
kehilangan secara ekonomi.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 7


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Tabel 2.2 Rekomendasi nilai faktor kemanan untuk lereng


Sumber : Pd T-09-2005-B

2.5 Penanganan Kelongsoran


Jenis-jenis keruntuhan lereng umumnya dilakukan dengan cara mengurai gaya gelincir,
meningkatkan gaya penahan atau keduanya dilakukan. Sebelum penanganan dipilih,
potensi ataupun penyebab keruntuhan harus ditentukan. Biasanya terjadi karena berbagai
faktor yang menyebabkan keruntuhan lereng. Kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab
keruntuhan lereng dapat membuat stabilitas lereng menjadi tidak efektif dan keruntuhan
dapat berulang. Berikut merupakan diantara jenis-jenis penangganan stabilisasi lereng :
2.5.1 Pengubahan geometri lereng
Pengubahan geometri lereng dapat dilakukan dengan pemotongan dan penimbunan.
Bagian yang dipotong disesuaikan dengan geometri daerah keruntuhan lereng,
sedangkan penimbunan dilakukan pada bagian kaki lereng. Pemotongan geometri
terdiri dari pemotongan kepala, pelandaian tebing, penanggaan, pemotongan habis,
pengupasan tebing dan pengupasan lereng.
2.5.2 Perkuatan lereng dengan tembok penahan
Pemilihan jenis dinding harus didasarkan pada penilaian dari besarnya dan arah
beban yang bekerja, tinggi yang cocok terhadap posisi pondasi, potensial terhadap
beban gempa, kehadiran faktor-faktor lingkungan yang merusak, kendala fisik,
penurunan diferensial, penurunan yang diijinkan, penampilan bagian muka dan
kemudahan dan harga konstruksi.
Dinding tipis yang penggunaannya bertujuan sebagai penopang sementara selama
konstruksi, dapat juga digunakan sebagai bangunan permanen di bawah kondisi-
kondisi yang sesuai. Selain itu, jenis dinding ini dapat juga digunakan untuk
menunjang secara langsung balok jembatan, untuk memikul beban tanah

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 8


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
horisontal sewaktu digunakan dalam kaitannya dengan jenis kepala jembatan
konvensional, atau untuk konstruksi dinding sayap.
Dinding penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis sebagai berikut:

2.5.2.1 Dinding Gravitasi (Gravity Wall)


Dinding Gravitasi merupakan bangunan penambat tanah dari pasangan batu,
beton atau beton bertulang. Stabilitas konstruksi diperoleh hanya dengan
mengandalkan berat sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4
meter, seperti terlihat dalam (gambar 6) Dalam menentukan dimensi dan tipikal
konstruksi dinding penahan tanah terlebih dahulu dilakukan kajian karakteristik
tanah dan beban yang harus dipikul oleh konstruksi dinding penahan tanah itu
sendiri. Dinding gravitasi harus diberi fasilitas drainase seperti lubang penetes dan
pipa salir yang diberi bahan filter supaya tidak tersumbat, sehingga tidak
menimbulkan tekanan hidrostatis yang besar. Pada gambar 6 dapat dilihat tipikal
dinding gravitasi terbuat dari pasangan batu kali atau batu pecah.

Gambar 2. 6Tipikal Dinding Gravitasi (Pasangan Batu Kali)

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 9


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Gambar 2.7.a,b, Dinding Gravitasi (Pasangan Batu Kali)


Sumber, Jalan lingkar Gentong –TasikMalaya

2.5.2.2 Perkuatan lereng dengan Gabion


Bangunan gabion adalah struktur yang tidak kaku sehingga dapat menahan
gerakan baik vertikal maupun horizontal dan bila runtuh masih bisa dimanfaatkan
lagi. Di samping itu gabion mempunyai sifat lulus air, sehingga tidak akan
menyebabkan terbendungnya air permukaaan. Gabion umumnya dipasang pada
kaki lereng yang disamping pada kaki lereng yang diasamping sebagai penahan
keruntuhan lereng, juga berfungsi untuk mencegah penggerusan. Keberhasilan
penggunaan gabion sangat tergantung dari kemampuan bangunan ini untuk
menahan geseran pada tanah di bawah alasnya. Oleh karena itu gabion harus
diletakan pada lapisan yang mantap di bawah bidang keruntuhan lereng. Gabion
akan efektif untuk keruntuhan lereng yang relatif dangkal tetapi tidak efektif untuk
keruntuhan lereng berantai. Gabion banyak digunakan karena material yang
digunakan tidak sulit diperoleh, pelaksanaannya mudah dan biayanya relatif murah.
Acuan penggunaan bronjong terdapat pada SNI 03.0090-1987, yaitu tentang
Mutu. Cara uji kawat bronjong dan syarat bahan baku kawat mengacu pada SNI
03-6154-1999. Bronjong banyak digunakan karena material yang digunakan
mudah diperoleh dan biayanya relatif murah. Contoh penggunaan bronjong
sebagai dinding penahan tanah dapat dilihat pada Gambar 8 sd.9. Pasangan batu
bronjong terlihat kelandaiannya cukup tajam dan pasangannya juga cukup tinggi.
Dengan melakukan proses perhitungan bronjong berangkur, terdapat pemotongan
tebing Eksisting karena bronjong didesain berbentuk tangga seperti gambar
dibawah ini.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 10


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Gambar 2.8 Tipikal Dinding Gravitasi (Pasangan Batu Bronjong)

Gambar 2.9 Ilustrasi Bronjong Berbentuk Tangga


Sumber : Jalan Lingkar Gentong – Jabar.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 11


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
2.6 Spesifikasi DPT . Gabion (Bronjong)
Bronjong kawat harus kokoh, bentuk anyaman heksagonal dengan lilitan ganda
dan berjarak maksimum 40 mm dan harus semetri seperti tampak pada gambar 2. .
lilitan harus erat dan tidak terjadi kerenggangan, hubungan antara kawat sisi dan
kawat anyaman diliit minimum 3 kali sehingga bronjong kawat mampu menahan
beban dari segala jurusan
CATATAN :
1. Kawat anyaman
2. Kawat sisi
3. Lilitan ganda
4. Lebar anyaman
5. Panjang lilitan
6. Panjang anyaman

Bronjong kawat berbentuk seperti gambar 2. Dan Gambar 2. Dan apabila disetel
akan berbentuk kotak persegi panjang dengan lempengan-lempengan anyaman
kawat penyekat pada tiap-tiap jarak 1 m (lihat Gambar 2. Dan 2. )

Ukuran-ukuran bronjong dapat dilihat pada tabel 2 dan 2.

Bentuk I

Tabel 2. Ukuran Bronjong kawat Bentuk I

Ukuran Dalam Meter


Jumlah Kapasitas
kode a B c Sekat m3

A 2 1 1 1 2

B 3 1 1 2 3

C 4 1 1 3 4

D 2 1 0.5 1 1

E 3 1 0.5 2 1.5

F 4 1 0.5 3 2

Sumber :SNI 03-0090-1999

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 12


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk ukuran
anyaman bronjong kawat 80 x 100 mm, diameter kawat anyaman 2,70 mm, kawat
sisi 3,400 mm, kawat pengikat 2 mm, dan untuk ukuran anyaman bronjong 100 x
120 mm,diameter kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi 4,00 mm dan diameter
kawat pengikat 2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan panjang) sebesar
5 %.

Bentuk II

Tabel 2. Ukuran bronjong kawat Bentuk II

Ukuran dalam m Kapasitas


Jumlah
Kode a B c Sekat m3

G 6 2 0,17 5 2,04

H 6 2 0,23 5 2,76

I 6 2 0,30 5 3,60

Sumber :SNI 03-0090-1999

Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk untuk ukuran
anyaman bronjong kawat 60 x 80 mm, diameter kawat anyaman 2 mm, kawat sisi
2,70 mm, kawat pengikat 2 mm dan untuk anyaman bronjong 80 mm x 100 mm,
diameter kawat anyaman 2,70 mm, kawat sisi 3,40 mm dan kawat pengikat 2 mm,
toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan panjang) sebesar 5 %.

Cara uji untuk memenuhi kekuatan syarat mutu adalah meliputi bentuk,
jumlah sekat dan lilitan dapat dilakukan secara visual,. Uji dimensi bronjong kawat
dapat dilakukan pengukuran terhadap panjang leher, tinggi dan ukuran lobang
anyaman bronjong.

2.6.1 Syarat Lulus Uji


A. Lulus Uji
Kelompok dinyatakan lulus uji bilamana memenuhi seluruh
ketentuan syarat mutu sesuai dengan spesifikasi yang telah disetujui
A.1 Kawat Bronjong

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 13


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
Harus baja berlapis seng yang memenuhi SNI 07-6892-2002 Kelas 1,
dan SNI 07 6443-2000. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26
kg/m2
Karakteristik Kawat Bronjong Adalah
Tulangan epi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG
Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG
Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
Kuat Tarik : 4200 Kg/cm2
Perpanjang diameter : 10% (minimum)
A2 Anyaman
Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam
dengan tiga lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm yang
dibuat sedemikian rupa hingga tidak lepas – lepas dan dirancang
untuk diperoleh kelenturan dan kekuatan yang diperlukan. Keliling
tepi dari anyaman kawat harus diikatkan yang dilakukan pada
kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan anyaman.
A3 Keranjang
Keranjang haruslah merupakan unti tunggal dan disediakan
dengan dimensi yang diisyaratkan dalam Gambar atau sesuai
petunjuk Direksi dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim
kelapangan sebelum diisi dengan batu.
A4 Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari
batu yang keras dan awet dengan sifat sebagai berikut :
a) Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang
dari 35 %
b) Berat isi Kering oven lebih besar dari 2,3
c) Penyerapan air tidak lebih besar dari 4 %
d) Kekekalan bentukagregat terhadap natrium sulfat atau
magnesium sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur)
kehilangannya harus kurang dari 10 %. Batu untuk pasangan
batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang dari
40 Kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 14


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
Adapun standar rujukan untuk pekerjaan DPT, Gabion / Bronjong ini
diantaranya :

SNI 07 – 6443 – 2000 metode pengujian untuk menentukan daerah lapisan


seng paling tipis dengan cara Dreece pada besi atau
baja digalvanis

SNI 07-6892 – 2002 Spesifikasi pagar anyaman kawat baja berlapis seng

SNI 2417 : 2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los
Angeles

B. Uji Ulang
Uji ulang dapat dilakukan dengan jumlah contoh bronjong
kawat 2 x dari contoh pertama dan diambil dari kelompok yang sama.
Apabila setelah dilakukan uji ulang terhadap contoh uji memenuhi
ketentuan syarat mutu maka kelompok bronjong kawat tersebut
dinyatakan lulus uji.
2.6.2 Pengemasan
Kemasan bronjong kawat terdiri dari 10 (sepuluh) unit diikat cukup
kokoh dan rapi menjadi satu merupakan satu bendel.
2.6.3 Syarat penandaan
Tiap-tiap bendel bronjong kawat dari suatu kelompok yang dinyatakan
lulus uji harus diberi label dari logam yang sekurang – kurangnya berisi
antara lain :
- Tanda SNI
- Tanda pengenal Perusahaan / logo / merk
- Diameter nominal kawat anyaman
- Diameter nominal kawat sisi

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 15


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
2.7 Kelebihan dan Kelemahan pada Perkuatan DPT. Gabion
2.7.1 kelebihan DPT. Gabion
1. Porous
Yang dimaksud porous dalam bahasan ini artinya adalah pada
perkuatan DPT. Gabion ini memiliki ruang antar segmen material,
hal ini dirasa menguntungkan sebab saat terjadi tekanan maksimum
dari material akibat terlalu volume yang ditahan, sebagian dapat
diloloskan sehingga dapat mengurangi beban yang diterima DPT.
Gabion
2. Elastis
Pada perkuatan DPT. Gabion material penyusunya terdiri dari batu
kali pilihan yang diikat oleh material kawat yang tidak kaku,
sehingga mudah meregang dan kembali lagi pada saat tahanan
normal.
3. Mudah dikerjakan
Perkuatan DPT Gabion ini merupakan struktur yang mudah
dikerjakan dan tidak memerlukan waktu lam untuk pemasangannya,
dikarenakan bahan penyusunnya yang simple.
4. Mudah dibentuk
Struktur DPT. Gabion ini saat pelaksanaanya dilapangan termasuk
yang mudah saat dipasangkan, dan setelah rentang waktu
pemasangan terjadi pemasangan terjadi pembebanan, sehingga
terjadi Aus atau hilang pada material DPT. Gabion, maka hal ini
dapat ditangani dengan menanamkan kembali material baru tanpa
membongkar perkuatan yang lama.
5. Perawatan yang mudah
Setelah struktur dipasangkan dan saat masa aktif menerima beban,
setiap struktur perlu dirawat, dan untuk struktur DPT. Gabion hanya
memerlukan perawatan yang ringan, yaitu diantaranya hanya
mengganti material batu kali, serta membersihkan material asing
yang tersangkut di sela-sela ikatan kawat.

2.7.2 Kelemahan DPT. Gabion


1. Material Harus Ada Dilokasi

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 16


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
Beberapa lokasi sangat sulit menemukan material yang
memenuhi spesifikasi untuk mengerjakan perkuatan DPT.
Gabion, sehingga tidak memungkinkan mengunakan DPT.
Gabion, Walaupun perkuatan ini dirasakan mudah sekali
dikerjakan
2.

a. Analisa Stabilitas Lereng dengan Metode Irisan (Method of Slices)

Gambar 2.10. Analisis Stabilitas lereng metoda irisan


Sumber : google.com

W = Berat total irisan.

N = Gaya normal total pada dasar irisan.


Sm = Gaya geser pada dasar irisan yang diperlukan agar irisan berada dalam
kondisi tepat setimbang.

E = Gaya antar-irisan horisontal; tikbawah L dan R menunjukkan masing-


masing untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.

X = Gaya antar-irisan vertikal; titik bawah L dan R menunjukkan masing-masing


untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 17


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
kW = Gaya seismik horisontal yang bekerja pada pusat massa irisan, dimana k
adalah koefisien seismik.

R = Radius lingkaran untuk bidang runtuh busur lingkaran; atau lengan momen
dari gaya geser Sm terdapat pusat momen untuk bidang runtuh yang bukan
busur lingkaran.

f = Jarak tegak lurus dari gaya normal N terhadap pusat momen.


x = Jarak horisontal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen.
e = Jarak vertikal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 18


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

`
h = Tinggi rata-rata
b = irisan Lebar irisan
= Panjang dasar irisan [ b sec ]
a = Jarak vertikal dari gaya hidrostatik terhadap pusat momen.
A = Gaya hidrostatik pada retakan tarik
= Sudut kemiringan dari garis singgung pada titik di tengah dasar irisan
terhadap bidang horisontal. Sudut kemiringan bernilai positif apabila searah
dengan kemiringan lereng, dan bernilai negatif apabila berlawanan arah
dengan kemiringan lereng.

Metode irisan adalah metode yang paling banyak digunakan merupakan


perhitungan finit element dengan suatu pemrograman yang dapat menetukan
bentuk keruntuhan yang terjadi.

Dasar dari penyelesaian perhitungan metode ini adalah dengan mebagi


tanah yang terletak diatas keruntuhan dalam irisan vertikal.
Parameter tanah yang harus ada, adalah sebagai berikut :
 Berat isi tanah
 Kohesi tanah
 Sudut geser tanah

Langkah perhitungan stabilitas :


 Menggambar bentuk lereng, menentukan titik O dan mendapatkan
ukuran R

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 19


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

 Bagi lereng menjadi irisan-irisan yang memiliki lebar yang hampir


sama.
 Lalu hitung masing gaya vertical setiap irisan :
Gaya dalam arah vertikal :

ℎ𝑘𝑖+ℎ𝑘𝑎
Wn = γ ( ) 𝑥 𝑏 ……….. (Persamaan 4.9.1)
2

 Hitung faktor keamanan lereng dan bandingkan dengan persyaratan.

Faktor keamanan :

𝐶𝑏𝑛 𝑈𝑏
+Wn cos 𝛼− 𝑥 tan 𝜑
Fs = ( cos α cosα
)………(Persamaan 4.9.2)
Wn sin α

Setelah melakukan perhitungan, bandingan nilai Fs dengan Fs desain jika


kurang dari ynag disyaratkan maka lereng tersebut akan mengalami
kelongsoran.

b. Software Analisa Stabilitas Lereng


Ada beberapa software yang umum digunakan dalam melakukan
analisa stabilitas lereng seperti Plaxsis dan Geostudio. Pada pengerjaan
tugas akhir ini akan menggunakan salah satu software yaitu Geostudio.
Geostudio adalah salah satu software yang digunakan untuk
menganalisis kestabilan lereng. Slope W merupakan salah satu analisa
geoteknik di dalam Software yang digunakan untuk menghitung kesstabilan
lereng. Software ini sering digunakaan dalam menganalisa kasus
kelongsoran karena relatif lebih mudah dan cepat bila dibandingkan dengan
menghitung secara manual, dibawah ini akan dijelaskan beberapa menu
yang terdapat paddaa Geostudio.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 20


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

SLOPE / W merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor


keamanan tanah dan kemiringan batuan. Dengan SLOPE / W, kita dapat
menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan
menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai
permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah dan beban
terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan pori air yang terbatas,
tegangan statis, atau tekanan dinamik pada analisis kestabilan lereng. Selain itu
juga dapat melakukan analisis probabilistik.
SEEP / W adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis
rembesan air tanah, masalah kelebihan disipasi tekanan pori-air. Dengan SEEP / W,
kita dapat mempertimbangkan analisis mulai dari masalah tingkat kejenuhan yang
tetap sampai yang tidak jenuh, tergantung dari masalah itu terjadi.
SIGMA / W adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis
tekanan geoteknik dan masalah-masalah deformasi. Dengan SIGMA / W, kita
dapat mempertimbangkan analisis mulai dari masalah deformasi sederhana hingga
masalah tekanan-efektif lanjutan secara bertahap dengan menggunakan model
konstitutif tanah seperti linier-elastis, anisotropik linier-elastis, nonlinier-elastis
(hiperbolik), elastis-plastik atau Cam-clay.
QUAKE / W adalah salah stu software yang digunakan untuk menganalisis
gerakan dinamis dari struktur bumi hingga menyebabkan gempa bumi. QUAKE /
W sangat cocok sekali untuk menganalisis perilaku dinamis dari bendungan

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 21


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

timbunan tanah, tanah dan kemiringan batuan, daerah di sekitar tanah horizontal
dengan potensi tekanan pori-air yang berlebih akibat gempa bumi.
TEMP / W adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis
masalah panas bumi. Software ini dapat menganalisis masalah konduksi tingkat
panas yang tetap . Kita dapat mengontrol tingkat di mana panas diserap atau
dibebaskan selama fase perubahan . Kondisi batas termal dapat ditentukan dari
memasukkan data iklim, dan kondisi batas disediakan untuk thermosyphons dan
pipa pembekuan.
CTRAN / W adalah salah satu software yang dalam penggunaannya
berhubungan dengan SEEP / W untuk pemodelan transportasi kontaminasi.
CTRAN / W dapat menganalisa masalah yang sederhana seperti pergerakan
partikel dalam gerakan air atau serumit menganalisis proses yang melibatkan difusi,
dispersi, adsorpsi, peluruhan radioaktif dan perbedaan massa jenis.
VADOSE / W adalah salah satu software yang berhubungan dengan
lingkungan, permukaan tanah, zona vadose dan daerah air tanah lokal. Software ini
dapat menganalisa masalah batas fluks seperti:
1. Rancangan dan memonitor performa satu atau lebih lapisan yang
menutupi tambang dan fasilitas limbah rumah.
2. Menentukan iklim yang mengontrol distribusi tekanan pori-air pada
lereng untuk digunakan dalam analisis stabilitas.
3. Menentukan infiltrasi, evaporasi dan transpirasi dari proyek-proyek
pertanian atau irigasi
Seep3D digunakan untuk pemodelan 3D dari air tanah yang jenuh
atau tidak jenuh. Dengan menggunakan Seep3D, kita dapat memperluas
analisis aliran air tanah regional dengan menyertakan geometri struktur
tertentu seperti waduk dan bendungan, hambatan arus cutoff, rembesan
saluran air atau sumur, gabungan aliran dari samping dan bawah lereng,
dan infiltrasi dan aliran dalam sistem penghalang limbah.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 22


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

A. SLOPE/W Define

Dalam program Define permasalahan didefinisikan (dimodelkan) dalam


bentuk penggambaran pada layar computer dalam aplikasi computer Aided
Darafting (CAD). Mula – mula kertas kerja pada program ini ditentukan untuk
menjelaskan masalah yang akan dianalisis. Tampilan awal SLOPE/W Define
diperlihatkan dalam gambar berikut :

Beberapa menu utama dijabarkan dalam penjelasan berikut :

1. Menu Set
Menu Set digunakan untuk menentukan ukuran kertas yang dipakai, ruang
kerja, ukuran tampilan Layer, dan skala yang digunakan. Menu ini terdiri
dari perintah :
a. Page, untuk mengatur ukuran kertas kerja
b. Scale, untuk mengatur skala engineering, skala gambar, dan barat
satuan air
c. Grid, untuk menampilkan dan mengatur titik –titik sebagai titik
acauaan penggambaran.
d. Zoom, untuk mengatur ukuran pembesaran tampilan pada layar
computer

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 23


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

e. Axes, untuk mendefinisikan garis skala referensi


2. Menu Key In
Menu Key In terdiri atas beberapa submenu, diantaranya :
a. Melalui submenu Analisis Setting ditentukan identitas lereng,
metode analisis, dan kondisi tekanan air pori, seperti pada gambar
berikut :

Pada submenu analisa Setting terbagi lagi atas beberapa submenu yaitu:

a) Project ID, untuk menentukan identitas permasalahan


b) Method, untuk menentukan metode analisis yang digunakan
c) PWP, untuk menentukan kondisi tekanan air pori
d) Slip Surface, untuk menentukan acuan bidang gelincir yang akan
digunakan dalam analisis
e) Fos Surface, untuk menentukan distribusi factor keamanan.

b. Submenu Material Properties


Melalui submenu ini jumlah lapisan dan parameter tanah penyusun
lereng ditentukan, seperti terlihat pada gambar:

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 24


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

c. Submenu Points
Melalui submenu Points dapat digambarkan bentuk geometri lereng
yang akan di analisis. Seperti terlihat pada gambar :

d. Submenu Regions
Submenu ini digunakan untuk mendefinisikan batas tiap lapisan
tanah penyusun lereng seperti ditampilkan pada gambar berikut:

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 25


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

e. Submenu Slip Surface


Submenu ini dipakai untuk menentukan acuan bidang gelincir yang
akan digunakan dalam analisis. Ada beberapa submenu pada
submenu Slip Surface diantaranya :
a) Grid dan Radius, untuk memberikan acuan bidang gelincir
lingkaran
b) Fully Specified, untuk memberikan acuan bidang gelincir
tertentu
c) Block Specified, untuk memberikan acuan berupa dua Block

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 26


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

f) Submenu Pore Pessure-Water Pressure


Submenu Pore Pressure-Water Pressure digunakan untuk
mendefinisikan tekanan air pori pada tanah seperti ditentukan oleh
pengaturan dalam menu Analysis Setting. Tampilan menu ini
berupa gambar Piezometer, seperti dapat dilihat pada gambar
berikut :

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 27


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

g) Submenu Line Load


Submenu ini dipakai untuk mendefinisikan beban garis pada lereng.
h) Submenu reinforcement load
Submenu ini dipakai untuk mendefinisikan beban perkuatan pada
lereng

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 28


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Pada sub menu ini terdapat empat jenis perkuatan yaitu fabric, anchor, pile,
dan nail. Karena pada tugas akhir ini mebahas perkuatan dengan menggunakan
Bored Pile maka berikut ini adalah inputnya :
1. Pile Spacing : menentukan jarak antar masing-masing Pile.
2. Shear Force : Nilai dari gaya horizontal maksimum yang bekerja yang
dapat ditahan oleh pile
3. Shear Safaty Factor : factor keamanan
i) Submenu Seismic Load
Submenu ini dipakai untuk mendefinisikan beban gempa pada
lereng.

j) Submenu Pressure Line


Submenu ini digunakan untu mendefinisikan garis tekanan
pada tanah paling atas lereng. Garis tekanan digunakan untuk
memodelkan tekanan yang bekerja pada bagian permukaan lereng
seperti memodelkan pondassi telapak (footing) pada permukaan
tanah dasar. Tidak sama seperti beban garis yang bekerja secara
terpusat, besar garis tekanan bekerja pada suatu luasan.besar
tekanan yang bekerja dihitung dengan mengalihkan tekanan dengan
jarak vertical antara garis tekanan dengan permukaan tanah. Arah
tekanan dapat diarahkan secara normal terhadap permukaan tanah
dasar ataupun vertical. Arah kerja tekanan harus didefinisikan untuk

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 29


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

mengaplikasikan beban merata dengan menyesuaikan model


pembebanan berupa fluida.
4. Menu Verify
Sebelum permasalahan deksekusi perlu dilakukan Control untuk
mengetahui kemungkinan adanya kesalahan dalam memasukkan data
program. Control dilakukan dengan menjalankan menu Verify data pada
program seperti terlihat pada gambar berikut :

B. SLOPE/W Solve
Setelah data permasalahan didefinisikan dengan menu Define, maka data
tersebut dapat dieksikusi (dihitung) menggunakan menu Solve. Dengan menekan
tombol Start, maka program akan melakukan perhitungan secara cepat dan
hasilnya berupa faktor keamanan (FS) minimum dari stabilitas lereng tersebut, dan
jumlah bidang longsor dari hasil analisis, seperti gambar berikut ini :

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 30


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Di bagian ini akan menjelaskan lebih detai tahapan-tahapan pembuatan


analisis kestabilan lereng menggunakan software Geoslope (Slope W).
1. Tampilan awal setelah masuk ke dalam aplikasi yaitu seperti dibawah :

c. Perencanaan Perhitungan Gabion


Berikut langkah – langkah Perencanaan perhitungan Gabion :
1. Menyiapkan semua data parameter tanah, seperti berat jenis tanah, kohesi
tanah dan sudut geser tanah. dan parameter Gabion seperti berat jenis batu
belah, koefisien gesek, dan Faktor Loses.
2. Menghitung luas potongan melintang dari Gabion, dengan rumus :

L L L
L

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 31


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

𝐿 = 𝑝 𝑥 𝑙………….( Persamaan 4.10.1)


Dimana : p = Panjang dari Gabion (1 m)
l = Lebar dari Gabion
3. Menghitung Beban Vertikal
Beban vertikal yang ada adalah berat sendiri dari batu belah pada gabion
tersebut. Dapat dihitung dengan rumus:
𝑊 = 𝑉 𝑥 𝛾𝐺……………(Persamaan 4.10.2)
Dimana : V = Volume Batu Belah
γG = Berat isi batu belah
4. Dilanjutkan dengan menghitung Koefisien tekanan tanah aktif (Ka)
dengan rumus sebagai berikut:
1−𝑠𝑖𝑛∅
𝐾𝑎 = 1+𝑠𝑖𝑛∅……………….(Persamaan 4.10.3)

Ka = Koefisen tanah aktif


5. Menghitung beban horizontal
Beban horizontal yang ada adalah tekanan tanah aktif. Beban yang terjadi
dikonversikan menjadi tekanan tanah aktif dengan mengalikan tekanan
yang terjadi dengan koefisien tekanan tanah aktif, yaitu KA.

a = ɣs x Z x K…………… (Persamaan 4.10.4)


Pa = a x Z x 0,5……………….(Persamaan 4.10.5)
Pq = q x Ka x Z………………..(Persamaan 4.10.6)
Pc = -2C x √𝐾𝑎……………….(Persamaan 4.10.7)
Dimana : Pa = beban akibat berat tanah
Pq = beban akibat berat batu
Pc = beban akibat kohesi
C = Kohesi tanah
6. Menghitung momen penahan (Mt) dan Momen Pengguling (Mg) dengan
Rumus
𝑀𝑡 = 𝑊 𝑥 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛…………….(Persamaan 4.10.8)
Dimana : Mt = Momen Penahan (Tm)
W = Beban Verikal (T)
Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 32
DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

𝑀𝑔 = 𝑃 𝑥 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛............(Persamaan 4.10.9)


Dimana : Mg = Momen Guling (Tm)
P = Tekanan
7. Selanjutnya jika momen penahan dan momen guling nya memenuhi syarat
yaitu Fs>2 :
𝑀𝑡
Fs = …………. (Persamaan 4.10.10)
𝑀𝑔
Dimana :
Mt = momen penahan
Mg = Momen guling
8. Menghitung stabilitas terhadap geser, dengan rumus :

𝐻𝑅
Fs = > 1,5………….(Persamaan 4.10.11)
∑PH
HR = μ x ∑W…………(Persamaan 4.10.12)
Dimana : Fs = Stabilitas terhadap geser
HR = Tahanan gaya geser horizontal (T)
μ = Koefisien Gesek
∑W = Jumlah Beban Vertikal (T)
∑PH = Jumlah Beban Horizontal (T)

Jika nilai Fs >1,5 maka tidak perlukan penambahan cerucuk


Jika nilai Fs <1,5 maka diperlukan penambaahan cerucuk
d. Perencanaan Perhitungan Dinding Gravitasi
1. Menghitung koefiien tanah aktif (ka)
𝜑
𝑘𝑎 = 𝑡𝑔2 (45 − )
2

2. Setelah diketahui koefisien tanah aktif (Ka) diketahui, didapat nilai


tekanan tanah aktif.

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 33


DIII-TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Akibat berat isi = γ H Ka

Akibat kohesi = -2c √𝐾𝑎

Tekanan Aktif pada dinding akibat beban terbagi rata q :

Pa = q*K

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran......II- 34


D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Pa2 = 0.5 * γ * H2 * K

Pa total = Pa1 + Pa2

Perhitungan momen untuk tekanan tanah aktif adalah :

Md =

6. Perhitungan tekanan hidrostatis aktif dan hidrostatis pasif

Gaya tekan air atau gaya hidrostatis adalah gaya horizontal akibat air dan bekerja
tegak terhadap muka bangunan. Perhitungannya :

Pa2 = 0.5 x Yw x h2

7. Menghitung gaya uplft

pada konstruksi di daerah yang tergenang air atau muka air yang tinggi, maka akan
terjadi adanya tekanan angkat yang mengurangi angka keamanan. Tekanan air
mempengaruhi gaya vertical dan menyebabkan tahanan terhadap guling semakin kecil,
sehingga penyebab guling semakin tinggi gaya uplift yang bekerja pada bangunan ada 2,
yaitu :

(U1) perhitungannya adalah mengkalikan lebar bangunan (B) dengan tinggi air pada
tanah(h2) dan dikalikan berat jenis (γw)

8. Menghitung stabilitas terhadap geser

dimana :

Fr = Jumlah gaya-gaya penolak ( = SV tan d + C*B + Pp )

S PaH = Jumlah gaya - gaya pendorong

9. Menghitung stabilitas terhadap guling

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran...... II-35


D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Dimana :

S Mr = Jumlah momen melawan guling ( = SMw + Pp*y )

S Mo = Jumlah momen searah guling ( = SMa)

10. Stabilitas Eksentrisitas

Dimana :

e = Eksentrisitas

B = lebar dasar tembok penahan

R = jumlah momen guling dibagi gaya vertical

Anandia Pratiwi,Fitriyani : Perhitungan Perkuatan pada Kasus Kelongsoran...... II-36

Anda mungkin juga menyukai