`
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
pada dasarnya sebagian besar wilayah di indonesia merupakan daerah
perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Hal ini disebabkan
karena indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman
memanjang disebelah barat pulau sumatera, sebelah utara kepulauan Maluku, dan
sebelah Utara Papua. Oleh karena daerah Indonesia terdiri dari pegunungan dan
perbukitan maka potensi terjadinya tanah longsor sangat besar.
Disamping itu jenis tanah yang sering dijumpai di indonesia adalah tanah
pelapukan yang merupakan hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki
komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah
pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan atau pegunungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi, jika perbukitan trsebut
tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan
bencana tanah longsor.
2.2. Kelongsoran
2.2.1. Pengertian Kelongsoran
Gerakan tanah atau kelongsoran adalah perpindahan massa tanah/batua pada arah
tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Dalam definisi ini termasuk juga
deformasi lambat atau jangka panjang dari suatu lereng yang biasa disebut rayapan (creep).
2.2.2 Pergerakan Massa
Penetapan klasifikasi longsoran dimaksudkan untuk menyeragamkan istilah,
memudahkan pengenalan tipe longsoran membnatu dalam menentukan penyebab
longsoran dan pemilihan cara penanggulangannya.
Klasifikasi longsoran ditetapkan berdasarkan :
1. Jenis material dan batuan dasarnya.
2. Jenis gerakan/mekanisme longsoran dengan diskripsi lengkap mengenai bentuk
bidang longsor/gelincir.
`
Tabel 2.1 Klasifikasi Longsoran.
JENIS MATERIAL
JENIS GERAKAN Tanah
Batuan
Butiran Kasar Butiran Halus
Runtuhan bahan
Runtuhan Runtuhan Batu Runtuhan Tanah
rombakan
Jungkiran bahan
Jungkiran Jungkiran Batu Jungkiran Tanah
rombakan
Gelincir
Nendatan batu Nendatan
bongkahan tanah
Rotasi Sedikit Gelincir
Gelincir
Gelincir bongkahan
bongkahan bahan Gelincir Tanah
batu
rombakan
Gelincir bahan Gerakan Laterial
Translasi Banyak Gelincir Batu
rombakan tanah
Gerakan lateral Gerakan Lateral Gerakan Lateral
Gerakan Lateral
batu bahan rombakan Tanah
Aliran bahan
Aliran Aliran Batu Aliran Tanah
rombakan
Rayapan Tanah
Majemuk Gabungan dua atau lebih tipe gerak
Gambar 2.2 Kasus keruntuhan jatuhan pada lereng yang terdapat perbedaan tingkat pelapukan
Sumber : Pd T-09-2005-B
b.2 Jungkiran (topless) terjadi akibat momen guling yang bekerja pada suatu titik putar di
bawah titik massa. Jungkiran terjadi pada batuan yang mempunyai banyak kekar (Gambar
2.3)
`
b. Gelincir (Slide)
Gelincir terjadi akibat massa tanah bergerak pada suatu bidang yang disebut
bidang gelincir. Jenis-jenis gelincir berupa translasi, rotasi atau kombinasi
keduanya (majemuk).
a.1 Gelincir translasi
Keruntuhan terjadi sepanjang zona lemah baik pada tanah ataupun
batuan.
Massa tanah dapat bergerak jauh sebelum mencapai titik diamnya.
Umum terjadi pada tanah berbutir kasar, sedangkan pada batuan
biasanya terjadi bila posisi bidang lemahnya searah dan memotong
kemiringan lereng.
a.2 Gelincir rotasi;
Rotasi pada batuan
Tipe ini ditandai dengan adanya bentuk “sendok”. Bagian lereng atas
terbentuk “gawir” melengkung dan di bagian tengah longsor terdapat
bagian yang labil dan nampak adanya gelombang yang tidak rata
(bulging). Jenis keruntuhan lereng ini sangat umum terjadi pada batuan
contohnya pada serpih lapuk (shale-marine) dan mengalami retakan
cepat. Gerakannya progresif serta meliputi daerah yang cukup luas.
Rotasi pada tanah
Tipe ini ditandai dengan adanya bidang gelincir lengkung dan gerakan
rotasi. Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng rotasi adalah gaya-
gaya rembesan air tanah atau kemiringan lereng yang bertambah pada
tanah residual. Bidang gelincir yang dalam biasanya terjadi pada tanah
lempung lunak dan kenyal. Keruntuhan lereng rotasi pada tanah
koluvial biasanya dangkal.
c. Aliran (flow)
Aliran adalah suatu material lepas (batuan lapuk atau tanah) yang setelah
mengalami proses penjenuhan akan mengalir seperti sifatnya fluida. Ada dua
jenis aliran, berikut:
`
Aliran pada batuan lapuk termasuk ke dalam deformasi yang terus menerus,
termasuk juga rangkak. Aliran jenis ini umumnya melibatkan rangkak dalam yang
lambat dan perbedaan pergerakan antara unit-unit yang utuh. Ciri-ciri pergerakan
aliran pada batuan lapuk adalah:
1. Terjadi di sepanjang permukaan geser yang tidak saling berhubungan
2. Distribusi kecepatan mirip aliran fluida yang kental.
Aliran pada tanah
Aliran pada tanah adalah pergerakan material yang menyerupai fluida kental.
Permukaan gelincir pada bidang material yang bergerak dapat berupa permukaan
tajam, perbedaan pergerakan atau suatu zona distribusi geser (Gambar 2.4).
Rentang pergerakan mulai dari sangat cepat sampai sangat lambat. Ciri-ciri
pergerakan aliran pada tanah adalah:
1. Pergerakan aliran terjadi ketika kondisi internal dan eksternal menyebabkan
tanah berperilaku seperti cairan dan mengalir ke bawah meskipun kemiringan
lerengnya landau.
2. Tanah mengalir bergerak ke berbagai arah serta tidak memiliki permukaan
keruntuhan yang terdefinisi secara jelas
3. Permukaan keruntuhan berganda terbentuk dan berubah secara terus menerus
selama proses aliran terjadi, dan
4. Pergerakan aliran terjadi pada tanah kering maupun tanah basah.
Gambar 2.4 Tipe keruntuhan lereng aliran dengan bentuk keruntuhan yang tidak berpola
Sumber : Pd T-09-2005-B
`
2.2.3 Keruntuhan Lereng
Keruntuhan lereng adalah suatu proses pergerakan dan perpindahan massa tanah atau
batuan yang dapat terjadi dengan variasi kecepatan dari sangat lambat sampai sangat
cepat dan tidak terkait banyak dengan kondisi geologi lokal. Keruntuhan bersifat
lokal atau skala kecil dan umumnya terjadi pada lereng galian atau timbunan yang
dibuat manusia. ( Pd T-09-2005-B).
`
Variasi sifat fisik (permeabilitas, plastisitas, mineral dan sebagainya)
Morfologi
Pergerakan/pengangkatan permukaan tanah akibat gerak tektonik atau
vulkanik aktif
Proses erosi (penggerusan lateral )
Proses penggerusan vertikal (scouring)
Penambahan beban tanah / tanah buangan di daerah puncak lereng
Pengupasan vegetasi akibat kekeringan atau kebakaran.
Kondisi fisik di sekitar lereng
Hujan yang deras dan lama (banjir)
Gempa bumi
Letusan gunung berapi
Kembang susut batuan lempeng marin
Tekanan artesis
Ulah manusia (man–made)
Penggalian di kaki lereng · Penambahan beban di bagian atas lereng
Penggundulan hutan
Adanya irigasi di bagian atas lereng · Adanya kegiatan penambangan
Air yang bocor dari utilitas (PDAM)
`
horisontal sewaktu digunakan dalam kaitannya dengan jenis kepala jembatan
konvensional, atau untuk konstruksi dinding sayap.
Dinding penahan tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis sebagai berikut:
`
2.6 Spesifikasi DPT . Gabion (Bronjong)
Bronjong kawat harus kokoh, bentuk anyaman heksagonal dengan lilitan ganda
dan berjarak maksimum 40 mm dan harus semetri seperti tampak pada gambar 2. .
lilitan harus erat dan tidak terjadi kerenggangan, hubungan antara kawat sisi dan
kawat anyaman diliit minimum 3 kali sehingga bronjong kawat mampu menahan
beban dari segala jurusan
CATATAN :
1. Kawat anyaman
2. Kawat sisi
3. Lilitan ganda
4. Lebar anyaman
5. Panjang lilitan
6. Panjang anyaman
Bronjong kawat berbentuk seperti gambar 2. Dan Gambar 2. Dan apabila disetel
akan berbentuk kotak persegi panjang dengan lempengan-lempengan anyaman
kawat penyekat pada tiap-tiap jarak 1 m (lihat Gambar 2. Dan 2. )
Bentuk I
A 2 1 1 1 2
B 3 1 1 2 3
C 4 1 1 3 4
D 2 1 0.5 1 1
E 3 1 0.5 2 1.5
F 4 1 0.5 3 2
`
Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk ukuran
anyaman bronjong kawat 80 x 100 mm, diameter kawat anyaman 2,70 mm, kawat
sisi 3,400 mm, kawat pengikat 2 mm, dan untuk ukuran anyaman bronjong 100 x
120 mm,diameter kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi 4,00 mm dan diameter
kawat pengikat 2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan panjang) sebesar
5 %.
Bentuk II
G 6 2 0,17 5 2,04
H 6 2 0,23 5 2,76
I 6 2 0,30 5 3,60
Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk untuk ukuran
anyaman bronjong kawat 60 x 80 mm, diameter kawat anyaman 2 mm, kawat sisi
2,70 mm, kawat pengikat 2 mm dan untuk anyaman bronjong 80 mm x 100 mm,
diameter kawat anyaman 2,70 mm, kawat sisi 3,40 mm dan kawat pengikat 2 mm,
toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan panjang) sebesar 5 %.
Cara uji untuk memenuhi kekuatan syarat mutu adalah meliputi bentuk,
jumlah sekat dan lilitan dapat dilakukan secara visual,. Uji dimensi bronjong kawat
dapat dilakukan pengukuran terhadap panjang leher, tinggi dan ukuran lobang
anyaman bronjong.
`
Harus baja berlapis seng yang memenuhi SNI 07-6892-2002 Kelas 1,
dan SNI 07 6443-2000. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26
kg/m2
Karakteristik Kawat Bronjong Adalah
Tulangan epi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG
Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG
Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
Kuat Tarik : 4200 Kg/cm2
Perpanjang diameter : 10% (minimum)
A2 Anyaman
Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam
dengan tiga lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm yang
dibuat sedemikian rupa hingga tidak lepas – lepas dan dirancang
untuk diperoleh kelenturan dan kekuatan yang diperlukan. Keliling
tepi dari anyaman kawat harus diikatkan yang dilakukan pada
kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan anyaman.
A3 Keranjang
Keranjang haruslah merupakan unti tunggal dan disediakan
dengan dimensi yang diisyaratkan dalam Gambar atau sesuai
petunjuk Direksi dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim
kelapangan sebelum diisi dengan batu.
A4 Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari
batu yang keras dan awet dengan sifat sebagai berikut :
a) Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang
dari 35 %
b) Berat isi Kering oven lebih besar dari 2,3
c) Penyerapan air tidak lebih besar dari 4 %
d) Kekekalan bentukagregat terhadap natrium sulfat atau
magnesium sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur)
kehilangannya harus kurang dari 10 %. Batu untuk pasangan
batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang dari
40 Kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm.
`
Adapun standar rujukan untuk pekerjaan DPT, Gabion / Bronjong ini
diantaranya :
SNI 07-6892 – 2002 Spesifikasi pagar anyaman kawat baja berlapis seng
SNI 2417 : 2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los
Angeles
B. Uji Ulang
Uji ulang dapat dilakukan dengan jumlah contoh bronjong
kawat 2 x dari contoh pertama dan diambil dari kelompok yang sama.
Apabila setelah dilakukan uji ulang terhadap contoh uji memenuhi
ketentuan syarat mutu maka kelompok bronjong kawat tersebut
dinyatakan lulus uji.
2.6.2 Pengemasan
Kemasan bronjong kawat terdiri dari 10 (sepuluh) unit diikat cukup
kokoh dan rapi menjadi satu merupakan satu bendel.
2.6.3 Syarat penandaan
Tiap-tiap bendel bronjong kawat dari suatu kelompok yang dinyatakan
lulus uji harus diberi label dari logam yang sekurang – kurangnya berisi
antara lain :
- Tanda SNI
- Tanda pengenal Perusahaan / logo / merk
- Diameter nominal kawat anyaman
- Diameter nominal kawat sisi
`
2.7 Kelebihan dan Kelemahan pada Perkuatan DPT. Gabion
2.7.1 kelebihan DPT. Gabion
1. Porous
Yang dimaksud porous dalam bahasan ini artinya adalah pada
perkuatan DPT. Gabion ini memiliki ruang antar segmen material,
hal ini dirasa menguntungkan sebab saat terjadi tekanan maksimum
dari material akibat terlalu volume yang ditahan, sebagian dapat
diloloskan sehingga dapat mengurangi beban yang diterima DPT.
Gabion
2. Elastis
Pada perkuatan DPT. Gabion material penyusunya terdiri dari batu
kali pilihan yang diikat oleh material kawat yang tidak kaku,
sehingga mudah meregang dan kembali lagi pada saat tahanan
normal.
3. Mudah dikerjakan
Perkuatan DPT Gabion ini merupakan struktur yang mudah
dikerjakan dan tidak memerlukan waktu lam untuk pemasangannya,
dikarenakan bahan penyusunnya yang simple.
4. Mudah dibentuk
Struktur DPT. Gabion ini saat pelaksanaanya dilapangan termasuk
yang mudah saat dipasangkan, dan setelah rentang waktu
pemasangan terjadi pemasangan terjadi pembebanan, sehingga
terjadi Aus atau hilang pada material DPT. Gabion, maka hal ini
dapat ditangani dengan menanamkan kembali material baru tanpa
membongkar perkuatan yang lama.
5. Perawatan yang mudah
Setelah struktur dipasangkan dan saat masa aktif menerima beban,
setiap struktur perlu dirawat, dan untuk struktur DPT. Gabion hanya
memerlukan perawatan yang ringan, yaitu diantaranya hanya
mengganti material batu kali, serta membersihkan material asing
yang tersangkut di sela-sela ikatan kawat.
`
Beberapa lokasi sangat sulit menemukan material yang
memenuhi spesifikasi untuk mengerjakan perkuatan DPT.
Gabion, sehingga tidak memungkinkan mengunakan DPT.
Gabion, Walaupun perkuatan ini dirasakan mudah sekali
dikerjakan
2.
`
kW = Gaya seismik horisontal yang bekerja pada pusat massa irisan, dimana k
adalah koefisien seismik.
R = Radius lingkaran untuk bidang runtuh busur lingkaran; atau lengan momen
dari gaya geser Sm terdapat pusat momen untuk bidang runtuh yang bukan
busur lingkaran.
`
h = Tinggi rata-rata
b = irisan Lebar irisan
= Panjang dasar irisan [ b sec ]
a = Jarak vertikal dari gaya hidrostatik terhadap pusat momen.
A = Gaya hidrostatik pada retakan tarik
= Sudut kemiringan dari garis singgung pada titik di tengah dasar irisan
terhadap bidang horisontal. Sudut kemiringan bernilai positif apabila searah
dengan kemiringan lereng, dan bernilai negatif apabila berlawanan arah
dengan kemiringan lereng.
ℎ𝑘𝑖+ℎ𝑘𝑎
Wn = γ ( ) 𝑥 𝑏 ……….. (Persamaan 4.9.1)
2
Faktor keamanan :
𝐶𝑏𝑛 𝑈𝑏
+Wn cos 𝛼− 𝑥 tan 𝜑
Fs = ( cos α cosα
)………(Persamaan 4.9.2)
Wn sin α
timbunan tanah, tanah dan kemiringan batuan, daerah di sekitar tanah horizontal
dengan potensi tekanan pori-air yang berlebih akibat gempa bumi.
TEMP / W adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis
masalah panas bumi. Software ini dapat menganalisis masalah konduksi tingkat
panas yang tetap . Kita dapat mengontrol tingkat di mana panas diserap atau
dibebaskan selama fase perubahan . Kondisi batas termal dapat ditentukan dari
memasukkan data iklim, dan kondisi batas disediakan untuk thermosyphons dan
pipa pembekuan.
CTRAN / W adalah salah satu software yang dalam penggunaannya
berhubungan dengan SEEP / W untuk pemodelan transportasi kontaminasi.
CTRAN / W dapat menganalisa masalah yang sederhana seperti pergerakan
partikel dalam gerakan air atau serumit menganalisis proses yang melibatkan difusi,
dispersi, adsorpsi, peluruhan radioaktif dan perbedaan massa jenis.
VADOSE / W adalah salah satu software yang berhubungan dengan
lingkungan, permukaan tanah, zona vadose dan daerah air tanah lokal. Software ini
dapat menganalisa masalah batas fluks seperti:
1. Rancangan dan memonitor performa satu atau lebih lapisan yang
menutupi tambang dan fasilitas limbah rumah.
2. Menentukan iklim yang mengontrol distribusi tekanan pori-air pada
lereng untuk digunakan dalam analisis stabilitas.
3. Menentukan infiltrasi, evaporasi dan transpirasi dari proyek-proyek
pertanian atau irigasi
Seep3D digunakan untuk pemodelan 3D dari air tanah yang jenuh
atau tidak jenuh. Dengan menggunakan Seep3D, kita dapat memperluas
analisis aliran air tanah regional dengan menyertakan geometri struktur
tertentu seperti waduk dan bendungan, hambatan arus cutoff, rembesan
saluran air atau sumur, gabungan aliran dari samping dan bawah lereng,
dan infiltrasi dan aliran dalam sistem penghalang limbah.
A. SLOPE/W Define
1. Menu Set
Menu Set digunakan untuk menentukan ukuran kertas yang dipakai, ruang
kerja, ukuran tampilan Layer, dan skala yang digunakan. Menu ini terdiri
dari perintah :
a. Page, untuk mengatur ukuran kertas kerja
b. Scale, untuk mengatur skala engineering, skala gambar, dan barat
satuan air
c. Grid, untuk menampilkan dan mengatur titik –titik sebagai titik
acauaan penggambaran.
d. Zoom, untuk mengatur ukuran pembesaran tampilan pada layar
computer
Pada submenu analisa Setting terbagi lagi atas beberapa submenu yaitu:
c. Submenu Points
Melalui submenu Points dapat digambarkan bentuk geometri lereng
yang akan di analisis. Seperti terlihat pada gambar :
d. Submenu Regions
Submenu ini digunakan untuk mendefinisikan batas tiap lapisan
tanah penyusun lereng seperti ditampilkan pada gambar berikut:
Pada sub menu ini terdapat empat jenis perkuatan yaitu fabric, anchor, pile,
dan nail. Karena pada tugas akhir ini mebahas perkuatan dengan menggunakan
Bored Pile maka berikut ini adalah inputnya :
1. Pile Spacing : menentukan jarak antar masing-masing Pile.
2. Shear Force : Nilai dari gaya horizontal maksimum yang bekerja yang
dapat ditahan oleh pile
3. Shear Safaty Factor : factor keamanan
i) Submenu Seismic Load
Submenu ini dipakai untuk mendefinisikan beban gempa pada
lereng.
B. SLOPE/W Solve
Setelah data permasalahan didefinisikan dengan menu Define, maka data
tersebut dapat dieksikusi (dihitung) menggunakan menu Solve. Dengan menekan
tombol Start, maka program akan melakukan perhitungan secara cepat dan
hasilnya berupa faktor keamanan (FS) minimum dari stabilitas lereng tersebut, dan
jumlah bidang longsor dari hasil analisis, seperti gambar berikut ini :
L L L
L
𝐻𝑅
Fs = > 1,5………….(Persamaan 4.10.11)
∑PH
HR = μ x ∑W…………(Persamaan 4.10.12)
Dimana : Fs = Stabilitas terhadap geser
HR = Tahanan gaya geser horizontal (T)
μ = Koefisien Gesek
∑W = Jumlah Beban Vertikal (T)
∑PH = Jumlah Beban Horizontal (T)
Pa = q*K
Pa2 = 0.5 * γ * H2 * K
Md =
Gaya tekan air atau gaya hidrostatis adalah gaya horizontal akibat air dan bekerja
tegak terhadap muka bangunan. Perhitungannya :
Pa2 = 0.5 x Yw x h2
pada konstruksi di daerah yang tergenang air atau muka air yang tinggi, maka akan
terjadi adanya tekanan angkat yang mengurangi angka keamanan. Tekanan air
mempengaruhi gaya vertical dan menyebabkan tahanan terhadap guling semakin kecil,
sehingga penyebab guling semakin tinggi gaya uplift yang bekerja pada bangunan ada 2,
yaitu :
(U1) perhitungannya adalah mengkalikan lebar bangunan (B) dengan tinggi air pada
tanah(h2) dan dikalikan berat jenis (γw)
dimana :
Dimana :
Dimana :
e = Eksentrisitas