Anda di halaman 1dari 7

Karakterisasi Korosi Baja SS-430 pada lingkungan NaCl

Heri Jodi

Pusat Teknonologi Bahan Industri Nuklir – BATAN


Kawasan Puspiptek Serpong-Tangerang Selatan
Banten-Indonesia 15314 Telp./Faks.: 021.7587.4788
e-mail: herieldi@batan.go.id

ABSTRACT

SS-430 is a ferrite type alloy that can be selected for the base material of sea-water duct-pipes in the water
supply system of a power reactor, but in general the ferritic alloy is not as good as austenitic with respect to cor-
rosion resistance. Then NaCl environment is used to examine corrosion rate of SS-430. The corrosion was observed
in four concentrations of NaCl solution. The experiments were carried out using M-273 EG&G potentiostate test
instrument with polarization methode. The microstructure of post-corrosion samples were analyzed with an EDS
attached to SEM instrument to detect the presence of any viable corrosion byproducts. X-ray diffraction methode
was also used to detect any possible emerging corrosion on samples surfaces. The results showed that SS-430 suffers
very little corrosion in NaCl environment, and that this material turn out to have an outstanding resistance toward
NaCl corrosion. The possible ensuing corrosion byproducts are chrome oxides and iron oxides.
Keywords: Corrosion; Stainless Steel 430; Sodium Chloride; X-Ray Diffraction; Potentiostate.

Pendahuluan Biaya untuk kontrol korosi dan servis akibat


Baja nirkarat SS-430 adalah salah satu tipe proses korosi logam sangatlah mahal. Oleh
pa­duan ferrite yang dapat dipilih sebagai bahan karena itu, sifat ketahanan korosi logam menjadi
dasar pembuatan pipa air laut pada sistem suplai bahan penelitian yang banyak dilakukan. Conde
air di sebuah reaktor pembangkit listrik yang et al.2 mendiskusikan tentang perbaikan sifat
umumnya berada pada lingkungan laut.1 Pada ketahanan terhadap korosi pitting dengan metode
lingkungan yang memiliki kadar garam hingga pelelehan permukaan dengan laser. Bacci et al.3
3,5% atau lingkungan dengan kadar ion klorida membahas ketahanan baja las terhadap detergen.
yang cukup tinggi, baja karbon rendah mengalami Penyelidikan perilaku baja nirkarat SS-430
kegagalan material akibat korosi yang menyelu- terhadap korosi di lingkungan HCl diselidiki oleh
ruh ke seluruh permukaan logam tergantung dari Silalahi et al.4 Perilaku baja nirkarat SS-304 dan
konsentrasi elektrolit di lingkungan. SS-316 dalam media HCl menggunakan metode
uji kabut garam diteliti oleh Priyotomo dkk.,5 se-
Pada umumnya baja ferrite tidak mempunyai
dangkan Habib dkk.,6 mengujinya dengan metode
ketahanan korosi yang lebih bagus dibandingkan
implantasi ion tembaga. Penyelidikan tentang
dengan tipe austenite. Hal ini dikarenakan tipe
ketahanan baja nirkarat pada lingkungan NaCl
ferrite tidak memiliki kandungan nikel sebagai
masih sedikit sehingga pengujian korosi pada
elemen paduannya. Nikel, selain berfungsi
lingkungan tersebut menjadi sangat diperlukan.
sebagai agen antikorosi juga merupakan agen
pembentuk austenite. Hal tersebut menjadikan Reaksi korosif dalam sebuah lingkungan ter-
pengujian korosi terhadap baja ferrite menjadi tentu adalah sebuah keadaan transisi, yang lebih
sangat diperlukan, terutama efek korosi pada sering terjadi secara spontan melalui pelepasan
lingkungan natrium klorida (NaCl). energi bebas dari sebuah sistem ke lingkungan-
nya.7 Faktor penting terjadinya korosi lingkungan

149
adalah adanya hujan, kabut atau pengembunan data kerapatan benda uji (d) dan berat ekuivalen
akibat kelembapan tinggi relatif. Kabut dan benda uji (WE).
pengembunan dapat mengakibatkan korosi
icorr  =  (1/ Rp)  (babk  /  2.303 (ba + bk)  )
membasahi seluruh permukaan. Selapis tipis air
yang tidak kelihatan sudah cukup membuat suatu n = (0,13/d) icorr WE
sel korosi yang baik. Tingkat keparahan suatu Tujuan dari eksperimen ini adalah mengukur
logam pada korosi lingkungan umumnya diten- laju korosi baja SS-430 dalam lingkungan NaCl.
tukan oleh konduktivitas elektrolit terlarut, salah Pengukuran dilakukan dalam beberapa variasi
satunya adalah lingkungan yang mengandung konsentrasi media korosinya, dan mengiden-
ion-ion klorida atau lingkungan laut. tifikasi jenis produk korosi yang terjadi pada
Korosi terjadi melalui reaksi elektrokimia di permukaannya saat berada pada lingkungan
permukaan logam karena adanya larutan elektro- NaCl.
lit. Sepotong logam yang berada pada lingkungan
elektrolit dapat bertindak sebagai anoda, katoda, Metodologi
dan penghubung listrik sendiri. Laju korosi
Penelitian ini dilakukan di PTBIN-BATAN Ser-
ditentukan oleh kesetimbangan antara dua reaksi
pong, pada rentang waktu bulan April–September
elektrokimia yang berlawanan. Yang pertama
2007. Bahan percobaan adalah plat baja nirkarat
adalah reaksi anodis, di mana logam teroksidasi
komersial SS-430 yang mempunyai komposisi
dan mendapatkan penambahan jumlah elektron.
kimia pada Tabel 1, larutan NaCl yang akan
Reaksi lawannya adalah reaksi katodis dengan
digunakan sebagai media korosi dengan kon-
satu unsur larutan (umumnya O 2 atau H +)
sentrasi 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 M, kertas ampelas
dikurangi dan elektron lepas dari logam. Aliran
yang mempunyai ukuran kekasaran 400–1.500
arus elektron ini merupakan penyebab utama
mesh, ampelas beludru, dan pasta intan. Proses
korosi dalam logam.
penelitian yang dilakukan dipresentasikan oleh
Teknik elektrokimia sangat ideal untuk diagram alur penelitian pada Gambar 1.
melihat proses korosi karena bisa dilakukan
Alat penelitian yang digunakan adalah mesin
dengan cepat. Pada teknik ini, digunakan instru-
pemotong Buehler dengan pisau piringannya, me-
men sel polarisasi yang terdiri atas tiga bagian
sin poles yang dibuat oleh Karl Kolb (Denmark),
pokok, yaitu potensiostat, sel elektrokimia, dan
alat pengujian korosi potensiostat M273 yang
rangkaian akuisisi. Potensiostat dipakai untuk
dirakit oleh EG&G Princeton Applied Research
menyiapkan tegangan DC yang stabil dan dapat
Corporation, dijalankan dengan menggunakan
diprogram oleh mikrokomputer. Sel elektrokimia
perangkat lunak M352/252 Corrosion Measure-
terdiri atas elektrode pembanding, elektrode kerja
ment System dan dilengkapi dengan gelas uji,
dan elektrode penghitung. Rangkaian akuisisi
botol, pipet, dan tabung uji. Instrumen analisis
berfungsi sebagai pencatat data dan berantar
pendukung pada penelitian ini adalah mikroskop
muka dengan mikrokomputer. Prinsip kerjanya
optik Nikon UFX-DX, Difraktometer sinar-X
adalah bila antara elektrode pembanding dan
Shimadzu XD-610, dan SEM (Scanning Electron
elektrode kerja diberikan beda potensial, akan
Microscopy) merk Philips yang dilengkapi EDS
mengalir arus aplikasi pada elektrode penghitung
(Energy Dispersive X-ray Spectroscopy).
sehingga akan dihasilkan kurva polarisasi berupa
kurva arus fungsi potensial.8 Pada proses preparasi benda uji, plat baja
SS-430 dipotong menjadi bagian-bagian kecil
Pengukuran dengan sel elektrokimia akan
dengan ukuran yang sama, kemudian dibentuk
menghasilkan parameter tahanan polarisasi (Rp)
dan konstanta Tafel (banodis dan bkatodis). Tahanan
polarisasi mempunyai fungsi untuk menghitung
kerapatan arus korosi icorr. Laju korosi n dalam Tabel 1. Unsur Pemadu Baja Nirkarat SS-430
(w%)1
satuan mili inci per tahun (mpy) dapat dihitung
dari kerapatan arus korosi tersebut, memakai Unsur Cr C Si Mn S P
Berat % 16-18 0.12 1.25 1.0 0.03 0.04

150
menjadi bulat dengan ketebalan 5 mm dan terbuka Eoc, yaitu potensial setimbang logam
diameter 15–16 mm menggunakan mesin saat tidak ada koneksi elektrik terhadapnya. Sel
poles dan kertas ampelas 400 mesh. Pemolesan korosi dihubungkan dengan potensiostat yang
benda uji dilakukan dengan cara menggosok memberikan beda potensial. Prinsip kerjanya
permukaan secara bertahap menggunakan kertas adalah bila antara elektrode pembanding dan
ampelas 600, 800, 1.000, dan 1.500 mesh sampai elektrode kerja diberikan beda potensial, akan
permukaan benda uji mencapai tingkat kekasaran mengalir arus aplikasi pada elektrode penghitung
yang relatif sama dan tercapai keseragamannya. sehingga akan dihasilkan kurva polarisasi berupa
Pemeriksaan hasil perlakuan ini dilakukan kurva arus fungsi potensial.8 Potensial dipasang
dengan menggunakan mikroskop optik dengan pada 20 mV di bawah potensial korosi dan 20 mV
pembesaran sampai 1.000 kali. Selanjutnya, di atas potensial korosi. Kecepatan pemindaian
benda uji digosok dengan pasta intan pada kain potensial adalah 0,1 mV/s. Dari pengukuran
beludru sehingga diperoleh permukaan yang ini harga tahanan polarisasi (Rp) dan konstanta
benar-benar halus dan mengilap. Penentuan Tafel anodis-katodis didapatkan secara otomatis.
material benda uji ini disesuaikan dengan standar Informasi yang didapatkan adalah arus korosi
yang telah baku.9 icorr yang kemudian dipakai untuk menghitung
Pengujian korosi dilakukan dengan teknik laju korosi n.
polarisasi atau potensiostatis, mengikuti prosedur Untuk melihat kerusakan yang terjadi, setiap
sebagai berikut. Pertama-tama sel korosi tiga permukaan benda uji diperiksa di bawah mikros-
elektrode diisi dengan larutan elektrolit yang kop elektron SEM dengan perbesaran sampai 500
berfungsi sebagi media korosi sebanyak 600 ml. mm. Kemudian, dilihat unsur-unsur yang dominan
Benda uji dicelupkan ke dalam sel dan berfungsi pada titik-titik kerusakan tersebut menggunakan
sebagai elektrode kerja. Sebagai elektrode pem- EDS. Untuk menentukan produk-produk korosi
banding digunakan calomel standar, elektrode yang terjadi pada permukaan benda uji, setiap
penghitung digunakan batang karbon. Selan- benda uji diperiksa dengan difraktometer sinar-X
jutnya, dilakukan pengukuran potensial sirkuit yang menggunakan panjang gelombang Ka dari

Gambar 1. Skema Diagram Alur Penelitian.

151
target Cu (l = 1,5418 Å), dengan sudut pindai 2q penurunan seiring dengan bertambahnya nilai
= 20–120. Analisis sinar-X diselesaikan dengan konsentrasi media korosi NaCl. Pada setiap kon-
menggunakan program perangkat lunak dari sentrasi 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 M kerapatan arus
Joint Committee on Powder Diffraction Standard korosinya masing-masing mencatatkan harga
(JCPDS). 0,22; 0,21; 0,06; dan 0,05 mAcm-2. Penurunan
kerapatan arus korosi ini berpengaruh pada laju
Hasil dan Pembahasan korosi hasil pengukuran yang juga memiliki
kecenderungan menurun. Laju korosi tertinggi
Kurva polarisasi yang dihasilkan dari pengujian
dicatatkan oleh konsentrasi NaCl 0,4 M, yaitu
korosi bahan SS-430 dalam media NaCl 0,5 M di-
0,0583 mpy, sedangkan laju korosi terendah
perlihatkan pada Gambar 2. Kurva memiliki slove
dicatatkan oleh konsentrasi NaCl 0,7 M dengan
(kemiringan) yang positif, artinya reaksi korosi
nilai 0,0142 mpy. Untuk konsentrasi NaCl 0,5
yang dominan terjadi saat benda uji dicelupkan
dan 0,6 M, laju korosinya masing-masing men-
pada larutan NaCl 0,5 M adalah reaksi anodis,
catatkan nilai 0,0551 dan 0,0151 mpy. Hubungan
di mana baja mengalami proses oksidasi. Kurva
antara konsentrasi media korosi NaCl dengan
yang tidak linear menunjukkan bahwa selain
kerapatan arus dan laju korosi ditunjukkan oleh
reaksi anodis juga terjadi reaksi katodis, walau-
Gambar 3.
pun pada tingkat yang dapat diabaikan. Ini artinya
bahwa produk korosi yang terjadi kemungkinan Peningkatan konsentrasi media dalam setiap
besar adalah oksida-oksida dari unsur-unsur pengukuran menimbulkan arus korosi yang lebih
pemadu baja. Hal tersebut terjadi juga pada kon- kecil. Hal tersebut akhirnya menyebabkan penu-
sentrasi 0,4; 0,6; dan 0,7 M. Tahanan polarisasi runan pada laju korosinya. Perbedaan kerapatan
(Rp) merupakan kemiringan dari kurva polarisasi arus yang mencolok pada konsentrasi 0,4–0,5
mempunyai harga yang bergelombang seiring M dengan 0,6–0,7 M menunjukkan bahwa pada
dengan kenaikan konsentrasi NaCl, dengan konsentrasi 0,4–0,5 M lebih banyak terjadi
kecenderungan meningkat. Tahanan polarisasi oksidasi pada permukaan baja. Hal ini menunjuk-
yang didapatkan untuk konsentrasi 0,4; 0,5; 0,6; kan bahwa SS-430 mempunyai kecenderungan
dan 0,7 M masing-masing adalah 40,21; 33,76; lebih mengalami ionisasi pada media korosi yang
146,74; dan 99,41 kW cm-2. mempunyai konsentrasi yang kecil. Pengukuran
korosi SS-430 pada media yang mempunyai
Parameter yang didapatkan dari kurva
konsentrasi yang lebih kecil memberikan hasil
polarisasi adalah kerapatan arus korosi i corr
laju korosi yang lebih lemah bila dibandingkan
hasil pengukuran yang menunjukkan tendensi
dengan hasil pengukuran dalam media dengan
konsentrasi lebih tinggi.

Gambar 2. Hubungan potensial polarisasi dengan Gambar 3. Kurva hubungan antara konsentrasi me-
kerapatan arus yang didapatkan dari benda uji SS- dia korosi NaCl dengan kerapatan arus korosi icorr dan
430 yang dicelupkan pada media larutan NaCl laju korosi n.
dengan konsentrasi 0,5 M.10

152
Laju korosi yang dihasilkan oleh setiap dari 1 mpy mendapatkan kategori luar biasa
pengukuran pada penelitian ini, sangatlah (outstanding). Laju korosi yang dicatatkan oleh
kecil dengan harga 0,0142–0,0583 mpy. Artinya, SS-430 memberikan kelas yang luar biasa dalam
dalam media NaCl 0,4 M baja SS-430 akan hubungannya dengan ketahanan korosi baja
mengalami korosi sedalam 0,058 mili inci dalam SS-430 pada lingkungan media larutan NaCl.
kurun waktu setahun. Angka ini lebih kecil jika Pengukuran sifat korosi menggunakan
dibandingkan dengan laju korosinya pada media teknik potentiodynamic atau galvanostatis,
HCl dengan konsentrasi yang lebih lemah, yaitu menunjukkan bahwa SS-430 pada lingkungan
berkisar antara 0,0207–0,64 mpy.4 Ini artinya baja larutan NaCl dengan konsentrasi ini tidak me-
SS-430 lebih tahan terhadap korosi di lingkungan miliki potensial pasifasi (passivation potential),
NaCl daripada di lingkungan HCl. yaitu suatu daerah di mana tidak terjadi proses
Sehubungan dengan ketahanan korosi, korosi.10 Ini artinya SS-430 mudah dan terus
bahan paduan besi komersial diklasifisikan dalam terkorosi pada media NaCl. Akan tetapi, proteksi
beberapa kategori.7 Paduan yang memiliki laju katodis dari benda uji ini menekan timbulnya
korosi lebih besar dari 200 mpy dikategorikan arus korosi sehingga laju korosinya menjadi
sebagai bahan yang tidak bisa diterima (unac- kecil. Proteksi katodis terjadi karena SS-430 me-
ceptable) sebagai bahan struktur, kecuali untuk ngandung bahan-bahan pemadu antikorosi seperti
material yang murah dengan permukaan yang Cr yang mempunyai potensial reduksi lebih kecil
sangat tebal. Kategori kurang baik (poor) dibandingkan dengan potensial reduksi Fe. La­
diberikan pada bahan yang memiliki rentang rutan korosi harus menghadapi potensial negatif
laju korosi antara 50–200 mpy. Sebuah bahan yang ditimbulkan oleh Cr dan elemen pemadu
dinyatakan cukup baik (fair) bila memiliki laju lainnya, sebelum dapat menyerang Fe.
korosi 20–50 mpy. Kategori ini merupakan kelas Hasil pengamatan mikrostruktur benda uji
yang cukup banyak dipakai di pasaran. Kategori dengan menggunakan SEM menunjukkan bahwa
baik (good) diberikan pada bahan yang memiliki permukaan benda uji telah mengalami kerusakan
laju korosi antara 5–20 mpy, dan kategori oleh media korosi, seperti diperlihatkan oleh
sangat baik (excellent) untuk bahan dengan laju Gambar 4.a. Terdapat bintik spot yang tidak
korosi 1–5 mpy. Adapun untuk laju korosi kurang merata pada permukaan benda uji yang telah

a b
Gambar 4.a Mikrostruktur permukaan SS-430 yang dicelupkan pada larutan NaCl 0,5 M, yang
dihasilkan dari foto SEM. Titik A menunjukkan permukaan baja yang belum terkorosi. Titik
B menunjukkan daerah terkorosi dengan produk korosinya kemung­kinan besar adalah oksida
krom, selain besi seperti ditunjukkan oleh EDS pada Gambar 4.b Titik C merupakan daerah
terkorosi yang didominasi oleh unsur Cr, produk korosinya kemungkinan besar adalah oksida
krom. Titik D menunjukkan daerah di mana oksida besi dan oksida krom hadir merata.

153
terkorosi. Titik A menunjukkan permukaan benda oksida besi dan oksida krom. Fakta ini diperkuat
uji yang masih belum terkorosi. Penyelidikan dengan data hasil difraksi sinar-X.
lebih lanjut pada bintik-bintik permukaan tersebut Pola difraksi sinar-X benda uji SS-430
menggunakan EDS, diketahui bahwa pada titik pada larutan NaCl 0,5 M diperlihatkan pada
B terdapat kandungan unsur besi yang dominan, Gambar 5. Kemunculan puncak-puncak asing di
serta krom dan oksigen, seperti ditunjukkan oleh samping puncak regular mengindikasikan adanya
Gambar 4.b. Hal ini menunjukkan kemungkinan produk korosi di dalam benda uji. Analisis lebih
besar di daerah tersebut ditemukan produk korosi lanjut menggunakan perangkat lunak dari JCPDS
berupa oksida besi. Titik C menunjukkan daerah menunjukkan adanya kehadiran produk korosi
di mana produk korosinya kemungkinan besar padat oksida krom (Cr2O3) seperti pada sudut
lebih didominasi oleh oksida krom, sedangkan 2q = 41,5, 50,2, dan 90,2. Oksida besi (Fe2O3)
titik D produk korosinya kemungkinan oksida orthorombik hadir pada sudut 2q = 54,9, Fe2O3
krom dan oksida besi hadir merata. kubik ada pada 2q = 75,5 dan 77,5, sedangkan
Berdasarkan hasil pengamatan mikrostruktur Fe2O3 tetragonal pada 2q = 56,2 dan 102,3.
yang dilengkapi data EDS tersebut dapat b_Fe2O3 dengan struktur kubik hadir pada sudut
dikatakan bahwa dalam media NaCl, korosi erosi 2q = 65,9; 70,8; 80,4; 81,9; dan 98,9. b”_Fe2O3
(pitting) benar-benar terjadi. Ini disebabkan oleh tetragonal hadir pada sudut 2q = 43,7; 54,5; dan
klorin yang menyerang benda uji. Klorin dapat 64,9. Kehadiran bentuk-bentuk produk korosi ini
melakukan penetrasi dan memasuki bulk, dan sejalan dengan hasil pengamatan yang dilakukan
selanjutnya membentuk porositas. Porositas dengan menggunakan peralatan SEM dan EDS.
tersebut kemudian diisi oleh larutan korosi yang
menyebabkan aberasi pada benda uji. Yang
terjadi kemudian adalah produk korosi berupa

Gambar 5. Pola intensitas difraksi sinar-X dari benda uji SS-430 setelah mengalami korosi pada media larut­
an NaCl 0,5 M. Puncak-puncak oksida krom dan oksida besi yang merupakan produk korosi hadir, di samping
puncak-puncak reguler.

154
Kesimpulan 3
Bacci, D., A. Cauteruccio, and C. Turco. 1984. Be-
haviour of Resistance Welded AISI-430 Ex-
Baja komersial SS-430 mengalami proses
posed to Detergents. Journal of Materials Sci-
korosi terus menerus pada lingkungan NaCl. ence Letters 3 (8): 681–684.
Reaksi korosi yang terjadi, didominasi oleh 4
Silalahi, M., H. Jodi, dan N. Effendi. April 2007. Cor-
reaksi anodis. Laju korosi yang terukur sangatlah rosion analysis of SS-430 in Hydro Chloride so-
kecil dengan tendensi menurun seiring dengan lution. Majalah Ilmu & Teknologi 16 (1): 8-18.
kenaikan konsentrasi larutan NaCl. Jadi dapat 5
Priyotomo, G. dan H. Soeroso. November 2007.
disimpulkan bahwa SS-430 mempunyai ketah- Karakterisasi perbandingan material baja kar-
anan korosi yang luar biasa (outstanding) pada bon rendah dan baja nirkarat di lingkungan 5%
lingkungan NaCl. Produk korosi yang terjadi klorida dengan uji kabut garam. http://gadang-
pada permukaan baja SS-430 di lingkungan NaCl e-bookformaterialscience.blogspot.co, diakses
19 Juli 2009.
didominasi oksida krom dan oksida besi. 6
Habib, A. dan P. Anggraita Prayoto. Juli 2005. Efek
Implantasi Ion Tembaga terhadap Sifat Ketah-
Ucapan Terima Kasih anan Korosi Baja Tahan Karat Austenitik dalam
Terima kasih kami ucapkan pada pihak PTBIN- Media Asam Klorida. Prosiding Pertemuan
dan Persentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu
BATAN dan kepada Sdr. M. Ihsan dkk., yang
Pengetahuan dan Teknologi Nuklir: 276–282.
telah banyak membantu pengukuran serta 7
Fontana, G. 1987. Corrosion Engineering, third ed.
pengoperasian alat-alat pengukuran dan karak-
Singapore McGraw Hill Book Co.
terisasi. 8
Electrochemical Corrosion Measurement; Review
of the Electrochemical Basis of Corrosion.
Daftar Pustaka http://www.mtec.or.th/th/research/famd/corro/
1
December 2000. Advanced Material and Processes, electrochem.html, diakses 19 Juli 2009.
Composition of Standard Stainless Steels. 9
Goodhew, J. 1973. Specimen Preparation In Ma-
2
Conde, A., R. Colaco, R. Vilar, and J.de Dambore- terials Science. American Elsevier, North 2
nea. 2000. Corrosion Behaviour of Steels After Holland.
Laser Surface Melting. Materials & Design 21 10
Jodi, H., M. Silalahi, dan N. Effendi. Desember
(5): 441–445. 2008. Corrosion Behaviour of Steel (SS-430)
In Sodium Chloride Environment. Jurnal Sains
Materi Indonesia Edisi Khusus Desember 2008:
140–146.

155

Anda mungkin juga menyukai