Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik kinematika kaca TZN. Dalam penelitian
ini dilakukan fabrikasi kaca tellurite dengan komposisi 60TeO2-30ZnO-10Na2O. Penelitian ini
diarahkan untuk mempelajari kinetika kristalisasi kaca, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh variasi waktu dan laju pengkristalan untuk mendapatkan luas bagian kaca
yang dikristalkan terhadap sifat thermal yang berkaitan dengan kinetika kristalisasi kaca. Dengan
metode non-isotermal menggunakan Differential scanning Calorimetry (DSC) dan isothermal pada
suhu 410 oC, 420 oC, 430 oC, 440 oC dan 450 oC diperoleh fraksional dari luas kristalisasi bagian
kaca dengan luas seluruhnya. Kesimpulan bahwa untuk membuat kristalisasi kaca tellurite dapat
diperoleh dengan variasi suhu dan dengan waktu.
Dari hasil kurva DSC dapat ditentukan Mehl-Avrami (JMA) yang dinyatakan pada
karakteristik kaca berupa suhu transisi kaca Persamaan (2).
(Tg), suhu awal puncak kristalisasi (Tx), suhu
puncak kristalisasi (Tp) dan suhu peleburan (2)
kaca (Tm). Dengan menggunakan Tg, Tp, Tx, Pada Persamaan (2), merupakan
dan Tm, dapat diperoleh indikator stabilitas fraksi volume, n merupakan eksponen
terhadap kristalisasi (S) (Nowoseielski dan Avrami yang mengambarkan rincian
Babilas, 2010) yang dinyatakan pada pertumbuhan kristal dan K merupakan
Persamaan dibawah : konstanta laju reaksi yang mengambarkan
S Tx Tg tingkat kristalisasi.
(1)
Nilai eksponen Avrami (n)
Persamaan (1) menunjukkan jika
menunjukkan jenis nukleasi yang terjadi dan
selisih Tx-Tg meningkat maka stabilitas kaca
menunjukkan dimensi penumbuhan kristal
(S) juga semakin meningkat. Meningkatnya
(Sidel et.al, 2011). Nilai eksponen Avrami
nilai S mengindikasikan semakin besarnya
n=1 menunjukkan nukleasi terjadi di
kemampuan pembentukan kaca atau semakin
permukaan (superficial) dan n>1
kecil kecenderungan terjadinya pembentukan
menunjukkan nukleasi terjadi secara
kristalisasi pada kaca.
homogen (volumetric). Menurut Araujo dan
Analisis thermal juga digunakan untuk
Indalgo (2009), nilai eksponen Avrami n2
menentukan kinetika kristalisasi pada kaca.
menunjukkan mekanisme penumbuhan kristal
Kristalisasi merupakan perubahan struktur
amorf menjadi struktur kristal (Thomas, terjadi secara satu-dimensi, n3 menunjukkan
2003). Kinetika kristalisasi pada kaca dapat mekanisme penumbuhan kristal terjadi secara
ditentukan dengan dua cara, yakni secara dua-dimensi dan n4 menunjukkan
isothermal dan non-isothermal (Shelby, mekanisme penumbuhan kristal terjadi secara
2005). Pada proses isothermal, sampel kaca tiga-dimensi. Untuk n>4, mekanisme
dipanaskan dengan cepat hingga mencapai penumbuhan kristal terjadi secara tiga-
Tg, kemudian selama proses kristalisasi, laju dimensi dengan peningkatan laju nukleasi
aliran panas (H) dicatat sebagai fungsi diikuti dengan penumbuhan kristal yang
waktu (t). Pada proses isothermal suhu (T) terkendali.
dijaga agar konstan. Sedangkan pada proses Analisis sifat thermal dilakukan secara
non-isothermal, sample kaca dipanaskan isothermal dan non-isothermal. Pemanasan
sampel dilakukan mulai dari suhu kamar
dengan heating rate () tertentu, kemudian
sekitar 32oC hingga suhu 600oC. Dari grafik
laju aliran panas (H) dicatat sebagai fungsi
hasil uji DSC ditentukan suhu kristalisasi
suhu(T) (Mallawany, 2002). Dalam penelitian
(Tx), suhu kaca transisi (Tg) dan dicari
ini, kinetika kristalisasi kaca tellurite dikaji
parameter kristalisasi kaca dengan
secara non-isothermal. Studi kristalisasi kaca
menggunakan Persamaan Avrami
secara non-isothermal dilakukan dengan
Analisis thermal juga digunakan untuk
melakukan pemanasan pada sampel kaca
menentukan kinetika kristalisasi pada kaca.
menggunakan heating rate () yang Kristalisasi merupakan perubahan struktur
bervariasi. Jika semua parameter konstan, amorf menjadi struktur kristal
suhu transisi kaca (Tg) akan bertambah Secara stuktur mikro, proses pertama
seiring dengan peningkatan heating rate () yang terjadi pada transformasi fasa adalah
(Shelby, 2005). nukleasi yaitu pembentukan partikel sangat
kecil atau nuklei dari fase baru. Nuklei ini
Kinetika kristalisasi pada kaca dapat akhirnya tumbuh membesar membentuk fasa
dipelajari untuk mengetahui gelaja kristalisasi baru. Pertumbuhan fase ini akan selesai jika
seperti nukleasi (pengintian) dan pertumbuhan tersebut berjalan sampai
penumbuhan kristal dalam kaca dan pengaruh tercapai fraksi kesetimbangan. Laju
komposisi kaca terhadap gejala-gelaja transformasi yang merupakan fungsi waktu
tersebut. Menurut Jain et.al. (2009), model (sering disebut kinetika transformasi) adalah
teoritis yang sangat cocok untuk hal yang penting dalam perlakuan panas
menggambarkan kristalisasi pada kaca adalah bahan. Pada penelitian kinetik akan didapat
dengan menggunakan Persamaan Johsnson- kurva S yang di plot sebagai fungsi fraksi
II. Pembahasan
2.1 Metodologi Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: spatula stainless steel, neraca digital
(ketelitian ±0,01gram), lumpang dan alu dari
bahan keramik, crucible platinum, mold
stainless steel (ketebalan ±0,5cm), furnace
Carbolite CWF 1100, sarung tangan anti
panas dan tang penjepit, furnace Nabarthem,
set alat Differential scanning Calorimetry
(DSC)
Bahan kaca yang digunakan dalam
penelitian ini yakni serbuk Tellurite Oxide
(TeO2) dengan kemurnian 99,99%, serbuk Grafik 2. grafik kalor(Q) dengan waktu (t)
Zinc Oxide (ZnO) dengan kemurnian 99,9%, dengan non isothermal
dan serbuk Na2CO3.
Pembuatan kaca tellurite dimulai dari Dari grafik(2) hasil uji DSC ditentukan
penimbangan bahan TeO2, ZnO, dan Na2CO3 suhu kristalisasi (Tx) =400,36oC, suhu kaca
berdasarkan presentase % mol dari komposisi transisi (Tg) 291,475oC, suhu kristalisasi (Tc)
setiap kaca, dan kemudian dicampurkan lalu =453,475 oC dan dicari parameter kristalisasi
diaduk dalam lumpang dan alu dari bahan kaca dengan menggunakan Persamaan
keramik sampai 30 menit supaya tercampur Avrami. Kemudian sampel kaca juga
homogen. Bahan tersebut kemudian dipanaskan pada suhu kristalisasi dengan
diletakkan pada crucible platina untuk variasi waktu pemanasan. Hal ini bertujuan
dilelehkan pada furnace bersuhu 900oC untuk mengetahui rasio parsial daerah yang
selama 30 menit. Hal ini didasarkan pada di kristalkan.
banyak penelitian seperti yang dilakukan Analisis sifat thermal dilakukan secara
Ferreira et.al. (2003) yang meleburkan kaca isothermal pada suhu kisaran suhu kristalisasi
tellurite pada suhu 900oC selama 30 menit. pada 410 oC, 420 oC, 430 oC, 440 oC dan 450
Selanjutnya lelehan dicetak pada cetakan o
C
kaca yang sebelumnya telah dipanaskan pada 2.2. Hasil dan Pembahasan
suhu 250oC di oven. Proses penuangan Setelah dilakukan uji dengan Differential
lelehan pada cetakan dilakukan secara cepat. scanning Calorimetry (DSC) dengan metode
Proses pembuatan kaca seperti ini dinamakan isothermal pada 5 macam suhu yaitu suhu
melt-quenching. dibawah dan diatas dari suhu kristalisasi pada
Sifat thermal kaca diuji dengan metode suhu 410 oC, 420 oC, 430 oC, 440 oC dan 450
non isothermal menggunakan Differential o
C diperoleh data kalor (Q) dengan waktu (t)
scanning Calorimetry (DSC) yang ada di seperti grafik (3) :
Lab. MIPA Terpadu UNS. Analisis DSC
dilakukan untuk mengetahui suhu transisi
kaca (Tg), suhu awal kristalisasi (Tx), suhu
puncak kristalisasi (Tp), dan suhu melting
kaca (Tm). Prinsip kerja DSC adalah mencatat
perbedaan suhu (T) antara sampel kaca dan
referensi yang dipanaskan secara bersamaan
dalam satu furnace
Analisis sifat thermal dilakukan secara
isothermal dan non-isothermal. Pemanasan
sampel dilakukan mulai dari suhu kamar
sekitar 32oC hingga suhu 600oC. Hasil uji
DSC diperoleh grafik seperti grafik dibawah
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Time (min)
suhu yang digunakan maka semakin cepat Nowosielski, R., and Babilas, R. 2010. Glass-
waktu yang diperlukan. Forming Ability Analysis of Selected
Fe-based Bulk Amorphous Alloys.
III. Kesimpulan dan Saran Journal of Achievements in Materials
and Manufacturing Engineering.
Kesimpulan Vol.24(1-2): 66-72.
Berdasarkan grafik fraksional kaca Ozawa, T. 1999. Thermal Analysis-Review
tellurite menunjukkan nilai perbandingan and Prospect. Thermochimica Acta.
fraksi dan waktu adalah fungsi linier banding Elsevier. No.355: 35-42.
lurus , sehingga dapat disimpulkan bahwa Raju, K.V., Raju, C.N., Sailaja, S., Reddy,
semakin tinggi suhu kristalisasi semakin B.S. 2013. Judde-Ofelt Analysis and
cepat terbentuknya kristal. Photoluminescence Properties of RE3+
(RE=Er&Nd): Cadmium Lithium
Saran Boro Tellurite Glasses. Solid State
Penelitian ini akan menjadi lebih Sciences. Elsevier. No. 15: 102-109.
mendalami dengan analisa yang lebih detail Rosmawati, B.H. 2008. Elastic, Optical And
dari Kristal dari kaca tellurite TZN yaitu Thermal Properties Of TeO2-ZnO And
dengan uji SEM dan XRD yang akan dapat TeO2-ZnO-AlF3 Glass Systems. Thesis
menghasilkan analisa kualitatif maupun Submitted for the Degree of PhD:
kuantitatif dari Kristal tellurite TZN. University of Putra Malaysia.
Malaysia.
IV. DAFTAR PUSTAKA Shelby, J.E. 2005. Introduction to Glass
Science and Technology 2nd edition.
Jain, R.K., Deepika, Rathore, K.S., Jain, N., The Royal Society Of Chemistry:
Saxena, N.S. 2009. Activation Energy USA. pp.202-221
of Crystallization and Enthalpy Thomas, L.C. 2003. An Introduction to the
Released of Se90In10-xSbx (x=0, 2, 4, 6, Techniques of Differential Scanning
8, 10) Chalcogenide Glasses. Calorimetry (DSC) and Modulated
Chalcogenide Letters. Vol.6(3): 97- DSC. pp.9-26. dalam R.A. Diaz
107. (edt.). Thermal Analysis.
Marzuki, A., and Jha, A. 2007. Effect of Pb- Fundamentals and Applications to
Ions on The Kinetics of Devitrification Material Characterization.
and Viscosities of AlF3-based Glasses Proceedings of the International
for Waveguide Fabrication. Journal of Seminar: Thermal Analysis and
Non-Crystalline Solids. Elvesier. Rheology. Ferrol, Spain.
No.353: 1283-1286..
Penanya : Bangun
Pertanyaan : Apakah komposisi dari kaca tersebut, kaca semua atau kristal semua?
Jawaban : Kaca yang pertama masih semua kaca yang di DSC.
Yang kedua sudah dibuat semi kristal yang secara makro memang tidak terlihat.