Anda di halaman 1dari 36

Judul Mata Kuliah

( Kode MK )

KRISTALISASI

Nama Program Studi - UPNYK 1


Materi Kristalisasi :
 Definisi.
 Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kristalisasi.
 Teori kristalisasi.
 Alat-alat kristalisasi.
 Perhitungan neraca massa, neraca panas,
dan rendemen.
 Kecepatan pertumbuhan kristal.
 Perancangan sederhana kristaliser.
Nama Program Studi - UPNYK 2
Difinisi Kristalisasi
DEFINISI
Kristalisasi peristiwa pembentukan suatu kristal dari
solute dalam larutan ,atau bisa juga pengendapan
langsung dari gas.
Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan
partikel-partikel padat dalam uap seperti pada
pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia
antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan
massa (mass transfer) dari suatu zat terlarut (solute)
dari cairan larutan ke fase kristal padat.
Nama Program Studi - UPNYK 3
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kristalisasi
1. Perbandingan reaktan, merupakan
faktor yang cukup penting untuk
dipertimbangkan, karena pada reaksi
pengendapan menjadi penentu, manakala
terjadi kelebihan salah satu reaktan,
yang dapat menyebabkan arah reaksi
berbalik.
 Biasanya reaksi pengendapan atau
pembentukan kristal berkisar pada
perbandingan stoikiometri.
Nama Program Studi - UPNYK 4
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kristalisasi
2. Waktu Kristalisasi, faktor ini perlu diperhatikan
karena pertumbuhan kristal baik ditinjau secara
kuantitatif (jumlah kristal) maupun kualitatif
(pembesaran kristal) sangat dipengaruhi waktu
pemeraman atau waktu kristalisasi.
3. Suhu Kristalisasi, faktor ini menjadi cukup penting
untuk diperhatikan khususnya untuk reaksi yang
bersifat eksotermis/endotermis, namun untuk reaksi
non-eksotermis atau non-endotermis tidak perlu
menjadi tinjauan.

Nama Program Studi - UPNYK 5


(C x 9/5) + 32 = F

Solubility meningkat dengan naiknya suhu, tetapi


perlu diperhatikan perbedaan kristal yang
terbentuk Nama Program Studi - UPNYK 6
(sumber : Geankoplis, 3th ed. , p.739).

Contoh ( dari figure di atas): s/d T = 48,2oC, fase stabil


adalah Na2S2O3. 5 H2O, terbentuk kristal ini. Dari T 48,2oC
s/d T = 65oC , terbentuk kristal Na2S2O3. 2H2O.
Nama Program Studi - UPNYK 7
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kristalisasi antara lain
4. Derajad kejenuhan
Suhu kristalisasi berpengaruh pada tingkat
kejenuhan, khususnya pada proses kristalisasi
yang didahului proses pelarutan maka kelarutan
dapat ditingkatkan seiring dengan kenaikan suhu,
sampai pada suatu kondisi tertentu.
Selanjutnya dengan sedikit penurunan suhu
larutan akan diperoleh kondisi jenuh larutan.
Untuk reaksi pelarutan yang eksotermis tidak
memerlukan pemanasan/kenaikkan suhu sehingga
dengan mengkondisikan pada suhu rendah
(dibawah suhu reaksi) akan diperoleh kondisi
lewat jenuh dari larutan, yang mendorong proses
kristalisasi, khususnya pada kristalisasi spontan.
Nama Program Studi - UPNYK 8
Keseimbangan kristalisasi tercapai jika larutan induk (mother
liquor) dalam keadaan jenuh.Konsentrasi larutan induk terletak di
kurva solubility (kelarutan). Kelarutan = f (T) ≠ f (P).

Solubility (kg of
solute/kg of solvent)

Temperature (°C)
Contoh sumber data solubility dapat dilihat di table 2-120, Perry(1999).
Nama Program Studi - UPNYK 9
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kristalisasi
5. Pengaruh ion-ion yang menyertai
pembentukan kristal.

 Ion-ion yang menyertai proses terbentuknya


kristal dapat bersifat positif atau negatif.
 Bersifat positif jika adanya ion-ion tersebut
dapat meningkatkan atau mempercepat
pembentukan dan pertumbuhan kristal.
 Bersifat negatif jika menghambat pembentukan
dan pertumbuhan kristal atau menjadi pengotor
(impurities) bagi kristal yang diharapkan
terbentuk apalagi jika mempersulit pemurnian
hasil.
Nama Program Studi - UPNYK 10
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kristalisasi
6. Nukleasi, menjadi penting jika proses
kristalisasi bukan merupakan kristalisasi
spontan, sehingga nukleasi menjadi hal yang
menentukan untuk mengawali terbentuknya
kristal.
7. Kecepatan Pengadukan, pengadukan dengan
kecepatan rendah diperlukan untuk
meningkatkan homogenitas pelarutan dan
untuk mendapatkan ukuran kristal kecil dan
seragam, namun untuk melihat pertumbuhan
kristal faktor ini tidak diperlukan.
Nama Program Studi - UPNYK 11
Beberapa hal tentang kristalisasi
1. Rendemen,
2. Kemurnian,
3. Bentuk dan ukuran ( tergantung data
keseimbangan fase padat – cair),
4. Keseragaman ukuran (ada distribusi
ukuran produk kristaliser).
5. Distribusi ukuran dan bentuk
merupakan sifat yang berpengaruh
terhadap kualitas produk.
Nama Program Studi - UPNYK 12
Nukleasi
Laju nukleasi adalah jumlah partikel-
partikel baru yang terbentuk per-unit waktu
per-unit volume dari magma atau padatan
tanpa larutan induk.
Besaran ini merupakan parameter kinetika
awal yang mengontrol CSD (Crystal Size
Distribution)
Seperti terlihat pada gambar berikut ;

Nama Program Studi - UPNYK 13


Mekanisme proses nukliasi

Nama Program Studi - UPNYK 14


Kristal awal dalam Kristaliser.

 Jika semua partikel dijumlahkan pada peristiwa


nukleasi, maka berbagai macam nukleasi akan
terjadi.
 Dikenal tiga klasifikasi :
a)Nukleasi Palsu (spurious nucleation),
b)Nukleasi Primer (primary nucleation) dan
c)Nukleasi Skunder (scondary nucleation).

Gambar dibawah, menunjukkan bentuk-


bentuk dari kristal tingkat rendah serta berbagai
macam kualitas produk kristal MgSO4.7H2O
pada berbagai kondisi lewat jenuh.
Nama Program Studi - UPNYK 15
Kristal awal dalam Kristaliser.

Pertumbuhan
baik

Pertumbuhan
terkerudung

Pertubuhan
berduri

 Contoh rejim-rejim pertumbuhan ( Menurut Clontz


dan McCabe)
Nama Program Studi - UPNYK 16
Gambar diatas didapat kondisi lewat jenuh terhadap
kualitas pertumbuhan kristal dan jenis nukleasi dari
MgSO4.7H2O

Nama Program Studi - UPNYK 17


Nukleasi primer.
 Nukleasi merupakan kelahiran bagian terkecil dari
fase baru pada kondisi lewat jenuh yang uniform.
 Pada dasarnya phenomena nukleasi adalah sama,
baik pada kristalisasi dari larutan, kristalisasi dari
bubur, kondensasi kabut dalam uap lewat dingin
atau pada terbentuknya gelembung dalam cairan
lewat panas.
 Jadi nukleasi merupakan akibat dari cepatnya
fluktuasi lokal pada skala molekul dalam fase
homogen yaitu pada keadaan kesetimbangan meta-
stabil.
 Phenomena ini disebut nukleasi homogen
(homogenous nucleation), untuk selanjutnya dibatasi
pada terbentuknya partikel baru, dimana fase tak
berpengaruh pada cara atau jenis padatan,
termasuk dinding wadahnya.
Nama Program Studi - UPNYK 18
Nukleasi homogen
 Dalam kristalisasi dari larutan, nukleasi homogen
hampir dipastikan tak pernah terjadi, terkecuali
dalam reaksi pengendapan.
 Phenomena dasar perlu diketahui untuk lebih
mengenal berbagai tipe nukleasi.
 Inti kristal terbentuk dari berbagai macam partikel :
molekul, atom atau ion.
 Inti berada pada keadaan kesetimbangan tak stabil :
inti dapat berkurang, mungkin terlarut, bertambah,
tumbuh dan menjadi kristal.
 Tingkatan dalam evolusi kristal adalah sebagai
berikut :
Cluster embrio  inti kristal (nukleus)  kristal

Nama Program Studi - UPNYK 19


Pertumbuhan Kristal
 Pertumbuhan kristal merupakan proses difusi, yang mengalami
perubahan karena pengaruh permukaan padatan saat pertumbuhan
terjadi. (peristiwa transfer massa)
Koefisien transfer massa dapat dituliskan sebagai :
m
NA   k y ( y  y' ) (6)
sp
dimana : NA = fluks molar, mole per satuan waktu per satuan luas
m = laju transfer massa, mol/jam
sp = luas permukaan kristal
ky = koefisien transfer massa
 Koefisien reaksi permukaan ks ditunjukkan oleh :

m
 k s ( y ' y s ) (7)
sp
Nama Program Studi - UPNYK 20
Koefisien Transfer Massa
 Gabungan dua macam tahanan dari koefisien
transfer massa dan koefisien reaksi permukaan
diperoleh koefisien keseluruhan (over all
coefficient) K sebagai berikut :
m (8)
K
s p ( y  ys )

 Penghilangan y’ dari persamaan 6 dan 7, dengan


substitusi dalam persamaan 8 memberikan :
1
K
1/ k y  1/ k s (9)

Nama Program Studi - UPNYK 21


Laju Pertumbuhan.
 Untuk bermacam-macam kristal, volume kristal
vp berbanding lurus dengan sistem kubus sebagai
karakteristik L, sehingga :
v p  aL3 (10)

dimana a adalah konstanta.


 Jika M adalah densitas molar, massa kristal
adalah m maka:
m  v p  M  aL3  M (11)

Nama Program Studi - UPNYK 22


Laju Pertumbuhan
 Deferensial terhadap hasil pertumbuhan
dm dL 12
m   3aL2  M ( )
dt dt
dL
 laju pertumbuhan di tan dai dengan lambang G
dt
s p  6 v p / L  6 a L2
Subtitusi s p dan m dari persamaan 12 ke persamaan 8
 Didapat: 3aL2  M G
K 2
13
6aL ( y  y s )

 Sehingga didapat : G
2K ( y  ys )
14
M

Nama Program Studi - UPNYK 23


Koefisien Transfer Massa.
 Untuk partikel berbentuk bola koefisien transfer
massa, ky, sedang untuk partikel tersuspensi dalam
sistem pengadukan, koefisiennya mempunyai harga
1,5 – 3 kali dari perhitungan berdasar batasan
kecepatan kristal yang diatur.
Koefisien Pertumbuhan Permukaan
 Pertumbuhan kristal biasanya ditinjau pada reaksi
permukaan (the interfacial reaction) dan hasilnya
disajikan dalam bentuk monografi standard.
 Meski dengan pendekatan teori pertumbuhan kristal
yang lambat, data numerik ks yang diperoleh dapat
dipakai dalam perancangan
Nama Program Studi - UPNYK 24
Pertumbuhan Kristal
 Pertumbuhan kristal tak akan dimulai sebelum kondisi
lewat jenuh (supersaturation) tercapai dan laju
pertumbuhan akan meningkat dengan cepat sehingga
sampai pada suatu tingkatan (ketinggian)
supersaturation tertentu, selanjutnya menjadi linear
terhadap supersaturation
 Suatu teori yang didasarkan pada konsep
pertumbuhan yang terjadi pada lapis batas (layer)
dengan permukaan kristal, dan setiap lapis batas
baru diawali sebagai inti dua dimensi yang bergabung
pada permukaan.
 Dalam kenyataannya, laju pertumbuhan pada banyak
kristal adalah linear terhadap supersaturation, walau
terkadang nilainya sangat kecil.
Nama Program Studi - UPNYK 25
Teori Pertumbuhan Kristal
 Perbedaan antara laju pertumbuhan secara teori dengan
praktek (penelitian) dikemukakan oleh Frank dengan
teori pergeseran lokasi (Frank screw dislocation).
 Kisi-kisi permukaan aktual dari kristal nyata adalah
jauh dari sempurna dibanding dengan kristal yang
berpindah, dan beberapa kemungkinan pergeseran
diketahui.
 Pergeseran terjadi pada bidang tegak terhadap
permukaan kristal, dan slip dari kristal terjadi secara
menyilang.
 Mekanisme pergeseran lokasi secara nyata dapat
diamati dengan mikroskop elektron atau dengan metode
lain yang lebih teliti.
Nama Program Studi - UPNYK 26
Persamaan Laju Pertumbuhan.
 Cara umum yang dipakai untuk memperkirakan harga ks
tidak tentu. Untuk laju pertumbuhan kristal yang dibicarakan
pada nukleasi adalah untuk hidrasi senyawa anorganik, yaitu :
(15)
G  K1 s

 Laju pertumbuhan untuk semua kristal pada suhu yang


dipertahankan akan mengikuti persamaan Archenius sebagai
berikut :

G  K 3 e  Es / RT (16)

dimana : C1, K1, K2 dan K3 adalah kontanta sedang Es adalah


energi aktivasi. (Mc Cabe and Smith, 1985).

Nama Program Studi - UPNYK 27


Hasil Penelitian Terdahulu
 Turek M. dan Gnot W.(1955) mempelajari pengaruh
pengadukan dan pemeraman terhadap pengedapan
Mg(OH)2 dari brine dengan menggunakan pengendap
NaOH.
 Untuk meningkatkan pengendapan dan pembentukan
Mg(OH)2 dilakukan pengadukan sebelum sedimentasi
dilakukan.
 Dengan waktu pemeraman  = 0 – 24 jam laju
pengendapan meningkat 5 kali dan laju filtrasi
meningkat 60 kali.
 Humiditas dari cake berkurang. Dari pengamatan
mikroskopis dapat ditunjukkan peningkatan partikel
yang terbentuk.

Nama Program Studi - UPNYK 28


Hasil Penelitian Terdahulu
 Mullin et.al. (1989) melakukan percobaan
pengendapan magnesium hidroksid dengan
mencampurkan larutan MgCl2 dengan larutan
NaOH didalam suatu kristalisator batch dan
membahas pemeraman dari Mg(OH)2 yang
mengendap.
 Luas permukaan spesifik diukur menggunakan
teknik adsorption dengan pengecatan, peningkatan
konsentrasi larutan yang bereaksi akan
mengurangi waktu pemeraman dari suspensi yang
diaduk.
 Ukuran gumpalan akan berkurang dengan
meningkatnya waktu pengadukan
Nama Program Studi - UPNYK 29
Hasil Penelitian Terdahulu
 Boutry F.(1990), mengamati terbentuknya
magnesium sulfat pada perusahaan Salin de
Giraud Saltworks.
 Kelarutan magnesium dipengaruhi oleh suhu, ini
terlihat dari pendinginan bittern yang
menghasilkan deposit magnesium sulfat dibagian
bawah kolam.
 Pada akhir musim dingin deposit dipanen
selanjutnya dimurnikan untuk menghilangkan
sisa bittern, pasir atau tanah yang terikut.
 Pemurnian dilakukan dengan melarutkan
magnesium sulfat kemudian dikristalisasi kembali
dengan pendinginan pada suhu kamar.

Nama Program Studi - UPNYK 30


Hasil Penelitian Terdahulu
 Cara lain untuk memperoleh epsomit adalah dengan
pendinginan bittern dalam kristaliser yang terdiri dari
banyak bagian, dan tiap-tiap bagian dilengkapi pendingin
yang berasal dari refrigerator secara sirkulasi.
 Pada awal pendinginan dengan suhu yang sesuai akan
terjadi nukleasi dan jika pendinginan diteruskan akan
terjadi pertumbuhan kristal dimana pertumbuhan ini dapat
dikontrol dengan pengadukan untuk mendapatkan ukuran
kristal yang kecil dan seragam.
 Suhu pendinginan bittern secara umum 25 oC – 0oC,
pendinginan ini dapat dikontrol pada tingkatan tertentu
untuk mendapatkan nukleasi spontan dan untuk memecah
kristal dilakukan pengadukan sehingga diperoleh ukuran
antara 500 – 800 m dan kadang diperoleh ukuran dibawah
200 m.

Nama Program Studi - UPNYK 31


Hasil Penelitian Terdahulu
 Hasil Magnesium sulfat yang diperoleh
mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
 Magnesium sulfat merupakan kristal putih,
sangat mudah larut dalam air (109 gr dalam 100
gr air pada 20 oC ).
 Kehilangan air secara kristalisasi pada 50 oC,
anhidrous pada 200 oC. Densitas : 1.68 gr/cm3.
 Kelarutan (gr/100 gr) air, dipengaruhi
temperatur.

Nama Program Studi - UPNYK 32


Densitas larutan pada 20 oC, dipengaruhi konsentrasi
MgSO4.7H2O dalam gr/100 gr air.

Temperatur Berat Konsentrasi Densitas,


oC MgSO4.7H2O, gr MgSO4.7H2O gr/ cm3
(gr/100 gr air)

1.8 77.9 10 1.042


10 90.0 30 1.117
20 108.6 50 1.175
30 134.9 70 1.222
90 1.258
108.6 1.288

 Tsuge H. (1993), melakukan penelitian untuk


mengetahui karakteristik kinetika kristalisasi reaktif
dari magnesium hidroksida yang dihasilkan dari
pengendapan magnesium khlorida, magnesium sulfat
dan sodium khlorida dengan kalsium hidroksida.
Nama Program Studi - UPNYK 33
Dengan variabel-variabel yang diteliti adalah
konsentrasi awal sodium khlorida, waktu tinggal
reaktan dan kecepatan pengadukan.
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa laju
pertumbuhan dan laju nukleasi partikel yang
menggumpal dapat dikorelasikan dengan suatu
model “power law”.
Sutiyono (1999), melakukan pemungutan
magnesium dari bittern dalam bentuk magnesium
hidroksid, dengan menambahkan kapur padam
pada proses yang dijalankan dalam reaktor tegak
berpenghalang miring secara sinambung dengan
prinsip arus berlawanan arah.

Nama Program Studi - UPNYK 34


 Kusnendar dan Fadil (2000), mengisolasi
Magnesium bebas Natrium dari bittern dengan
Natrium Hidroksida dan Kalsium Hidroksida.
 Dalam penelitian ini untuk mendapatkan endapan
Mg(OH)2 dilakukan dengan mereaksikan bittern
dengan reagen dalam tangki berpengaduk.
Pencucian untuk mendapatkan endapan bebas ion
Na+ dilakukan dengan 3 tahap pencucian
menggunakan pencuci : air laut, air PAM dan
aquadest.
 Untuk mendapatkan kristal MgSO4.7H2O
dilakukan nukleasi yaitu dengan penambahan
MgSO4 dalam jumlah tertentu untuk mengawali
kristalisasi. Nama Program Studi - UPNYK 35
Pustaka :
 Pustaka:
1. Geankoplis, 3th. ed., chap.12
2. Hougen and Watson, 1954, “Chemical
Process Principles, part I”, chap.6.
3. Chopey and Hicks, 1984, “Handbook of
Chemical Engineering Calculations”,
chap.10.
4. Perry, 1999, chap. 18.

Nama Program Studi - UPNYK 36

Anda mungkin juga menyukai