Anda di halaman 1dari 7

Urgensi Self Awareness bagi Peserta Didik

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Perkembangan yang diampu oleh :

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.

Dra. Ilfiandra, M.Pd.

Oleh :

Kelompok 5

Inggita Alhuuri Salam (1800165)


Monica Surya Lestari B (1807300)
Pradnyandari Aulia Rahma (1806436)

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
Urgensi Self Awareness bagi Peserta Didik
Thesis : Self awareness sangat penting untuk menunjang
pertumbuhan di masa remaja

Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju masa
dewasa. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, remaja cenderung
masih ‘labil’ dan moodnya pun sering berubah-ubah. Pada masa remaja,
remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka. Mereka
sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap
bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka karena diri
mereka tidak sempurna. Selain itu, mereka juga selalu mengagumi atau mengkritik
diri mereka sendiri. Hal ini menyebabkan remaja sangat memperhatikan
diri mereka. Dalam kehidupan manusia, kepuasan hidup merupakan tujuan penting
yang dikejar oleh setiap individu. Kepuasan hidup dipandang sebagai bentuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Diener (dalam Eid & Lassen, 2008) menyatakan
kepuasan hidup (life satisfaction) sebagai tujuan penting bagi setiap individu.
Kepuasan hidup adalah hasil evaluasi dan penilaian terhadap kehidupan pribadinya
(Diener, Oishi & Lucas, 2015). Setiap orang berupaya keras melakukan hal-hal
yang penting dan dianggap perlu untuk mencapai kepuasan hidupnya. Kepuasan
hidup bersifat subjektif artinya masing-masing individu memiliki penghayatan dan
penilaian yang berbeda-beda terhadap kepuasan dalam hidupnya. karena masing-
masing individu memiliki perbedaan kepribadian (Adebayo, S. O & Arogundade,
2011). Ada beberapa pandangan kepuasan hidup disamakan dengan wellbeing
(Schimmack, 2009) subjective well-being (kesejahteraan subjektif), atau happiness
(kebahagiaan) (Comptom, 2005). Sebagian ahli menyukai kepuasan hidup sebagai
evaluasi secara global terhadap seluruh hidupnya (Diener, 2005), namun ada yang
menyukai kepuasan hidup sebagai pemenuhan aspek-aspek kehidupan (domains)
(Schimack,at al, dalam Eid &Lassen, 2008).
Bagi remaja kepuasan hidup mereka adalah apabila remaja memiliki body
image yang baik. Mereka berupaya agar orang lain memandang diri
mereka sebagai sosok yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Setiap orang
berupaya keras melakukan hal-hal yang penting dan dianggap perlu untuk mencapai
kepuasan hidupnya. Begitupun remaja, mereka akan merasa sedih dan kecewa
apabila diri mereka tidak sesempurna yang ada di bayangan mereka. Kepuasan
hidup remaja dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, pertemanan, sekolah,
lingkungan dan dirisendiri. Namun, tidak semua remaja sudah dapat
memperhatikan dirinya sendiri. Remaja juga kurang mengetahui potensi apa yang
ada pada dirinya, banyak juga dari remaja yang belum memahami dan menerima
dirinya sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini adalah kurangnya ego
support dan kepuasan hidup. Hal ini menjadi menyebabkan rendahnya self-
awareness pada remaja, padahal self-awareness merupakan salah satu hal penting
bagi perkembangan potensi remaja. Self-awareness (kesadaran diri) dibagi menjadi
dua, yaitu kesadaran konseptual dan kesadaran batin, self-awareness mengajarkan
remaja untuk dapat sadar akan pentingnya memahami dan menerima dirinya.

Pemahaman diri sendiri merupakan suatu kondisi yang diperlukan sebelum


memulai proses pemahaman terhadap orang lain.Maka dari itu, kami membuat
program layanan tentang pentingnya self-awareness di sekolah. Tentunya layanan
ini memberikan latihan kesadaran diri bagi remaja. Layanan ini bertujuan untuk
meningkatkan self awareness pada diri remaja. Karena menurut pendapat kami, self
awareness sangat penting bagi kehidupan peserta didik. Selain itu, pendidikan
kesadaran diri di sekolah dapat meningkatkan optimisme dan kebahagiaan di dalam
kelas, mengurangi intimidasi dan agresi, meningkatkan kasih sayang dan empati
terhadap orang lain serta dapat membantu siswa dalam menyelesaikan konflik.

Remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka


(self awareness), pada usia remaja ini, seorang individu sangat rentan terpengaruh
terhadap pendapat orang lain karena pada masa ini, remaja menganggap bahwa
orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka
mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Kesadaran diri adalah keadaan
sadar dan paham akan lingkungan di sekitarnya, sehingga indivudu memiliki proses
kognitif yang baik dalam dirinya, seperti ingatan, pemikiran, emosi, dan reaksi
fisiologisnya. Jika remaja memiliki kesadaran diri yang baik, maka remaja tersebut
dapat memilih perilaku mana yang positif dan perilaku yang negatif (Solso, 2007).
Masalah yang sekarang banyak terjadi di kalangan remaja, khususnya di lingkungan
sekolah adalah banyaknya kasus kenakalan remaja yang terjadi, di karenakan pada
usia remaja ini belum memiliki kesadaran diri (self awareness) yang baik, sehingga
remaja tersebut belum bisa memilih mana perilaku yang seharusnya dilakukan dan
tidak dilakukan. Kesadaran diri (self awareness) dapat membentuk rasa tanggung
jawab dalam diri setiap individu. Kesadaran diri adalah salah satu cara individu
untuk memahami dirinya sendiri, maka dari itu pada masa remaja seorang individu
bisa belajar mengenal dirinya sendiri, agar bisa menentukan tujuan hidup di masa
depan. Selain itu, jika seorang remaja dapat memahami dirinya sendiri maka kelak
ketika remaja tersebut hidup bermasyarakat, dan saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya, remaja tersebut juga bisa memahami individu yang lain dengan
mudah.
Self awareness (Kesadaran diri) adalah salah satu kemampuan individu
dalam hal menganalisa pikiran dan perasaan yang ada dalam diri.Kesadaran diri
merupakan dasar dari kecerdasan emosional (EQ). Kemampuan untuk memantau
emosi dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan
pemahaman diri. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi akan berusaha
menyadari emosinya ketika emosi itu menguasai dirinya, namun kesadaran diri ini
tidak berarti bahwa seseorang itu hanyut terbawa dalam arus emosinya tersebut
sehingga suasana hati itu menguasai dirinya sepenuhnya. Sebaliknya kesadaran diri
adalah keadaan ketika seseorang dapat menyadari emosi yang sedang
menghinggapi pikirannya akibat permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk
selanjutnya ia dapat menguasainya (Goleman, 2001). Setiap individu memiliki
kesadaran akan dirinya dan kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya, seperti
kesadaran akan pikiran, perasaan, ingatan, dan intensitasnya Skinner (Feist&Feist,
2013). Kepuasan hidup merupakan penilaian dan penghayatan individual terhadap
seluruh aspek kehidupannya. Penilaian ini merupakan hasil dari kesadaran diri (self-
awareness) (Brill, 2000; Duval & Silvia, 2002). Kesadaran diri tumbuh kembang
melalui proses dari kematangan konsep diri yaitu suatu kemampuan untuk
memandang terhadap keseluruhan aspek-aspek dalam diri individu (Boyd & Bee,
2012: Rice & Dolgin, 2008). Goleman (1999) menyatakan bahwa selfawareness
merupakan kesadaran diri seseorang yang mampu memahami, menerima dan
mengelola seluruh potensi untuk pengembangan hidup di masa depan. Kesadaran
diri yang positif mendorong seseorang untuk mampu menerima kenyataan hidup
(self-acceptance) (Brill, 2000), sebab ia dapat mengenali seluruh potensi kekuatan
maupun kelemahan dalam dirinya (Thomasson, 2006). Kemampuan untuk
menerima seluruh aspek kehidupan akan mendorong munculnya perasaan
bermakna (Fridayanti. 2013) dan merasa puas terhadap kehidupannya (Kreuse,
2007, dalam Heintzelman & King, 2014). Kesadaran diri membuat seseorang dapat
menghargai diri sendiri (self-esteem). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kesadaran diri (self-awareness) memberi pengaruh terhadap kepuasan hidup dalam
diri seseorang.
Latihan kesadaran diri adalah latihan sepanjang hayat dan tidak pernah ada
batas akhirnya. Sepertinya belum pernah ada bahwa individu telah mencapai titik
kesadaran. Kesadaran diri termasuk ke dalam ranah afektif, namun untuk
mewujudkannya berkaitan dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif
dimaksudkan ketika individu diharapkan memahami dan mengerti suatu konteks
tentang dirinya dan tentang lingkungannya. Ranah psikomotorik berkenaan dengan
tindakan atau performansi atau kecenderungan bertindak individu, yang merupakan
perwujudan bahwa ia telah memiliki kesadaran diri. Dalam konteks konseling,
Locke menunjukkan adanya kontinum kesadaran lintas-budaya yang harus dilewati
konselor sebelum melaksanakan konseling lintas-bubaya (Brown et al, 1988).
Kontinum ini dimulai dari kesadaran konselor akan dirinya, termasuk kesadaran
akan prasangka-prasangka yang dimilikinya. Kesadaran diri diikuti oleh
terbentuknya kesadaranakan kebudayaannya sendiri, kepekaan akan adanya ras,
seksisme, dan kemiskinan di dalam masyarakat, kesadaran akan adanya perbedaan
individual, kesadaran akan adanya kelompok-kelompok budaya lain dan
keanekaragamannya, dan akhirnya pengembangan teknik-teknik konseling.
Meskipun penjelasan tersebut untuk konteks konselor tetapi pada dasarnya
penerapannya dapat dilakukan oleh konselor untuk pemberian layanan lain. Pada
intinya, bagaimana konselor dilatih untuk memiliki kesadaran, kepekaan, dan
kepedulian budaya. Pada dasarnya, kontinum kesadaran diri ini dapat dilatihkan
kepadaanakdidik. Secara terus menerus konselor mengajak anak didik untuk selalu
memaknai segala hal yang dialaminya, menyadarinya sebagai bagian dari hidupnya,
mengajak anak untuk melakukan refleksi terhadap segala hal yang dialami.
Program model BK Komprehensif yang kami rencanakan bertujuan untuk
meningkatkan self awareness peserta didik. Menurut World Health Organization
(WHO) self awareness masuk dalam kecakapan hidup individu. Maka dari itu, self
awareness ini penting untuk ditumbuhkan dalam diri peserta didik. Program ini
dilaksanakan dengan Bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok. Pada
bimbingan klasikal akan memberikan pelatihan mengenai self awareness secara
umum. Misalkan bagaimana cara mengenali dan mencintai diri sendiri. Dan untuk
bimbingan kelompok, siswa dikelompokkan sesuai dengan permasalahan self
awareness yang mereka alami. Sebelumnya, terlebih dahulu dibagikan angket
untuk mengetahui dimana letak permasalahan atau kekurangan atau ketidaktahuan
peserta didik mengenai self awareness. Kegiatan ini dilakukan satu minggu sekali
pada satu semester di kelas 7 atau kelas satu SMP atau bisa juga di kelas 10 atau
kelas satu SMA. Perkembangan self awareness dipantau setiap minggunya melalui
kegiatan-kegiatan atau perasaan atau pengalaman yang dialami kemudian dicatat
untuk melihat sudah sampai sejauh mana perkembangan self awarenesspeserta
didik.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan self awareness
sangat penting untuk peserta didik. Karena dengan self awareness yang baik dapat
membantu peserta didik untuk memiliki kecakapan hidup dan menjadi manusia
yang well being.

Referensi :
Dariyo, A. (2016). Peran Self-Awareness dan Ego Support terhadap Kepuasan
Hidup Remaja Tionghoa. Psikodimensia . 15(2): 255-271

Flurentin, E. (n.d.). Latihan Kesadaran Diri (Self Awareness) dan Kaitannya dengan
Penumbuhan Karakter . Jurnal Inspirasi Pendidikan . 9-18

Khairunnisa, H. (2017). Self Esteem, Self Awareness dan Perilaku Asertif pada
Remaja. 5-9.

Anda mungkin juga menyukai