Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN JOURNAL READING

“Long-Term Functional Outcome After Laryngeal Cancer


Treatment”

Pembimbing:
dr. Eman Sulaiman, Sp.THT-KL

Disusun Oleh:
Ulayya Ghina Nabilla
2015730129

KEPANITERAAN KLINIK THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan journal reading
yang berjudul Long-Term Functional Outcome After Laryngeal Cancer Treatment.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Eman Sulaiman, Sp.THT-
KL, selaku konsultan dibagian THT di RSUD Sayang Cianjur dan rekan-rekan yang
telah membantu penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para
pembaca.

Cianjur, Juni 2019

Penulis
ABSTRAK

Background: Hasil fungsional setelah perawatan kanker laring terkait erat dengan
kualitas hidup pasien yang terkena. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan morbiditas jangka panjang dan hasil fungsional yang terkait
dengan modalitas pengobatan yang berbeda untuk kanker laring.

Methods: Ulasan grafik retrospektif dari 477 pasien yang menjalani pengobatan
yang ditujukan untuk kanker laring di pusat rujukan tersier kami dari tahun 2001
hingga 2014: Rincian karakteristik pasien dan penyakit, diagnostik dan hasil
fungsional terkait pengobatan dianalisis.

Results: Dengan tindak lanjut rata-rata 51 bulan, tingkat kasar pelestarian laring
fungsional adalah 74,6%. Radioterapi +/− kemoterapi adalah modalitas pengobatan
yang dominan (n = 359-75,3%), sedangkan 24,7% (n = 118) menjalani operasi
primer, dengan 58,5% (69) menerima pengobatan tambahan. Kelangsungan hidup
bebas laringektomi 5 tahun adalah 57% (95% CI, 48-66%) setelah operasi vs 69%
(95% CI, 64-75%) setelah kemoradioterapi (p <0,01). Pada tahap III-IVB, tingkat
ini adalah 26% (95% CI, 16-39%) vs 47% (95% CI, 36-59%), masing-masing (p
<0,01). Aspirasi terjadi pada 7%, trakeostomi diperlukan pada 19,8% dan
penempatan tabung pengisi pada 25,4%. Feeding tube dan kebutuhan trakeostomi
lebih tinggi pada kelompok yang awalnya menjalani pembedahan. Operasi primer
(SDM: 1,67, 95% CI: 1,19-2,32; p <0,01), tahap III-IVB (SDM: 4,07, 95% CI: 2,97-
55,60; p <0,01) dan kekambuhan tumor (SDM: 3,83, 95 % CI: 2,79–5,28; p <0,01)
tetap sebagai faktor negatif untuk kelangsungan hidup bebas laringektomi.

Conclusions: Mempertahankan fungsi laring setelah perawatan kanker sangat sulit.


Stadium tumor lanjut, pembedahan primer dan rekurensi berhubungan dengan hasil
fungsional yang buruk. Oleh karena itu, kriteria untuk pengambilan keputusan awal
perlu disempurnakan lebih lanjut.

Keywords: Laryngeal cancer, Tracheostomy, Feeding tube, Outcome,


Functional outcome, Recurrence, Quality of life
A. Pendahuluan

Karsinoma sel skuamosa laring adalah suatu penyakit dengan strategi


pengobatan yang berbeda dan outcome fungsional yang berbeda pula.
Radioterapi +/- dengan kemoterapi ((C)RT) dengan protokol pemeliharaan
organ telah dilakukan selama tiga dekade terakhir untuk menjaga integritas
struktural dan fungsional laring yang intak. Namun (C)RT juga menyebabkan
kerusakan jaringan sehat disekitarnya. Toksisitas dari terapi radiasi jangka
panjang, termasuk fibrosis jaringan, yang dapat menyebabkan hipo- atau
imobilitas subsitus laring seperti lipatan vokal, sendi cricoarytenoid dan lipatan
aryepiglottic. Pembengkakan mukosa kronis, kerusakan otot – otot konstriktor,
dan berpotensi terjadi chondroradionecrosis dapat menyebabkan fungsi laring-
faring yang terganggu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaporkan 1) sekuele jangka


panjang dan hasil fungsional pada tindak lanjut terakhir; 2) kelangsungan hidup
bebas laringektomi; dan untuk 3) mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait
dengan hasil fungsional yang buruk untuk Karsinoma sel skuamosa laring tahap
awal dan stadium lanjut di pusat rujukan tersier kami.

B. Metode

Penelitian pada studi ini menggunakan data sekunder dengan melihat


data rekam medis pasien dengan Karsinoma sel skuamosa laring dari tahun
2001 – 2014 di University Hospital of Bern di Switzerland. Penelitian pada studi
ini menggunakan desain retsrospektif, dengan jumlah populasi sebanyak 594
orang.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini:

- Pasien yang di terapi non kuratif.


- Pasien dengan riwayat tumor ganas sebelumnya.
- Pasien yang data dalam rekam mediknya tidak lengkap.

Karakteristik pasien dan penyakit dinilai dan dikategorikan


menggunakan Union for International Cancer Control (UICC) edisi ke 7.
Pada penelitian ini yang dinilai adalah terapi terkait, komplikasi awal dan
akhir, pola relaps, terapi yang sesuai setelah relaps, dan outcome fungsional
jangka panjang pada follow up terakhir. Laring yang fungsional adalah
laring intak yang dapat digunakan untuk mengeluarkan suara tanpa aspirasi,
trakeostomi, dan atau dengan feeding tube.

Pengolahan data menggunakan uji Chisquare untuk


membandingkan variabel kategori dan uji multivariat cox proporsional
hazard dan model logistik nominal untuk melihat faktor yang paling
mempengaruhi parameter outcome fungsional.

C. Hasil dan Diskusi

Sebanyak 477 pasien memenuhi syarat untuk penelitian ini, dengan


median follow up pasien hidup 51 bulan.

Berdasarkan tabel karakteristik pasien


dan karakteristik penyakit, didapatkan
pasien laki – laki sebanyak 428
(89,7%) dan perempuan sebanyak 49
(10,3%). Letak tumor terbanyak di
glotis yaitu 281 (58,9%) pasien.
Stadium tumor primer terbanyak
adalah stadium 1a sebanyak 185
(38,8%) pasien. Stadium metastasis ke
limfonodi terbanyak adalah stadium 0
yaitu 388 (81,3%). Stadium
berdasarkan UICC terbanyak adalah
stadium 1 yaitu 226 (47,4%) pasien.
OR (95% CI) for OR (95% CI)
p
Variable permanent p value for permanent
value
tracheostomy feeding tube
Age >64 vs.
1.09 (0.66-1.78) 0.741 1.56 (0.64-3.77) 0.327
≤64
Female vs.
0.82 (0.35-1.92) 0.642 0.97 (0.21-4.41) 0.965
male
Stage III-IV
5.74 (3.41-9.64) <0.001* 3.44 (1.41-8.43) 0.007*
vs. I-II
Primary
surgery vs. 2.46 (1.45-4.17) <0.001* 1.83 (0.59-5.70) 0.295
(C)RT
Tumor
recurrence vs. 9.42 (5.54-16.01) <0.001* 1.93 (0.79-4.70) 0.150
not
Berdasarkan tabel diatas didapatkan pasien dengan Karsinoma sel skuamosa
laring stadium III-IV berisiko 5 kali lebih besar melakukan prosedur trakeostomi
permanen dan 3 kali lebih besar menggunakan feeding tube permanen dibandingkan
dengan pasien Karsinoma sel skuamosa laring stadium I-II. Pasien dengan terapi
operasi berisiko 2 kali lebih besar melakukan prosedur trakeostomi permanen
dibandingkan dengan pasien yang melakukan terapi (C)RT. Pasien yang mengalami
relaps berisiko 9 kali lebih besar melakukan prosedur trakeostomi permanen
dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami relaps.

Variabel operasi primer, stage karsinoma laring grade III-IVB dan relaps
tumor merupakan faktor yang menghasilkan outcome buruk pada pasien hidup
pasca laringektomi.
Variabel stadium karsinoma laring grade 3-4 dan relaps tumor merupakan
variabel yang memberikan risiko outcome fungsional laring yang kurang baik pada
follow up terakhir.

Komplikasi yang ditemukan setelah terapi Karsinoma sel skuamosa laring:


stenosis faring (4,6% - n = 22/477), stenosis laring (24,7% - n=108/477), dan
chondroradionekrosis (2,5% - n = 21/477).

Menurut guideline konsensus American Society of Clinical Oncology


merekomendasikan terapi untuk karsinoma laring T1 dan T2 antara reseksi
transoral atau radioterapi saja, sedangkan untuk T3 dan T4 awal, operasi organ-
preservation atau radioterapi atau (C)RT. Dan untuk T3 akhir dan T4a yang sudah
mendestruksi tulang kartilago laring atau fungsional laring yang sudah buruk,
laringiektomi total yang disarankan.

Kekurangan dari penelitian ini adalah menggunakan desain retrospektif


sehingga tidak dapat menilai grade dari toksisitas jangka panjang yang ada di data,
tidak dapat pula menilai suara, sosial, dan outcome emosional pasien.

D. Kesimpulan

Pada follow up terakhir, dilaporkan terdapat 74,6% pasien yang dikontrol


outcome fungsional laringnya dan sedang melakukan terapi kuratif dari berbagai
stadium karsinoma sel skuamosa laring. Faktor yang mempengaruhi dari buruknya
outcome fungsional laring adalah, stadium tumor, operasi primer, dan relaps dari
kanker. Mempertahankan fungsional laring dalam terapi karsinoma laring sangat
menantang, sehingga diperlukan kriteria untuk mengambil keputusan dalam
pemberian terapi.

Anda mungkin juga menyukai