C. PATOFISIOLOGI
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai
pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah
akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut.
Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan
oleh staphylococcus aureus.
Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna,
dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma
plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus
sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-
tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus
vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal
yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna
adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian
medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan
mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan
tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.Tumor
parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang
dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis
juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
D. MANIFESTASI KLINIK
Tumor parotis mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal,
keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa
sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh
di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan
dengan suatu multinodular.
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis Fasialis unilateral (Shirley E. Otto,2003).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan rontgen
Foto-foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat
menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto
thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis
hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan
submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat
menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal
dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut.
Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor
dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan
temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan
antara tumor jinak dan ganas.
2) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, urin
b. Laboratorium patologi anatomi.
3) Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-
batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ
visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari
pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu
mendiagnosis.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher
dapat di kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik
atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi
adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan
penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-
spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi
tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala
sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis
terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan
untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama
dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.
(Schwartz ,2000).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan
tindakan ekstervasi (pengangkatan) glandula
submandibularis dan glandula sublingualis :
Tumor – tumor jinak : Eksis local yang