Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PAROTIS

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29 (2005), Tumor
didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga
neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang
terletak di depan telinga.
Tumor parotis adalah tumor jinak rongga mulut yang timbul
dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer
parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih
memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2009).
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur
parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula
parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30
% adalah maligna. Disebutkanbahwa adanya perbedaan geografik
dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi
diduga sebagai faktor etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu
kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub
lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang
terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan
liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat.
Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam
kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia.
Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan
usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor
submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh
tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik,
tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit
didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada kelenjar
parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan
adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu
sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan
aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau
biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat
membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan
radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.

Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer


saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis
submaksila dan sublingual. Sel- sel pada tumor inti masih
memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer,
2009). Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak
dibagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam
oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling,
2006).
B. ETIOLOGI
1) Idiopati
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus
ulserasi yang sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat
terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi
nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang
umum.
2) Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika
ada kerabat utama dari pasien dengan kanker / tumor
diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen
dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan
dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan
pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua
sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat
merupakan bagian dari virus virus tumor.
3) Bahan-bahan kimia
Obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan
perkembangan kanker tertentu telah terbukti. Hormon
bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi
karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah
pertumbuhan tumor.
4) Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan
seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang
mempengaruhi perubahan (bermutasi) berbeda secara
antigenis dari sel-sel yang normal dan harus dikenal oleh
system imun tubuh yang kemudian memusnahannya. Dua
puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada
masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika
system imun sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008).

C. PATOFISIOLOGI
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai
pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah
akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut.
Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan
oleh staphylococcus aureus.
Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna,
dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma
plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus
sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-
tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus
vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal
yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna
adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian
medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan
mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan
tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.Tumor
parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang
dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis
juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
D. MANIFESTASI KLINIK
Tumor parotis mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal,
keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa
sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh
di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan
dengan suatu multinodular.
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis Fasialis unilateral (Shirley E. Otto,2003).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan rontgen
Foto-foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat
menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto
thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis
hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan
submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat
menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal
dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut.
Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor
dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan
temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan
antara tumor jinak dan ganas.
2) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, urin
b. Laboratorium patologi anatomi.

3) Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-
batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ
visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari
pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu
mendiagnosis.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher
dapat di kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik
atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi
adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan
penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-
spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi
tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala
sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis
terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan
untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama
dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.
(Schwartz ,2000).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan
tindakan ekstervasi (pengangkatan) glandula
submandibularis dan glandula sublingualis :
Tumor – tumor jinak : Eksis local yang

luas dari seluruh kelenjer ludah dengan

sebagian daerah sekitarnya.

Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher


“en- bloc” dan eksisi luas kedua kelenjar ludah,
radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus
dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan.
Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda
penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah
keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat.
Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk
merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi
anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi.
Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus
stenson atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan
perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi
limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu
kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz,
2000).

Anda mungkin juga menyukai