SKRIPSI
OLEH
ROKHMIYANTI
NIM: C01415210
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan sarjana
OLEH
ROKHMIYANTI
NIM: C01415210
Disetujui Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Rhein Junaid, S.Kep, Ns, M.Kes Rona Febriyona, S.Kep, Ns, M.Kes
NBM. 113501
Mengetahui
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Mengetahui
iv
MOTTO dan PERSEMBAHAN
“Manusiatakselamanyabenardantakselamnyasalahkecualidia yang
selalumengoreksidiridanmembenarkankebenaran orang lain ataskekeliruandirisendiri”
PERSEMBAHAN
Bahagia yang terindah dalam hidup kuketika melihat kedua orang tuaku tersenyum
bahagia akan keberhasilan studiku
ALMAMATERKU TERCINTA
TEMPAT AKU MENIMBA ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan judul “Hubungan pengetahuan Kepala Keluarga Dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
1. DR. dr. Hi. Muhammad Isman Jusuf, Sp.S selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
2. Prof. Dr. Ha. Moon Otoluwa, M.Hum Selaku Wakil Rektor I Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
3. Drs. Hi. Syamsuddin N. Tuli, M.Si Selaku Wakil Rektor II Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
4. Dr. Hi. Ir. Hasim, M.Si Selaku Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah
Gorontalo
5. Dr. Munkizul Umam, M.Fil.I Selaku Wakil Rektor IV Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
6. dr. Rusli A. Katili, MARS Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo
7. Pipin Yunus S.Kep.,Ns.,M. Kep Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
8. Rona Febriyona S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.
vi
9. Rhein Djunaid S.Kep Ns, M.Kes,selaku pembimbing I dan Rona Febriyona
S.Kep Ns, M.Kes.selaku pembimbing II atas kesabaran dan ketekunan dalam
menyediakan waktu untuk menerima konsultasi peneliti, serta memberikan
bimbingan selama penyusunan penelitian ini.
10. DR. Thamrin Kum Mpd, selaku penguji I dan Ibu Firmawati, S.Kep., Ns.
M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan masukan yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan.
11. Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo yang telah membantu penulis dalam menyelesaian pendidikan di
Program Studi Ilmu Keperawatan.
12. Rekan-rekan jurusan keperawatan angkatan 2015 yang telah banyak memberi
bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
13. Seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik materi maupun moril
bagi penulis selama mengikuti pendidikan.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari
pembaca yang budiman untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya. Di samping
itu penyusun juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dan
bagi nusa dan bangsa. Wassalam.
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dimana
keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia merupakan hal yang perlu
mendapatkan perhatian karena menyebabkan status kesehatan masyarakat yang
berubah.Meningkatkan status kesehatan tentunya harus di mulai dari rumah
tangga dan kepala keluargadengan cara berperilaku hidup sehat. Perilaku hidup
bersih dan sehat merupakan cerminan kepala keluarga yang senantiasa dan
menjaga kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga kepala keluarga atau
anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.
Terciptanya ciri-ciri masyarakat sehat maka harus menerapkan di
kehidupan kita sehari-hari tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator
dalam perilaku hidup bersih dan sehat yang perlu diperhatikan dan dilakukan
yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI saja sejak
lahir sampai berusia 6 bulan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, makan buah dan sayur setiap hari
dan melakukan aktifitas fisik.
Dampak tidak melakukan perilaku hidup bersih dan sehat tentunya dapat
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi diakibatkan oleh masyarakat
contohnya seperti kurangnya melakukan cuci tangan dengan sabun dapat
menyebabkan penyakit Diare, pemberantasan jentik di rumah yang tidak
dilakukan setiap seminggu sekali akan menimbulkan penyakit Demam Berdarah,
Malaria, dan kurangnya menimbang balita setiap bulan menyebabkan
pertumbuhan anak tidak terkontrol sehingga terjadi Gizi Buruk, selain itu masih
tingginya angka kematian ibu dan anak yang salah satunya diakibatkan oleh
kepala keluargayang tidak menganjurkan atau membawa ibu yang akan
melahirkan untuk ditolong oleh tenaga kesehatan tetapi kepala keluarga memilih
untuk ditolong oleh dukun,selain itu masih banyak lagi penyakit yang diakibatkan
1
oleh kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat sperti Diare, Demam Berdarah,
ISPA, TBC dan lain-lain.
Menurut World Health Organisation (WHO) penyakit diare merupakan
penyebab utama kematian pada balita dengan persentase 14%, kemudian Demam
Berdarah 8%, sedangkan untuk gizi buruk sekitar 24% setiap tahunnya. Selain
penyakit tersebut tingginya angka kematian ibu dan anak masih sekitar
15%.Penyakit diare dan malaria merupakan masalah kesehatan di negara
berkembang seperti Indonesia.Di Indonesia penyakit diare masih tinggi dengan
persentase 25%, demam berdarah 15%.Dari Data tersebut dapat dilihat bahwa
perilaku hidup bersih dan sehat seseorang merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya penyakit.
Berdasarkan hasil Riskedas tahun 2013 Gorontalo merupakan daerah
terendah yang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan persentase
38,2%. Data yang didapatkan perkabupaten, daerah Kabupaten Boalemo
merupakan daerah terendah yang melakukan PHBS dengan persentase 47,5%.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Boalemo Desa Patoameme merupakan
daerah terendah yang berperilaku hidup bersih dan sehat.Berdasarkan data yang
didapatkan di Puskemas Botumoito pada tahun 2016 kepala keluarga yang tidak
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sebanyaak 348 kepala keluarga dari
jumlah 652 kepala keluarga. Hasil survey awal dan wawancara yang dilakukan
peneliti kepada 20 kepala keluarga yang diobservasi banyaknya kepala keluarga
yang tidak melakukan indikator PHBS yakni, tidak mencuci tangan dengan
menggunakan air bersih dan sabun, merokok dalam rumah,tidak memiliki jamban
yang sehat, selain itu hasil dari wawancara banyaknya kepala keluarga yang tidak
mengetahui tentang PHBS, dan Indikator PHBS itu sendiri.
Dari hasil survey dan wawancara tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
masalah tentang “Hubungan Pengetahuan Kepala keluarga dengan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat”.
2
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan penulis memberikan identifikasi
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut.
1.2.1 Berdasarkan data yang di dapatkan 348 kepala keluarga dari 652 kepala
keluarga tidak melakukan Perilaku Hidup bersih dan sehat
1.2.2 Dari 20 orang kepala keluarga yang diwawancara semuanya tidak
mengetahui tentang PHBS dan indikator PHBS
1.2.3 Dari hasil observasi didapatkan 20 orang kepala keluarga yang tidak
berperilaku hidup bersih dan sehat.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah “
Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Kepala keluarga dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten
Boalemo?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Kepala keluarga dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten
Boalemo
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diidentifikasinya pengetahuan kepala keluargadi Desa Patoameme
Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo
2. Diidentifikasinyaperilaku hidup bersih dan sehat Desa Patoameme
Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo
3. Teranalisnya hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku
hidup bersih di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten
Boalemo.
3
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Peneliti
Merupakan penerapan teori yang telah di peroleh selama perkuliahan dan
menambah wawasan sebagai sarana meningkatkan daya pikir dan implementasi.
2. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi penelitian
selanjutnya apabila memilih topik yang sama.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukkan untuk
melakukan pembinaan peran serta kepala keluarga dalam melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Profesi
Sebagai aplikatif bagi tenaga kesehatan dan kader desa agar lebih
meningkatkan perhatian dalam melakukan penyuluhan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat yang benar..
3. Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk melakukan
pembinaan kembali kepada tenaga kesehatan lainnya di setiap Desa dan Kader-
kader Desa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan ( knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan sesorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-
beda.(Notoatmodjo;2006;80).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderan suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mngambil keputusan dan meneukkan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi.(Achmadi;2013;117).
Berdasarkan pengertian pengetahun diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek sehingga
seseorang dapat mengambil keputusan dan tindakan terhadap masalah yang
dihadapi.
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya. Misalnya: tahu bahwa tomat banyak mengandung
vitamin c, jamban adalah suatu tempat untuk buang air besar, penyakit
demam berdarah, ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti dan
sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu
dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda anak
yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan
PSN (pemberantasan sarang nyamuk).
5
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit
demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur,
meguras, menutup), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus
menutup, menguras, dan menutup tempat-tempat penampungan air
tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja
ataudi mana saja. Orang yang paham metodologi penelitian di mana saja
dan seterusnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan kemudian mencari hubungan antar komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah orang tesebut sudah bisa membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut. Misalnya dapat membedakana antara Aedes Agepty dapat
membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau
6
meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah
dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang
telah dibaca. (Notoatmodjo;2006;81).
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai
atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang
dapat menilai manfaat kepala keluarga berencana dan sebagainya.
7
2. Keluarga sebagai kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ada. Jika salah
satu anggota keluarga sakit atau mengalami masalah kesehatan, maka akan
mempengaruhi kesehatan anggota keluarga secara keseluruhan, hal
tersebut lebih nampak pada kasus-kasus di mana salah satu anggota
keluarga ada yang mengalami penyakit menular, maka seluruh anggota
keluarga memiliki potensi untuk mengalami hal yang sama.
3. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Misalnya ibu hamil
mengalami kurang gizi, akan mengalami penurunan daya tahan tubuh
sehiingga mudah terserang penyakit, pada akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya dan seterusnya.
4. Dalam penyelesaian masalah kesehatan, keluarga pengambil keputusan.
Keluarga pada akhirnya yang menentukan apakah masalah kesehatan akan
dihilangkan, dibiarkan, atau bahkan mendatangkan masalah kesehatan
lain, sehingga dalam hal ini penting untuk mempengaruhi keluarga untuk
mengambil keputusan yang tepat tehadap masalah kesehatan yang dialami.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk mengatasi
berbagai masalah kesehatan masyarakat.
2.2.3 Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai seumber,
dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradsisonal :
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hiudp dalam rumah tangga yang sama.
b. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat perceraian, pisah atatu ditinggalkan.
c. Pasangan inti hanya teridiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d. Bujang dewasa yang tinggal sendirian
e. Pasangan usia pertegahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin ata bekerja.
8
f. Jaringan keluarga besar: teridiri dari dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam
daerah geografis.
2. Keluarga Non Tradisional
a. Keluarga dengan orang tua yang mempunai anak tetapi tidak menikah.
b. Pasangan suami istri yang telah menikah dan tidak mempunyai anak
c. Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama,
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d. Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari satu pasangan
monogamy dengan anak-anak,secara bersama menggunakan fasillitas
sumber dan memiliki pengalaman yang sama
2.2.4 Struktur Keluarga
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu tersusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi diaman hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagiankeluarga karena adanya
hubungan dengan suami istri. (Padila;2012;24).
2.2.5 Tugas Keluarga
1. Keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaiaman persepsi
keluarga terhadaptingkat keparahan penyakit, pengertian dan tanda gejala,
faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang di alami
keluarga.
9
2. Keluarga dapat mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif
dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan
yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap
keluarga yang terhadap yang sakit.
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene
sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga, kekompakkan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam
dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadappetugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keuntungan keluarga terhadap menggunakan fasilitas kesehatan
dan pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
(Achjar;9;2012).
2.2.6 Fungsi keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yakni :
1. Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi efektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi sosialisasi, berfungsi agar anggota keluarga dapat belajar disiplin,
normal, budaya, dan memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui
interaksi dalam keluarga sehingga individu mapu berperan di masyarkat.
3. Fungsi reproduksi, untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga sperti
makanan, pakaian dan rumah.
10
5. Fungsi perawatan kesehatan, fungsi ini adalah salah satu fungsi keluarga
dan memerlukan penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik dan perawatan
kesehatan.(Sudiharto;24;2010).
11
untuuk menberdayakan masyarakat agar mampu menyediakan dan
memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan.
3. Faktor reinfocing/penguat
Faktor reinfocing meliputi sikap dan perilaku kepala keluarga, petugas
kesehatan(perawat), tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Termasuk juga
aturan- aturan yang ada dapat berupa undang-undang dan lalin-lain.
Bentuk strategi pendidikan kesehatan ini adalah dengan menjadikan
petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai role model
atau contoh dalam perilaku hidpu bersih dan sehat. (Widyanto;80-
81;2013).
2.3.3 Lima langkah menuju perubahan perilaku
Menurut Roger dan Skoemaker menyebutkan bahwa terdapat lima (5)
langkah menuju perubahan perilaku yaitu :
1. Awareness (Fase Kesadaran)
Pada fase ini individu mengetahui adanya gagasan baru tetapi tidak
mendalam. Tugas tenaga kesehatan adalah masyarakat dengan jalan
memberikan penerangan yang bersifat informatif dan edukatif.
2. Interest (Fase Perhatian)
Pada fase ini ndividu mulai menunjukkan perhatian terhadap usaha
perubahan. Masyarakat sudah mulai menujukkan perubahan terhadap
usaha-usaha perubahan. Kegiatan pendidikan kesehatan ditingkatkan
dengan menberikan penerangan kembali melalui radio, poster, TV dan
pamflet.
3. Evaluation (Fase Penilaian)
pada fase individu mulai membandingkan dan mencari keterangan lebih
lanjut lagi mengenai gagasan baru yang akan dicobanya. Individu atau
masyarakat mulai mengadakan pertimbangan sehingga perlu pendekatan
secara individual agar merasa lebih jelas dan dapat mengemukakan
kesulitan yang dapat dihadapi. Tugas dari petugas kesehatan adalah
meyakinkan serrta memberi bimbiingan dan penyuluhan yang mantap.
12
4. Trial (Fase Coba-coba)
Fase ini merupakan fase kritis karena fase ini menntukkan diterima atau
ditolaknya gagasan baru tersebut. Tugas dari tenaga kesehatan adalah
mengawasi dan lebih meyakinkan serta memberi bimbingan dan
penyuluhan yang mantap.
5. Adaption (Fase Penerimaan)
Pada Fase ini individu atau masyarakat telah betingkah laku baru, sesuai
dengan yang diharapkan. Tutas pendidikan kesehatan adalah memelihara
dan mengontrol secara terus-menerus.
2.3.4 Faktor Pembentukan Perilaku
Faktor-faktor yang berperan dalalm pembentukan perilaku
dapatdikelompokkan menjadi dua jenis yaitu faktor internal dan eksternal.
1. Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri
yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, dan sebagainya untuk
mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan penggerak
perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks antara lain
dapat dilihat sebagai berikut.
a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku, yang berbeda
demikian pula perilaku yang sama, dapat saja diarahkan oleh motivasi
yang berbeda.
b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
c. Penguatan positif menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung untuk
diulang kembali.
d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak
menyenagkan.
2. Fakor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yag berada diluar individu yang
bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil
kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk
perilakunya.
13
2.4 Tinjauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2.4.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau kepala keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. (TIM;2008:124).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat, kepala keluarga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan atif dalam gerakkan kesehatan
dimasyarakat.(Depkes;2010;2).
Berdasarkan pengertian diatas maka kesimpulan peneliti tentang PHBS
adalah perilaku kesehatan kepala keluarga yang dilakukan atas dasar kesadaran
sendiri sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
2.4.2 Tujuan PHBS di rumah tangga
1. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, media
massa, petugas lintas sektor, organisasi masyarkat, tim penggerak PKK
dandunia usahah dalam pembianaan PHBS di rumah tangga.
2. Meningkatkan kepala keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif
dalam gerakan kesehatan dimasyarakat.(Maryunani, 2013;59).
2.4.3 Manfaat PHBS di rumah tangga (Maryunani, 2013;60).
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Produktifitas kerja anggota kepala keluarga dengan meningkatnya
kesehatan anggota rumah tangga.
2.4.4 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga ksehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama
pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan, dan paramedis lainnya). Persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan paramedis lainnya) (Depkes RI,
2006;8).
14
Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan, karena
(Maryunani, 2013;71) :
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
persalinan sehingga keselamatan ibu dan bayi terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera tertolong atau
dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga keshatan menggunakan peralatan
yang aman, bersih, dan steril sehingga menecegah terjadinya infeksi
dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi ASI eksklusif
Bayi diberi ASI eksklusif, adalah bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI saja
sejak lahir sampai usia 6 bulan.Asi adalah makanan alamiah berupa ciran
dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi,
sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air susu ibu berupa
cairan bening berarna kekuningnan (kolostrum), sanagat baik utnuk bayi
karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. (Depkes RI, 2006;8)
Berikut adalah keunggulan asi yang perlu di ketahui oleh setiap ibu
dan kepala keluarga (Maryunani, 2013;75)
a. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan.
b. Mengandung zat kekebalan
c. Melindungi bayi dari alergi
d. Aman dan terjamin kebersihan, dan langsung disusukan kepada bayi
dalam keadaan segar.
e. Tidak akan pernah basi, mempunyai susu yang tepat dan dapat
diberikan kapan sja dan dimana saja.
f. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan
bayi.
3. Menimbang balita setiap bulan
Menimbang balita adalah menimbang bayi/balita setiap bulan dan
mencatat berat badan balia/bayi dalam kartu menuju sehat (KMS).
15
Penimbangan bayi dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan. (Maryunani, 2013;81)
Manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu, antara lain :
a. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita
c. Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam,batu,diare).
4. Menggunakan air bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air. Diantara kegunaan-kegunaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh
karena itu untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia. (Notoatmodjo,2014;175-176)
Syarat-syarat air minum masyarakat air yang minum sehat:
a. Syarat fisik
Persyaratan untuk fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya.
b. Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri
pathogen.
c. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula.
Asal sumber air bersih antara lain :
a. Mata air.
b. Air sumur atau pompa.
c. Air ledeng ataua prusahaan air minum.
d. Air hujan.
e. Air dalam kemasan.
Cara menjaga kebersihan air bersih :
16
a. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah
paling sedkit 10 meter
b. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran
c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus di jaga
bangunannya tidak rusak seprti lantai sumur tidak boleh retak, bibir
sumur harus diplester dan sumu sebaiknya diberi penutup.
d. Harus dijaga kebersihannya seperti bercak-bercak kotoran, tidak
berlumut pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil
air harus tetap bersih dan diletakkan dilantai (ember,gayung digantung
ditiang sumur).(Maryunani, 2013;88-90).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan akan pindah ke tangan sehingga pada saat makan
dengan cepat masuk ke dalam tubuh. Sehingga dapat menyebabkan
penyakit.
Berikut waktu harus untuk mencuci tangan :
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, hewan,
berkebun dan lain-lain)
b. Setelah buang air besar
c. Setelah menceboki bayi atau anak
d. Sebelum makan dan menyuapi anak
e. Sebelum memegang makanan
f. Sebelum menyusui bayi
Manfaat mencuci tangan :
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tanagn
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, kolera disentri, typhus,
kecacingan penyakit kulit dan lain-lain
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang benar :
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
17
b. Bersihkan telapak, pergelangan tangn, sela-sela jaru dan punggung
tangan
c. Setelah itu keringkan dengan mengggunakan dengan lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kototran manusia yang terdiri dari tempat atas jongkok atau tempat duduk
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya. (Maryunani, 2013;93).
Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut : Notoatmodjo,2014; 184-185)
a. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut
b. Tidak mengotori air permukan disekitarnya
c. Tidak mengotori air tanah yang disekitarnya
d. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-
bianatang lainnya.
e. Tidak menimbulkan bau
f. Mudah digunakan dan dipelihara
g. Sederhana desainnya
h. Murah dapat diterima pemakainya.
Agar peryaratan-persyaratan ini di penuhi maka perlu diperhatikan antara
lain :
a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup artinya bangunan jamban
terlindung dari panas dan hujan, seragga dan binatang-binatang lain
terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat tempat
berpijak yang kuat dan sebagainya.
c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
menganggu pemandangan, tidak menimbulkan baudan sebagainya.
d. Sedapat mungkin disediakan alat permbersih seperti air atau kertas
pembersih.
7. Memberantasjentik di rumah sekali seminggu
18
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat nyamuk.
Manfaat rumah bebas jentik :
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit
dengan perantara nyamuk dapat dcegaha atatu dikurangi
b. Kemungkinan terhindardari penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah, malaria, cikungunya atau kaki gajah
c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Orang yang diharapkan makan sayur dan buah adalah anggota rumah
tangga umur 10 tahun keatas mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan
porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.(Depkes,2009;12).
9. Tidak merokok di dalam rumah
Rumah tangga tidak merokok adalah rumah tangga dimana tidak ada
anggota rumah tangga umur 15 tahun keatas yang merokok didalam rumah
setiap hari.Yang dimaksud dengan tidak merokok didalam rumah adalah
penduduk yang tidak merokok selama sebulanyang lalu saat dilakukan
survey. (Notoatmodjo,2014;153).
Berdasarkan hasil susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001
menyatakan bahwa 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya
merokok di dalam rumah ketika bersama anggota kepala keluarga lainnya,
hal ini biasa dilakukan pada pagi hari di saat sarapan bersama anak-anak
dan sore sampai malam hari ketika sedang berkumpul dengan anggota
kepala keluarga lainnya. Merokok dapat ,menimbulkan berbagai penyakit
contohnya seperti penyakit jantung, paru-paru dan lain-
lain.(Maryunani,108).
10. Melakukan aktifitas setiap hari (Notoatmodjo,2014;155-156).
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup bersih dan sehat
terkait dengan pemeliaharaan dan peningkatan kesehatan.Karena dengan
aktivitas fisik bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan
system jantung dan pembuluh darah, serta membantu system metabolisme
19
tubuh. Sehingga aktvitas atau olahraga yang teratur dapat mencegah
berbagai macam-macam penyakit antara lain:jatung koroner, strok dibetes
mellitus dan sebagainya.
20
28 responden yang memiliki pengetahuan rendah didapatkan 4 responden
(14,3%) ibu rumah tangga menerapkan PHBS dan 24 responden (85,7%)
ibu rumah tangga tidak menerapkan PHBS, jenis penelitian yang
digunakan cross sectional study. hasil penelitian peneliti pengetahuan
kepala kepala keluarga baik 40 orang ( 46 %) dan pengetahuan kurang 47
orang (54 %) dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive
sampling .
Faktor-faktor Perilaku
Pendidikan kesehatan
Pengetahuan
Kepala Keluarga
Perubahan Perilaku
PHBS
21
2.6.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Keterangan : :
Variabel Independen :
Variabel Dependen :
Garis Penghubung :
Gambar 2. Kerangka Konsep
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
PersiapanJudul
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Penelitian
Skripsi
23
3.3.1 Definisi Operasional
24
meningkatkan bersih dan kan
derajat sabun PHBS
kesehatannya. 6. Menggunakan
jamban yang
sehat
7. Memberantas
jentik di
ruamah sekali
seminggu
8. Makan buah
dan sayur
setiap hari
9. Tidak merokok
dalam rumah
10. Melakukan
aktifitas fisik
setiap hari
25
3. Jika didapatkan dalam serumah berjumah dua kepala keluarga atau lebih maka
dijadikan responden 1 kepala keluarga saja
4. Kepala keluarga berjenis kelamin laki-laki ataupun wanita
5. Tidak mengalami gangguan jiwa
6. Berdomisili di desaPatoameme.
7. Kepala keluarga berersedia menjadi sampel atau responden penelitian yang
dibuktikan dengan tanda tangan persetujuan.
Sampel yang digunakan yaitu 87 kepala keluarga dari total kepala
keluarga yang ada di Desa Patoameme. Untuk pengambilan sampel tersebut,
peneliti mengambil daftar nama kepala keluarga di Kantor Desa Patoameme
sesuai dengan karakteristik responden yang sudah ditentukan, kemudian sampel
tersebut diknjungi satu persatu di rumah. Jika responden ketika dikunjungi tidak
ada di tempat maka responden segera di ganti dengan responden yang lain.
Untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus sebagai berikut :
N
n=
1+N(d²)
Dimana
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat ketepatan atau presisi (p) (Nursalam,2013)
696
n= = 87,43 dibulatkan menjadi 87 kepala keluarga
1+696(0.1²)
26
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari laporan program PHBS di Puskesmas dan
tahunan di Puskesamas Botumoito serta data yang diambil dari Kantor
Desa Patoameme.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh dari
suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari
suatu penelitian. (Dharma,2011;135).
Instrumen penelitian yang digunakan untuk megukur pengetahuan
responden adalah kuesioner yang berisi seperangkat pernyataan tentang
pengetahuan subjek penelitian. Instrumen ini menggunakan skala Gutman yang
terdiri dari alternatif jawaban atas pernyataan yang ada yakni 1 = Ya, 0 = Tdak.
Peneliti membuat dan mengembangkan instrumen pengetahuan kepala
keluarga memuat pernyataan yang dapat menilai tingkat pengetahuan berdasrakan
teori yang telah ada.
Untuk pengetahuan kepala keluarga membutuhkan informasi sebagai
berikut :
1. Pengertian, tujuan, dan manfaat PHBS
2. 10 indikator PHBS
3.5.3 Validitas dan Realibitas Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Sugiyono,2013;36). Uji validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for
windows.
Hasil uji validitas item-item observasididapatkan dengan nilai r tabel
>0,355 dengan jumlah responden 31 orang di DesaTutulo Kecamatan
Botumoito.:
2. Reliabilitas
27
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2012).
Hasil uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa semua item pernyataan dalam kuesioner reliable dengan nilai
Cronbach's Alpha = 0.976.
28
d. Tabulasi
Pengelompokkan data dalam suatu bentuk table menurut sifat
yang dimiliki sesuai tujuan penelitian dan di sajikan dalam bentuk narasi
dan table distribusi frekuensi (Notoadmodjo, 2011).
e. Analisa Data
1) AnalisisUnivariat
Analisisunivariatbertujuanuntukmenjelaskanataumendeskripsikankar
akteristiksetiapvariabelpenelitiandalambentukpersentasedistribusifre
kuensidalamhalinivariabel pengetahuan kepala keluarga dan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2) AnalisisBivariat.
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi yaitu variabel independen
(pengetahuan kepala keluarga) dengan variabel dependen (perilaku
hidup bersih dan sehat). Uji statistik yang digunakan dalam analisis
ini adalah uji Chi Square dengan asumsi bahwa batas kemaknaan
adalah α=0,05 yang berarti jika nilai p≤0,05 menunjukan adanya
hubungan yang bermakna, namun jika nilai p>0,05 menunjukan
tidak ada hubungan yang bermakna (Hidayat, 2014). Analisis data
bivariat diolah dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS.
3.7 Etika Penelitian
Menurut (Hidayat,2007:57), masalah etika penelitian adalah:
3.7.1 Informent Concent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan.Tujuannya agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka
mereka harus menandatangani lembar pesetujuan.
3.7.2 Anonimity (tanpa nama)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
29
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil yang akan
disajikan.
3.7.3 Confidentality
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian.Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
dengan disertai judul penelitian, manfaat tanpa mengabaikan hak asasi responden
dengan tidak memaksa apabila responden menolak untuk diteliti.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
4.1.3 Visi dan Misi
1. Visi
Mewujudkan masyarakat desa patoameme berperilaku baik, sehat dan
sejahtera.
2. Misi
a. Melakukan kegiatan jum’at bersih setiap minggu/jumpa berlian (jum’at
pagi bersihkan lingkungan anda).
b. Melakukan pembinaan kepala keluarga untuk tidak merokok dihadapan
kepala keluarga.
c. Melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk tidak BAB di
sembarang tempat.
d. Memberikan tambahan modal kepada pengusaha kecil dari semua
program yang masuk.
4.1.4 Karakteristik Responden
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan
Pendidikan sebagaimana di gambarkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Karakteristik Responden
Jumlah
Jenis Kelamin
N %
Laki-Laki 62 71
Perempuan 25 29
Total 87 100
Usia
32
36-45 tahun 23 26,4
Total 87 100
Pendidikan
SD 33 38
SMP 15 17
SMA 21 24
Diploma/sarjana 18 21
Total 87 100
33
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Kepala
keluarga Di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo
Pengetahuan kepala Jumlah Presentase %
keluarga
Baik 40 46
Kurang 47 54
Total 87 100
Baik 36 41,4
Total 87 100
34
2. Analisa Bivariat
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Kepala keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo
Pengetahuan PHBS
Kepala Kurang Baik Baik P
Total %
keluarga value
Jumlah % Jumlah %
35
menjadi hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan agar dapat meningkatkan
derajat kesehatan. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia.
Seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Tingkatan pengetahuan diantaranya tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. .
Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian Siska Damayanti (2013)
tentanghubungan pengetahuan ibu rumah tangga dan peran kader dengan perilaku
hidup bersih dan sehat yang menemukan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga
masih kurang dikarenakan masyarakat tidak mengetahui tentang program PHBS.
Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.
Sebagian besar pengetahuan didapatkan dari proses panca indera sehingga
munculah suatu tindakan. Kuranganya pengetahuan pada suatu objek dapat
mempengaruhi tindakan seseorang pada objek tersebut. Contohnya tentang PHBS
kurang informasi tentang PHBS mempengaruhi kepala keluarga untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga sulit untu menciptakan lingkungan
yang sehat dan keluarga yan sehat.
2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat
Hasil penelitian berdasarkan dari tabel 6 menunjukkan bahwa perilaku
hidup bersih dan sehat di Desa Patoameme Kecamatan Botumito Kabupaten
Boalemo pada tabel di atas menunjukkan bahwa PHBSnya kurang baik sebanyak
51 orang responden (59%) dan PHBSnya baik 36 0rang (41%).
Menurut peneliti hal ini disebabkan karena kurangnya kepala
keluargamenerapkan indikator PHBS dalam keadaan sehari-hari. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan peneliti untuk indikator penggunaan air bersih dan
sabun untuk mencuci tangan, kepala keluarga sudah menggunakan air bersih
dengan sabun, namun ada juga kepala keluarga yang tidak mencuci tangan dengan
36
air bersih dengan menggunakan sabun. Hasil tersebut menggambarkan bahwa ada
beberapa anggota kepala keluarga belum mengerti pentingya penggunaan air
bersih dan penggunaan sabun dalam cuci tangan. Padahal jika kepala keluarga
tidak menggunakan sabun untuk mencuci tangan hal tersebut akan
membahayakan anggota keluarga. Penyakit tidak dapat dihindari, terlebih jika
sebelum makan dan setelah BAB tidak menggunakan air bersih dan sabun.
Kuman dari kuku akan bebas masuk mulut jika tidak menggunakan sabun dan air
bersih untuk mencuci tangan.
Mengenai penggunaan jamban sehat, masih ada kepala keluarga yang
belum menggunakan jamban yang sehat. Ini menggambarkan bahwa ada kepala
keluarga yang belum mengerti pentingnya penggunaan jamban sehat. Padahal jika
kepala keluarga masih memilih menggunakan sungai untuk BAB akan
membahayakan lingkungan sekitar, ada beberapa kepala keluarga yang masih
BAB disembarangan tempat akan membahayakan lingkungan sekitar. Ada kepala
keluarga yang masih BAB disembarangan tempat beralasan bahwa sudah terbiasa,
jika tidak disungai tidak nyaman. Berbagai penyakit tidak dapat dihindarkan jika
kebiasaan BAB sembarangan masih sering dilakukan.
Setiap manusia mendambakan tubuh yang bersih dan sehat. Karena
apabila setiap manusia mempunyai tubuh yang bersih dan sehat setiap kegiatan
dan aktivitas yang dilakukan akan berjalan dengan optimal. Namun, terkadang hal
itu sulit terlaksana berbagai situasi yang memungkinkan. Penerapan pola hidup
sehat dan sehat adalah kuncinya. Pola hidup bersih dan sehat perlu diterapkan.
Hidup bersih dan sehat perlu diterapakan dari diri sendiri mulai dari
membersihkan badan secara teratur dan penerapan cuci tangan yang bersih dan
lain-lain. Mengingat banyak orang yang lalai berperilaku hidup bersih dan sehat
karena kelalaiannya akan berdampak besar bagi dirinya sendiri, keluarga dan
orang banyak. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan esensi dan hak asasi
manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Asumsi ini sejalan dengan teori Maryunani (2013) yang tercakup dalam
konstitusi organisasi kesehatan dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa
diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang
37
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik, yang
dianut dan tingkat sosial ekonominya. Derajat kesehatan yang tinggi tersebut
dapat diperoleh apabila setiap orang memiliki perialaku yang memperhatikan
kesehatan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Agus Priyotno (2016) tentang hubungan tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya
pencegahan Demam Berdarah juga mendukung bahwa perilaku hidup bersih dan
sehat sangat penting diterapkan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
tinggi. Sesuai dengan hasil penelitiannya bahawa tingkat pengetahuan
PHBSkurangdan upaya pencegahan demam berdarah kurang.
Penerapan PHBS sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
hal ini sangat sulit dilakukan karena kurangnya kesadaran untuk menciptakan
lingkungan yang sehat. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada
setiap ornag bukan hal yang mudah akan tetapi memerlukan waktu yang sangat
panjang. Oleh karena itu pembinaan untukperilaku hidup bersih dan sehat harus
dimulai dalam rumah tangga dalam hal ini adalah kepala keluarga, karena kepala
keluarga merupakan pemimpin dalam suatu keluarga sehingga menjadi contoh
dan panutan dalam keluarganya.
3. Hubungan Pengetahuan Kepala keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa pengetahuan kepala keluarga
yang baik serta kurang baik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 15
orang (17,2%), pengetahuan kepala keluarga yang kurang serta berperilaku hidup
bersih dan sehat kurang sebanyak 36 orang (41,4%), pengetahuan baik serta
perilaku hidup bersih dan sehat baik sebanyak 25 orang (28,7%). Pengetahuan
kepala keluarga baik namun perilaku hidup bersih dan sehat kurang sebanyak 25
orang (28,7%).Hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,000 (<α 0,05) yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kepala keluarga
dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan kepala
keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat dikarenakan kepala keluarga
38
kurang informasi tentang PHBS. Pengetahuan adalah hal penting untuk
menerapkan PHBS dengan adanya informasi kepala keluarga bisa tahu apa saja
tentang PHBS. Setelah adanya informasi tentang PHBS, maka kepala keluarga
dapat memahami, menganalisis, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga terciptanya kehidupan yang sehat.
Asumsi ini juga didukung dengan wawancara dan observasi pada kepala
keluarga yang tidak mengetahui pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun
dan air bersih, efek merokok dalam rumah. Mereka tahu bahwa mencuci tangan
hanya menggunakan air tanpa harus pakai sabun, dan bahwa rokok dapat
menyebabkan penyakit pada mereka sendiri namun pada dasarnya resiko tinggi
untuk terkena penyakit efek rokok adalah perokok pasif.
Hal ini sesuai dengan teori Chandra (2008) bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang
(over behavior). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek positif yaitu aspek negatif dan positif. Kedua aspek yang menentukkan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka
akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Selain itu ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih berarti dari pada perilaku
tanpa pengetahuan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwin
Fitriana (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan penerapan
PHBS lansia yang mengungkapkan bahwa adanya hubungan pengetahuan
keluarga dengan penerapan PHBSpada lansia dengan nilai P value 0,001 (α <
0,005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengetahuan kepala keluarga
yang kurang namun memiliki PHBS yang baik sebanyak 11 orang (12,7%) hal ini
di karenakan kepala keluarga melihat dilingkungan sekitar banyaknya yang sudah
berperilaku hidup bersih dan sehat. Hasil wawancara dan observasi kepada kepala
keluarga didapatkan bahwa mereka yang tidak menggunakan jamban kini telah
menggunakan jamban karena sudah ada MCK umum, selain itu juga kepala
keluarga yang awalnya menggunakan sumur kini telah menggunakan kran umum
39
untuk mengambil air bersih. Selain itu hasil observasi sumur ditemukan bahwa
sumur mereka juga dekat dengan tempat pembuangan dan mereka lelah untuk
menimba,kepala keluarga lebih memilih kran umum untuk mempermudah.
Hal ini sesuai dengan teori Mubarak (2014) bahwa sebagian perilaku
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi
suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-
anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan. Selain itu juga
ketersediaan untuk berubah, apabila terjadi suatu inovasi atau program-program
pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian
orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehTri Yoga
Aldila (2015) tentang analisis faktor perilaku hidup bersih dan sehat dengan
kejadian ispa berulang bahwa untuk meningkatkan PHBS harus adanya perubahan
diri dimulai dari diri sendiri, kepala keluarga kemudian masyarakat. Namun harus
dengan pengetahuan yang dapat mendukung sehingga akan terciptanya kehidupan
yang sehat.
Pengetahuan merupakan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan sesorabgdari pengalaman . pengetahuan akan lebih
langgeng dibandingkan dengan tanpa di dasari pengetahuan . pengetahuan
merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pada hasil penelitian di dapatkan juga ada kepala keluargayang
penegtahuannya baik tapi PHBSnya kurang hal ini disebabkan karena kurangnya
kesadaran dari diri sendiri untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
sehat sehingga tercipta lingkungan yang sehat. Hal ini sesuai dengan wawancara
dan observasi yang dilakukan masih banyak yang merokok didalam rumah,
padahal mereka sudah mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit
bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu juga masih ada yang tidak melakukan
cuci tangan menggunakan sabun. Mereka hanya mencuci tangan dengan air
bersih, ada kepala keluarga yang tidak menimbang balita setiap bulan karena jauh
dari rumah dan waktu mereka yang tidak bisa.
40
Hal ini sesuai dengan pendapat Maryunani (2013) aspek perilaku
merupakan hal yang paling penting agar terwujud status kesehatan yang semakin
meningat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat. Karenanya kesehatan perilaku perlu dijaga, dipelihara dan
ditingkatkan oleh setiap anggota kepala keluarga serta diperjuangkan oleh semua
pihak, Widyanto (2012) juga menyatakanbahwa Hidup bersih dan sehat
merupakan dambaan setiap manusia. Karena semua kegiatan dan aktivitas
manusia sangat bergantung pada kebersihan dan kesehatan. Maka seluruh
anggota kepala keluarga masyarakat baik secara individu atau pribadi, harus hidup
dalam lingkungan yang sehat, serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siska
Damayanti tentang hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dan peran kader
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat menyatakan bahwa adanya pengetahuan
yang banyak tidak dapat meningkatkan kesehatan yang baik pula jika tidak
disesuaikan dengan perilaku yang sehat juga.
Pada penelitian ada kepala keluarga yang pengetahuannya baik dan
PHBSnya juga baik. Hal ini disebabkan karena pengetahuan kepala keluargayang
baik dapat mempengaruhi sikap, dan perilaku seseorang. Sehingga dapat
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012) bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan
juga akan mendukung terbentuknya perilaku.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanAnis Prabowo
(2016)menyatakan bahwa perilaku yang baik akan dipengaruhi oleh pengetahuan
yang baik pula karena dengan kepala keluarga diberikan informasi tetang perilaku
hidup bersih dan sehat akan adanya kesadaran dalam diri setiap kepala keluarga
untuk menciptakan kehidupan yang sehat pula.
41
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan yang dimiliki dan
dihadapi oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Adapun yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel lain dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya,
sehingga masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
keluarga dengan PHBS . Variabel tersebut meliputi : Status kesehatan,
status ekonomi, pekerjaan dan dukungan keluarga.
2. Banyak responden yang tidak dapat mengisi kuesioner secara langsung
sehingga meminta bantuan keluarga dan peneliti. Hal ini dapat bersifat
kurang subjektif sehingga mengurangi kemaknaan hasil penelitian.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasi penelitisn dan pembahasana tentang Hubungan
Pengetahuan Kepala keluarga dengan Sikap Melakukan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo yang
telah dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengetahuan kepala keluarga di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito
Kabupaten Boalemo masih kurang sebanyak 47 orang (54%) dan dan
pengetahuannya baik sebanyak 40 orang (46%).
2. Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito
Kabupaten Boalemo PHBSnya masih kurang baik sebanyak 51 orang
(58,6%) dan yang PHBSnya baik sebayank 36 orang (41,4%).
3. Terdapat Hubungan antara Pengetahuan Kepala keluarga dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Desa Patoameme Kecamatan Botumoito
Kabupaten Boalemodengan hasil analisis menggunakan uji statistik chi-
square didapatkan nilai P-value sebesar 0.000 (α < 0,05).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas mengenai hubungan antara Pengetahuan
Kepala keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Patoameme
Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo, berikut saran bagi :
1. Dinas Kesehatan
Diharapkan kepada kepala dinas kesehatan dan jajarannya untuk tetap
melaksanakanpembinaan kembali kepada kader-kader kesehatan dan
tenaga kesehatan untuk bisa bekerja sama dalam membina msayarakat
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Puskesmas
Diharapkan pada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk tetap
melaksanakan pembinaan peran serta kepala keluarga dalam melakukan
43
perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencapai derajat kesehatan yang
baik melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang disampaikan dengan
cara lebih mudah di mengerti oleh masyarakat serta menggunakan media
yang dapat menarik perhatian masyarakat, selain itu agar bisa bekerja
sama dengan kader-kader kesehatan melakukan kontroling di setiap
keluarga untuk bisa merubah perilaku atau kebisaan tidak sehat menjadi
sehat.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti diharapkan untuk mengkaji faktor-faktor lain, seperti faktor
ekonomi, pendidikan kesehatan, faktor usia, gaya hidup, faktor
lingkungan, dan lain sebagainya sehingga dapat mempengaruhi perilaku
hidup bersih dan sehat yang belum diteliti dalam penelitian ini agar hasil
penelitian lebih baik dan lebih lengkap lagi.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Salemba Medika.Jakarta Selatan.
Padila.2012.Keperawatan Keluarga.Nuha Medika.Yogyakarta.
Rifiani dkk.2010.Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan.Dunia Cerdas.Jakarta
Timur.
Riskesdas.2013. Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Gorontalo. Gorontalo.
46
Lampiran 1: Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
47
Lampiran 2 : Lembar Permintaan menjadi responden
Kepada Yth
Bapak/Ibu Saudara (i) Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat
Saya yang bernama ROKHMIYANTI NIM : CO1415207 (Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Gorontalo) yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan
Keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Patoameme
Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo” Hasil penelitian ini akan berguna
menjadi bahan masukan bagi instansi pelayanan kesehatan guna meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Kiranya saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini dengan
cara menjawab pertayaan yang saya ajukan dengan kejujuran dan apa adanya,
jawaban saudara di jamin kerahasiaannya. Saya minta saudara untuk
menandatangani lembar persetujuan yang ada.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
ROKHMIYANTI
48
Lampiran 3: Lembar Persetujuan Responden
………………
49
Lampiran 4 : Quesoner
50
HUBUNGAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
NamaPasien :
Umur :
Keterangan
No 10 Indikator PHBS penilaian
KerjaObjektif
Persalinanditolongolehtenagakesehatan Ya ≥50%
1
Dukun Bidan/Dokter jikamelakukan
Memberi Asi Eksklusif PHBS
2.
<6 bulan 0-6 Bulan tidak <50%
Menimbang baliata setiap bulan Jikatidakmelakuk
3 an PHBS
Sebulansekali >2Bulan sekali
Menggunakan air bersih
4
Berbau Tidak Berbau
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5 sebelum makan/sesudah BAB
Ya Tidak
Menggunakan jamban sehat
6 Jamban tangki septic/leherangsa
Kali/Sungai
Memberantas jentik di rumah
7
Seminggu Sekali >SebulanSekali
Makan buah dan sayur
8
Setiap hari kadang-kadang
Melakukan Olahraga
9
Setiap hari TidakPernah
Tidak merokok dalam rumah
10
Ya Tidak
51
Lampiran 5 Master Tabel
MASTER TABEL
52
36 2 4 4 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 Baik 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 10 90 Baik 1
37 2 4 2 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 Kurang 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 10 30 Kurang Baik 0
38 2 5 2 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 Kurang 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 4 10 40 Kurang Baik 0
39 1 5 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 4 10 40 Kurang Baik 0
40 1 3 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Baik 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 10 80 Baik 1
41 2 4 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 Kurang 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 6 10 60 Baik 1
42 2 2 4 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 Baik 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6 10 60 Baik 1
43 1 3 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 Kurang 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 10 70 Baik 1
44 2 5 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 Baik 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 10 80 Baik 1
45 2 3 2 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 Baik 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
46 2 4 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 Baik 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 10 60 Baik 1
47 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 Baik 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 10 70 Baik 1
48 1 4 3 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 Kurang 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
49 1 4 3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 Kurang 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 4 10 40 Kurang Baik 0
50 2 4 4 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 Baik 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 10 80 Baik 1
51 2 4 2 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 Baik 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
52 1 5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 Baik 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 10 20 Kurang Baik 0
53 1 5 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 Kurang 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 4 10 40 Kurang Baik 0
54 1 3 4 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 Baik 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
55 1 4 3 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 Kurang 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
56 1 4 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 Baik 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7 10 70 Baik 1
57 2 4 2 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
58 2 4 3 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 Baik 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 10 60 Baik 1
59 2 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 Baik 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
60 1 5 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 4 10 40 Kurang Baik 0
61 1 5 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 Kurang 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 10 30 Kurang Baik 0
62 2 4 3 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 Kurang 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6 10 60 Baik 1
63 2 4 3 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 Kurang 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 10 20 Kurang Baik 0
64 2 3 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 Kurang 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 4 10 40 Kurang Baik 0
65 2 4 2 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 Baik 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6 10 60 Baik 1
53
66 2 4 4 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 14 57 Baik 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 10 30 Kurang Baik 0
67 2 4 3 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6 14 43 Kurang 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 10 30 Kurang Baik 0
68 2 3 3 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 6 14 43 Kurang 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 4 10 40 Kurang Baik 0
69 2 3 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5 14 36 Kurang 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
70 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 10 14 71 Baik 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 10 70 Baik 1
71 2 3 3 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 14 29 Kurang 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 10 30 Kurang Baik 0
72 2 4 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 5 14 36 Kurang 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
73 2 3 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 9 14 64 Baik 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 10 70 Baik 1
74 2 5 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 6 14 43 Kurang 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 10 30 Kurang Baik 0
75 2 3 3 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6 14 43 Kurang 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
76 2 3 3 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 14 79 Baik 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 10 70 Baik 1
77 2 4 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 8 14 57 Baik 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
78 2 3 3 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 5 14 36 Kurang 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3 10 30 Kurang Baik 0
79 2 4 4 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 8 14 57 Baik 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 10 80 Baik 1
80 2 4 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 14 43 Kurang 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 10 20 Kurang Baik 0
81 2 3 3 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 5 14 36 Kurang 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 4 10 40 Kurang Baik 0
82 2 2 3 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 6 14 43 Kurang 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
83 2 2 4 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 14 86 Baik 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 10 60 Baik 1
84 2 5 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 14 29 Kurang 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 10 30 Kurang Baik 0
85 1 3 2 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 8 14 57 Baik 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 4 10 40 Kurang Baik 0
86 2 4 4 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 8 14 57 Baik 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 10 40 Kurang Baik 0
54
Lampiran 6 : Ouput SPSS
Frequencies
Statistics
Jeniskelamin
N Valid 87
Missing 0
Jeniskelamin
Valid
Frequen Percen Cumulative
cy Percent t Percent
Vali Perempuan 25 28.7 28.7 28.7
d laki-laki 62 71.3 71.3 100.0
Total 87 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Pendidikan
N Valid 87
Missing 0
55
Pendidikan
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid SD 33 37.9 37.9 37.9
SMP 15 17.2 17.2 55.2
CROSSTABS
/TABLES=Pengetahuan BY PHBS
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
56
Pengetahuan * PHBS Crosstabulation
PHBS
KurangBai
k Baik Total
Pengetahua Kurang Count 38 5 43
n % within
88.4% 11.6% 100.0%
Pengetahuan
% within PHBS 76.0% 13.5% 49.4%
Baik Count 12 32 44
% within
27.3% 72.7% 100.0%
Pengetahuan
% within PHBS 24.0% 86.5% 50.6%
Total Count 50 37 87
% within
57.5% 42.5% 100.0%
Pengetahuan
% within PHBS 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 33.216 1 .000
b
Continuity Correction 30.763 1 .000
Likelihood Ratio 36.182 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
32.834 1 .000
Association
N of Valid Casesb 87
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
18.29.
b. Computed only for a 2x2
table
57
Lampiran 7 : Izin Meneliti dari Fakultas
58
Lampiran 8 : Surat dari Kesbangpol
59
Lampiran 9 : Surat Benar Benar Telah Meneliti
60
Lampiran 10 Dokumentasi
Dokumentasi Penenlitian
61
62