Abstract
Tulisan ini menggambarkan hasil studi kasus tentang pengembangan budaya toleransi keagamaan yang
berlangsung pada SMA Muhammadiyah Kupang Nusa Tenggara Timur. Data dihimpun melalui wawancara
dengan para guru, siswa dan kepala sekolah. Proses penelitian, termasuk studi literatur, observasi lapangan
dan penulisan berlangsung mulai bulan Juli sampai Nopember 2012. Siswa SMA Muhammadiyah terdiri dari
penganut Islam dan Kristen dan Katolik (Kristiani). Pengembangan budaya toleransi di SMA Muhammadiyah
dilakukan sebagai bagian dari misi dakwah Islam yang inklusif, mencerdaskan siswa tanpa membedakan
latarbelakang agama. Implementasi pengembangan budaya toleransi dilakukan dengan pendekatan budaya,
yang bersifat adaptif dengan kondisi masyarakat sekitar sekolah yang beragama Kristiani. Pemahaman dan
sikap toleransi antar siswa yang berbeda agama di SMA Muhammadiyah Kupang dikembangkan melalui proses
intra dan ekstra kurikuler, sejak siswa masuk di sekolah Muhammadiyah. Hasilnya, siswa dari berbagai agama
dapat bekerja sama, saling menghargai perbedaan agama, mengembangkan tradisi berdemokrasi di dalam dan
di luar kelas. Di kelas, para siswa berbeda agama memperoleh pendidikan agamanya dan di ajarkan oleh guru
yang seagama. Di luar kelas siswa didukung untuk mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agamanya
masing-masing. Model pengembangan budaya toleransi di SMA Muhammadiyah dapat dipromosikan dan
dijadikan sebagai contoh pengembangan budaya toleransi keagamaan untuk sekolah-sekolah yang sejenis.
Keyword: Pendidikan Toleransi Keagamaan, SMA Muhammadiyah; Kupang
Abstraksi
This paper describes the results of a case study of the development of a culture of religious tolerance in
SMA Muhammadiyah Kupang of East Nusa Tenggara. Data was collected through interviews with teachers,
students and principals. Research, including literature study, field observations and writing took place from July
to November 2012. Students of SMA Muhammadiyah consist of adherents of Islam and Christianity, including
Catholics. Development of a culture of tolerance in SMA Muhammadiyah was conducted as part of the inclusive
mission of preaching Islam, to educate students regardless of religious background. Implementation of the
development of a culture of tolerance is done with a cultural approach, which is adaptive to the conditions in
surrounding, mostly-Christian communities. Understanding and tolerance among students of different religions
in SMA Muhammadiyah Kupang is developed through a process of intra-and extra-curricular activities beginning
when students enter school. As a result, students of various religions can work together, respect religious
differences, and develop democratic traditions inside and outside the classroom. In class, students of different
Naskah diterima 2 Mei 2013. Revisi pertama, 20 Juni 2013. Revisi kedua, 10 Juli 2013 dan revisi terahir 3 Agustus 2013.
religions obtain their religious education from teachers who are of that same religion. Outside the classroom
students are supported in conducting religious activities according to their respective religions. This model of
the development of a culture of tolerance in SMA Muhammadiyah can be promoted and used as an example of
religious tolerance for the cultural development of similar schools.
Keywords: Development of Culture, Religious Tolerance, High School
studi kasus, analisis penelitian ini bersifat accidental sampling. Dalam hal ini, ketika
deskriptif analitik terbatas pada kasus peneliti mengunjungi sekolah, peneliti secara
khusus.18 Dalam konteks ini analisis akan spontan mencari 5 orang siswa muslim dan 5
menjelaskan berbagai fenomena kegiatan orang siswa Kristen untuk diminta mengisi
sekolah dan maknanya terhadap pendidikan kuesioner yang sudah disiapkan sebelumnya.
toleransi, khusus pada SMA Muhammadiyah Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan
Kupang. Uraian tentang tantangan pendidikan langsung terhadap keberadaan ruang dan
toleransi di sekolah secara umum, dan konsep- kantor sekolah dan mengamati para siswa
konsep toleransi secara makro merupakan yang sedang berkumpul/bermain ketika waktu
bagian yang mendasari analisis pendidikan istirahat sekolah. Jumlah data siswa dan guru
toleransi ini. diambil dari dokumen sekolah, sedangkan
data informasi yang terkait dengan geografi,
Kota Kupang memiliki lembaga pendidikan
demografi dan Pendidikan secara umum Kota
milik pemerintah dan swasta yang heterogin,
Kupang serta konsep toleransi dan tantangan
sebagaimana tabel berikut.
pendidikan toleransi di ambil dari publikasi
Tabel 3. Jumlah Lembaga Pendidikan Di Kota media cetak dan elektronik.
Kupang Tahun 2011
No Lembaga Pendidikan Jumlah
KONSEP TOLERANSI
1 TK 94
Secara Etimologi, toleransi adalah
2 SD/MI) 121 kesabaran, ketahanan emosional, dan
3 SMP/MTs 39 kelapangan dada. Menurut istilah, toleransi
berarti bersikap menenggang(menghargai,
4 SMA/MA 22
membiarkan, membolehkan) pendirian
5 SMK 17 (pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan
6 Perguruan Tinggi 21 dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan
dengan pendiriannya. Budaya toleransi dalam
Total 314 konteks ini adalah adanya pikiran, sikap,
prilaku, tindakan untuk bersabar, menahan diri,
Populasi siswa SMA Muhammadiyah menghargai, menghormati, tidak mengganggu
Kupang sebagaimana tergambar pada tabel atau melecehkan pihak lain, meskipun mereka
1 sebanyak 306 orang, sedangkan jumlah berbeda faham, pandangandan keyakinan
guru sebanyak 27 orang. Informan utama agamanya.19 Dalam konteks sosial, toleransi
dalam penelitian adalah pimpinan sekolah juga bermakna menyerahkan segala persoalan
dan guru agama. Informan tersebut dipilih terhadap hukum yang berlaku dan tidak main
untuk mencari informasi tentang pelaksanaan hakim sendiri.
pendidikan agama, kondisi sekolah, motif, Dari aspek historis, konsep toleransi
pendekatan, model dan strategi pendidikan dalam Islam telah berkembang sejak masa Nabi
toleransi. Sedangkan sebagai responden Muhammad diangkat menjadi rasul sekitar
untuk mengetahui pemahaman siswa tentang tahun 610 M. Pada waktu itu antara Nabi
toleransi dipilih beberapa siswa Muslim Muhammad dan Waraqa bin Naufal, tokoh
dan beberapa siswa Kristen. Pemilihan para Nasrani, telah menjalin persahabatan yang
siswa tersebut dilakukan secara acak, dengan harmoni melalui berbagai dialog keagamaan,
yang saling mengakui kebenaran keyakinan
munkar disegala bidang. (www.muhammadiyah.or.id), masing-masing dan menghormati keyakinan
2013. sahabatnya. Peristiwa lain, ketika Raja Najasy
18
Sari Wahyuni. 2012. Qualitative Research Method
– Theory and Practice. Jakarta: Penerbit Salemba empat. 19
Imam Tholkhah. 2010. Ahlak Pendidikan Islam.
Hlm. 10 Jakarta: Titian Pena, h. 116-121
dari Ethiopia meninggal dunia, Nabi meminta sama ia menolak isi ajaran agama tersebut.23
para sahabat untuk menyembahyangkan, pada Pendidikan Islam mengajarkan bahwa tidak
hal belum ada kejelasan apakah Raja Najasy ada paksaan bagi seseorang untuk menganut
itu seorang muslim atau bukan. Peristiwa lain agama ( al Baqoroh, 2 : 256). Pendidikan Islam
lagi, ketika Nabi melakukan dialog dengan juga mengajarkan bahwa kemajemukan bangsa
utusan dari Najran yang beragama Kristen di merupakan sunnatullah yang tidak bisa di
Masjid Madinah dan kemudian delegasi itu hindari. Rujukannya al Quran surat al Hujurat,
memohon izin untukkebaktian di luar masjid, 49: 13. Ayat tersebut menyiratkan bahwa
Nabi menyarankan agar delegasi tersebut ajaran Islam mengakui adanya keragaman
melakukan kebaktian di dalam Masjid. 20 yang meliputi suku bangsa, bahasa, budaya
dan agama. Semua keragaman ini memiliki
Data historis masa Nabi yang terkenal
asal usul yang sama dan memiliki tujuan hidup
dengan toleransi tercatat dalam Piagam
yang sama yaitu menjadi individu yang mulia
Madinah. Di antara isinya adalah bahwa orang
di sisi Tuhan.24 Salah satu makna penting
Muslim dan orang Yahudi mempunyai hak
adanya keanekaragaman dalam ciptaan Allah
yang sama untuk saling tolong menolong
ini bukanlah untuk mendorong pertentangan
dan mempertahankan agamanya. Bahkan
dan perang, melainkan agar manusia saling
ketika pembebasan Mekkah pada tahun 630
kenal mengenal.
M oleh kaum Muslimin, Nabi melindungi
kaum Nasrani di Makkah agar mereka tetap Pendidikan Islam di sekolah umumnya
menganut agamanya dan beribadah sesuai mengajarkan perlunya sikap bertoleransi
dengan agamanya. Demikian juga ketika kaum terhadap sesama manusia yang memeluk
Muslimin menguasai Yerussalem, Khalifah agama non Islam. Ayat al Quran yang menjadi
Umar menandatangani perjanjian yang di rujukan adalah Surat al Maidah, 5 : 48. Ayat ini
antara isinya adalah Khalifah akan menjamin menjelaskan bahwa, setiap umat memiliki
jiwa, harta, gereja dan salib mereka untuk aturan dan jalannya sendiri, dan setiap umat
dipelihara. Umat Kristen diberikan hak untuk harus yakin terhadap ajaran agamanya sendiri,
tetap memeluk agamanya dan keselamatan karena Allah pasti akan menguji atas apa yang
mereka mendapatkan jaminan.21 telah Ia berikan. Setiap umat beragama harus
berlomba-loma dalam kebajikan. Setiap umat
Dari sisi ajaran normatif, konsep toleransi
beragama harus menghormati perbedaan
yang ditawarkan dalam pendidikan Islam adalah
yang memisahkan mereka. Tidak di anjurkan
bahwa setiap penganut agama harus meyakini
bagi penganut agama untuk menghakimi
kebenaran agamanya, tetapi dalam waktu
keyakinan penganut agama lain, karena di
yang bersamaan juga harus membiarkan atau
hari akhir nanti, Allah akan menunjukkan apa
menghormati penganut agama lain meyakini
yang diperselisihkan.25
kebenaran agamanya.22 Menjadi seorang
yang toleran berarti menerima kehadiran
keyakinan yang berbeda dan mengakui hak Tantangan Pendidikan Toleransi di
para pemeluknya, sementara pada saat yang Sekolah
Implementasi pendidikan toleransi di
sekolah umumnya menghadapi tantangan
yang tidak ringan, karena komunitas sekolah
Muhamad Malik. 2002. “Pluralisme Agama dan
20
tidak steril dari berbagai pengaruh negatif yang tidak inklusif. Formalisme agama lebih
dari adanya kelompok intoleran26 dan mementingkan simbol-simbol agama formal
konflik keagamaan di luar sekolah. Sejarah dari pada substansi ajarannya, sehingga dapat
menunjukkan bahwa konflik keagamaan melahirkan sikap-sikap keberagamaan yang
di luar sekolah telah terjadi sejak lama.27 eksklusif, membuat jarak sosial yang lebar
Pengalaman konflik keagamaan, khususnya dengan para penganut faham keagamaan yang
antar umat Islam dan Kristen di Indonesia, berbeda. Ketiga, adanya aliran-aliran sempalan
misalnya di Maluku Utara, telah banyak agama yang dinilai menodai eksistensi agama
memakan korban, termasuk hancurnya mayoritas. Keberadaan kelompok aliran
berbagai objek ritual keagamaan gereja dan agama dapat menjadi ancaman keharmonisan
masjid.28 Konflik keagamaan di suatu daerah kehidupan beragama manakala paham agama
meningkat lebih besar jika benturan antara digunakan untuk kepentingan-kepentingan
kedua kelompok penganut agama yang politik. Selain itu faktor internal lingkungan
berbeda memperoleh dukungan yang meluas sekolah juga dapat mempengaruhi lahirnya
dari kelompok keagamaan radikal-intoleran sikap intoleransi keagamaan siswa. Misalnya
dari luar daerah. Secara empirik banyak faktor terbatasnya waktu pembelajaran agama,
yang dapat melahirkan kelompok intoleran kualitas guru yang belum memadai, kualitas
dan konflik keagamaan di Indonesia (yang sarana pendidikan yang kurang, kurikulum
ikut mempengaruhi komunitas sekolah), yakni pembelajaran agama yang belum mendukung,
faktor pemahaman agama, sosial, budaya, dan kurangnya kegiatan sekolah yang
politik dan ekonomi.29 Berbagai faktor tersebut mendukung pendidikan toleransi.
dapat dilihat dari sudut faktor internal, eksternal
Faktor eksternal yang ikut mempengaruhi
dan hubungan sosial.30
munculnya konflik , disharmoni dan intoleransi
Faktor internal yang menjadi sebab antar kelompok penganut agama adalah
sikap intoleran adalah: Pertama, adanya adanya benturan kepentingan antar negara.
pemahaman agama yang sempit, dalam arti Persaingan antar kelompok negara telah
pemahaman yang mengarah pada fanatisme melahirkan hegemoni tingkat global yang
agama berlebihan. Fanatisme agama semacam pada gilirannya melahirkan perasaan tidak
ini dapat melahirkan sikap-sikap penolakan adil, tertindas bagi kelompok tertentu dalam
terhadap keberagamaan orang lain dan bahkan negara yang lemah. Sebagian kelompok dalam
penolakan berinteraksi dengan pemeluk negara yang merasa tertindas dan terdzalimi
agama lain. Intoleransi keagamaan merupakan kemudian mengorganisasikan kekuatan dan
wujud nyata dari sikap penolakan tersebut. melakukan perlawanan dengan kekerasan
Kedua, adanya formalisme pandangan dan dalam bentuk teror-teror, sebagaimana
sikap keagamaan yang kaku. Formalisme terjadi pada negara Afganistan, Palestina,
agama lahir karena pandangan keagamaan Irak, Filipina, Thailand, India, Myanmar
dan Indonesia. Adanya gerakan radikal,
26
Team Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama
intoleran dan teror beberapa tahun terakhir
dan Keagamaan. 2012. Masalah Sosial Keagamaan Peserta di Indonesia juga terkait dengan adanya
Didik SLTA Pulau Jawa dan Sulawsi. Jakarta: Puslitbang solidaritas keagamaan global untuk melawan
Pendidikan Agama dan Keagamaan. h. 3-4. terhadap kekuatan hegemoni global oleh
27
Bahrul Hayat. 2012. Mengelola Kemajemukan Umat negara tertentu.31 Faktor eksternal lain yang
Beragama. Jakarta: Saadah Cipta Mandiri, h. 47 - 55
sering menjadi penyebab sikap intoleransi
28
Mantri Karno Diharjo, Sumber-sumber Konflik Di
Maluku Utara (1999 -2004), Mantrikarno’s Weblog. 31
Kasus-kasus terorisme di Indonesia seperti
29
Tim Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta. 2011. pengeboman bunuh diri di Bali, di Jakarta, di Cirebon
Kasus Aktual Kehidupan Agama, Studi Pencegahan Dini Konflik dan penggerebekan pelaku-pelaku teror akhir-akhir
Umat Beragama. Jakarta: Balai Litbang Agama Jakarta. ini mereka adalah anggota kelompok radikal yang
30
Bahrul Hayat. 2012. Mengelola Kemajemukan menyatakan menentang Amereka dan antek-antek
Umat Beragama. Jakarta: Saadah Cipta Mandiri. Amerika di Indonesia.
keagamaan menurut Mudzhar adalah karena sudah dirasakan telah mengancam eksistensi
adanya perasaan terganggu, terpinggirkan identitas penganut agama lain maka reaksi
diperlakukan tidak adil oleh kepentingan balik penentangan yang kuat akan terjadi.
kelompok agama lain. Di antara kepentingan
Kedua, pendirian rumah ibadah. Setiap
tersebut dalah: 1) kelangsungan hidup suatu
agama memerlukan tempat ibadah yang bersifat
kelompok keagamaan merasa terancam, 2)
kolektif. Tempat ibadah melambangkan adanya
kepentingan ekonomi kelompok agama merasa
penganut agama disekitar lokasi tempat ibadah
terancam, 3) status dan peran kelompok
tersebut. Namun lokasi pendirian tempat
merasa terancam, 5) kepentingan ideologi
ibadah yang tidak tepat akan melahirkan
kelompok merasa terancam.32 Aspek lain yang
konflik keagamaan. Pendirian tempat ibadah
secara tidak langsung ikut mempengaruhi
kelompok agama minoritas yang didirikan
komunitas siswa sekolah adalah adanya
ditengah kelompok agama mayoritas sering
budaya kekerasan yang ditampilkan melalui
memicu lahirnya konflik, yang berujung pada
media cetak dan elektronik di dalam dan luar
perusakan terhadap tempat ibadah tersebut.
negeri, dakwah agama yang bersifat radikal
dan adanya pengaruh keluarga yang tidak Ketiga, perkawinan penganut beda
harmonis. Selain itu adanya pertemanan yang agama. Konsekuensi masyarakat Indonesia
mengajak masuk dalam kelompok radikal serta yang majemuk telah melahirkan perkawinan
adanya provokasi melalui media elektronik, antar penganut agama yang berbeda. Namun
radio , television dan hand phone. perkawinan semacam ini akan menjadi
sumber konflik manakala dilakukan secara
Faktor hubungan sosial yang tidak
tidak normal. Misalnya perkawinan tidak
harmonis sering menjadi pendorong sikap
memperoleh restu dari orang tuanya,
intoleransi keagamaan. Faktor hubungan
kemudian orangtua atau keluarga yang tidak
sosial yang tidak harmonis antara kelompok
setuju melakukan propokasi untuk melakukan
umat beragama dapat melahirkan sikap
kekerasan terhadap pihak lain. Isu perkawinan
intoleransi keagamaan. Hubungan yang tidak
beda agama yang tidak normal dapat menjadi
harmonis tersebut terjadi manakala salah satu
isu pemurtadan agama.
atau lebih aktivitas penganut agama yang
satu mengganggu atau mengancam eksistensi Keempat, penodaan agama. Penodaan
penganut agama lain. Beberapa faktor agama terjadi manakala penganut agama
hubungan sosial yang sering menjadi pemicu tertentu baik sengaja atau tidak sengaja
konflik adalah: melakukan kegiatan atau berprilaku yang
dipandang melecehkan penganut agama
Pertama: Benturan misi penyiaran agama.
lain. Misalnya memaki, menginjak, merobek,
Kegiatan penyiaran agama baik secara lisan
mengotori simbol-simbol penganut agama lain
atau melalui media cetak, elektronik, dan
yang dipandang suci.
pendidikan33 yang bersifat agresif atau pro-
vokatif, melecehkan, merendahkan dan me- Kelima, penyelenggaraan hari besar agama
nyinggung penganut agama lain dapat yang tidak kondusif dengan masyarakat
melahirkan konflik. Kalau penyiaran agama lingkungannya. Setiap agama memiliki hari
besar yang selalu dirayakan oleh peng-
Mudzhar, 2005, dalam Bahrul Hayat. 2013.
32
anutnya. Tetapi perayaan hari besar agama
Mengelola, Kemajemukan Umat Beragama, Jakarta: Saadah yang berlebihan, yang mengganggu mayo-
Cipta Mandiri, h. 120
ritas lingkungan penganut agama lain,
33
Dewasa ini masih terdapat banyak lembaga
pendidikan swasta yang tidak mengajarkan pendidikan dapat menimbulkan ketegangan dan konflik
agama sesuai dengan agama siswa. Kenyataan ini keagamaan.
bertentangan dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sisdiknas. Kondisi ini ibarat menanam bom waktu, yang Keenam, perpindahan penduduk. Tradisi
pada saatnya akan dapat meledakkan konflik antar umat migrasi penduduk Indonesia dari satu daerah ke
beragama.
daerah lain, baik melalui program transmigrasi dibiasakan memiliki karakter yang baik,
pemerintah atau mandiri sudah berjalan sejak sikap saling menghargai, menghormati,
masa lalu. Perpindahan penduduk pendatang tolong menolong, bekerjasama antar sesama,
pada umumnya disertai dengan perpindahan meskipun mereka berbeda agama, suku
agama dan budaya. Kehadiran pendatang bangsa, bahasa ibu, dan tingkat ekonomi. Bagi
pada suatu wilayah yang kebetulan memiliki komunitas sekolah, substansi pengembangan
latar belakang agama dan budaya yang budaya toleransi dapat dinilai sebagai
berbeda dengan penduduk asli seringkali bagian dari pendidikan karakter. Karena itu
akan melahirkan konflik keagamaan. Konflik pendidikan toleransi tidak bertentangan
keagamaan ini muncul jika dalam proses dengan tujuan pendidikan nasional dan
perjalanannya melahirkan kecemburuan pendidikan agama di sekolah. Bahkan
sosial ekonomi dan politik dari penduduk pendidikan toleransi merupakan bagian yang
asli pada pendatang. Kecemburuan sosial, tak terpisahkan dari tujuan pendidikan agama
ekonomi dan politik terjadi karena kelompok itu sendiri, khususnya untuk memperkokoh
pendatang menguasai sektor-sektor ekonomi pembentukan ahlak mulia para siswa dalam
dan kekuasaan publik, sedangkan penduduk membangun karakter bangsa.
asli tetap dalam kondisi termarjinalkan dan
miskin .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menghadapi berbagai tantangan
munculnya konflik keagamaan dan lahirnya Motif Pendidikan Toleransi SMA
sikap-sikap intoleransi keagamaan, apapun Muhammadiyah
faktornya seringkali melibatkan komunitas
Muhammadiyah merupakan organisasi
pemuda dan pelajar. Menghadapi fenomena
Islam modern yang sangat peduli terhadap
tersebut, pendidikan toleransi keagamaan di
lembaga pendidikan sekolah. Melalui jaringan
sekolah menjadi penting agar para siswa
anggotanya yang tersebar di berbagai pelosok
dapat menegakkan nilai-nilai toleransi.
tanah air, Muhammadiyah telah banyak
Setiap pendidikan agama mengajarkan nilai
mendirikan lembaga pendidikan mulai tingkat
toleransi seperti ajaran kasih sayang , saling
anak usia dini hingga perguruan tinggi yang
tolong menolong antar sesama manusia , dan
tersebar di berbagai daerah. Motivasinya
cinta akan perdamaian. Dalam realita, nilai-
adalah dakwah agama Islam melalui lembaga
nilai ajaran agama tentang toleransi tersebut
pendidikan. Di antara sekolah Muhammadiyah
belum sepenuhnya dapat diimplementasikan
yang dibangun berlokasi di Kupang Nusa
dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan
Tenggara Timur, yang sebagian besar siswanya
agama justru sering dijadikan alat untuk
adalah non Muslim. Menghadapi kondisi sosial
mengesahkan terjadinya tindak kekerasan
semacam itu kebijakan SMA Muhammadiyah
keagamaan.34 Oleh karena itu, pendidikan
Kupang adalah mendidik siswa sebagai upaya
toleransi keagamaan di sekolah perlu terus
untuk mencerdaskan anak bangsa tanpa harus
dikembangkan. agar masalah pertentangan
menukar keyakinan agamanya.35 Kondisi
agama dapat di hindari di masa yang akan
semacam ini sesuai dengan hasil studi Abdul
datang.
Mu’thi dan Fajar Riza ul Haq pada sekolah
Secara substansial, kepedulian dunia Muhammadiyah di daerah mayoritas Kristen
sekolah terhadap pendidikan toleransi seperti di Ende, Flores (NTT) dan Seruni
mulai dari pendidikan anak usia dini hingga Papua). Di kedua daerah tersebut sekolah
menengah atas telah dilakukan. Tujuannya Muhammadiyah menerima siswa Kristen dan
adalah agar anak Indonesia sejak usia dini diberikan pendidikan agama Kristen oleh
34
Amin Abdullah. 2005. ”Pengantar” Dalam M Ainul
Yakin. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding 35
Wawancara, guru agama Islam SMA Muham-
untuk Demokrasi dan Keadilan. Jakarta: Pilar. madiyah Kupang, 2011
guru agama Kristen. Dalam kaitan ini, Uskup guru yang beragama Kristen. Selain itu
Agung (emeritus) Ende, Mgr Donatus Djagom SMA Muhammadiyah dinilai sekolah yang
turut merespon positif SMA Muhammadiyah baik. Bagi siswa Kristen, dengan belajar di
setempat, bahkan memberikan sumbangan sekolah tersebut, mereka dapat memperoleh
untuk pengembangannya.36 manfaat: 1) Memiliki akses yang luas untuk
bersahabat dengan komunitas muslim; 2)
Kebijakan ini berfungsi sebagai adaptasi
Kualitas pendidikan sesuai standar nasional;
sosial untuk upaya mempertahankan
3) Memahami sebagian budaya komunitas
kelangsungan lembaga pendidikannya.
dan ajaran Islam; 4) Kalau suatu saat mereka
Adaptasi sosial ini selaras dengan tuntutan
menjadi tokoh agama, pastor atau pendeta
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal
akan memungkinkan memiliki sikap yang
12, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
moderat dan mampu berkomunikasi dengan
2002 Tentang Perlindungan Anak. Pimpinan
para tokoh umat Islam.
SMA Muhammadiyah di Kupang mengikuti
kebijakan organisasi Muhammadiyah, dan Di sisi lain, para siswa Muslim di SMA
memandang hal tersebut juga selaras dengan Muhammadiyah juga memperoleh manfaat,
ajaran agama Islam yang diyakininya. Selain itu karena mereka: 1) Memiliki akses pergaulan
SMA Muhammadiyah juga tidak mewajibkan terhadap komunitas non-Muslim, sehingga
memakai jilbab bagi para siswa yang non- mampu memahami pandangan budaya
Muslim. Dengan kebijakan tersebut para toleransi yang lebih baik. 2) Memahami budaya
orangtua siswa non Muslim di Kupang tidak komunitas non Muslim yang bermanfaat dalam
ragu-ragu untuk menyekolahkan anaknya di membangun persatuan bangsa. 3) Apabila
SMA Muhammadiyah. suatu saat menjadi tokoh agama atau tokoh
masyarakat, mereka memiliki pandangan
Kebijakan SMA Muhammadiyah ini
keagamaan inklusif. Sebagaimana umumnya
berbeda dengan kebijakan SMK Katolik di Blitar
agama yang mengajarkan nilai inklusif,
dan SMA Katolik di Batam. Pada kedua sekolah
pendidikan agama di SMA Muhammadiyah
tersebut para siswa non Katolik tidak diajarkan
hakikatnya juga mengajarkan nilai inklusif, yang
pendidikan agama sesuai dengan agama
mendorong siswanya memiliki sikap moderat
siswanya. Seluruh siswa diberikan pendidikan
dan toleran. Selaras dengan nilai toleransi,
agama Katolik. Dalam hal mata pelajaran agama
ajaran agama di SMA Muhammadiyah sangat
di sekolah Katolik tersebut tidak ada toleransi.
mendorong umatnya agar tampil humanis,
Semua siswa harus mengikuti pendidikan
santun dan terbuka kepada semua lapisan
Katolik, meskipun aturan sekolah tersebut
masyarakat. Karena itu tidak mengherankan
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor
apabila komunitas SMA Muhammadiyah
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 12 dan
Kupang, dapat bertemu dengan komunitas
tidak selaras dengan Undang-Undang Nomor
agama Kristen, sehingga mampu membangun
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 37
kerjasama lintas agama yang harmonis. Itulah
Salah satu alasan penting para siswa wajah SMA Muhammadiyah Kupang yang
Kristen tertarik pada SMA Muhammadiyah, sedang menampilkan ajaran Islam rahmatan
ialah karena SMA Muhammadiyah tidak lil-alamain.
mendorong murid Kristen pindah agama. SMA
Implementasi pendidikan agama pada
Muhammadiyah mengajarkan pendidikan
SMA Muhammadiyah sangat mengembangkan
agama Kristen kepada siswa Kristen oleh
pendidikan toleransi yang khas. Praktik
Abdul Mu’ti & Fajar Riza Ul Haq, 2009. Kristen
36
toleransi antara minoritas Islam dengan
Muhammadiyah Konvergensi Muslim dan Kristen dalam mayoritas Kristen dalam wadah pendidikan
Pendidikan, Jakarta: Al Wasat Publishing House
Muhammadiyah dapat dijadikan contoh
37
Observasi lapangan dan wawancara dengan
pimpinan sekolah Katolik di Blitar , April 2013, wawancara
oleh lembaga pendidikan sekolah yang lain.
dengan kepala sekolah Katolik Batam, Juli, 2013. Dengan pendekatan adaptif semacam itu, SMA
camping dan juga peringatan hari-hari besar pendidikan yang inklusif dari segi faham
nasional dan keagamaan. Kegiatan –kegiatan keagamaan.
tersebut dapat dipandang sebagai bagian dari
Kedua, melalui peningkatan wawasan
pendidikan toleransi di sekolah, karena telah
keagamaan para guru yang inklusif. Peningkatan
membiasakan dan memperkaya pengalaman
wawasan ini di lakukan agar para guru makin
antar siswa yang berbeda agama untuk saling
professional dan memiliki kemampuan
kerjasama, menghargai dan menghormati satu
membentuk sikap serta prilaku siswa sesuai
sama lain.
dengan ajaran agamanya yang berwatak
Pada sisi lain, pendidikan toleransi di SMA toleran. Para guru terutama guru pendidikan
Muhammadiyah dapat di sebut sebagai model agama SMA Muhammadiyah Kupang di
sinergis, karena kegiatan pendidikan toleransi tuntut memiliki profesionalitas yang lebih
di sekolah melibatkan berbagai unsur luar handal menghadapi heteroginitas keagamaan
komunitas sekolah, yakni masyarakat sekitar siswa. Dalam membentuk karakter siswa
sekolah yang berbeda agama. Beberapa yang berbudaya toleransi, seluruh pendidik,
kegiatan antara lain: 1) Menjalin kerjasama terutama guru agama di tuntut memiliki
dengan komunitas/kelompok dari komunitas keluasan pengetahuan agama agar mampu
non Muslim di sekolah 2) Menerima guru-guru menjelaskan berbagai persoalan hubungan
umum dan agama non Muslim untuk mengajar antar umat atau siswa yang berbeda agama.
di SMA Muhammadiyah, meskipun jumlahnya Selain itu para guru di SMA Muhammadiyah
masih terbatas. 3) Memberikan kesempatan diharapkan tidak hanya mengajarkan ilmu
dan memfasilitasi kegiatan keagamaan non pengetahuan tentang toleransi di dalam kelas,
muslim di lingkungan sekolah, misalnya tetapi juga diharapkan mampu memberikan
perayaan Natal. 4) Memperlakukan siswa keteladanan dalam bersikap toleransi di
berbagai agama secara adil, tidak membeda- luar kelas. Peningkatan wawasan guru yang
bedakan perlakuan dalam pendidikan. ; 6) inklusif dilakukan melalui diskusi, dan dialog
Memberikan peluang dan kesempatan yang dalam bentuk formal maupun informal dalam
sama kepada setiap siswa untuk maju dan komunitas sekolah. Kepala sekolah, sebagai
berkembang apapun agamanya; 7) Memberikan pimpinan satuan pendidikan, memberikan
kemudahan ibadah yang sama kepada setiap dukungan, inisiasi dan fasilitasi atas
siswa yang berbeda agama. kegiatan-kegiatan yang memperluas wawasan
keagamaan para guru yang inklusif.
Strategi Pengembangan Ketiga, melalui penanaman nilai toleransi
sejak siswa masuk sekolah. Yakni dengan
Atas dasar berbagai pengamatan, wawa-
melakukan pembiasaan untuk membentuk
ncara dan studi dokumentasi , strategi yang
sikap saling menghargai dan saling
dilakukan antara lain:
menghormati sesama siswa dalam komunitas
Pertama, melalui pengembangan sekolah sekolah. Selain itu karakter yang inklusif,
yang inklusif. Strategi ini ditunjukkan dengan menghargai perbedaan bagi para peserta
adanya SMA Muhammadiyah telah menerima didik yang berbeda agama terus dijaga hingga
para siswa yang beragama Katolik dan Kristen para siswa menyelesaikan pendidikan di SMA
dan mereka diberikan pelajaran agama sesuai Muhammadiyah Kupang. Secara konseptual,
dengan agamanya. Strategi ini dilakukan agar strategi penanaman budaya toleransi sejak
SMA Muhammadiyah fungsional terhadap para siswa berada di sekolah memang terus
masyarakat sekitar yang mayoritas beragama dilakukan. Kenyataan ini dapat dipahami,
lebih Katolik dan Kristen. Karena itu, dengan karena pada masa sekolah pembentukan
strategi ini, bahwa SMA Muhammadiyah karakter anak memang bisa menjadi fondasi
Kupang dapat diniai sebagai lembaga yang kokoh untuk membangun karakter
anak ketika menjadi dewasa. Masa usia anak
sekolah merupakan masa yang tepat untuk mengakses berbagai informasi ajaran agama
penanaman nilai-nilai toleransi, karena yang lebih luas dan mendalam.
masa anak usia sekolah merupakan masa
Kelima, melalui penguatan substansi
yang sangat rentan terhadap pengaruh nilai
kurikulum bernuansa toleransi. Kemunculan
negatif dari lingkungan sosialnya. Mereka
konflik sosial seringkali bermula dari
memperoleh benteng yang kuat dengan
keterbatasan budaya seseorang untuk
menanamkan nilai-nilai positif, seperti nilai
menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya.
toleransi dalam masyarakat Indonesia yang
Menyikapi persoalan ini, SMA Muhammadiyah
majmuk. Penanaman nilai toleransi sejak anak
Kupang, sebagaimana disampaikan oleh kepala
masuk sekolah tidak hanya berfungsi untuk
sekolah telah mengembangkan pendidikan
mencegah konflik keagamaan dalam skala
agama bernuansa toleransi yang menekankan
yang panjang, tetapi secara tidak langsung
agar para siswa tidak menjadikan setiap
juga berfungsi untuk memperkokoh persatuan
perbedaan faham sebagai ladang konflik,
dan kesatuan bangsa, serta menciptakan
melainkan ladang berlomba dalam kebaikan .
perdamaian, perlindungan dan rasa aman
Istilah berlomba dalam kebaikan (fastabikul
pergaulan manusia sehari hari. Perlindungan
khoirot) dijadikan sebagai moto SMA
dan rasa aman merupakan kebutuhan yang
Muhammadiyah Kupang. Program penguatan
paling dasar manusia, selain makan, minum,
pendidikan toleransi dilakukan oleh guru-guru
tidur dan seks dalam hirarki kebutuhan
di sekolah dengan persetujuan kepala sekolah.
dasar Abraham Maslow.40 Karena itu sikap
dan prilaku toleransi yang dikembangkan Keenam, melalui pemberdayaan organisasi
sejak dini merupakan prasyarat untuk siswa. Pemberdayaan organisasi siswa
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dilakukan dalam rangka mengikut sertakan
dalam pergaulan, yakni menumbuhkan sikap para aktivis siswa untuk mengembangkan
dan prilaku yang bernilai kasih sayang, tolong budaya toleran berbasis nilai agama. Tujuan-
menolong, kerjasama, hidup rukun, damai nya adalah agar para aktivis siswa merasa
dan penghargaan terhadap perbedaan jenis memiliki dan ikut bertanggungjawab serta
kelamin, suku bangsa, warna kulit, pemikiran, mendukung proses pendidikan toleransi di
budaya dan keyakinan keagamaan. sekolah. Pemberdayaan ini dinilai penting
karena dari sudut sosiologis, kelompok
Keempat, melalui peningkatan akses pen-
organisasi siswa termasuk generasi muda
didikan toleransi di sekolah. Akses pendidikan
kader pemimpin masyarakat yang perlu
toleransi ini menurut tidak hanya ada pada
mendapat bekal untuk memahami nilai
guru, tetapi juga pada sumber belajar lain
toleransi dalam kehidupan bangsa Indonesia
seperti sarana kepustakaan di sekolah.
yang majemuk. Pemberdayaan organisasi siswa
Sebagaimana disampaikan oleh kepala sekolah
juga ditingkatkan agar potensi toleransi yang
Muhammadiyah, kepustakaan di sekolah
berkembang di kalangan para siswa terus di
dikembangkan dengan menyediakan bacaan
jaga dan bahkan diperkuat oleh sesama siswa.
pendidikan agama yang yang mencakup buku-
Dari penelitian ini terlihat bahwa budaya
buku agama katolik dan buku-buku agama
toleransi para siswa di SMA Muhammadiyah
Kristen, di samping buku-buku apelajaran
sangat memadai, dengan indikator tingkat
agama Islam. Selain itu, disediakan juga buku-
toleransi yang sangat tinggi, melebihi rata-
buku pegangan guru dan siswa dan buku-
rata tingkat toleransi di berbagai daerah lain
buku referensi tentang pemikiran agama yang
yang ditemukan oleh penelitian Puslitbang
moderat, yang mendukung berkembangnya
Pendidikan Agama dan Keagamaan. 41 Pember-
budaya toleransi. Bahkan sekolah juga
menyediakan multi media, agar siswa terbiasa Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan
41
dayaan peran Organisasi siswa dalam hal aktivitas yang menyimpang dari nilai-nilai
tolelansi dilakukan melalui pengembangan ajaran agama, meskipun sifatnya diakui masih
program kegiatan dialog dan kerjasama sosial informal. Dalam hal ini komite sekolah, kepala
siswa lintas agama. Program kegiatan dialog sekolah, para guru, terutama guru agama
dilakukan dalam bentuk diskusi, halaqoh, memiliki peran penting untuk melakukan
seminar. Sedangkan program kegiatan kerja- pendekatan dan dialog mengajak masyarakat
sama siswa lintas agama dan lintas sekolah sekitar sekolah untuk ikut mengawasi para
dapat dilakukan dalam bentuk kerja bakti, siswa ketika berada di luar sekolah, untuk
bantuan sosial pada korban bencana, panti menciptakan pengamalan agama yang
anak yatim, panti jompo, dan sejenisnya kondusif.
dengan pengendalian dari guru-guru agama Kesembilan, melalui peningkatan hu-
terkait. bungan dengan pemerintah. Kepala SMA
Ketujuh, melalui pelibatan peran keluarga Muhammadiyah merasakan bahwa pemerintah
siswa. Pengembangan pendidikan toleransi di telah ikut berperan dalam mengembangkan
SMA Muhammadiyah tidak hanya tanggung sekolah ini melalui bantuan finansial terhadap
jawab satuan pendidikan sekolah, tetapi juga kegiatan sekolah. Kedekatan hubungan sekolah
lingkungan keluarga peserta didik masing- dengan pemerintah ditandai adanya bantuan
masing. Keluarga, khususnya kedua orang fasilitas dan bantuan dana pengembangan fisik
tua memiliki posisi yang paling penting dalam gedung sekolah SMA Muhammadiyah.
mengembangkan budaya toleransi. Dalam hal
ini SMA Muhammadiyah memiliki hubungan
Pemahaman Siswa Tentang Nilai-Nilai
yang baik dengan orang tua siswa, yakni
Toleransi
dengan saling memberikan informasi tentang
perkembangan siswa, meskipun frekuensinya Secara umum dapat dikatakan bahwa siswa
tidak terlalu sering. Dalam kaitan ini guru SMA Muhammadiyah Kupang memiliki telah
agama, komite sekolah dan kepala sekolah wawasan tentang prinsip-prinsip toleransi.
memiliki peran strategis untuk mendorong Dari sepuluh reponden siswa yang terpilih
orang tua siswa agar ikut serta mendukung menjadi responden umumnya mengetahui
pendidikan toleransi. Komunikasi dan dialog dan sependapat dengan pernyataan: 1) Setiap
dua arah yang intensif dengan para orang agama menyetujui ide kebebasan untuk
tua siswa dilakukan. Orang tua mengetahui mengungkapkan pendapat dalam bentuk lisan
perkembangan hasil pendidikan anaknya di dan tulisan, termasuk foto, gambar dan lain
Sekolah, dan sebaliknya sekolah mengetahui –lain. 2) Setiap agama memiliki kebebasan
perkembangan pengamalan ajaran agama di untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia; 3)
luar sekolah. Ajaran setiap agama menyetujui ide kebebasan
untuk mendirikan organisasi dan berserikat.
Kedelapan, melalui pelibatan peran
Tidak seorangpun dari para siswa yang menjadi
masyarakat lingkungan Sekolah. Pada SMA
responden menolak atau tidak setuju dengan
Muhammadiyah, Masyarakat lingkungan
3 pernyataan di atas.
sekolah dilibatkan agar mereka ikut serta
mengawasi prilaku para siswa yang sedang Demikian juga ketika para siswa diminta
berada di luar sekolah, agar tidak melakukan pendapatnya HAM, dari sepuluh responden
yang ditemui, secara keseluruhan telah
memahami prinsip-prinsip HAM. Indikasinya
tindakan warga yang menolak pelaksanaan ibadah agama
lain. 2) Terdapat 74% siswa SLTA tidak setuju terhadap adalah mereka semua sependapat dengan
tindakan warga yang menolak pembangunan rumah 4 pernyataan berikut: 1) Setiap agama
ibadah agama lain. 3) Terdapat sekitar 73% siswa SLTA melarang digunakannya cara-cara kekerasan
yang tidak setuju terhadap tindakan warga yang merusak untuk menyelesaikan persoalan, termasuk
rumah/fasilitas milik anggota aliran keagamaan yang di
anggap menyimpang. masalah perbedaan agama dan keyakinan;
2); Setiap orang berhak untuk memilih dan menyusun peraturan yang berlaku di sekolah.
mempertahankan keyakinannya; 3) Setiap Dalam pertemuan, para guru juga dibolehkan
agama mengajarkan bahwa semua manusia menyampaikan pendapatnya secara langsung
sama di hadapan Tuhan, yang membedakan terhadap pimpinan sekolah bila tidak
hanya amalannya; 4) Setiap agama, suku, ras puas dengan kinerja dan kebijakannyanya.
dan golongan memiliki kedudukan yang sama Pimpinan Sekolah tidak melarang para guru
di mata hukum. Dari responden yang ditemui, untuk menyampaikan pendapatnya tentang
tidak satu orang siswapun yang menolak paham ajaran agamanya. Para guru tersebut
terhadap pernyataan tersebut. berasal dari berbagai perguruan tinggi.
Mengenai pemahaman budaya toleransi Sebagian mereka berasal dari lingkungan dan
keagamaan, nampaknya tidak ada masalah pendidikan Universitas Cendana, Universitas
yang mengkhawatirkan. Dari sepuluh Hasanuddin Makasar, Universitas Patimura
responden yang ditemui mereka menyetujui Maluku, Universitas Muhammadiyah Kupang
pernyataan berikut: 1) Setiap agama dan Surakarta.
menghargai dan menghormati perbedaan Menurut para informan materi yang
agama dan keyakinan; 2) Agama mengajarkan terkait dengan pembelajaran toleransi antara
umatnya untuk saling menghargai antar lain berhubungan dengan tema-tema seperti:
sesama pemeluk agama; 3) Setiap warga Negara 1) Hubungan Negara dan pemeluk agama; 2)
memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata Penghargaan terhadap kebebasan beragama
hukum Indonesia; 4) Setiap agama menghargai dan berkeyakinan.; 3). Penghargaan terhadap
perbedaan agama, suku ras dan golongan; perbedaan agama, suku, ras dan golongan;
Tingginya sikap toleransi para siswa SMA 4) Hak asasi manusia; 5) Kebebasan untuk
Muhammadiyah di antaranya karena mereka mengungkapkan pendapat secara lisan
telah memahami aturan dan prinsip-prinsip maupun tulisan. 6) Nasionalisme Indonesia;
ajaran toleransi. Sebagaimana dinyatakan 7) Kebebasan untuk mendirikan organisasi.
oleh kepala sekolah, dalam peraturan sekolah 8).Anti-kekerasan dalam menyelesaikan
tidak ada perbedaan perlakuan antara siswa persoalan, termasuk perbedaan agama dan
muslim dan siswa non muslim. Mereka sama- keyakinan. 9).Kesetaraan peran laki-laki dan
sama memperoleh hak untuk mendapatkan perempuan dalam rumah tangga maupun
pendidikan agama sesuai dengan agamanya, dalam kehidupan sosial; 10) Anti-kekerasan
dan mereka memperoleh pengajaran dari terhadap perempuan dalam rumah tangga;
guru yang seagama. Para siswa berbeda 12) Hak dan Kewajiban sebagai warga negara
agama dilibatkan dalam penyusunan berbagai Indonesia.
peraturan yang terkait dengan organisasi siswa
sekolah. Nilai toleransi juga dikembangkan
PENUTUP
melalui tradisi bahwa para siswa boleh
menyampaikan kritik secara langsung terhadap Kesimpulan
pengurus organisasi siswa; Lebih jauh para
Motivasi SMA Muhammadiyah Kupang
siswa juga boleh menyampaikan kritik secara
mengembangkan pendidikan toleransi
langsung terhadap pimpinan sekolah bila
tidak hanya karena dorongan material
tidak puas dengan kinerjanya. Para siswa tidak
untuk mempertahankan existensi lembaga
dilarang menyampaikan paham agamanya
pendidikan agar tetap berkembang, tetapi juga
di sekolah. Para siswa berbeda agama dapat
menjalankan Misi pendidikan Muhammadiyah
melakukan kegiatan extra kurikuler sesuai
yang inklusive sesuai ajaran agama Islam
dengan ajaran agamanya.
yang diyakininya. Pendidikan toleransi yang
Dari sisi guru, pengembangan toleransi dikembangkan sejalan dengan tuntutan
dikembangkan melalui kebersamaan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Fachrudin, Fuad. 2006. Agama dan Pendidikan
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Demokrasi: Pengalaman Muhammadiyah
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaka
Anak. Alfabet.
Pendekatan pendidikan toleransi yang Farida, Anik, et.al. 2010. Pendidikan Multi-
dilakukan adalah pendekatan budaya, menye- kulturalisme Di Sekolah Menengah Atas.
suaikan dengan budaya yang berkembang di Jakarta: Kedeputian Bidang Pengem-
Kupang NTT. Stategi yang dilakukan adalah bangan SIPTEKNAS Kementerian Riset
dengan melakukan: 1) Penerimaan siswa dan dan Teknologi.
guru non muslim. 2) Peningkatkan budaya para
Ghafur, Hanief Saha dkk. 2010. Islam Rahmatan
guru tentang nilai toleransi; 3) Penanaman
Lil Alamiin- Buku Rujukan Guru PAI
nilai toleransi kepada siswa sejak awal masuk
Sekolah Menengah Atas (SMK), Sekolah
sekolah; 4) Peningkatan akses nilai toleransi
Menengah Kejuruan (SMK).Jakarta:
bagi siswa dan guru melalui perluasan sumber
Direktorat Pendidikan Agama Islam.
belajar. 5) Penguatan substansi kurikulum
tentang nilai toleransi baik dalam kelas maupun Ghafur, Hanief Saha dkk 2010. Islam Rahmatan
luar kelas. Sedangkan tehnik implementasi Lil ‘alamiin, Buku Rujukan Guru PAI
pendidikan toleransi berlangsung dengan Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Direktorat
melibatkan seluruh unsur sekolah, orang tua Pendidikan Agama Islam .
siswa, masyarakat sekitar dan pemerintah, Nafi, M. Dian. 2011. Simposium Nasional
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pendidikan Agama dan Keagamaan.
Tingkat pemahaman budaya toleransi para Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama
siswa di SMA Muhammadiyah Kupang secara dan Keagamaan.
umum relatif memadai, karena para siswa Hayat, Bahrul. 2012. Mengelola Kemajemukan
pada semua agama dapat saling menghormati, Umat Beragama. Jakarta: Saadah Cipta
bekerjasama dan saling tolong menolong. Nilai- Mandiri.
nilai toleransi seperti menghargai perbedaan,
demokrasi, HAM, tidak hanya dipahami secara Malik, Muhammad. 2002. “Pluralisme Agama
baik, tetapi juga diimplementasikan dalam dan Toleransi Dalam Islam,” Dialog – Jurnal
kehidupan sehari-hari dalam lingkungan Penelitian dan Informasi Keagamaan, No
komunitas sekolah. 54 Th.XXV, Desember.
Mu’ti Abdul Mu’ti & Fajar Riza Ul Haq, 2009.
Kristen Muhammadiyah Konvergensi Muslim
SUMBER BACAAN dan Kristen dalam Pendidikan, Jakarta: Al
Abdullah, Amin. 2005. ”Pengantar” Dalam M Wasat Publishing House
Ainul Yakin. Pendidikan Multikultural Mudzhar, Atho. 2005. Dalam Bahrul Hayat.
Cross-Cultural Understanding untuk 2013. Mengelola, Kemajemukan Umat
Demokrasi dan Keadilan. Jakarta: Pilar. Beragama, Jakarta: Saadah Cipta Mandiri.
Azra, Azyumardi. 2011. “Radikalisme Nurhadi, Mulyani A. 2012. Proceeding
Keagamaan Dan Deradikalisasi” dalam International Symposium on The Strategic
Abdurrahman Mas’ud (ed), Kerukunan Role of Religious Education in The
Umat Beragama dalam Sorotan: Refleksi Development of Culture of Peace. Jakarta:
dan Evaluasi 10 Tahun Kebijakan Centre for Research and Development
dan Program Pusat Kerukunan Umat and Training Ministry of Religious Affairs
Beragama. Jakarta: Pusat Kerukunan
Umat Beragama, Sekretariat Jenderal Suparta, Mundzier. 2008. Islamic Multicultural
Kemenag RI. Education. Jakarta: Al Ghazali.
Tim Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Tholkhah, Imam. 2008. Manusia, Agama dan
Masyarakat(PPIM) UIN Jakarta. 2010. Perdamaian.Jakarta: Alghazali
Survey Sikap Sosial-Keagamaan Guru
Tholkhah, Imam. 2005. Mewaspadai dan
Agama Islam Pada Sekolah Umum di Jawa.
Mencegah Konflik Antar Umat Beragama.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama
Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat
Islam Pada Sekolah. Ditjen Pendidikan
Kementerian Agama.
Islam.
Tholkhah, Imam. 2010. Ahlak Pendidikan
Tim Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Titian Pena.
dan Keagamaan. 2012. Masalah Sosial
Keagamaan Peserta Didik SLTA Pulau Wahyuni, Sari. 2012. Qualitative Research
Jawa dan Sulawesi. Jakarta: Puslitbang Method – Theory and Practice. Jakarta:
Pendidikan Agama dan Keagamaan. Penerbit Salemba empat.
Tim Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama Wibisono, Abd. Fatah dkk. 2010. Islam
dan Keagamaan. 2011. Studi Paham Rahmatan Lil Alamiin- Buku Rujukan
Keagamaan di Sekolah Menengah Atas Guru PAI Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Pslitbang (SMP).Jakarta: Direktorat Pendidikan
Pendidikan Agama dan Keagamaan. Agama Islam,
Puslitbang Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter –
Tim Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta. 2011. Strategi Membangun Karakter Bangsa
Kasus Aktual Kehidupan Agama, Studi Berperadaban, Jakarta: Pustaka Pelajar.
Pencegahan Dini Konflik Umat Beragama. Yakin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural
Jakarta: Balai Litbang Agama Jakarta. – Crosss-Cultural Understanding untuk
Tholkah, Imam dan Mursyid Ali (eds). 2002. Demokrasi dan Keadilan, Jakarta: Pilar.
Konflik Sosial bernuansa Agama di
Indonesia.Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Beragama – Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama.