BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang no 5 tahun 2014, Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah serta mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan
terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa
percobaan. Tujuan dari pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan demikian UU
ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam
mencetak PNS. (Fatimah Elly, 2017)
Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas dan mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik adalah kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
(Erwan P, dkk, 2017)
Guna mewujudkan PNS yang berintegritas,professional dan berkwalitas
diselenggarakan pelatihan dasar (Latsar) seperti yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negri Sipil. Pelatihan dasar ini bertujuan untuk membentuk nilai nilai dasar
profesi PNS agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pelaksana
kebijakan public,pelayan public,dan perekat serta pemersatu bangsa.Pegawai
1
2
Negri Sipil diwajibkan untuk menerapkan nilai nilai dasar profesi PNS yaitu
Akuntabiltas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan anti korupsi
(ANEKA) dan berprinsip pada agenda tiga atau kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI yaitu Manajemen ASN,Whole of Government, dan Pelayanan
Public. Puskesmas merupakan salah satu ujung tombak dalam hal Pelayanan
Publik dibidang kesehatan yang dapat membantu mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Salah satu program puskesmas adalah peningkatan
usaha kesehatan masyarakat berupa upaya kegiatan promotif dan perventif
dimana salah satu kegiatannya dalam mengatasi permasalahan kesehatan
LIFE-CYCLE adalah dengan pengadaan POSBINDU (Pos Pembiinaan
Terpadu) penyakit tidak menular yang merupakan Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat tahun 2010 yang diprogramkan oleh
KEMENKES. (Depkes RI,1999).
Posbindu adalah pos pembinaan terpadu termasuk dalam upaya
pemerintah untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan
faktor risiko PTM secara terpadu, kegiatan ini ditujukan untuk orang dewasa
mulai usia 25 tahun sampai usia pralansia (45-60 th) (Dinkes, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan dan survey epidemiologi dengan adanya
demografi, teknologi, budaya, ekonomi, dan perilaku tidak sehat meningkatkan
faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular, hal ini di dukung dengan data
transisi epidemiologi PTM berdasarkan DALY’s di Indonesia 1990-2017 bahwa
di daerah pulau jawa dan bali didapatkan penderita PTM yang lebih banyak
dari pulau lainnya serta di bandingkan dari tahun 1990-2017 dimana semakin
bertambahnya tahun maka semakin tinggi teknologi, semakin meningkat
kebutuhan ekonomi dan semakin tinggi perilaku hidup tidak sehat sehingga
penderita PTM semakin meningkat (Depkes, 2019). POSBINDU PTM selama
ini diselenggarakan di pedesaan dengan jumlah pengunjung mayoritas adalah
masyarakat yang bekerja wiraswasta dan tidak bekerja sedangkan masyarakat
yang bekerja terikat (ASN dan pegawai di institusi pemerintahan) belum pernah
mengikuti kegiatan POSBINDU. Oleh karena itu, kebanyakan para pegawai
3
2. Penetapan Isu
b. Analisis USG
Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan ditindak
lanjuti menggunakan Analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah
Adapun indikator analisis USG adalah sebagai berikut :
7
Tabel 1.5
Analisis Penetapan Isu Strategis Menggunakan APKL dan USG
Puskesmas
Tanon 1
3. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah pada perancangan
aktualisasi ini adalah :
a. Bagaimana cara mengoptimalkan pembentukan POSBINDU Institusi di
Puskesmas Tanon1.
b. Bagaimana cara mengaktulisasikan nilai-nilai ANEKA dalam upaya
mengoptimalkan pembentukan POSBINDU Institusi di Puskesmas
Tanon 1
c. Bagaimana keterkaitan kegiatan antara visi, misi dan penguatan nilai
organisasi.
c. Tujuan
1. Mengoptimalkan pembentukan POSBINDU Institusi di Puskesmas
Tanon1
2. Mengaktulisasikannilai-nilai ANEKA dalam upaya mengoptimalkan
pembentukan POSBINDU Institusi di Puskesmas Tanon 1
3. Keterkaitan kegiatan antara visi, misi dan penguatan nilai organisasi.
d. Manfaat
1. Bagi Peserta Latsar
Melaksanakan dan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN yang
telah didapatkan selama mengikuti inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil dalam tugas pokok dan fungsi jabatannya dalam
kegiatan sehari-hari sebagai dokter ahli pertama di Puskesmas Tanon 1.
2. Bagi UPTD Puskesmas Tanon 1
Dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat dari aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mendukung Visi dan Misi
UPTD Puskesmas Tanon 1.
3. Bagi Masyarakat Sragen
Tercapainya Sragen sehat secara menyeluruh dan Masyarakat
mendapatkan pelayanan yang optimal sebagai wujud aktualisasi nilai-nilai
13
BAB II
LANDASAN TEORI
kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita
dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran
bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan
kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara
kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya
yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara
kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus
sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita
dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara
mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi
anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar
biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah
alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam
budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa
dan negara. Contoh seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para
atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun
17
bangsa dan negara. Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu kegiatan
bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau kegiatan
semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa kedisiplinan,
mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati), menjaga aset bangsa,
menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang
bersifat fisik dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS akan
dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.
19
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya sendiri
dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nasionalisme
merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS
dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar
memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya.
3. Etika Publik
Dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya perlindungan
hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa
yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut. Etika public
merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku,tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
public dalam rangka menjalankan tanggungjawab pelayan public.
Sebagian besar pejabat public masih mewarisi kultur colonial yang
mengandung birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.berbagai caradilakukan hanya
untuk menyenangkan pimpinan, loyalitas hanya diartikan sebatas
menyenangkan pimpinan, sehingga peningkatan kinerja organisasi tidak
mungkin dapat terwujud. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari
seluruh pejabat public. Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi
yang palingpenting, setidaknya mencakup tiga aspek yaitu:
1. Berubah dari penguasa menjadi pelayan.
2. Merubah dari wewenang menjadi peranan
3. Menyadari bahwa jabatan public adalah amanah, yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya didunia tapi juga diakhirat.
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap produk/
jasa berupa ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab
27
pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai hasil
sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi diukur dari
penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam melaksanakan
kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan baku,
uang dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran
tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan kebutuhan
dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi dalam layanan
publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan, yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda
dengan sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital
untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga
kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa
melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
28
Pada level strategic business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan
penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan target
masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil
setiap layanan yang diberikan di unit-unit pendukung. Sedangkan pada level
unit dasar tanggung jawab mutu berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang
dilaksanakan di masing-masing unit kerja. (Yuniarsih, Tjutju, dan Muhammad
Taufik, 2015)
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea: 1951)
atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dikatakan
bahwa “corruption” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa latin yang
lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal istilah “coruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda).
Korupsi secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena dampaknya
dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001
didefinisikan sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. menurut UU No. 31/1999 jo No. UU
20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
30
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai
dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
h. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk
berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya.
i. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
(Tim penulis komisi pemberantasan korupsi, 2015)
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang
dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban kita di
kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang
Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban selaku PNS sebagai
berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;
dan
33
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu,
PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu
tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan;
pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin;
pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan
(LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014)
Pegawai ASN mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksana kebijakan public.
b. Pelayan public.
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya tugas-tugas pegawai ASN adalah :
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkwalitas.
c. Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republi
Indonesia.
34
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di
Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan
/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara Pelayanan Publik. (Undang Undang Nomor 25, 2009)
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas)
dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni
yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena adanya
free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM)
dan seterusnya menjadi New Public Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif,
mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal
strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
warga negara tetapi juga untuk proteksi. (erwan agus purwanto, dkk, 2017)
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik :
a. Organisasi Penyelenggara pelayanan public.
35
3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (sumarno & sujati,
2016)
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.(Shergold and
Other,2004).
Dalam pengertian USIP(United States Institute of Peace), WOG
ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya Kementrian atau Lembaga
36
a. Kapasitas SDM dan Institusi. Perbedaan kapasitas SDM dan institusi bisa
menjadi kendala serius ketika pendekatan WOG.
b. Nilai dan Budaya Organisasi. Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala
manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan
kelembagaan.
c. Kepemimpinan. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
yang mampumengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta
meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Jenis Pelayanan Publik yang dapat didekatkan oleh pendekatan WoG
adalah:
a. Pelayanan yang bersifat administrative. Missal KTP, status
kewarganegaraan,surat kepemilikan atau penguasaan atas barang,
termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek,ijin
usaha,akta,sertifikat tanah.
b. Pelayanan Jasa. Misal: Pendidikan,Kesehatan,Ketenaga
kerjaan,Perhubungan.
c. Pelayanan barang. Misal: Perumahan, jaringan telepon,listrik,air bersih.
d. Pelayanan regulative. Misal: pelayanan melalui penegak hukumdan
peraturan perundang undangan, maupun kebijakan public yang
mengatur sendi sendi kehidupan masyarakat.
Prinsip Triage
1. Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.
2. Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan cepat kemungkinan
yang dapat. menyelamatkanpasien dari kondisi sakit atau cedera yang
mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.
3. Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.
4. Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses
pengkajian.
5. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
Kategori triase
1. Triage dua tingkat
Dalam system triage dua tingkat, pasien di kategorikansakit atau tidak
sakit. Pasien yang masih membutuhkan perawatan darurat dengan
kondisi yang membahayakan nyawa, tubuh, atau organ. Sementara itu,
pasien yang tidak sakit ialah pasien yang tidak menunjukan tanda-tanda
serius, bisa menunggu jika perawatan sedikit tertunda.
2. Triage tiga tingkat
39
BAB III
DESKRIPSI ORGANISASI
A. Profil Instansi.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 dalam Pasal 1 ayat 2 disebutkan Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya..
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsi
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas berwenang untuk :
41
A : Amanah
N : Normatif
4. Motto
“Empati Dalam Melayani Bersahaja Dalam Bekerja”
5. Budaya Kerja 5R : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin
C. Strategi Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam
pembangunan kesehatan melalui kerja sama lintas program dan lintas
sektoral
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh dengan
pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
2. Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui pendanaan
yang ada di puskesmas dan masyarakat
3. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu.
4. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
5. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan pelayanan
kesehatan yang bertanggungjawab
D.Keadaan Geografis
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tanon I terletak di
Jalan Raya Gabugan Tanon Sragen Desa Gabugan Kecamatan Tanon
Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah. Adapun batas wilayah
Puskesmas Tanon I adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Mondokan
2. Sebelah Timur : Kecamatan Sidoharjo
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Plupuh
44
E. Keadaan Demografis
Keadaan demografis Puskesmas Tanon I adalah dataran yang
sebagaian besar penduduknya bertani dengan memiliki jumlah penduduk
yaitu jumlah kepala keluarga seluruhnya : 9.111 sedangkan jumlah
penduduk keseluruhan : 34.110 jiwa,
Angka kepadatan penduduk rata-rata di wilayah kerja Puskesmas
Tanon I adalah 558,94 jiwa/km2, desa Gabugan adalah wilayah yang
paling padat penduduknya yaitu 764,59 jiwa.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa )
1 Gawan 1.753 1.665 3.418
2 Padas 1.701 1.740 3.441
3 Jono 2.414 2.212 4.626
4 Gabugan 2.689 2.765 5.454
5 Tanon 2.537 2.679 5.216
6 Suwatu 1.323 1.333 2.656
7 Pengkol 2.304 2.311 4.615
45
2. Hipertensi 906
46
3. Gastritis/Dispepsia 3439
4. Myalgia 2993
7. Vertigo 1807
F. Sarana Kesehatan
1. Data Dasar Puskesmas
Puskesmas Tanon I terletak di Jalan Raya Gabugan Tanon Sragen, Desa
Gabugan Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah.
Puskesmas Tanon I dilengkapi dengan 1 unit bangunan gedung karyawan,
1 unit untuk rawat jalan , 1 unit untuk rawat inap, 1 unit UGD, 1 unit dapur,
2 unit rumah dinas dan 1 unit mushola.
G. Tenaga Kesehatan
1. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tanon I sebanyak 49 orang
terdiri dari :
- 2 dokter umum, 1 merangkap sebagai Kepala Puskesmas
- 1 orang Dokter Gigi
- 18 bidan (9 bidan induk, 9 bidan desa),
- 8 orang perawat, (7 PNS dan 1 WB K2)
- 1 orang perawat gigi,
- 2 orang sanitarian (1 PNS dan 1 WB K2),
- 1 orang petugas Gizi,
- 1 orang Asisten Apoteker
- 5 orang administrasi ( 5 PNS )
- 3 THL yang terdiri dari 1 sopir dan 2 kebersihan.
- 1 Kontrak BOK tenaga Promkes
2. Jumlah Pegawai di Puskesmas Menurut Pendidikan dan Jenis
Kepegawaian
48
KEPALA PUSKESMAS
1. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan kegiatan Puskesmas.
2. Menyusun rencana kerja bidang upaya pelayanan kesehatan dalam
rangka pelaksanaan tugas pokok Puskesmas.
3. Merumuskan kebijakan operasional dalam mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan
operasional dari Dinas Kesehatan Kota.
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama dan
pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
5. Mengadakan koordinasi/kerjasama lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya, untuk kepentingan pelaksanaan tugas pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.
6. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, bimbingan, motivasi,
dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pegawai.
7. Melakukan evaluasi kinerja upaya pelayanan kesehatan puskesmas
berdasarkan rencana kerja.
8. Memberikan umpan balik hasil kegiatan kapada semua staf Puskesmas.
9. Memimpin pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pertemuan berkala
(Mini Lokakarya bulanan dan tribulanan) di Puskesmas
10. Mendelegasikan wewenang apabila meninggalkan tugas.
11. Mempertanggungjawabkan tugas puskesmas secara administratif dan
oprasional kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.
12. Melaksanakan tugas kedi
13. nasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
50
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
1. Isu Terpilih
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Tanon 1 Sragen
Pemecahan Isu
b. Berkonsultasi Akuntabilitas
b. Kepala
dengan Kepala Berkonsultasi dengan
puskesmas
Puskesmas penuh tanggung jawab
menyetujui
Rancanga
65
Nasionalisme adanya
kesepakatan
WOG adanya kerja
sama dengan
pengadaan barang
Penguat nilai:
5. Mengajukan a. Konsultasi a.Kepala Anti korupsi Kontribusi misi
1.Inovatif
usulan dengan Kepala Puskesmas melaksanaan Konsultasi 1.Memberikan
2. manfaat
adanya Puskesmas menyetujui dengan jujur pelayanan
3.Amanah
perluasan pengajuan Akuntabilitas membeli prima kepada
4.Normatif
ruang Ugd. perluasan ruang pita dengan penuh masyarakat
Ugd. tanggung jawab. 2.Meningkatkan
Komitmen mutu profesionalisme
Tersedianya pita triase SDM
68
Penguat nilai:
6 Sosialisasi a.Berkoordinasi a. Dapat Anti korupsi Kontribusi misi
1.Inovatif
kepada dengan berkoordinasi mengajukan dana 1.Memberikan
2. manfaat
Petugas Ugd coordinator Ugd dengan baik anggaran dengan jujur. pelayanan
3.Amanah
tentang Rawat Inap prima kepada
4.Normatif
penggunaan masyarakat
Metode 2.Meningkatkan
Triase(penent profesionalisme
uan SDM
penangan
pasien sesuai
69
Penguat nilai:
7. Evaluasi a. Menanyakan a.Petugas paham Etika public bertanya Kontribusi misi
1.Inovatif
Kegiatan pemahaman tentang triase dengan sopan 1.Memberikan
2. manfaat
petugas tentang Nasionalisme adanya pelayanan
3.Amanah
pelaksanaan kerjasama prima kepada
4.Normatif
triase masyarakat
2.Meningkatkan
b.Menyusun laporan b.Laporan Akuntabilitas penuh profesionalisme
hasil pelaksanaan tersusun dengan tanggung jawab SDM
baik
70
Evaluasi Pelaksanaan
7
72
Antisipasi mengatasi
No Kegiatan Asumsi kendala
kendala
Antisipasi mengatasi
No Kegiatan Asumsi kendala
kendala