Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang no 5 tahun 2014, Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah serta mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan
terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa
percobaan. Tujuan dari pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan demikian UU
ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam
mencetak PNS. (Fatimah Elly, 2017)
Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas dan mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik adalah kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
(Erwan P, dkk, 2017)
Guna mewujudkan PNS yang berintegritas,professional dan berkwalitas
diselenggarakan pelatihan dasar (Latsar) seperti yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negri Sipil. Pelatihan dasar ini bertujuan untuk membentuk nilai nilai dasar
profesi PNS agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pelaksana
kebijakan public,pelayan public,dan perekat serta pemersatu bangsa.Pegawai

1
2

Negri Sipil diwajibkan untuk menerapkan nilai nilai dasar profesi PNS yaitu
Akuntabiltas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu, dan anti korupsi
(ANEKA) dan berprinsip pada agenda tiga atau kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI yaitu Manajemen ASN,Whole of Government, dan Pelayanan
Public. Puskesmas merupakan salah satu ujung tombak dalam hal Pelayanan
Publik dibidang kesehatan yang dapat membantu mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Salah satu program puskesmas adalah peningkatan
usaha kesehatan masyarakat berupa upaya kegiatan promotif dan perventif
dimana salah satu kegiatannya dalam mengatasi permasalahan kesehatan
LIFE-CYCLE adalah dengan pengadaan POSBINDU (Pos Pembiinaan
Terpadu) penyakit tidak menular yang merupakan Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat tahun 2010 yang diprogramkan oleh
KEMENKES. (Depkes RI,1999).
Posbindu adalah pos pembinaan terpadu termasuk dalam upaya
pemerintah untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan
faktor risiko PTM secara terpadu, kegiatan ini ditujukan untuk orang dewasa
mulai usia 25 tahun sampai usia pralansia (45-60 th) (Dinkes, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan dan survey epidemiologi dengan adanya
demografi, teknologi, budaya, ekonomi, dan perilaku tidak sehat meningkatkan
faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular, hal ini di dukung dengan data
transisi epidemiologi PTM berdasarkan DALY’s di Indonesia 1990-2017 bahwa
di daerah pulau jawa dan bali didapatkan penderita PTM yang lebih banyak
dari pulau lainnya serta di bandingkan dari tahun 1990-2017 dimana semakin
bertambahnya tahun maka semakin tinggi teknologi, semakin meningkat
kebutuhan ekonomi dan semakin tinggi perilaku hidup tidak sehat sehingga
penderita PTM semakin meningkat (Depkes, 2019). POSBINDU PTM selama
ini diselenggarakan di pedesaan dengan jumlah pengunjung mayoritas adalah
masyarakat yang bekerja wiraswasta dan tidak bekerja sedangkan masyarakat
yang bekerja terikat (ASN dan pegawai di institusi pemerintahan) belum pernah
mengikuti kegiatan POSBINDU. Oleh karena itu, kebanyakan para pegawai
3

tersebut merupakan penderita penyakit tidak menular dikarenakan jam kerja


yang padat sehingga kurang olahraga (melakukan aktifitas fisik) dan pola
makan yang salah. Faktor resiko tersebut meningkatkan terjadinya penderita
penyakit tidak menular sehingga perlu diadakan POSBINDU Institusi untuk
mendeteksi dan mengendalikan secara dini penyakit tidak menular di Institusi
pemerintahan. PTM merupakan salah satu dari kriteria SDGs (Suitinable
Development GOALS) adalah salah satu kriteria tujuan pembangunan yang
berkelanjutan sebagai kesepakatan pembangunan global. PTM merupakan
salah satu dari 13 target point ke 3 GOALS SDGs yaitu menjamin kehidupan
yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia
(Indikator SDGs, 2017).

B. Identifikasi isu dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi Isu
Dalam proses meningkatkan Mutu Pelayanan UPTD Puskesmas Tanon 1
Sragen ditemukan beberapa isu yang berkaitan dengan nilai-nilai Pelayanan
Publik, WOG dan Manajemen ASN. Sebagai pelayan publik isu-isu tersebut
sangat mempengaruhi sehingga menjadi perlu untuk dianalisis penyebabnya
dan ditemukan solusi untuk menanganinya. Berdasarkan prinsip-prinsip
kedudukan dan Peran Pegawai Negri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tabel 1.1 Identifikasi Isu-Isu di UPTD Puskesmas Tanon 1
Sumber Kondisi yang
No. Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini
Isu Diharapkan

1. Kurang Manajemen Kurangnya Terpenuhinya


ketersediaan ASN petugas karena sumber daya
sumber daya keterbatasan manusia yang
manusia yang karyawan dan kompten sesuai
Kompeten di ugd karyawan yang
4

Sumber Kondisi yang


No. Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini
Isu Diharapkan

puskesmas bekerja tidak dengan


Tanon 1 sesuai tupoksi tupoksinya

2. Kurang Pelayanan Sudah Mengoptimalkan


Optimalnya Publik terbentuknya pembentukan
Pembentukan POSBINDU desa POSBINDU di
WOG
Posbindu dan 1 Institusi di Kecamatan
Institusi di Puskesmas Tanon Tanon lingkup
Kecamatan 1 kerja Puskesmas
Tanon Lingkup Tanon 1
Kerja
Puskesmas
Tanon 1
3. Belum Pelayanan Terdapat sarana Pengoptimalan
Optimalnya Publik pendukung Lansia pelayanan ramah
Pelayanan berupa Kursi Roda Lansia
Kesehatan dan Teken tetapi
Ramah Lansia di belum terdapat
UPTD pelayanan
Puskesmas prioritas Lansia
Tanon 1
4. Kurang Pelayan Belum Optimlanya Pelayanan Triage
Optimalnya Publik pelaksanaan di optimalkan
Pelaksanaan triage di
Triage di UGD puskesmas
UPTD karena bed pasien
berjumlah 2,
belum terdapatnya
5

Sumber Kondisi yang


No. Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini
Isu Diharapkan

Puskesmas rekam medis


Tanon 1 triage, belum
terdapatnya pita
triage
5. Kurang Pelayanan Kurangnya Terpenuhinya
Optimalnya Publik petugas karena sumber daya
Ketersediaan keterbatasan manusia yang
Pelayanan karyawan kompten sesuai
Konsultasi Gizi di sehingga dengan analisis
UPTD karyawan tidak beban kerja
Puskesmas selalu standbay di
Tanon 1 ruangan karena
kegiatan di desa

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2019

2. Penetapan Isu

Berdasarkan pemetaan dan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu


dilakukan proses analisis isu untuk menentukan isu mana yang merupakan
prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh penulis. Proses tersebut
menggunakan dua alat bantu penetapan kriteria kualitas isu yakni berupa:
a. Metode APKL
Rancangan aktualisasi yang akan dilaksanaan menggunakan
pendekatan Analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak)
digunakan untuk menentukan kelayakan suatu isu sebagai berikut.
6

Tabel 1.2 Tabel parameter APKL


No Indikator Keterangan
1 2 3
Aktual (A)
1 Isu yang sedang terjadi atau dalam proses
kejadian, sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal
terjadi dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
2 Problematik (P) Isu yang menyimpang dari harapan standar,
ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan
pemecahannya.
3 Kekhalayakan (K) Isu yang secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja.
4 Layak (L) Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.

b. Analisis USG
Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan ditindak
lanjuti menggunakan Analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth) adalah
Adapun indikator analisis USG adalah sebagai berikut :
7

Tabel 1.3 Tabel penjelasan USG


No Komponen Keterangan
1 2 3
Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
demgan waktu yang tersedia serta seberapa keras
1 Urgency
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
2 Seriousness
atau akibat yang ditimbulkan masalah-masalah lain kalau
masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain)
Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
3 Growth berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab
isu akan semakin memburuk jika dibiarkan.

Parameter untuk menentukan prioritas yaitu menggunakan skala likert :


Tabel 1.4 Tabel parameter USG
Nilai Urgency / Seriousness / Growth /
Mendesak Kegawatan Pertumbuhan
1 Isu tidak Isu tidak begitu serius untuk Isu lamban
mendesak untuk di bahas karena tidak berkembang
segera berdampak ke hal yang lain
diselesaikan
Isu kurang Isu kurang serius untuk Isu kurang cepat
2 mendesak untuk segera dibahas karena tidak berkembang
segera kurang berdampak ke hal
diselesaiakn yang lain
8

3 Isu cukup Isu cukup serius untuk Isu cukup cepat


mendesak untuk segera dibahas karena akan berkembang,
segera berdampak ke hal yang lain segera dicegah
diselesaikan
4 Isu mendesak Isu serius untuk segera Isu cepat
untuk segera dibahas karena akan berkembang
diselesaikan berdampak ke hal yang lain untuk segera
dicegah
5 Isu sangat Isu sangat serius untuk Isu sangat cepat
mendesak untuk segera dibahas karena akan berkembang
segera berdampak ke hal yang lain untuk segera
diselesaikan dicegah

Tabel 1.5
Analisis Penetapan Isu Strategis Menggunakan APKL dan USG

Kriteria A Kriteria B Peringkat


Prinsip Identifikasi
No.
ASN Isu A P K L Hasil U S G Jumlah

1. Manajemen Kurang + + + - TMS


ASN ketersediaan
sumber daya
manusia yang
Kompeten di
UGD
puskesmas
Tanon 1
9

Kriteria A Kriteria B Peringkat


Prinsip Identifikasi
No.
ASN Isu A P K L Hasil U S G Jumlah

2. WOG Kurang + + + + Memenuhi 5 5 5 15 I


Optimalnya Syarat
Pelayanan
Pembentukan
Publik
Posbindu
Institusi di
Kecamatan
Tanon
Lingkup
Kerja
Puskesmas
Tanon 1

3. WOG Belum + + + + Memenuhi 4 5 4 13 III


Terbentuknya Syarat
Pelayanan
Kesehatan
Ramah Lansia
di UPTD
Puskesmas
Tanon 1

4. Pelayanan Kurang + + + + Memenuhi 5 5 4 14 II


public Optimalnya Syarat
Pelaksanaan
Triage di UGD
UPTD
10

Kriteria A Kriteria B Peringkat


Prinsip Identifikasi
No.
ASN Isu A P K L Hasil U S G Jumlah

Puskesmas
Tanon 1

5 Pelayanan Kurang + + + - TMS


Publik Optimalnya
Ketersediaan
Pelayanan
Konsultasi
Gizi di UPTD
Puskesmas
Tanon 1

Berdasarkan tabulasi APKL seperti tercantum pada tabel 1.5 Analisis


Isu Strategis, ditemukan tiga isu utama yang memenuhi syarat, yaitu
sebagai berikut:
1) Kurang optimalnya pembentukan posbindu institusi di kecamatan tanon
lingkup kerja puskesmas tanon 1
2) Kurang optimalnya pelaksanaan triage di UGD UPTD Puskesmas
Tanon 1
3) Belum terbentuknya pelayanan kesehatan ramah lansia di UPTD
Puskesmas Tanon 1
Dari ketiga isu yang problematik tersebut, ditetapkan isu paling prioritas
yakni “Kurang optimalnya pembentukan posbindu institusi di kecamatan
tanon lingkup kerja puskesmas tanon 1.” Dengan perolehan skor USG 15
11

3. Dampak Isu Jika Tidak Terselesaikan


Dampak dari isu terpilih yang telah dianalisis menggunakan metode
USG akan memiliki dampak ketika tidak dilaksanakan. Dampak dari isu yang
tidak dilaksanakan tersaji dalam table 1.6 berikut
Tabel 1.6 Dampak Isu Tidak Dilaksanakan
Sumber Isu Identifikasi Isu Dampak
WOG Kurang Optimalnya 1. Meningkatnya angka
Pembentukan kejadian penyakit tidak
Posbindu Institusi di menular
Kecamatan Tanon 2. Meningkatnya angka
Lingkup Kerja mortalitas karena penyakit
Puskesmas Tanon 1 tidak menular.
3. Tidak terpenuhinya
program kemenkes dalam
Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat tahun
2010
4. Tidak tercapainya SDGS di
point ke Tiga dimana
menjamin kehidupan yang
sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia
dengan mengurangi
kematian akibat PTM
(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)
12

3. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah pada perancangan
aktualisasi ini adalah :
a. Bagaimana cara mengoptimalkan pembentukan POSBINDU Institusi di
Puskesmas Tanon1.
b. Bagaimana cara mengaktulisasikan nilai-nilai ANEKA dalam upaya
mengoptimalkan pembentukan POSBINDU Institusi di Puskesmas
Tanon 1
c. Bagaimana keterkaitan kegiatan antara visi, misi dan penguatan nilai
organisasi.

c. Tujuan
1. Mengoptimalkan pembentukan POSBINDU Institusi di Puskesmas
Tanon1
2. Mengaktulisasikannilai-nilai ANEKA dalam upaya mengoptimalkan
pembentukan POSBINDU Institusi di Puskesmas Tanon 1
3. Keterkaitan kegiatan antara visi, misi dan penguatan nilai organisasi.

d. Manfaat
1. Bagi Peserta Latsar
Melaksanakan dan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN yang
telah didapatkan selama mengikuti inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil dalam tugas pokok dan fungsi jabatannya dalam
kegiatan sehari-hari sebagai dokter ahli pertama di Puskesmas Tanon 1.
2. Bagi UPTD Puskesmas Tanon 1
Dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat dari aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mendukung Visi dan Misi
UPTD Puskesmas Tanon 1.
3. Bagi Masyarakat Sragen
Tercapainya Sragen sehat secara menyeluruh dan Masyarakat
mendapatkan pelayanan yang optimal sebagai wujud aktualisasi nilai-nilai
13

dasar ANEKA melakukan intervensi secara berlanjut agar optimalnya


Pembentukan Posbindu Institusi di Kecamatan Tanon Lingkup Kerja
Puskesmas Tanon 1.
14

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS untuk
menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan jasmani dan
kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan kesamaptaan mental, dan tata
upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara


Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara
yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan kepribadian
bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup
bangsa Indonesia (sesuai amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945)
melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Kemajemukan itu diikat dalam konsep wawasan nusantara yang
merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
15

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk menjaga


kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan perilaku yang
patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu dengan saling tolong
menolong, menciptakan kerukunan beragama dan toleransi dalam
menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing, saling menghormati
dengan sesama dan menjaga keamanan lingkungan.
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara Indonesia
yang menghormati lambang-lambang negara dan mentaati peraturan
perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan


bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab bersama. Sehingga
amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan
wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal
yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan
kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang
membutuhkan peranan PNS dalam setiap pelaksanaan tugas jabatannya
untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah,
baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya
masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa
ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh
negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan
jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ PNS telah melakukan langkah
konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air.
Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan
nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai
16

kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita
dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran
bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan
kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara
kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya
yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara
kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus
sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita
dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara
mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi
anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar
biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah
alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam
budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa
dan negara. Contoh seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para
atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun
17

mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja


sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang
atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang
rela menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi
mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama
bangsa.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap
menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-
masing.
2. Kesiapsiagaan Bela Negara
Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada beberapa hal
yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau tahu terkait dengan
kejadian-kejadian permasalahan yang dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak
mudah terprovokasi, tidak mudah percaya dengan barita gossip yang belum jelas
asal usulnya, tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang
dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan kepada semua
komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelaan negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai
bagian dari warga masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945
tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat luas, dari
yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama
warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
18

bangsa dan negara. Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu kegiatan
bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau kegiatan
semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa kedisiplinan,
mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati), menjaga aset bangsa,
menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang
bersifat fisik dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS akan
dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.
19

B. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Dengan
demikian kepercayaan masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan
semakin menguat karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol
demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan
yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
b Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
c Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan.
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun yang
tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
e Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
20

f Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah


kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas.
g Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.
h Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa
yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.

i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan


sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

Jenis-jenis Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas yang
lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.

Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :


a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder (Kusumasari, dkk, 2015)
Aspek-aspek dalam akuntabilitas meliputi:
21

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan(Accountability is a relationship)


merupakan hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi
dengan Negara dan masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil(Accountability is result oriented)
hasil yang diharapkan adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab adil dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan(Accountability requires
reporting) Laporan kinerja merupakan perwujudan dari akuntabilitas.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi(Accountability is meaningless
without consequences) adalah kewajiban, kewajiban menunjukkan
tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi.
e. Akuntabilitas memeperbaiki kinerja(Accountability improves
performance) tujuannya adalah untuk memeperbaiki kinerja PNS dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya sendiri
dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nasionalisme
merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS
dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar
memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus


diperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
22

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbedabeda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
23

9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat


manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
24

6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan


melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial. (Latief, dkk, 2015)
25

3. Etika Publik
Dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya perlindungan
hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa
yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut. Etika public
merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku,tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
public dalam rangka menjalankan tanggungjawab pelayan public.
Sebagian besar pejabat public masih mewarisi kultur colonial yang
mengandung birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.berbagai caradilakukan hanya
untuk menyenangkan pimpinan, loyalitas hanya diartikan sebatas
menyenangkan pimpinan, sehingga peningkatan kinerja organisasi tidak
mungkin dapat terwujud. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari
seluruh pejabat public. Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi
yang palingpenting, setidaknya mencakup tiga aspek yaitu:
1. Berubah dari penguasa menjadi pelayan.
2. Merubah dari wewenang menjadi peranan
3. Menyadari bahwa jabatan public adalah amanah, yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya didunia tapi juga diakhirat.

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:


a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
26

b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir. (wahyudi Kumorotomo, dkk, 2015)

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap produk/
jasa berupa ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab
27

pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai hasil
sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi diukur dari
penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam melaksanakan
kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan baku,
uang dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran
tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan kebutuhan
dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi dalam layanan
publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan, yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda
dengan sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital
untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga
kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa
melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
28

Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam mengevaluasi kualitas


pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang
telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya;
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Beberapa tehnik/Metode perbaikan mutu:
a. Metode Plain Do Check Act (PDCA)
1. Plain atau perencanaan yaitu dengan dilakukan identifikasi berbagai
permasalahan yang dihadapi,penyebab dan solusinya.
2. Do atau melaksanakan yaitu rencana aksi yang sudah disusun harus
dijalankan secara konsisten oleh semua orang.
3. Check atau pemeriksaan yaitu dilakukannya pemeriksaan apakah
rencana aksi yang sudah dilakukan telah berjalan semestinya,apakah
target dan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
4. Act yaitu melakukan tindakan atau keputusan yang perlu diambil
sebagai tindak lanjut dari tahap check.
b. Metode diagram sebab dan akibat adalah metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi akar permasalahan yang
dianggap menjadi kendala dalam mutu.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level
puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu layanan institusi secara
keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan keunggulan bersaing.
29

Pada level strategic business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan
penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan target
masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil
setiap layanan yang diberikan di unit-unit pendukung. Sedangkan pada level
unit dasar tanggung jawab mutu berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang
dilaksanakan di masing-masing unit kerja. (Yuniarsih, Tjutju, dan Muhammad
Taufik, 2015)

5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea: 1951)
atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dikatakan
bahwa “corruption” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa latin yang
lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal istilah “coruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda).
Korupsi secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena dampaknya
dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001
didefinisikan sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. menurut UU No. 31/1999 jo No. UU
20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
30

e. Penggelapan dalam jabatan,


f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Nilai
kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam kehidupan di
tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang salah
baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut
berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban menerima dan
menyelesaikan semua masalah yang telah dilakukan.
f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
g. Sederhana
31

Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai
dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
h. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk
berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya.
i. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
(Tim penulis komisi pemberantasan korupsi, 2015)

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu
1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.
2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan
Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan Intervensi
semua Golongan serta Parpol.
3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun
demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan
yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN berperan
sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas pemerintahan dan
penyelenggaraan pembangunan tugas umum nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
32

serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang
dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban kita di
kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang
Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban selaku PNS sebagai
berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;
dan
33

15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang. (Pemerintah no 53 pasal 3, 2010)

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu,
PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu
tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan;
pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin;
pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan
(LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014)
Pegawai ASN mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksana kebijakan public.
b. Pelayan public.
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya tugas-tugas pegawai ASN adalah :
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkwalitas.
c. Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republi
Indonesia.
34

2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di
Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan
/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara Pelayanan Publik. (Undang Undang Nomor 25, 2009)
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas)
dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni
yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena adanya
free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM)
dan seterusnya menjadi New Public Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif,
mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal
strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
warga negara tetapi juga untuk proteksi. (erwan agus purwanto, dkk, 2017)
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik :
a. Organisasi Penyelenggara pelayanan public.
35

b. Penerima layanan(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi


yang berkepentinga.
c. Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan(pelanggan)
Prinsip- prinsip pelayanan yang prima antara lain:
a. Responsif terhadap pelanggan/ memahami pelanggan.
b. Membangun visi dan missi Pelayanan.
c. Menetapkan standart Pelayanan dan Ukuran Kinerja Pelayanan, sebagai
dasar pemberian pelayanan.
d. Pemberian Pelatihan dan Pengembangan Pegawai terkait bagaimana
memberikan Pelayanan yang baik, serta memahami tugas dan fungsi
organisasi.
e. Memberikan Apresiasi kepada Pegawai yang telah melaksanakan tugas
pelayanan dengan baik.

3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (sumarno & sujati,
2016)
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.(Shergold and
Other,2004).
Dalam pengertian USIP(United States Institute of Peace), WOG
ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya Kementrian atau Lembaga
36

Pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama.WOG juga dipandang


sebagai bentuk kerja sama antar seluruh sector pemerintah dan sebaliknya.
WoG tidak hanya merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat
sekat sector tapi juga menekankan pada kerja sama guna mencapai tujuan
tujuan bersama. Karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam
prinsip prinsip Kolaboratif, kebersamaan,kesatuan,tujuan bersama,dan
mencakup keseluruhan actor dari seluruh sector dalam pemerintahan.

Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia adalah:


a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan
agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih baik, selain itu
perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang
lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas
sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan.
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk
latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrtasi bangsa.
(sumarno & sujati, 2016)
Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal:
a. Penguatan Koordinasi antar lembaga.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
c. Membentuk gugus tugas
d. Koalisi social

Tantangan dalam praktik WoG:


37

a. Kapasitas SDM dan Institusi. Perbedaan kapasitas SDM dan institusi bisa
menjadi kendala serius ketika pendekatan WOG.
b. Nilai dan Budaya Organisasi. Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala
manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan
kelembagaan.
c. Kepemimpinan. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
yang mampumengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta
meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Jenis Pelayanan Publik yang dapat didekatkan oleh pendekatan WoG
adalah:
a. Pelayanan yang bersifat administrative. Missal KTP, status
kewarganegaraan,surat kepemilikan atau penguasaan atas barang,
termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek,ijin
usaha,akta,sertifikat tanah.
b. Pelayanan Jasa. Misal: Pendidikan,Kesehatan,Ketenaga
kerjaan,Perhubungan.
c. Pelayanan barang. Misal: Perumahan, jaringan telepon,listrik,air bersih.
d. Pelayanan regulative. Misal: pelayanan melalui penegak hukumdan
peraturan perundang undangan, maupun kebijakan public yang
mengatur sendi sendi kehidupan masyarakat.

D. Tinjauan umum tentang Triase(Penanganan pasien sesuai tingkat


kegawatan)
Triase merupakan Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin
supaya tidak ada penderita yang tidak mendapat perawatan
(kapukonline.com). Sebuah tindakan pengelompokan pasien
berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat
keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD
yang dimiliki (kompasiana.com)
38

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam


nyawa Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke
akutannya . Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu. Jika
ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage.
Tujuan Triage:
1. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.
2. Memprioritaskan pasien merunut keakutanya.
3. Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada
pengkajian yang tepat dan akurat.
4. Mengenali data yang lengkap tentang keadaan pasien.

Prinsip Triage
1. Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.
2. Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan cepat kemungkinan
yang dapat. menyelamatkanpasien dari kondisi sakit atau cedera yang
mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.
3. Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.
4. Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses
pengkajian.
5. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
Kategori triase
1. Triage dua tingkat
Dalam system triage dua tingkat, pasien di kategorikansakit atau tidak
sakit. Pasien yang masih membutuhkan perawatan darurat dengan
kondisi yang membahayakan nyawa, tubuh, atau organ. Sementara itu,
pasien yang tidak sakit ialah pasien yang tidak menunjukan tanda-tanda
serius, bisa menunggu jika perawatan sedikit tertunda.
2. Triage tiga tingkat
39

System triage tiga tingkat ini banyak digunakan di amerika serikat.


Pengategorian dapat ditentukan berdasarkan warna (merah, kuning,
hijau) atau pemberian nomor (kategori 1, 2, 3), tetapi pada dasarnya
kategori tersebut merujuk pada kondisi di bawah ini.
a. Gawat darurat (merah)
Pasien membutuhkan tindakan yang cepat. Keluhan utama adalah
berdasarkan pada ancaman serius terhadap nyawa, tubuh, atau organ,
misalnya : serangan jantung, trauma berat, gagal napas. Respon pasien
harus diperhatikan dan perlu dilakukan observasi secara terus menerus.
b. Darurat(kuning)
Pasien membutuhkan tindakan segera, tetapi pasien masih
memungkinkan menunggu beberapa jam jika mampu. Misalnya : nyeri
abdomen, fraktur, dan batu ginjal. Disarankan untuk melakukan observasi
setiap 30 menit.
c. Biasa(hijau)
Setelah pasien dilakukan pengkajian, karena kondisi pasien tidak kritis,
maka pasien dapat menunggu. Biasanya pasien berada di ruang
ambulatory care, misalnya : konjungtivitis, gangguan tenggorokan, kulit,
dan sebagainya. Dilakukan observasi setiap 1 jam sampai 2 jam.
40

BAB III
DESKRIPSI ORGANISASI
A. Profil Instansi.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 dalam Pasal 1 ayat 2 disebutkan Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya..
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsi
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas berwenang untuk :
41

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah


kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas berwenang untuk :
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
42

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan


keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi;
f. Melaksanakan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan.
Profil Kesehatan Puskesmas Tanon I ini merupakan salah satu sarana
untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di
Kecamatan Tanon dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi
hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Tanon I
B. Visi , Misi, Motto dan Tata Nilai
1. Visi Puskesmas
“Bangkit Bersama Mewujudkan Puskesmas Yang Bermutu
Menuju Bumi Sukowati Yang Sehat dan Sejahtera”
2. Misi Puskesmas
a. Memberikan Pelayanan Yang Prima Kepada Masyarakat
b. Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Manusia
c. Menjalin Peran Serta Dan Potensi Masyarakat Di Bidang
Kesehatan
3. Tata Nilai
“IMAN“
I : Inovasi
M : Manfaat
43

A : Amanah
N : Normatif
4. Motto
“Empati Dalam Melayani Bersahaja Dalam Bekerja”
5. Budaya Kerja 5R : Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin
C. Strategi Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam
pembangunan kesehatan melalui kerja sama lintas program dan lintas
sektoral
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh dengan
pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
2. Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui pendanaan
yang ada di puskesmas dan masyarakat
3. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu.
4. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
5. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan pelayanan
kesehatan yang bertanggungjawab

D.Keadaan Geografis
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tanon I terletak di
Jalan Raya Gabugan Tanon Sragen Desa Gabugan Kecamatan Tanon
Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah. Adapun batas wilayah
Puskesmas Tanon I adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Mondokan
2. Sebelah Timur : Kecamatan Sidoharjo
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Plupuh
44

4. Sebelah Barat : Kecamatan Sumber lawang


Luas wilayah kerja Puskesmas Tanon I adalah 51,00 km² meliputi :
1. Desa Gawan : 2 Kebayanan, 3 Dukuh, 18 RT
2. Desa Padas : 3 Kebayanan, 7 Dukuh, 19 RT
3. Desa Jono : 3 Kebayanan, 13 Dukuh, 26 RT
4. Desa Gabugan : 3 Kebayanan, 13 Dukuh, 26 RT
5. Desa Tanon : 3 Kebayanan, 5 Dukuh , 24 RT
6. Desa Suwatu : 2 Kebayanan, 5 Dukuh ,18 RT
7. Desa Pengkol : 3 Kebayanan, 8 Dukuh, 21 RT
8. Desa Kecik : 3 Kebayanan, 15 Dukuh, 32 RT

E. Keadaan Demografis
Keadaan demografis Puskesmas Tanon I adalah dataran yang
sebagaian besar penduduknya bertani dengan memiliki jumlah penduduk
yaitu jumlah kepala keluarga seluruhnya : 9.111 sedangkan jumlah
penduduk keseluruhan : 34.110 jiwa,
Angka kepadatan penduduk rata-rata di wilayah kerja Puskesmas
Tanon I adalah 558,94 jiwa/km2, desa Gabugan adalah wilayah yang
paling padat penduduknya yaitu 764,59 jiwa.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa )
1 Gawan 1.753 1.665 3.418
2 Padas 1.701 1.740 3.441
3 Jono 2.414 2.212 4.626
4 Gabugan 2.689 2.765 5.454
5 Tanon 2.537 2.679 5.216
6 Suwatu 1.323 1.333 2.656
7 Pengkol 2.304 2.311 4.615
45

8 Kecik 2.331 2.353 4.684


Jumlah 17.052 17.058 34.110

Sumber : BPS Kecamatan Tanon

Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Jumlah kunjungan rawat jalan di dalam ataupun di luar gedung
Puskesmas Tanon I adalah 30.547 kunjungan yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas Tanon I, termasuk yang
mendapat pelayanan di Poli Umum, Poli Gigi, KIA, pelayanan di Pustu,
PKD, Poskes, UGD, Rawat Inap.
Dari sejumlah penduduk yang berkunjung ke Puskesmas tersebut
mayoritas mereka datang dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan
pengobatan, hal ini kurang sejalan dengan fungsi Puskesmas yaitu
bukan hanya kuratif tetapi juga promotif, preventif. Sehingga diharapkan
bukan hanya mereka yang sakit saja yang datang untuk berobat tetapi
sebagian mereka diharapkan datang berkonsultasi tentang bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Namun
kenyataannya hal tersebut masih jauh dari yang diharapkan karena
persepsi masyarakat bahwa Puskesmas adalah tempat bagi orang-
orang yang sedang sakit, sehingga masyarakat yang datang dengan
tujuan konsultasi masalah kesehatan sangat minim
Berikut Gambaran 10 Penyakit terbanyak di wilayah Puskesmas Tanon
I selama tahun 2018 :
Tabel 3.2 Daftar 10 besar penyakit
No DIAGNOSA JUMLAH
1. ISPA 4908

2. Hipertensi 906
46

3. Gastritis/Dispepsia 3439

4. Myalgia 2993

5. Arthritis Osteoarthritis 4040

6. Diabetes Melitus 936

7. Vertigo 1807

8. Demam Thypoid 873

9. Dermatitis Atopik 1591

10. Arthritis Rheumatik 4002

F. Sarana Kesehatan
1. Data Dasar Puskesmas
Puskesmas Tanon I terletak di Jalan Raya Gabugan Tanon Sragen, Desa
Gabugan Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah.
Puskesmas Tanon I dilengkapi dengan 1 unit bangunan gedung karyawan,
1 unit untuk rawat jalan , 1 unit untuk rawat inap, 1 unit UGD, 1 unit dapur,
2 unit rumah dinas dan 1 unit mushola.

Tabel 3.3 Jumlah Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan


Puskesmas Tanon I Tahun 2018
No Jenis Sarana/Prasarana Jumlah Keterangan
1 Gedung Puskesmas 7 unit 1 unit bangunan gedung
karyawan, 1 unit untuk
rawat jalan , 1 unit untuk
rawat inap, 1 unit UGD, 2
unit rumah dinas dan 1
unit mushola
47

2 Pustu 1 unit Suwatu


3 Pusling (mobil) 2 unit
4 Kendaraan Dinas Roda 4 0
5 Kendaraan Dinas Roda 2 5 unit
Sumber: Data laporan Bend.Barang Puskesmas Tanon 1 Tahun 2018
2. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
Di wilayah kerja Puskesmas Tanon I tahun 2018 memiliki upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang terdiri dari 8 Poskesdes/PKD, 1
Pos Kesehatan dan 45 Posyandu.

G. Tenaga Kesehatan
1. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tanon I sebanyak 49 orang
terdiri dari :
- 2 dokter umum, 1 merangkap sebagai Kepala Puskesmas
- 1 orang Dokter Gigi
- 18 bidan (9 bidan induk, 9 bidan desa),
- 8 orang perawat, (7 PNS dan 1 WB K2)
- 1 orang perawat gigi,
- 2 orang sanitarian (1 PNS dan 1 WB K2),
- 1 orang petugas Gizi,
- 1 orang Asisten Apoteker
- 5 orang administrasi ( 5 PNS )
- 3 THL yang terdiri dari 1 sopir dan 2 kebersihan.
- 1 Kontrak BOK tenaga Promkes
2. Jumlah Pegawai di Puskesmas Menurut Pendidikan dan Jenis
Kepegawaian
48

Tabel 3.4 Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan dan Jenis


Kepegawaian
Puskesmas Tanon I Tahun 2018
No Jenis Tenaga Pendidikan Jumla Jenis Kepegawaian
h PNS PTT WBK2 THL Kontr
ak
1 Dokter Umum S.1 2 2
2 Dokter Gigi S.1 1 1
3 Gizi D 3 Gizi 1 1
6 Sanitarian D3 Kesling 2 1 1
7 Bidan D.3/D4 Keb 17/1 17 1
8 Penyuluh Kes SKM 1 0 0 0 0 1
Perawat D3 8 7 1
Keperawatan
10 Perawat Gigi D3 Perawat 1 1
Gigi
Farmasi SMF 1 1
12 Laborat SMAK 1 1
13 Administrasi S1 Ekonomi 1 1
SMA 4 4
15 Sopir SMA 1 1
16 Kebersihan SMA 2 2
Jumlah 44 37 1 2 3 1

Sumber : Data Kepegawaian PKM Tanon I tahun 201


49

URAIAN TUGAS PEGAWAI PUSKESMAS TANON 1

KEPALA PUSKESMAS
1. Memimpin, mengawasi dan mengendalikan kegiatan Puskesmas.
2. Menyusun rencana kerja bidang upaya pelayanan kesehatan dalam
rangka pelaksanaan tugas pokok Puskesmas.
3. Merumuskan kebijakan operasional dalam mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan
operasional dari Dinas Kesehatan Kota.
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama dan
pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
5. Mengadakan koordinasi/kerjasama lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya, untuk kepentingan pelaksanaan tugas pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.
6. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, bimbingan, motivasi,
dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pegawai.
7. Melakukan evaluasi kinerja upaya pelayanan kesehatan puskesmas
berdasarkan rencana kerja.
8. Memberikan umpan balik hasil kegiatan kapada semua staf Puskesmas.
9. Memimpin pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pertemuan berkala
(Mini Lokakarya bulanan dan tribulanan) di Puskesmas
10. Mendelegasikan wewenang apabila meninggalkan tugas.
11. Mempertanggungjawabkan tugas puskesmas secara administratif dan
oprasional kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.
12. Melaksanakan tugas kedi
13. nasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
50

URAIAN TUGAS KEPALA BAGIAN TATA USAHA


1. Menyusun rencana kegiatan urusan Tata usaha berdasarkan data
program Puskesmas.
2. Membagi tugas kepada staf agar pelaksaan tugas dapat dilaksanakan.
3. Mengkoordinasikan para staf dalam penyusunan kerangka kerja
Puskesmas agar terjalin kerja sama yang baik.
4. Memberi petunjuk kepada staf dengan petunjuk kerja yang diberika
agar tercapai keserasian dan kebenaran kerja,
5. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan administratif dan manajemen di
Puskesmas. Untuk mendukung Kepala Puskesmas menjalankan tugas
dan fungsinya meneglola Puskesmas
6. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar.
7. Bertanggung jawab atas administrasi, membantu pengelolaan
keuangan dan pengelolaan sumberdaya lainnya.
8. Melakukan evaluasi hasil kegiatan urusan Tata Usaha secara
keseluruhan.
9. Menyediakan dan menyimpan data umum Puskesmas serta data
kesehatan yang diperlukan untuk kepentingan semua pihak yang
membutuhkan :
10. Membuat laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi
dan pertanggung jawaban kepada Kepala UPTD Puskesmas.
11. Melaksanakan pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, surat menyurat, hubungan masyarakat dan urusan
umum, perencanaan serta pencatatan pelaporan..
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kapala UPTD
Puskesmas
51

BAGIAN KEPEGAWAIAN MEMPUNYAI TUGAS


1. Menyusun rencana kegiatan Bagian kepegawaian.
2. Menyiapkan dan melengkapi persyaratan bagi petugas didalam
melaksanakan tugasnya, administrasi perjalanan dinas pegawai dan
mengajukan usul pengembangan pegawai termasuk proses
kepangkatan.
3. Menyiapkan bahan penyusunan rancangan peraturan, surat keputusan,
rekomendasi, dan surat perintah tugas.
4. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan peraturan
kepegawaian, absensi pegawai, dan cuti pegawai.
5. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Bagian umum dan kepegawaian
serta melaporkan hasil kegiatan sebagai bahan
informasi/pertanggungjawaban kepada Bagian Tata Usaha.

URAIAN TUGAS BAGIAN RUMAH TANGGA


1. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana bagi keberlangsungan
proses pelayanan dan kelengkapan sarana administrasi Puskesmas.
2. Melaksanakan pengadaan sarana prasarana sesuai dengan
perencanaan dan kebutuhan Puskesmas.
3. Monitoring penggunaan saarana prasarana puskesmas dengan
prespktif efektif dan efisien
4. Melaporkan hasil kegiatan sebagai bahan informasi (kondisi sarana
prasarana) / pertanggungjawaban kepada bagian Tata Usaha
5. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

URAIAN TUGAS SISTIM INFORMASI KESEHATAN


1. Menyusun rencana kegiatan Bagian Sistem Informasi Kesehatan
Puskesmas yang mencakup kebutuhan sarana, prasarana dan
pemeliharaan berdasarkan kebijakan, membuat dan menyusun
52

Perencanaan Tingkat Puskesmas, Rencana Strategik, Laporan


Tahunan, dan Profil Puskesmas.
2. Mengkoordinasikan kegiatan kepada Bagian dan Koordinator
maupun Seksi Program
3. Melaksanakan tata kelola Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
( SIMPUS ) dan pengembangannya.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pengendalian yang
berkaitan dengan mutu pelayanan Puskesmas dan Jaringannya.
5. Melaporkan hasil kegiatan sebagai bahan
informasi/pertanggungjawaban kepada Bagian Tata Usaha.
6. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

SEKSI SP2TP MEMPUNYAI TUGAS


1. Menyusun rencana kegiatan pencatatan dan pelaporan secara
terpadu sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku.
2. Mengkordinasikan pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan
secara lintas program dan terpadu.
3. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan terpadu UPTD
Puskesmas sesuai dengan standar.
4. Mengevaluasi dan menganalisa hasil kegiatan pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas.
5. Melaporkan hasil kegiatan pencatatan dan pelaporan terpadu
Puskesmas sebagai bahan informasi/pertanggungjawaban kepada
Koordinator Sistem Informasi Kesehatan.
6. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
URAIAN TUGAS PENYIMPAN BARANG
1. Menerima, menyimpan, dan menyalurkan barang milik daerah
dilingkup satuan unit kerja Puskesmas
2. Meneliti dan menghimpun dokumen pengadaan barang yang
diterima
53

3. Meneliti jumlah dan kwalitas barang yang diterima sesuai dengan


dokumen pengadaan
4. Mencatat barang milik daerah dilingkup puskesmas yang diterima
kedalam buku atau kartu barang
5. Mengamankan barang milik daerah dilingkup puskesmas yang ada
dalam persediaan
6. Membuat laporan penerimaan , penyaluran dan stok /persediaan
barang milik daerah dilingkup puskesmas kepada kepala
Puskesmas
URAIAN TUGAS PENGURUS BARANG
1. Mencatat seluruh barang milik puskesmas yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun perolehan lain
yang sah ke dalam kartu inventaris dan buku induk inventaris, sesuai
dengan kodefikasi dan penggolongan barang.
2. Melakukan pencatatan barang milik puskesmas yang dipelihara /
diperbaiki dalam kertu pemeliharaan.
3. Menyiapkan laporan barang , penggunaan semesteran dan laporan
barang penggunaan tahunan kepada kepala puskesmas dan
pengelola barang dinas kesehatan kabupaten.
4. Menyiapkan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak
atau tidak dipergunakan lagi.

URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB KEBERSIHAN


1. Membuat program kerja kebersihan lingkungan Puskesmas.
2. Melaksanakan kebersihan dalam dan luar lingkungan puskesmas
sesuai program kerja.
3. Mengisi ceklist kegiatan pelaksanaaan
4. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.
54

URAIAN TUGAS PETUGAS PENANGGUNG JAWAB KENDARAAN


 Mempunyai program kerja perawatan/pemeliharaan kendaraan, baik
roda empat maupun roda dua.
 Melaksanakan pemeliharaan kendaraan sesuai program kerja.
 Menyimpan hasil perawatan.
 Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

URAIAN TUGAS PEJABAT KEUANGAN


1. Mengkoordinasikan penyusunan RBA
2. Menyiapkan DPA BLUD
3. Melakukan pengelolaan Pendapatan dan biaya.
4. Menyelenggarakan pengelolaan kas.
5. Melakukan pengelolaan utang piutang.
6. Menyusun kebijakan pengelolaan barang, asset tetap dan investasi.
7. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan.
8. Menyelenggarakan akutansi dan penyusunan laporan keuangan.
URAIAN TUGAS BENDAHARA PENERIMAAN
1. Menerima setoran dari unit.
2. Merekap dalam buku catatan Rekapitulasi penerimaan
3. Mencatat setiap penerimaan dalam buku kas penerimaan.
4. Membuat Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
5. Melakukan setoran ke kas / Bank
6. Mencatat dalam buku kas penerimaan
7. Menyerahkan bukti setoran kepada operator aplikasi SIAK (Sistem
Akutansi Keuangan).
8. Membuat laporan pendapatan ( Bulanan / Triwulan )
9. Membuat rekapitulasi laporan pendapatan (Bulanan & Tri wulan)
10. Melaksankan tugas lain yang diberikan olah Kepala UPTD Puskesmas.
55

URAIAN TUGAS TIM MANAJEMEN MUTU


1. Melakukan penilaian dan pemantauan/evaluasi mutu Puskesmas
dengan ;
a. Survey Indek Kepuasan Masyarakat dan menetapkan Indek
Kepuasan Masyarakat.
b. Mengelola pengaduan pengguna layanan Puskesmas, mulai dari
pencatatan, pelaporan, rencana tindak lanjut dan penanganan
pengaduan.
c. Pemantauan Pencegahan Pengendalian Infeksi.
d. Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap standar Puskesmas
dan kinerja Puskesmas minimal setahun 2 kali dan melaporkan
kepada Kepala Puskesmas serta melakukan upaya perbaikan
apabila hasil penilaian tidak mencapai terget yang diharapkan.
e. Mendokumentasikan kegiatan perbaikan standar dan kinerja
program mulai dari monitoring, penilaian, analisis, penyusunan
rencana perbaikan, pelaksanaan perbaikan dan evaluasi.
2. Menggerakkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
terwujudnya perencnaan mutu.
3. Melakukan supervisi, dukungan dan coaching dalam memberdayakan
Puskesmas dalam pemecahan masalah mutu dengan pendekatan Tim.

URAIAN TUGAS PENANGGUNGJAWAB UKP


1. Sebagai koordinator pelayanan medik, mengkoordinir kegiatan
pelayanan medik didalam maupun diluar gedung.
2. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pelayanan Upaya Kesehatan
Perorangan di Puskesmas.
3. Membantu Kepala Puskesmas dalam menyusun rencana kegiatan
Upaya Kesehatan Perorangan.
56

4. Membantu Kepala Puskesmas dalam pembuatan laporan kegiatan


Upaya Kesehatan Perorangan.
5. Membantu membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan
Upaya Kesehatan Perorangan.
6. Bersama dengan Penanggung Jawab Program menyusun prosedur-
prosedur kegiatan yang terkait pelayanan Upaya Kesehatan
Perorangan.
7. Bersama dengan Penanggung Jawab Program mengidentifikasi dan
mengelola program-program mutu pelayanan Upaya Kesehatan
Perorangan.
8. Memastikan pelayanan dirawat jalan dilaksanakan sesuai dengan
prosedur pelayanan yang ditentukan.
9. Melaporkan kepada Kepala Puskesmas tentang hasil pelayanan
kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan.

URAIAN TUGAS PETUGAS UGD


1. Menyusun rencana kerja pelayanan gawat darurat.
2. Melaksanakan kegiatan pelayanan gawat darurat.
3. Melaksanakan pelayanan medis dan keperawatan sesuai standar
prosedur operasional,SPM, dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Kepala UPTD Puskesmas.
4. Melakukan pencatatan pada rekam medik dengan baik, lengkap serta
dapat dipertanggungjawabkan, termasuk memberi kode diagnosa
menurut ICD X.
5. Membuat pelaporan dan visualisasi data pelayanan gawat darurat.
6. Melaksanakan evaluasi kegiatan pelayanan gawat darurat.
7. Meningkatkan mutu pelayanan gawat darurat.
8. Melaporkan pelaksanaan gadar secara berkala kepada penanggung
jawab.
9. Melakukan rujukan kasus yang tidak dapat ditangani Puskesmas.
57

10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD


Puskesmas.
Role Model
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru atau baik
untuk di contoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan, sifat dan sebagainya.
58

BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan


Substansi Nilai-Nilai ANEKA.
Berdasarkan hasil analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan,
dan Layak/ Kelayakan) serta USG (Urgensi, Seriousness, dan Growth), telah
ditentukan 1 (satu) isu yang dapat dikembangkan menjadi berbagai gagasan/
kegiatan untuk penyelesaian masalah dengan melibatkan komponen yang
ada (Tri Widodo W Utomo, et al, 2016).
Dalam rancangan aktualisasi ini terdiri atas tahapan: 1)
Pengidentifikasian, penyusunan dan penetapan isu atau permasalahan yang
terjadi dan harus segera dipecahkan; 2 ) Pengajuan gagasan pemecahan
isu/masalah dengan menyusunnya dalam daftar rencana kegiatan, tahapan
kegiatan, dan output kegiatan; 3 ) Pendeskripsian keterkaitan antara
kegiatan yang diusulkan dengan substansi mata pelatihan yaitu pelayanan
publik, Whole of Government, dan manajemen ASN yang mendasari
kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung; 4 ) Pendeskripsian
rencana pelaksanaan kegiatan yang didasari aktualisasi nilai-nilai dasar
PNS dan kontribusi hasil kegiatan; serta 5) Pendeskripsian hasil kegiatan
yang dilandasi oleh substansi mata pelatihan terhadap pencapaian visi, misi,
tujuan organisasi, dan penguatan terhadap nilai- nilai organisasi.
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rencana operasional
pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang akan diterapkan oleh penulis
selama 30 hari di UPTD Puskesmas Tanon 1 Sragen. Rancangan kegiatan
aktualisasi disajikan secara rinci seperti berikut ini :
59

1. Isu Terpilih
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Tanon 1 Sragen

Identifikasi Isu : a. Kurang optimalnya pendokumentasian asuhan


keperawatan diruang Rawat inap Puskesmas
Tanon 1
b. Belum optimalnya metode Triase di Ugd
Puskesmas Tanon 1
c. Kurang optimalnya pemasangan gelang
identitas pasien Rawat Inap
d. Belum optimalnya peran perawat dalam
mengajarkan perilaku hidup bersih sehat pada
pasien
e. Resiko tingginya pasien jatuh dari tempat tidur
Rawat inap Puskesmas Tanon 1
f. Kurang tersedianya Sumber Daya Manusia
yang kompeten di Ugd Puskesmas Tanon 1

Isu yang : Belum Optimalnya Metode Triase di Ugd


diangkat Puskesmas Tanon 1

Gagasan : Upaya Mengoptimalkan Metode Triase


Pemecahan Isu (Pengelompokan pasien berdasarkan keparahan)
di Ugd Puskesmas Tanon 1
60

Pemecahan Isu

Tabel Pemecahan Isu

Tabel 4.1 Tabel pemecahan Isu


Kontribusi
Keterkaitan Substansi Penguatan
Terhadap Visi-
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Dengan Nilai-Nilai Nilai
Misi
ANEKA Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

1 Melakukan a. Berkonsultasi a. Konsultasi Akuntabilitas Kontribusi misi Penguat


konsultasi dengan Kepala berjalan dengan Melaksanakan kegiatan 1.Memberikan nilai:
dengan Puskesmas baik dengan penuh tanggung pelayanan 1.Inovatif
Kepala secara sopan jawab prima kepada 2. manfaat
puskesmas terkait rencana Etika Publik masyarakat 3.Amanah
tentang metode Bekonsultasi dengan 2.Meningkatkan 4.Normatif
metode Triase( pengelo sopan profesionalisme
triase( penan mpokan pasien Nasionalisme SDM
gann pasien
61

sesuai berdasarkan Mendengarkan dengan


kegawatan) keparahan) baik.

b. mentor b.Mendapatkan Nasionalisme


memberikan pengarahan berkonsultasi dengan
pengarahan dari mentor musyawarah mufakat
Etikapublik
mendengarkan
pengarahan dengan baik
dan sopan
2. Menelaah a.Mendapatkan Akuntabilitas meminta
a. Meminta data Kontribusi misi Penguat
SOP tentang Sop sop dengan penuh
Sop pada 1.Memberikan nilai:
Triase(Pena tanggung jawab
penanggung pelayanan 1.Inovatif
nganan Nasionalisme adanya
jawab Ugd prima kepada 2. manfaat
pasien kerjasama dengan
masyarakat 3.Amanah
sesuai penangung jawab Ugd
4.Normatif
dengan Anti korupsi
Meminta dengan jujur
62

tingkat Etika public meminta 2.Meningkatkan


kegawatan) b.Mempelajari b.Sop sudah data dengan sopan profesionalisme
Materi Sop tentang benar dan SDM
penanganan sesuai. Komitmen mutu
pasien sesuai adanya materi sop
tingkat Akuntabilitas penuh
kegawatan(Triase) tanggungjawab

c. Konsultasi c.Kepala Akuntabilitas.


dengan mentor Puskesmas Berkonsultasi dengan
tentang SOP menyetujui sop penuh tanggung jawab
penanganan Antikorupsi.
pasien sesuai Berkonsultasi dengan
tingkat jujur
kegawatan/Triase Etika Publik
berkonsultasi dengan
sopan
63

Komitmen mutu Adanya


kesepakatan

d. Mencetak Sop d.Sop sudah Komitmen mutu.


dapat diterapkan Dengan adanya sop
maka metode
penenganan pasien
sesuai kegawatan dapat
dilakukan.
Nasionalisme. Bisa
bermanfaat bagi pasien
64

3 Membuat a. Menyiapkan a. Mempunyai Akuntabilitas


garis konsep konsep materi Menyiapkan materi Kontribusi misi Penguat nilai:
Triase(Garis rancangan dengan penuh tanggung 1.Memberikan 1.Inovatif
warna sesuai materi jawab pelayanan 2. manfaat
kegawatan Komitmen mutu prima kepada 3.Amanah
pasien) menyiapkan materi masyarakat 4.Normatif
dengan benar 2.Meningkatkan
profesionalisme
SDM

b. Berkonsultasi Akuntabilitas
b. Kepala
dengan Kepala Berkonsultasi dengan
puskesmas
Puskesmas penuh tanggung jawab
menyetujui
Rancanga
65

c.Menyiapkan c. Tersedianya Etika public


bahan rancangan bahan berkonsultasi dengan
rancangan sopan.
Komitmen mutu
berkonsultasi dengan
musyawarah mufakat.

d. Melaksanakan d.Garis triase Anti korupsi


Pembuatan garis terbentuk sesuai ketersediaan bahan
triase(garis prosedur dengan jumlah yang
penentu sesuai,jujur.
penanganan Komitmen mutu Bahan
pasien yang berkualitas
berdasarkan
kegawatan)
66

4. Mengajukan a. Konsultasi a. Kepala Komitmen mutu Kontribusi misi


Penguat nilai:
pengadaan dengan Kepala Puskesmas Terbentuknya garis 1.Memberikan
1.Inovatif
pita tanda Puskesmas menyetujui triase dengan baik pelayanan
2. manfaat
Triase(merah pembelian pita Akuntabilitas prima kepada
3.Amanah
untuk pasien triase melaksanakan penuh masyarakat
4.Normatif
gawat tanggungjawab 2.Meningkatkan
darurat, profesionalisme
kuning untuk b.Memasukkan b.Pengadaan pita Etika public SDM
pasie gawat pengadaan pita triase masuk Berkonsultasi dengan
tidak darurat Triase dalam dalam anggaran ramah dan sopan
hijau untuk anggaran BLUD BLUD Komitmenmutu adanya
pasien tidak pengajuan pita triase.
gawat tidak
darurat)

c.Pembelian Pita c. Tersedianya pita Antikorupsi melakukan


Triase triase. pengadaan dengan jujur
67

Nasionalisme adanya
kesepakatan
WOG adanya kerja
sama dengan
pengadaan barang

Penguat nilai:
5. Mengajukan a. Konsultasi a.Kepala Anti korupsi Kontribusi misi
1.Inovatif
usulan dengan Kepala Puskesmas melaksanaan Konsultasi 1.Memberikan
2. manfaat
adanya Puskesmas menyetujui dengan jujur pelayanan
3.Amanah
perluasan pengajuan Akuntabilitas membeli prima kepada
4.Normatif
ruang Ugd. perluasan ruang pita dengan penuh masyarakat
Ugd. tanggung jawab. 2.Meningkatkan
Komitmen mutu profesionalisme
Tersedianya pita triase SDM
68

b.Mengajukan b. Anggaran Akuntabilitas


anggaran dana perubahan berkonsultasi dengan
perubahan BLUD disetujui penuh Tanggung jawab
untuk perluasan Etika Publik
Ugd berkonsultasi dengan
sopan dan ramah

Penguat nilai:
6 Sosialisasi a.Berkoordinasi a. Dapat Anti korupsi Kontribusi misi
1.Inovatif
kepada dengan berkoordinasi mengajukan dana 1.Memberikan
2. manfaat
Petugas Ugd coordinator Ugd dengan baik anggaran dengan jujur. pelayanan
3.Amanah
tentang Rawat Inap prima kepada
4.Normatif
penggunaan masyarakat
Metode 2.Meningkatkan
Triase(penent profesionalisme
uan SDM
penangan
pasien sesuai
69

tingkat b. Membuat jadwal b. Adanya jadwal Akuntabilitas


keparahan) dan undangan sosialisasi dan berkoordinasi dengan
Pelaksanaan undangan penuh tanggung jawab
sosialisasi
c. Menyiapkan c. adanya daftar Akuntabilitas Membuat
daftar hadir untuk hadir jadwal dengan penuh
petugas tanggung jawab
Nasionalisme adanya
kerjasama

Penguat nilai:
7. Evaluasi a. Menanyakan a.Petugas paham Etika public bertanya Kontribusi misi
1.Inovatif
Kegiatan pemahaman tentang triase dengan sopan 1.Memberikan
2. manfaat
petugas tentang Nasionalisme adanya pelayanan
3.Amanah
pelaksanaan kerjasama prima kepada
4.Normatif
triase masyarakat
2.Meningkatkan
b.Menyusun laporan b.Laporan Akuntabilitas penuh profesionalisme
hasil pelaksanaan tersusun dengan tanggung jawab SDM
baik
70

B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Setelah dilakukan pemecahan isu menjadi kegiatan dan menyusun tahapan kegiatan, maka diperlukan jadwal kegiatan
dalam rangka pelaksanaan aktualisasi dan habituasi di UPTD Puskesmas Tanon 1, sehingga kegiatan aktualisasi dan
habituasi dapat berjalan dengan baik dan maksimal, adapun jadwal kegiatan yang telah disusun tercantum dalam tabel
berikut ini:
71

Tabel 4.2. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Tanggal Pelaksanaan
No Kegiatan Juni Juli
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 10 20 21 22 23 24
Konsultasi dengan Mentor
1
terkait dengan Habituasi.
Menelaah SOP tentang
Triase(Penanganan pasien
2
sesuai dengan tingkat
kegawatan)
Membuat garis Triase(Garis
3 warna sesuai kegawatan
pasien)

Mengajukan pengadaan pita


4
tanda Triase
Mengajukan usulan adanya
5
perluasan ruang Ugd.

Sosialisasi kepada Petugas


6 Ugd tentang penggunaan
Metode

Evaluasi Pelaksanaan
7
72

C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN yang dilaksanakan di


institusi tempat kerja, tidak dapat dipungkiri dalam pelaksanaan kegiatan
yang telah direncanakan menemui hambatan dan kendala sehingga
kegiatan yang telah direncanakan kurang optimal, oleh karena itu untuk
menghadapi berbagai kendala yang mungkin terjadi diperlukan antisipasi
agar hambatan yang mungkin terjadi dapat diminimalisir. Antisipasi dalam
menghadapi hambatan dan kendala selama kegiatan aktualisasi dapat
diuraikan lebih lanjut pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

Antisipasi mengatasi
No Kegiatan Asumsi kendala
kendala

1 Konsultasi dengan Mentor tidak ada di Melakukan koordinasi


Mentor terkait Puskesmas dengan Mentor terkait waktu
dengan Habituasi. (Sedang dinas dan tempat berkonsultasi
luar)
2 Menelaah SOP Pemahaman yang Melakukan pembelajaran
TRIASE(Metode berbeda-beda ulang secara bersama sama
penanganan pasien antara petugas
sesuai Kegawatan)
3 Membuat Garis Kesulitan dalam Berkoordinasi dengan
TRIASE(Garis membuat desain bagian penanggung jawab
penentu Ugd
berdasarkan
kegawatan pasien)
4 Mengajukan Tidak disetujui Meyakinkan kembali tentang
Pengadaan Pita Oleh Kepala pentingnya pengadaan
tanda Triase(merah Puskesmas tersebut
untuk gawat
darurat,kuning untuk
gawat tidak
darurat,hijau tidak
gawat tidak darurat)
5 Mengajukan usulan Tidak disetujui Meyakinkan kembali
Oleh Kepala pentingnya perluasan Ugd
adanya perluasan
Puskesmas untuk menunjang
ruang Ugd. pengoptimalan pelayanan.
73

Antisipasi mengatasi
No Kegiatan Asumsi kendala
kendala

6. Sosialisasi kepada Kurang Kolaborasi dengan


Petugas Ugd antusiasnya Koordinator Ugd Rawat Inap
tentang petugas untuk
penggunaan mengikuti
Metode Triase sosialisasi
7. Evaluasi Kegiatan Ada beberapa Konsultasi kembali dengan
kegiatan yang Kepala puskesmas.
tidak sesuai
rencana

Anda mungkin juga menyukai