Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Penggunaan istilah triase ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase modern
yang berkembang meniru konsep pada jaman Nopoleon dimana baron Dominique Jean
Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara Napoleon, mengembangkan
dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada
tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan pada mereka. System tersebut
memberikan perawatan awal pada luka ketika berada dimedan peran kemudian tentara
diangkut kerumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Lerry
menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di Medan perang hingga
perang usai baru kemudian diberikan perawatan. Pada tahun 1946, Jhon Wilson memberikan
kontribusi lanjutan bagi filosofi triase. Dia mencatat bahwa, untuk penyelamatan hidup
melalui tindakan pembedahan akan efektif bila dilakukan pada pasien yang lebih
memerlukan, pada perang dunia I pasien akan dipisahkan di pusat pengumpulan korban yang
secara langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai.
Pada perang dunia II diperkenalkan pendekatan triase dimana korban dirawat pertama
kali di lapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk perawatan
yang lebih baik. Pengelompokan pasien dengan tujuan untuk membedakan prioritas
penanganan dalam medan perang pada perang dunia I, maksud awalnya adalah untuk
menangani luka yang minimal pada tentara sehingga dapat segera kembali kemedan perang.
Penggunaan awal kata “ trier” mengacu pada penampisan screening di medan perang. Kini
istilah tersebut lazim digunakan untuk mengambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat
dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efesien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan
pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Plbagi system triase mulai
dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang telah
melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera. Tujuan
triage adalah memilih atau menggolongkan semua pasien UGD dan menetapkan prioritas
penanganan.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini dibuat sebagai acuan dan dasar bagi pelaksanaan dan penanganan pasien
secara triase dengan memperhatikan prioritas dan keselamatan pasien. Dipuskesmas Tebing
Bulang sendiri pedoman ini digunakan sebagai acuan satu-satunya bagi pelayanan pasien
gawat darurat.

C. Sasaran pedoman
Sasaran bagi pedoman ini digunakan untuk menentukan prioritas dan menentukan
pilihan dan jenis pelayanan bagi pasien sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya dan
memprioritaskan penanganan pertama kegawat daruratan.
Sasaran bagi pedoman ini tidak dibatasi usia dan jenis kelamin dan hanya digunakan
untuk menentukan penanganan pertama dan tingkat kegawat daruratan yang masi
diprioritaskan terlebih dahulu, jenis penyakit berdasarkan pedoman ini hanya dibataskan pada
jenis penyakit yang bersipat kegawat daruratan.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Panduan triase ini hanya berlaku pada pasien yang datang ke UGD Puskesmas Tebing
Bulang:
1. Didalam Puskesmas
Semua pasien yang datang akan dilakukan Triase oleh dokter jaga UGD atau Perawat
Kompeten untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang sesuai dengan ke Gawat
Daruratan
2. Dalam keadaan Bencana
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari luar
Puskesmas.

E. Batasan Operasional
Triase adalah penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan masalah yang
terjadi pada pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Memprioritaskan kasus yang benar – benar Gawat Darurat ( true emergency) dengan
tepat dan cepat (life saving).
Bila terjadi bencana baik dari dalam maupun dari luar Puskesmas Tebing Bulang,
dimana pasien yang datang lebih dari 10 orang dalam waktu yang bersamaan, maka kriteria
Triase berdasarkan kemungkinan hidup pasien yang lebih besar.

B. Disteribusi ketenagaan

No Nama Pendidikan Jabatan Pelatihan Usulan


terakhir yang diikuti Pelatihan
1. Arapik D.III Ka UGD PPGD

2. Bendi irawan D.III Staf UGD PPGD,BCLS,


BTCLS
3. Qomala dewi D.III Staf UGD PPGD,BCLS,
BTCLS
4. Surliah SPK Staf UGD PPGD,BCLS,
BTCLS
5. Neni Hayana D.III Staf UGD BTCLS PPGD,BCLS

6. Yenny stefianie D.III Staf UGD PPGD,BCLS BTCLS

C. Jadwal Kegiatan
Setiap pelayanan triase dilakukan bila ada pasien yang membutuhkan pelayanan triase
yang bersipat kegawat daruratan, Tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
No Jenis Peralatan Jumlah Minimum
Peralatan
I.Set Tindakan Medis/Gawat Darurat
1. Baki logam tempat alat steril tertutup 3 buah
2. Collar Brace/Neck Collar anak 1 buah
3. Collar Brace/Neck Collar dewasa 1 buah
4. Corong telinga/Spekulum telinga ukuran 1set
kecil, besar, sedang
5. Doppler 1 buah
6. Dressing Forceps 1 buah
7. EKG* 1 buah
8. Emesis Basin/ Nierbeken besar 3 buah
9. Forceps Aligator 3 buah
10. Forceps Bayonet 2 buah
11. Guedel Airway (Oropharingeal Airway) 3 buah
12. Gunting bedah standar, lengkung 3 buah
13. Gunting bedah standar, lengkung, ujung 3 buah
tajam/tajam
14. Gunting bedah standar, lengkung, ujung 3 buah
tajam/tumpul
15. Gunting bedah standar, lengkung, ujung 3 buah
tumpul/tumpul
16. Gunting bedah standar, lurus ujung 3 buah
tumpul/tumpul
17. Gunting bedah standar, lurus, ujung 3 buah
tajam/tajam
18. Gunting bedah standar, lurus, ujung 3 buah
tajam/tumpul
19. Gunting pembalut 1 buah
20. Gunting pembuka jahitan lurus 3 buah
21. Handle kaca laring 1 buah
22. Handle kaca nasopharing 1 buah
23. Hooked probes 1 buah
24. Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 buah
25. Kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6 1 buah
26. Kait dan kuret serumen 1 buah
27. Kanula hidung anak 1 buah
28. Kanula hidung dewasa 1 buah
29. Klem arteri 14 cm (Kocher) 3 buah
30. Klem arteri, 12 cm lengkung, dengan gigi 3 buah
1x2 (Halstead-Mosquito)
31. Klem arteri, 12 cm lengkung, tanpa gigi 3 buah
(Halstead-Mosquito)
32. Klem arteri, 12 cm lurus, dengan gigi 1x2 3 buah
(Halstead-Mosquito)
33. Klem arteri, 12 cm lurus,tanpa gigi 3 buah
(Halstead-Mosquito)
34. Klem arteri, lurus (Kelly) 3 buah
35. Klem/pemegang jarum jahit, 18 cm 3 buah
(MayoHegar
36. Korentang, lengkung, penjepit alat steril 2 buah
(23 cm)
37. Korentang, penjepit sponge 2 buah
38. Kursi roda 1 buah
39. Lampu kepala 1 buah
40. Laringoskop anak 1 buah
41. Laringoskop dewasa 1 buah
42. Laringoskop neonatus bilah lurus 1 buah
43. Magill Forceps 3 buah
44. Nebulizer 1 buah
45. Otoskop 1 buah
46. Palu reflex 1 buah
47. Pinset alat, bengkok (Remky) 3 buah
48. Pinset anatomis, 14,5 cm 3 buah
49. Pinset anatomis, 18 cm 3 buah
50. Pinset bedah, 14,5 cm 3 buah
51. Pinset bedah, 18 cm 3 buah
52. Pinset epilasi 1 buah
53. Pinset telinga 1 buah
54. Pinset insisi Hordeolum/ Chalazion 1 buah
55. Resusitator anak-anak & sungkup 1 buah
56. Resusitator dewasa & sungkup 1 buah
57. Resusitator neonatus & sungkup 1 buah
58 Retraktor, pembuka kelopak mata 1 buah
59. Semprit gliserin 1 buah
60. Silinder korentang steril 1 buah
61. Skalpel, tangkai pisau operasi 3 buah
62. Spalk 1 buah
63. Spekulum hidung 1 buah
64. Spekulum mata 1 buah
65. Sphygmomanometer untuk anak 1 buah
66. Sphygmomanometer untuk dewasa 1 buah
67. Stand lamp untuk tindakan 1 buah
68. Standar infus 2 buah
69 Steteskop anak 1 buah
70. Steteskop dewasa 1 buah
71. Steteskop janin/Laenac 1 buah
72. Sudip lidah logam/Spatula lidah logam 4 buah
panjang 12 cm
73. Sudip lidah logam/Spatula lidah logam 4 buah
panjang 16,5 cm
74. Tabung oksigen dan regulator 1 buah
75. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya 1 buah
76. Termometer anak 1 buah
77. Termometer dewasa 1 buah
78. Timbangan anak 1 buah
79. Timbangan dewasa 1 buah
80. Tissue Forceps 1 buah
81. Torniket karet 1 buah
82. Usungan (brankar ) 1 buah
II. Bahan Habis Pakai
1. Abocath/wing needle No. 20 Sesuai kebutuhan
2. Abocath/wing needle No. 23 Sesuai kebutuhan
3. Abocath/wing needle No. 26 Sesuai kebutuhan
4. Abocath/wing needle No. 18 Sesuai kebutuhan
5. Alkohol 1 botol
6. Anestesi topikal tetes mata 1 botol
7. Benang chromic catgut Sesuai kebutuhan
8. Benang silk Sesuai kebutuhan
9. Cairan desinfektan/Povidone Iodine 1 botol
10. Disposable syringe 1 cc Sesuai kebutuhan
11. Disposable syringe 10 cc Sesuai kebutuhan
12. Disposable syringe 2,5 - 3 cc Sesuai kebutuhan
13. Disposable syringe 5 cc Sesuai kebutuhan
14. Disposable syringe 50 cc Sesuai kebutuhan
15. Endotracheal tube ( ETT ) 2.5 1 buah
16. Endotracheal tube ( ETT ) 3 1 buah
17. Endotracheal tube ( ETT ) 4 1 buah
18. Goggle 1 buah
19 Infus set/ intra vena set dewasa Sesuai kebutuhan
20. Infus set/intra vena set anak Sesuai kebutuhan
21. Jarum jahit untuk operasi mata, ½ Sesuai kebutuhan
lingkaran
22. Jarum jahit, lengkung, ½ lingkaran Sesuai kebutuhan
penampang segitiga
23. Jarum jahit, lengkung, ½ lingkaran, Sesuai kebutuhan
penampang bulat
24. Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran Sesuai kebutuhan
penampang segitiga
25. Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran, Sesuai kebutuhan
penampang bulat
26. Kapas Sesuai kebutuhan
27. Kasa non steril Sesuai kebutuhan
28. Kasa steril Sesuai kebutuhan
29. Kateter Foley ukuran 5-8 French 2 buah
30. Kateter karet No. 10 (Nelaton) Sesuai kebutuhan
31 Kateter karet No. 12 (Nelaton) Sesuai kebutuhan
32. Kateter karet No. 14 (Nelaton) Sesuai kebutuhan
33. Lubricant gel 1 tube
34. Masker wajah Sesuai kebutuhan
35. Micropore surgical tape Sesuai kebutuhan
36. Mucous suction, silikon Nomor 8 dan 10 Sesuai kebutuhan
37. Nasogastric Tube/selang lambung ( 3,5,8 ) Sesuai kebutuhan
38. Pelilit kapas/Cotton applicator Sesuai kebutuhan
39. Sabun tangan atau antiseptic 1 botol
40. Sarung tangan non steril Sesuai kebutuhan
41. Sarung tangan steril Sesuai kebutuhan
42. Selang karet untuk anus Sesuai kebutuhan
43. Skapel, mata pisau bedah besar 1 box
44. Skapel,mata pisau bedah kecil 1 box
45. Verban elastic Sesuai kebutuhan
46. Water based gel untuk EKG dan Doppler 1 tube
III. Perlengkapan
1 Bak instrument tertutup 2 buah
2 Bantal 1 buah
3 Celemek plastic 1 buah
4 Dorongan tabung oksigen dengan tali 1 buah
pengaman
5 Duk bolong, sedang 2 buah
6 Jam/timer 1 buah
7 Kain balut segitiga ( mitella ) 5 buah
8 Kasur 1 buah
9 Kotak penyimpan jarum bekas 2 buah
10 Lemari alat 1 buah
11 Lemari oba 1 buah
12 Mangkok untuk larutan 2 buah
13 Meja instrumen/alat 1 buah
14 Perlak plastic 2 buah
15 Pispot 2 buah
16 Sarung bantal 2 buah
17 Seprei 2 buah
18 Sikat tangan 2 buah
19 Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah
20 Stop Watch 1 buah
21 Tempat sampah tertutup yang dilengkapi 1 buah
dengan injakan pembuka penutup
22 Toples kapas/Kasa steril 2 buah
23 Tromol kasa/Kain steril 25 X 120 mm 1 buah
24 Waskom bengkok 4 buah
25 Waskom cuci 2 buah
IV. Meubelair
1 Kursi kerja 3
2 Meja tulis ½ biro 1
3 Lemari arsip 1
V. Pencatatan & Pelaporan
1 Buku register pelayanan Sesuai kebutuhan
2 Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai Sesuai kebutuhan
kebutuhan pelayanan yang diberikan
3 Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan
4 Formulir rujukan Sesuai kebutuhan
5 Formulir rujukan Sesuai kebutuhan
6 Surat Keterangan Sakit Sesuai kebutuhan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Mengindentifikasi kondisi mengancam nyawa pasien selanjutnya untuk menetapkan
tingkat atau drajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triase
tenaga kesehatan akan mampu menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat
kepada pasien.
Menetapkan area yang paling tepat unntuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
mempasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan /
pengobatan gawat darurat system triase dipengaruhi oleh jumlah tenaga propesional dan pola
ketenagaan jumlah kunjungan pasien.
B. Metode
Triage dilakukan oleh seorang dokter, bila kondisi tidak memungkinkan triase
dilakukanoleh perawat UGD yang telah dilatih untuk menyeleksi pasien sesuai dengan
prioritas kegawat daruratannya. Dokter dan perawat harus terlatih dan menguasai system
triase ini sebelum bertugas di UGD.
Sumber daya di UGD adalah perawat/petugas penunjang/alat medis/alat penunjang
yang dibutuhkan oleh dokter dalam melakukan life sarving serta untuk menentukan
penegakan diagnose, apakah pasien perlu tindakan/pengobatan segera, observasi, dirawat,
dirujuk, ataupun dapat dipulangkan. Kriteria yang masuk sumber daya dan bukan sumber
daya adalah:
SUMBER DAYA BUKAN SUMBER DAYA
Laboratorium (darah,urine) Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit
EKG, pemeriksaan x ray, CT scan, MRI, 1.pemeriksaan penunjang
USG.
Pemasangan infust untuk rehidrasi atau Pemasangan infust untuk akses intra vena
resusitasi sebelum rawat inap
Pemberian obat melalui intravena, Pemberian obat peroral,imunisasi tetanus,
intramuscular, dan nebulizer pemulangan resep
Penanganan prosedur sederhana= 1 sumber Rawat luka sederhana (ganti verban, control
daya (repair luka, pemasangan foley cateter) luka)
Penanganan prosedur komplek = 2 sumber Pemasangan kruk,splint, sling pada praktur
daya (sedasi sedang dalam, intubasi
endotracheal)

C. Langkah Kegiatan

Memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan
prioritas ABCDE yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaangawat darur
at medik. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yangtiba / berada ditemp
at dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat beruba.
Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukan triase.
Tada kegawat daruratan, konsep ABCD:Airway. Apakah jalan napas bebas?Sumbatan jalan n
apas (stridor) Breathing. Apakah
ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada, merintih, sianosis)
Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat dan lema)
Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang
(Convulsion) atau gelisah (Confusion)? Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada ana
dengan diare (lemah, mata cekung, turgor menurun)
Triase harus mencatat tanda vital, perjalanan penyakit pra RS, mekanisme cedera, usiadan ke
adaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuan
yang mengharuskan peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usia ekstrim,
cedera neurologis berat, tanda vital tidak stabil,
dan kelainan jatung‐paru yang diderita sebelumnya.
Survei primer membantu menentukan kasus mana yang harus diutamakan dalam satu
kelompok triase (misal pasien obstruksi jalan nafas dapat perhatian lebih dibanding
amputasi traumatik yang stabil). Di UGD, disaat menilai pasien, saat bersamaan juga
dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilka
n pasien berkurang. Di institusi kecil, pra RS, atau bencana,
sumber daya dan tenaga tidak memadai hingga berpengaruh pada sistem triase.
Tujuan triase berubah menjadi bagaimana memaksimalkan jumlah pasien yang bisa diselamat
kan sesuai dengan kondisi. Proses ini berakibat pasien cedera serius harus
diabaikan hingga pasien yang kurang kritis distabilkan.
Triase dalam keterbatasan sumber daya sulit dilaksanakan dengan baik. Saat ini tidak
ada standar nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara
METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START.
BAB V
LOGISTIK

No Nama Alat
1. Baki logam tempat alat steril tertutup
2. Toples kapas/Kasa steril
3. Tromol kasa/Kain steril 25 X 120 mm
4. Waskom bengkok
5. Waskom cuci
6. Sphygmomanometer untuk anak
7. Sphygmomanometer untuk dewasa
8. Stand lamp untuk tindakan
9. Standar infus
10 Steteskop anak
11. Steteskop dewasa
12. Steteskop janin/Laenac
13. Sudip lidah logam/Spatula lidah logam panjang 12 cm
14. Sudip lidah logam/Spatula lidah logam panjang 16,5 cm
15. Tabung oksigen dan regulator
16. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya
17. Termometer anak
18. Termometer dewasa
19. Timbangan anak
20. Timbangan dewasa
21. Tissue Forceps
22. Torniket karet
23. Usungan (brankar )
24. Klem arteri 14 cm (Kocher)
25. Klem arteri, 12 cm lengkung, dengan gigi 1x2 (Halstead-
Mosquito)
26. Klem arteri, 12 cm lengkung, tanpa gigi (Halstead-Mosquito)
27. Klem arteri, 12 cm lurus, dengan gigi 1x2 (Halstead-Mosquito)
28. Klem arteri, 12 cm lurus,tanpa gigi (Halstead-Mosquito)
29. Klem arteri, lurus (Kelly)
30. Klem/pemegang jarum jahit, 18 cm (MayoHegar
31. Korentang, lengkung, penjepit alat steril (23 cm)
32. Korentang, penjepit sponge
33. Kursi roda
34. Lampu kepala
35. Laringoskop anak
36. Laringoskop dewasa
37. Laringoskop neonatus bilah lurus
38. Magill Forceps
39. Nebulizer
40. Otoskop
41. Palu reflex
42. Pinset alat, bengkok (Remky)
43. Pinset anatomis, 14,5 cm
44. Pinset anatomis, 18 cm
45. Pinset bedah, 14,5 cm
46. Pinset bedah, 18 cm
47 Pinset epilasi
48. Pinset telinga
49. Pinset insisi Hordeolum/ Chalazion
50. Resusitator anak-anak & sungkup
51. Resusitator dewasa & sungkup
52. Resusitator neonatus & sungkup
53. Guedel Airway (Oropharingeal Airway)
54. Gunting bedah standar, lengkung
55. Gunting bedah standar, lengkung, ujung tajam/tajam
56. Gunting bedah standar, lengkung, ujung tajam/tumpul
57. Gunting bedah standar, lengkung, ujung tumpul/tumpul
58. Gunting bedah standar, lurus ujung tumpul/tumpul
59. Gunting bedah standar, lurus, ujung tajam/tajam
60. Gunting bedah standar, lurus, ujung tajam/tumpul
61. Gunting pembalut
62. Gunting pembuka jahitan lurus
63. Doppler
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
Keselamatan pasien adalalah mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menguraikan tentang solusi atas consensus berbasis bukti dan keahlian terhadap
permasalahan ini.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dalam melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi. Petugas kesehatan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular
dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut setiap petugas harus
menerapkan prinsip “ Universal Precaution”.
 Tindakan yang beresiko terpanjang
a. Cuci tangan yang kurang benar
b. Menggunakan sarung tangan yang kurang tepat
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi kurang tepat
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
 Prinsif keselamatan kerja
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolah alat kesehatan bebas pakai.
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Tebing Bulang dalam memberikan
pelayanan IGD adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan variable
jumlah penderita yang dilayani < 5 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat
hari yang sama dan jumlah kematian pasien di IGD.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format
tersendiri dan di evaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.
BAB IX
PENUTUP
Dalam menyusun buku pedoman pelayanan Triase ini jauh dari sempurna, untuk itu
masukan dan saran sangat diharapkan untuk mengisi kekurangan-kekurangan yang ada, dan
perbaikan-perbaikan isi buku pedoman ini.
Semoga buku ini dapat menjadi pedoman bagi setiap orang yang terlibat dalam
pelayanan gawat darurat.

Anda mungkin juga menyukai