PENDAHULUAN
menjamin terbukanya akses dan peluang bagi seluruh elemen masyarakat. Dalam
proses ini, tidak tercapainya cita-cita demokrasi dapat diakibatkan oleh perlakuan
yang diskriminatif ataupun tindakan dari mereka yang dominan baik secara
konsekusensi logis dari suatu pandangan yang bias dan posisi asimetris dalam
relasi sosial.
pihak yang termarginalisasi. Hingga saat ini diskriminasi berbasis pada gender
demokrasi telah dianggap sudah tercapai. Dalam konteks ini, kaum perempuanlah
yang paling utama dalam proses perubahan sosial. Hal ini terutama sejauh
menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih
sudah begitu lama mengalami diskriminasi dan kekerasan dalam segala bidang
perempuan. Segala usaha juga telah lama diperjuangkan untuk melindungi hak
asasi perempuan dan kebebasan bagi perempuan, namun sampai dewasa ini
Bangsa masalah perlindungan hak asasi perempuan sudah sangat dipahami antara
lain melalui Deklarasi Beijing Platform, pada tahun 1995 yang melahirkan
khususnya perlindungan hukum terhadap hak asasi perempuan, baik dalam bentuk
budaya yang menetapkan perempuan pada peran ibu dan istri merupakan
seharusnya tertanam dala diri setiap manusia. Jadi tidak selayaknya hanya karena
perbedaan gender maka berbeda perlakuan terhadap mereka yang dalam hal ini
adalah kaum perempuan. Apabila dikaji lebih mendalam lagi, tentu dapat
ataupu luntur termakan oleh berbagai kepentingan yang tidak memperdulikan hak
perempuan.
Untuk dapat lebih jelas memahami hal ini, dalam studi perempuan dan
dalam analisis tentang isu-isu hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam
Oleh sebab itu, sudah seharusnya keberpihakan kepada orang yang hak-
haknya terpinggirkan mutlak diperlukan. Ini merupakan suatu upaya agar dapat
tersebut bahwa setiap orang harus kembali ke posisi aslinya, posisi dimana setiap
'emansipasi' di tahun 1950-1960-an. Setelah itu tahun 1963 muncul gerakan kaum
dihasilkan dari konferensi PBB tahun 1975, dengan tema Women In Development
dilakukan baik secara individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup
1
Uzair Fauzan dan Heru Prasetio, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar, Jakarta, 2006, hal. 6.
B. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang
Internasional?
Indonesia?
adalah :
Internasional.
hukum Indonesia.
1. Manfaat Teoritis.
2. Manfaat Praktis.
D. Keaslian Penulisan.
penulisan yang sudah ada membahas tentang persamaan gender dan diskriminasi
Perbedaan antara konsep seks dan gender tentu sangat diperlukan dalam
persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini tentu tidak
domain yang tidak relevan. Menurut kaum feminis, seharusnya tidak ada alasan
tegas. Maka sebagai hasil konstruksi sosial, gender tidak bersifat alami dan
sebagai konstruksi budaya, belakangan ini secara tajam berlawanan dengan jenis
2
Penelope Eckert and Sally McConnell-Ginet, Gender Analysis in Development, 2003,
hal. 10.
gender sendiri adalah budaya yang sifatnya transnasional dan dipaksakan untuk
Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak
didasarkan atas perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipisahkan
bahwa yang dimaksud dengan gender adalah pemilahan peran dan fungsi antara
Padahal semestinya berperan di mana pun, boleh jadi merupakan konstruksi sosial
adalah pilihan hidup yang tidak seharusnya dicampuri oleh pihak mana pun.
Gender sebagai pemaknaan sosial yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan
3
Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Malang, 2002, hal. 5.
4
Briyan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St. Paul,
Minn, 1999, hal. 691.
lintas bangsa.
perempuan dan laki-laki memiliki hak dan dan kesempatan yang sama untuk
sifat biologis. 5
oleh masyarakat, selama tidak menimbulkan kerugian mendasar dari salah satu
jenis kelamin.
perempuan yang dimana setiap perempuan pada jaman sekarang banyak sekali
kalangan, kelompok, atau individu, yaitu untuk ikut serta dalam menjalankan
suatu pemerintahan, namun tetap ada anggapan bahwa perempuan masih belum
bagi perempuan untuk bisa ikut serta dalam suatu pemerintahan. sehingga para
5
Holzsner, Pendekatan-pendekatan Dasar Dalam Analisis Gender, Malang, 2004, hal.
17.
besar hanya bisa menjadi ibu rumah tangga ataupun menjadi pembantu rumah
Isu mengenai gender sesungguhnya sudah cukup tua. Plato yang hidup
kurang lebih 300 tahun SM, sudah berbicara tentang kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan. Yang digunakan sebagai dasar pijakan perbincangan, dari dulu
hingga saat ini masih sama, yaitu menuntut agar dibangun kesetaraan dan
keadilan. Berbagai pihak memandang atau paling tidak merasakan bahwa selama
Bahkan di antara orang yang paling dekatpun, yaitu antara laki-laki dan
perempuan masih terjadi. Perempuan dalam banyak kasus masih diposisikan pada
ditinggalkan, kurang diberi hak dan wewenang yang cukup dan bahkan
selama ini.
memperoleh rasa keadilan itu, dan sebaliknya betapa mudahnya kita dapat
tidak saja bersumber dari adanya perbedaan status antara laki-laki dan perempuan,
tetapi juga terhadap berbagai kategori dalam berbagai komunitas lainnya. Kita
dapat melihat misalnya bahwa ketidakadilan itu antara yang terdidik dengan yang
tak terdidik, antara yang lemah dengan yang kuat, antara buruh dan majikan,
dalam peran yang subordinatif, maka peran laki-laki selalu lebih dominan
dibandingkan peran yang diambil oleh kaum perempuan. Dalam hubungan inilah
laki.
konsep kesetaraan gender yang menyatakan bahwa jika hak dan kesempatan
perempuan dan laki-laki tidak berada dalam kedudukan atau posisi yang setara
atau sama, maka perempuan akan dieksploitir secara terus menerus. Hal inilah
yang hingga saat ini dianut dan mengkristal dalam sistem sosial budaya di
masyarakat.
dengan bagaimana mereka bisa keluar dari anggapan yang menyebutkan bahwa
menunjukkan bahwa mereka dapat menempati kededukan yang selama ini juga
tidak mungkin apabila wujud dari hasil kerjanya dapat melebihi hasil kerja yang
selama ini dijalankan oleh laki-laki. Dapat dikatakan bahwa yang dibutuhkan oleh
kaum perempuan adalah kesempatan, yang jika diberikan maka mereka akan
ataupun kerja yang lebih nyata, termasuk itu ke dalam ranah hukum dan politik
yang sama untu dapat memberikan aspirasi dan gagasan dengan aktif sebagai
asasi manusia yang berlaku secara universal. Dengan kemampuan dan dedikasi
yang diemban, maka akan dapat terlihat jelas kontribusi yang mereka berikan
6
Surya Darma, Implementasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Penelitian
Perspektif Gender, makalah Training of Trainers (TOT) Metode Penelitian Perspektif gender Bagi
Perguruan Tinggi, Jakarta, Direktorat Pembinaan, Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat,
2003, hal. 23.
pembangunan. Hal ini dalam rangka menciptakan kesempatan kerja yang seluas-
mampu mengembangkan diri secara optimal dalam setiap aspek, baik itu di
7
UN, Millennium Development Goals 2015, diadopsi 189 negara anggota-nya pada tahun
2000.
dapat memberi dampak terhadap orang ataupun lingkungan, maka demikian pula
diletakkan pada fondasi efisiensi. Hai ini adalah gagasan yang sudah sekian lama
dikembangkan oleh World Bank (Bank Dunia) dan orang-orang dengan HIV
mereka sering lebih efisien dan setia terhadap “komitmen kerja” dibanding laki-
laki. 9
konteks perspektif gender yaitu “Perempuan dan Pembangunan” atau Women and
ini lebih menekankan kepada orientasi hubungan sosial yaitu antara laki-laki dan
dalam konstruksi sosial gender serta pemberian peran tertentu pada perempuan
posisi perempuan. Dengan kata lain, laki-laki juga harus memikirkan nasib kaum
perempuan, sehingga hal inilah yang dapat diartikan sebagai hubungan gender.
masyarakat.
F. Metode Penelitian.
1. Bentuk Penelitian
skripsi ini yaitu dengan metode penelitian hukum normatif atau yang
lainnya.
G. Sistematika Penulisan.
penulis dalam mengkaji dan menelaah isi dari skripsi ini, maka penulis perlu
BAB I : PENDAHULUAN
skripsi ataupun konsepsi umum dari skripsi yang dimulai dari latar
INTERNASIONAL
Di dalam bab ini dibahas tentang hal yang berkaitan dengan kedudukan
HUKUM INDONESIA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang hak dan kedudukan
Pada bab ini yang akan dibahas adalah tentang sejarah dan perhatian
BAB V : PENUTUP