DENGAN KOLELITIASIS
OLEH
KELOMPOK 6
2019
SKENARIO 6 : AKSESORIS
KASUS
Ny. A usia 42 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
dengan demam tinggi disertai menggigil. Sejak 1 minggu sebelum masuk ke
rumah sakit ia mengeluh mata dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB
seperti dempul, dan gatal-gatal. Sejak 1 bulan sebelum masuk RS Ny. A
mengeluh nyeri perut kanan atas yang berulang dan menjalar sampai ke bahu
sebelah kanan, disertai mual.
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran composmentis. Tanda
vital : TD 110/70 mmHg, nadi 108 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 39,5 C, BB : 60
kg, TB : 158 cm, pemeriksaan spesifik kepala : sklera ikterik leher dan thorax
dalam batas normal, abdomen : inspeksi : datar, palpasi : lemas, nyeri tekan kanan
atas (+), Murphy’s sign (+), hepar tidak teraba, kandung empedu : sulit dinilai,
Perkusi : sifting dullness (-), ekstremitas : palmar eritema (-), akral pucat, edema
perifer (-). Pemeriksaan laboratorium darah rutin : HB 12,4 gram/dl, Ht 36 vol %,
leukosit 16.800/mm3, trombosit : 329.000/mm3, LED 104 mm/jam. Liver
function test (LFT) : bil tatal 20,49 mg/dl, bil direk 19,94 mg/dl, bil indirek 0,55
mg/dl, SGOT 19u/l, SPGT 37u/l, fosfatase alkali 864 u/l, Amylase 40 unit/l, dan
lipase 50 unit/l.
A. Kata kunci
1. Demam
2. Mata dan badan kuning
3. BAK berwarna seperti teh tua
4. BAB dempul
5. Gatal-gatal
6. Nyeri perut kanan atas
7. Mual
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan spesifik kepala : sklera ikterik leher dan thorax dalam batas
normal, abdomen : inspeksi : datar, palpasi : lemas, nyeri tekan kanan atas
(+), Murphy’s sign (+), hepar tidak teraba, kandung empedu : sulit dinilai,
Perkusi : sifting dullness (-), ekstremitas : palmar eritema (-), akral pucat,
edema perifer (-)
9. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin : HB 12,4 gram/dl, Ht 36 vol %,
leukosit 16.800/mm3, trombosit : 329.000/mm3, LED 104 mm/jam. Liver
function test (LFT) : bil tatal 20,49 mg/dl, bil direk 19,94 mg/dl, bil
indirek 0,55 mg/dl, SGOT 19u/l, SPGT 37u/l, fosfatase alkali 864 u/l,
Amylase 40 unit/l, dan lipase 50 unit/l.
B. Klarifikasi istilah
1. Badan dan mata kuning (ikterus) : warna kekuningan pada skelera, kulit
dan mukosa akibat penumpukan bilirubin pada jaringan
2. Nyeri perut : rasa tidak nyaman pada perut
3. Murphy’s sign : pemeriksaan untuk menunjang cholesistitis
4. Shifting dullness : suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi akibat
adanya cairan bebas dalam rongga abdomen
5. Palmar eritema : kemerahan pada telapak tangan
6. Akral : mengenai ekstremitas
7. Bilirubin direk : bilirubin yang telah diambil oleh sel hati dan
terkonjugasi.
8. Bilirubin indirek : bilirubin yang larut dalam lemak yang bersirkulasi
dengan asosiasi longgar terhadap protein
9. Amylase : enzim yang mengkatalis peristiwa hidrolisis zat tepung
menjadi molekul yang lebih kecil.
10. Lipase : Setiap enzin yang mengkatalis anion asam lemak dari trigliserida
dan fosfolipida
11. Fosfatase alkali : enzim yang diproduksi terutama oleh sel sel hati dan
osteoblas yang berasal dari usus dan disekresikan melalui sel empedu.
C. Core problem : Ikterus
1. Anatomi fisiologi hepar dan vesica biliaris
a. Hepar
1) Anatomi
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat
rata-rata 1.500 gr atau2% dari total berat badan orang dewasa
normal. Letaknya tepat dibawah diafragma kanan. Hati memiliki
2 lobus, yaitu lobus kiri dan lobus kanan yangdibatasi oleh
ligamentum falsiformis. Pada bagian posterior hati terdapat
portahepatica tempat dimana masuknya vena porta dan arteria
hepatica dan keluarnyaduktus hepatica.Hepar bertekstur lunak,
lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominlaistepat
dibawah diafrgama. Sebagian besar hepar terletak di profunda
arcus costalisdextra, dan hemidiafrgma dextra memisahkan
hepar dari pleura, pulmo, pericardium dan cor. Hepar terbentang
ke seblah kiri untuk mencapaihemidiafragma sinistra.
Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah
kubah diafragma. Fascia viseralis membentuk cetakan visera
tang letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak
beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis
oesofagus, gaster, duodenum, fleksura colidextra, rend extra dan
glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris.Hepar dibagi
menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis
sinister yang kecil oleh perlekatan ligamentum peritoneale,
ligamentum falciforme. Lobushepatis dexter terbagi lagi
menjadi lobus quadrates, dan lobus caudatus olehadanya vesica
biliaris, fissure ligament teretis, vena cava inferior, dan
fissureligament venosi. Porta hepatis, atau hilus hepatis, terdapat
pada fascies viseralis, dan teletak diantara lobus caudatus dan
lobus quadrates. Bagian atas ujung bebas omentumminus
melekat pada pinggir-pinggir porta hepatis. Pada tempat ini
terdpat duktushepaticus sinister dan dexter, ramus dexter dan
sinister arteria hepatica, vena portae hepatis, serta serabut saraf
simpatis dan parasimpatis. Disisni terdapat beberapa kelenjar
limf hepar. Kelenjar-kelnjar ini menapung cairan limf hepar
danvesica biliarus, dan mengirimkan serabut eferannya ke nodi lymphoidei
coeliaci.Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa, tetapi
hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum. Hepar tersusun atas
lobuli hepatis. Vena sentralis pada masing-masing lobules bermuara
ke vena hepaticae. Di dalam ruangan diantara lobules-lobulus terdapat
canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica,
vena portae hepatis, dan sebuah cabang duktus choledochus
(trias hepatis). Daraharteria dan vena berjalan diantara sel-sel
hepar melalui sinusoid dan dialirkanmelalui vena sentralis.
Pendarahan
Vasa darah yang memberi darah ke hepar adalah a.hepatica dan
v.portae hepatis.a.hepatica membawa darah yang kaya oksigen
ke hepar, sedangkan v.portaehepatis membawa darah vena yang
kaya hasil pencernaan yang telah diserap daritractus
gastrointestinal. Darah arteri dan vena masuk ke v.centralis dari
setiaplobules hepatis melalui sinusoid hepar.Vena centralis
bermuara ke vena hepaticadextra et sinistra, dan meninggalkan
permukaan posterior hepar menuju vena cavainferior.
Limfe
Hepar menghasilkan banyak limfe, sekitar 1/3-1/2 seluruh limfe
tubuh. Vasa limfemeninggalkan hepar dan masuk ke beberapa
lymphonodus di porta hepatis. Vassaefferent menuju
LN.coeliacus. Sejumlah kecil vasa limfe menembus
diafragmamenuju LN.mediastinalis posterior.
Persyarafan
N.symphaticus dan N.parasymphaticus yang berasal dari plexus
coeliacus.
2) Fisiologi
Fungsi hepar yaitu
(a) membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam
traktusintestinalis;
(b) berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan
dengankarbohidrat, lemak dan protein;
(c) menyaring drah untuk membuang bakteri dan benda asing
lain yang masuk ke dalam darah dari lumen intestinum.
Fungsi hepar yang utama adalah membentuk dan
mengekskresi empedu. Hatimenyekresi sekitar sekitar 500
hingga 1.000 ml empedu kuning setiap hari. Hati juga
berperan dalam metabolism makronutrien yaitu
karbohidrat, lemak dan protein, serta berperan dalam
fungsi detoksifikasi.
3) Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah suatu pigmen berwarna kuning berasal dari
unsure porfirin dalamhemoglobin yang terbentuk sebagai akibat
penghancuran sel darah merah oleh selretikuloendotelial.
Wlaupun berasal dri hemoglobin, bilirubin tidak mengandungzat
besi. Bilirubin yang baru terbentuk ini larut dalam lemak. Di
dalam plasmaakan berikatan dengan albumin. Oleh karena
terbentuk secara normal dari penghancuran sel darah merah,
maka metabolism dan sekresi selnjutnya dapat berlangsung
secara terus-menerus.Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel eritorsit oleh makrofag di dalamlimpa, hati,
dan alat retikuloendotel lain akan mengalami pemecahan
menjadiheme dan globin. Melalui proses oksidasi, komponen
globin mengalami degradasimenjadi asam amino dan digunakan
untuk pembentukan protein lain.
Unsur heme selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi
menjadi biliverdindengan melepas zat besi dan
karbonmonoksida. Bilirubin reduktase akanmereduksi biliverdin
menjadi bilirubin tidak terkonjugasi.
Walaupun lebih dari 80% bilirubin terjadi dari eritrosit namun sekitar 15-
20% bilirubin dapat pula berasal dari hemoprotein lain seperti
mioglobin, sitokrom.Bilirubin tak terkonjugasi ini adalah suatu
zat lipofilik, larut dalam lemak, hampir tidak larut dalam air
sehingga tidak dapat dikeluarkan lewat urine melalui
ginjal(disebut pula bilirubin indirek karena hanya bereaksi positif
pada tes setelahdilarutkan ke dalam alcohol). Karena sifat
lipofilik zat ini dapat melaluimembrane sel dengan relative
musah. Setelah dilepas ke dalam plasma sebagian besar bilirubin
tak terkonjugasi ini akan membentuk ikatan dengan
albuminsehingga dapat larut dalam darah. Pigmen ini secara
bertahap berdifusi ke dalamsel hati (hepatosit). Dalam hepatosit,
bilirubin tak terkonjugasi ini dikonjugasidengan asam glukoronat
membentuk bilirubin glukoronida atau bilirubinterkonjugasi
(bilirubin direk). Reaksi konjugasi dikatalisasi oleh enzim
glukoroniltransferase, yaitu suatu enzim yang terdapat di RE dan
merupakankelompok enzim yang mampu memodifikasi zat asing
yang bersifat toksik.Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, dapat
dikeluarkan melalui ginjal namundalam keadaan normal tidak
dapat dideteksi dalam urine. Sebagian besar bilirubinterkonjugasi
ini ini dikeluarkan ke dalam empedu, suatu komponen
kolesterol,fosfolipid, bilirubin diglukoronida dan garam empedu.
Sesudah dilepas kedalamsaluran cerna bilirubin glukoronida
diaktifasi oleh enzim bakteri dalam usus,sebagian menjadi
urobilinogen yang akan keluar melalui tinja (sterkobilin),
ataudiserap kembali dari saluran cerna, dibawa ke hati dan
dikeluarkan kembali kedalam empedu. Urobilinogen dapat larut
ke dalam air, oleh karena itu sebagiandikeluarkan melalui ginjal.
b. Vesica Fellea
1) Anatomi
Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk
buah pear yang terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica
fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus
berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior
hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas,
belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus
yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi
kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.
Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral
hati.
Pembuluh darah kandung empedu adalah a. cystica, cabang
a. hepatica kanan. V. cystica mengalirkan darah lengsung
kedalam vena porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena
– vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici
cysticae yang terletak dekat collum vesica fellea. Dari sini,
pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum
sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici
coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari
plexus coeliacus.
2) Fisiologi Vesica Fellea
Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan
kapasitas sekitar 50 ml. Vesica fellea mempunya kemampuan
memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses ini,
mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu
sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak
seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga
mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam
kanalikuli. Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis
yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini kemudian
keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri.
Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada
saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke
kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan
pengosongan parsial kandung empedu. Mekanisme ini diawali
dengan masuknya makanan berlemak kedalam duodenum.
Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari
mukosa duodenum, hormon kemudian masuk kedalam darah,
menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang
sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus
coledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan
masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam –
garam empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi
lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan absorbsi
lemak.
2. Patofisiologi Ikterik
Ikterus yaitu penimbunan pigmen empedu dalam tubuh sehingga
tubuh jadi kuning. Bisa dideteksi terutama pada jaringan permukaan yang
kaya elastin seperti sklera, permukaan bawah lidah, kemudian kulit, urine,
apabila kadar bilirubin mencapai 2-3 mg/dl, dimana normalnya hanya 0.3-
1 mg/dl.
Ny. A, 42 tahun
Faktor resiko: 3F
cholecystitis Hipersaturasi kolesterol
Batu empedu
Gerakan peristaltik
Icterus obstruksi
Ketidak
3 seimbangan nutrisi NOC : NIC :
b/d faktor biologis Status Nutrisi (1004) Manajemen nutrisi (1100)
1. 100401 asupan nutrisi 1. Tentukan status gizi pasien
tidak menyimpang dari dan kemampuan (pasien)
rentang normal untuk memenuhi kebutuhan
2. 100402 asupan makanan gizi
tidak menyimpang dari 2. Instrusikan pasien mengenai
rentang normal kebutuhan nutrisi (yaitu:
3. 100405 rasio berat membahas pedoman diet
badan/tinggi badan tidak damn piramida makanan)
menyimpang dari rentang 3. Tentukan jumlah kalori dan
normal jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi
pensyaratan gizi
4. Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan diet untuk
kondisi sakit (yaitu : untuk
pasien dengan penyakit
ginjal, pembatasan natrium,
kalium, protein cairan.
5. Monitor kalori ddan asupan
makanan.
H. Jurnal
Karakteristik Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah
Sakit Umum Daerah Koja.
DAFTAR PUSTAKA