Anda di halaman 1dari 5

http://aceplahudinblog.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.

html

TRIAGE

Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa.

Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan kesehatan lainnya. Triage
lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging
system) atau sistem triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).

Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan
transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara
cepat mengidentifikasikan korban dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport
segera, serta melakukan tindakan pertolongan primer dan stabilisasi_darurat.

Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda dengan triage lapangan. Dengan
tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga medis dapat melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan
penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien, secara bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik,
hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien berkurang.

Simple Triage / Triage Sederhana / Triage inisial

START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga
medis atau tenaga awam terlatih. Dalam memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan
perfusi selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda dengan menggunakan berbagai alat berwarna, seperti
bendera, kain, atau isolasi.
 Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak memerlukan perhatian.
 Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya :
 gagal nafas
 cedera torako-abdominal
 cedera kepala atau maksilo-fasial berat
 shok atau perdarahan berat
 luka bakar berat
 Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat ditunda hingga beberapa
jam. Misalnya :
 cedera abdomen tanpa shok,
 cedera dada tanpa gangguan respirasi,
 fraktura mayor tanpa syok
 cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran
 luka bakar ringan
 Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya :
 cedera jaringan lunak,
 fraktura dan dislokasi ekstremitas,
 cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
 gawat darurat psikologis

Dapat juga menggunakan algoritma berikut :


Advanced Triage / Triage lanjutan

Pasien dengan harapan hidup yang kecil dengan tersedianya peralatan dan tenaga medis yang lebih lengkap
diharapkan dapat ditingkatkan harapan hidupnya. Namun apabila tenaga medis dan perlengkapan tidak dapat
memenuhi kebutuhan dari pasien, misalnya pada bencana yang melibatkan banyak korban, tenaga medis dapat
memutuskan untuk lebih memberikan perhatian pada pasien dengan cedera berat yang harapan hidupnya lebih
besar sesuai dengan etika profesional. Hal inilah yang menjadi tujuan dari triage lanjutan.
Pemantauan pada triage lanjutan dapat menggunakan Revised Trauma Score (RVT) atau Injury Severity Score
(ISS).

RVT menggunakan parameter kesadaran (GCS), tekanan darah sistolik (dapat menggunakan per palpasi untuk
mempercepat pantauan), dan frekuensi pernapasan.
Skor 12 : delayed
11 : urgent, dapat ditunda
4 – 10 : immediate, memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin
0 – 3 : morgue, cedera serius yang tidak lagi memerlukan tindakan darurat
Systolic
Glasgow Coma Scale Respiratory Rate
Pressure
GCS Points SBP Points RR Points
>89 4 10-30 4
15-13 4
76-89 3 >30 3
12-9 3
6-9 2
8-6 2 50-75 2 1-5 1
5-4 1 1-49 1
0 0
3 0 0 0

ISS menggunakan parameter 3 bagian tubuh.


A : wajah, leher, kepala
B : toraks, abdomen
C : ekstremitas, jaringan lunak, kulit
tiap parameter diberi skor 0 – 5 yaitu :
1. cedera ringan
2. cedera sedang
3. cedera serius
4. cedera berat
5. kritis
Hasil skoring tersebut kemudian dikuadratkan dan dijumlahkan.
ISS = A2 + B2 + C2
Hasil lebih dari 15 dianggap sebagai politrauma. Hasil dari perhitungan ISS ini digunakan sebagai perbandingan
dalam penentuan prioritas penatalaksanaan pasien massal.

Ada beberapa variasi dari penggunaan triage seperti di atas, pada beberapa kondisi atau di beberapa negara.
Misalnya di medan perang, seringkali dilakukan reversed triage, dimana yang diprioritaskan adalah korban dengan
luka paling ringan yang membutuhkanpertolongan sehingga korban dapat segera kembali ke medan perang.
Di beberapa negara terdapat pedoman lain dalam penentuan triage, namun intinya tetap sama. Misalnya di Jerman,
tidak seluruh trauma amputasi mayor dianggap ditandai dengan kartu merah. Trauma amputasi lengan bawah,
setelah ditangani pendarahannya, dapat dianggap sebagai kartu kuning dan kemudian ditransfer ke rumah sakit.
Kadang kala pembagian triage pun menggunakan 5 macam warna.

Kategori Makna Konsekuensi Contoh


Lesi yang melibatkan
Penanganan dan
Mengancam arteri, pendarahan organ
T1 (I) transportasi sesegera
jiwa dalam, trauma amputasi
mungkin
mayor
Observasi ketat,
Trauma amputasi minor,
penanganan secepatnya,
T2 (II) Cedera berat cedera jaringan lunak,
transport sedapat
fraktur dan dislokasi
mungkin
Ditangani bila
Cedera minor Laserasi minor, abrasi
memungkinkan,
T3 (III) atau tidak jaringan lunak, cedera
transport dan evakuasi
cedera otot
bila memungkinkan
Harapan Observasi dan bila Cedera berat, pendarahan
T4 (IV) hidup kecil memungkinkan berat, pemeriksaan
atau tidak adapemberian analgetik neurologis negatif
Menjaga jenazah, Dead on arrival,
T5 (V) Meninggal identifikasi bila perburukan dari T1-4,
memungkinkan tidak ada napas spontan

Hasil Triage

Evakuasi
Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya. Di
lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke rumah sakit.
Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :
 pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya
ditutup. Pada pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak
bernapas setelah dilakukan pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.
 Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance
dimana mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam.
Pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
 Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh
prioritas 1 sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan
penanganan medis lebih lanjut.
 Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya
telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih
lanjut setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah
terlewatnya perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya
memerlukan perawatan luka dan antiseptik.

Triage Sekunder (dalam rumah sakit)


Pada sistem triage lanjutan, triage sekunder dilakukan oleh paramedis atau perawat
terlatih di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit selama terjadinya bencana. Pasien
dipilah menjadi 5 kelompok.
- hitam / expectant : pasien dengan cedera berat yang dapat meninggal karena
cederanya, mungkin dalam beberapa jam atau hari selanjutnya. (luka bakar luas,
trauma berat, radiasi dosis letal), atau kemungkinan tidak dapat bertahan hidup
karena dalam krisis yang mengancam nyawa walaupun diberikan penanganan
medis (cardiac arrest, syok septik, cedera berat kepala atau dada). Pasien ini
sebaiknya dimasukkan dalam ruangan rawat dengan pemberian analgetik untuk
mengurangi penderitaan.
- merah / immediate : pasien yang memerlukan tindakan bedah segera atau
tatalaksana lain untuk menyelamatkan nyawa, dan sebagai prioritas utama untuk
tim bedah atau ditransport ke rumah sakit yang lebih lengkap. Pasien ini dapat
bertahan hidup bila ditangani sesegera mungkin.
- kuning / observation : kondisi pasien ini stabil sementara waktu namun
memerlukan pengawasan dari tenaga medis terlatih dan re-triage berkala serta
perawatan rumah sakit
- hijau / wait (walking wounded) : pasien ini memerlukan perhatian dokter dalam
beberapa jam atau hari kemudian namun tidak darurat, dapat menunggu hingga
beberapa jam atau dianjurkan untuk pulang dan kembali ke rumah sakit
keesokan harinya (misal pada patah tulang sederhana, luka jaringan lunak
multipel)
- putih / dimiss (walking wounded) : pasien ini mengalami cedera ringan,
pengobatan P3K dan berobat jalan sudah cukup, peranan dokter disini tidak
mutlak diperlukan. Contoh cedera pasien ini seperti luka robek, lecet, atau luka
bakar ringan.

Penderita yang mengalami kelumpuhan, walaupun tidak mengancam nyawa, dapat


menjadi prioritas pada keadaan IGD yang sudah tenang. Selama masa ini juga,
kebanyakan trauma amputasi dapat dianggap sebagai “merah” karena tindakan bedah
perlu dilakukan dalam beberapa menit walaupun luka amputasi ini tidak mengancam
nyawa.

Sistem Triage Rumah Sakit

Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah sakit
adalah penilaian oleh perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi kondisi
pasien, perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk
masuk ke IGD dan prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan
penanganan darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit.

Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage, dokter tersebut
dapat menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan menerima penanganan dari
dokter IGD atau dirawat langsung oleh dokter yang merawat di ruangan. Hal ini untuk
meningkatkan efektivitas dimana pasien dapat sesegera mungkin mendapat perawatan
lebih lanjut.

Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed control dan
tenaga bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa saja yang diperlukan
selama dalam penanganan di IGD dan dalam perawatan di ruang rawat inap.

Anda mungkin juga menyukai