Anda di halaman 1dari 7

Nama : Hudiya Arini Haq

Nim : P07131118133
Prodi : D3 Gizi Tk. I

POLA HIDANGAN MAKANAN SEBAGAI PRODUK BUDAYA

A. Pengertian Pola Makan


Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah
pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktutertentu (Yayuk
Farida Baliwati. dkk, 2004). Pola makan pada dasarnya merupakan konsep budaya
bertalian dengan makanan yang banyak dipengaruhioleh unsur social budaya yang
berlaku dalam kelompok masyarakat itu, sepertinilai sosial, norma sosial dan norma
budaya bertalian dengan makanan, makananapa yang dianggap baik dan tidak baik
(Sediaoetama, 1999).
Faktor sosial budaya yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan dalam
masyarakat, rumah tanggadan individu menurut Koentjaraningrat meliputi apa yang
dipikirkan, diketahuidan dirasakan menjadi persepsi orang tentang makanan dan apa
yang dilakukan,dipraktekkan orang tentang makanan.
Kebiasaan makan juga dipengaruhi olehlingkungan (ekologi, kependudukan,
ekonomi) dan ketersediaan bahan makanan.Menurut Santosa dan Ranti (2004) pola
makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makananyang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri
khas untuk suatukelompok masyarakat tertentu. Dari dua pakar tersebut dapat
dikatakan polamakan adalah cara atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi
pangansetiap hari, yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi
makanyang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka
hidup.Metode pengukuran pola makan untuk individu, antara lain :

1. Metode Food recall 24 jam


Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.Hal penting yang
perlu diketahui adalah bahwa dengan Recall 24 jam datayang diperoleh cenderung
bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka
jumlah konsumsi makanan individu

2. Metode estimated food records


Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makandan
minum setiap kali sebelum makan dalam URT (Ukuran RumahTangga) atau
menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periodetertentu (2-4 hari berturut-
turut), termasuk cara persiapan dan pengolahanmakanan tersebut.
3. Metode penimbangan makanan (food weighing)
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan
mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1
hari.Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung
dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Perlu diperhatikan, bila
terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisatersebut
untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
4. Metode dietary history
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi
berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1 minggu, 1 bulan, 1
tahun). Burke (1974) menyatakan bahwa metode ini terdiri daritiga komponen
yaitu :
a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam),yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakanresponden selama 24 jam
terakhir.
b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan darisejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar (check list )yang sudah disiapkan, untuk
mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
c. Komponen ketida adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 harisebagai cek
ulang. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah
keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti awal bulan, hari
raya dan sebagainya.
5. Metode frekuensi makanan (food frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensikonsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentuseperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi makanan
memuattentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada
periodetertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah
yangdikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.

B. Pembentukan Pola Makan


Kebiasaan pola makan dipengaruhi oleh variable lingkungan dimana masyarakat
itu hidup:
1. Zona lingkungan terbagi atas:
- wilayah pedesaan (dengan ciri pegunungan dan persawahan).
- wilayah pesisir dan pantai.
- wilayah urban/perbatasan kota desa.
- wilayah perkotaan.
2. Lingkungan cultural:
- sosial : kondisi pertanian/perternakan, sistem produksi pangan, pemasaran
dan distribusi pangan, daya beli, pola menu.
- fisik : wilayah pemukiman, peralatan produksi pangan.
3. Populasi penduduk
komposisi : kelahiran, kematian, migrasi, pertumbuhan, usia, jenis kelamin.

Frekuensi makan yang dialami oleh masing-masing orang dapat berbeda- beda
tiap waktunya. Pada suatu saat, mungkin sempat melihat ada seorang istridalam
mobilnya duduk di samping kiri suaminyayang sedang memegang setir mobil
menyuapi suami untuk makan pagi. Dalam suatu waktu tertentu, mungkin sempat
melihat anak kecil yang mau berangkat sekolah disuapi makan dalamkendaraan
sepanjang jalan menuju lokasi sekolah.Tingginya jam kerja atau padatnya aktivitas
menyebabkan orang harusmengubah jam makan. Hal yang menarik, budaya pada
suatu daerah tertentu dapat pula muncul diversifikasi makanan sesuai dengan
waktunya.
Di kalangan masyarakat muncul pemahaman ada yang biasa dikonsumsi pada
pagi, siang, danmalam hari. Ketika makan pun, ditemukan ada makanan pembuka,
pokok, dan penutup. Berawal dari budaya kelompok tertentu, pada saat ini sudah
mulaimuncul etika makan yang dijadikan alat kontrol untuk mengukur
budayaseseorang dalam makan. Contohnya, ketika makan tidak boleh berbicara,
janganduduk membungkuk atau bersandar malas.
Adanya kebiasaan atau pola makan yang berkembang pada setiap daerah dan
dalam diri masing-masing tiap individu, maka terdapat faktor-faktor
yangmempengaruhi terbentuknya pola makan tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi kosumsi pangan
adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya akan pendapatanakan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitasyang
lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkanmenurunnya daya
beli pangan baik secara kulaitas maupun kuantitas.
2. Faktor sosial budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang
akandikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku
danmemenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram danindividu
yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram
sangatmempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, yaitukesan
didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan inderanya yang berbedadengan
kepercayaan tahayul serta penerangan-penerangan yang keliru. Hal iniakan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhangizi.
Rendahnya pengetahuan gizi dapat menyebabkan timbulnya masalah gizidengan
berbagai manifestasinya dalam masyarakat.
5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan
perilakumakan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga,
sekolah,serta adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan
makandalam keluarga.
6. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup telah membuktikan dapat mempengaruhi pola
makandan kesehatan. Gaya hidup modern yang dicirikan dengan gaya serba cepat,
serbainstan, efisien dan sangat ketat dalam mengatur waktu ikut mempengaruhi
polamakan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
7. Ketersediaan Pangan
Penyediaan pangan merupakan kegiatan pertama menuju kearah konsumsi
pangan. Tidak mungkin kita mengkonsumsi makanan yang tidak tersedia.
8. Jumlah Anggota Keluarga
Dalam masyarakat terdapat variasi jumlah anggota keluarga. Dengan
perbedaan jumlah anggota keluarga tetapi dengan jumlah makanan yang samaakan
sangat mempengaruhi pola konsumsi seseorang

C. Pola Hidang sebagai Produk Budaya


Budaya merupakan hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi
sejauhditerima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya
(Veeger,1992).
Berbicara tentang konsep makanan, maka makanan dapat berasal dari
laut,tanaman yang tumbuh di pertanian, yang dijual di pasar tradisional maupun
supermarket.
Makanan tidaklah semata-mata sebagai produk organik hidupdengan kualitas
biokimia, tetapi makanan dapat dilihat sebagai gejala budaya.Gejala budaya terhadap
makanan dibentuk karena berbagai pandanganhidup masyarakatnya. Suatu kelompok
masyarakat melalui pemuka ataupunmitos-mitos (yang beredar di masyarakat) akan
mengijinkan warganya memakan makanan yang boleh disantap dan makanan yang
tidak boleh disantap. “Ijin” tersebut menjadi semacam pengesahan atau legitimasi
yang muncul dalam berbagai peraturan yang sifatnya normatif. Masyarakat akan
patuh terhadap hal itu.
Munculnya pandangan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh disantap
menimbulkan kategori “bukan makanan” bagi makanan yang tidak boleh disantap.
Hal itu juga memunculkan pandangan yang membedakan antara nutrimen (nutriment)
dengan makanan (food)
- Nutrimen adalah konsep biokimiayaitu zat yang mampu untuk memelihara dan
menjaga kesehatan organisme yangmemakannya.
- Sedang makanan (food) adalah konsep budaya, suatu pernyataanyang berada pada
masyarakat tentang makanan yang dianggap boleh dimakan danyang dianggap
tidak boleh dimakan dan itu bukan sebagai makanan (Foster &Anderson, 1986).

Pengaruh budaya terhadap pangan atau makanan sangat tergantung kepada sistim
sosialkemasyarakatan dan merupakan hak asasi yang paling dasar, maka
pangan/makanan harus berada di dalam kendali kebudayaan itu sendiri.

Beberapa pengaruh budaya terhadap pangan/makanan adalah :

a. Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap komunitas.


Etnis masyarakat dalam mengolah suatu jenis hidangan makanan karena
perbedaan bahan dasar/adonandalam proses pembuatan;
contoh : orang Jawa ada jenis menu makanan berasal dari kedelai, orang Timor
jenis menu makanan lebih banyak berasal dari jagung dan orang Ambon jenis
menu makanan berasal dari sagu.
b. Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan pokok dari setiap suku-etnis ;
Contoh : orang Timor pola makan lebih kepada jagung, orang Jawa pola makan
lebihkepada beras.
c. Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan bentuk fisik makanan dari
setiapsuku-etnis;
Contoh : makanan orang Padang cita - rasanya pedis, orang Jawa
makananyamanis dan orang Timor makanannya selalu yang asin.
d. Adanya bermacam jenis nama dari makanan tersebut atau makanan khas
berbedauntuk setiap daerah;
Contoh : Soto Makasar berasal dari daerah Makasar-Sulawesi Selatan, Jagung
”Bose” dari daerah Timor -Nusa Tenggara Timur
D. Nilai Sosial Pangan dan Makanan
Pangan sebagai fungsi nilai social ada kaitannya dengan pemahaman terhadap
situasi status gizi kelompok personal dalam masyarakat. Selain adakaitannya pangan
juga ada kaitannya dengan kebiasaan makan. Kebiasaan makanadalah cara pandang
masyarakat terhadap pangan yang dikaitkan dengan social,kultur, tekanan ekonomi,
pilihan, dan pemanfaatan pangan tertentu. Fungsi nilaisosial pangan, yaitu:
1. Gastronomic.
Mengisi perut (gaster) yang kosong. Dipilih berdasarkan preferensi/kesukaan.
Contohnya orang Eropa suka pangan lunak, orang Afrika suka pangan yg perlu
dikunyah (daging), dan orang Asia suka rasa tertentu dari pangan (beras).
2. Alat identitas budaya.
Dijadikan indicator asal budaya mereka. Contoh orang beragama Hindutidak
makan daging, orang eskimo menyukai daging mentah, dan orang Jawasuka rasa
manis, dll.
3. Agama dan kepercayaan.
Dikaitkan dengan upacara-upacara khusus. Misalnya, kambing untuk akikah
bagi pemeluk agama Islam, roti dan anggur punya makna khusus bagiumat
Nasrani, dan kepala kerbau untuk sedekah laut, dll.
4. Alat komunikasi.
Diberi makna sebagai sarana komunikasi nonverbal. Misalnya,
parsel/bingkisan makanan untuk orang-orang terentu, pada hari raya adakebiasaan
mengirim ketupat, dll. Pangan khusus (tumpeng) sebagai nadzaring, pangan dari
bawahan pada saat atasan naik pangkat.
5. Ekspresi status social ekonomi.
Dikaitkan simbol status dari status sosial/ ekonomi, nilai gizi pangan kadang
tidak diperhitungkan. Contohnya roti tawar putih untuk orang kaya dan roti yang
berwarna untuk orang miskin, nasi pulen, putihuntuk orang kaya, orang kaya lebih
banyak mengkonsumsi gula dan panganhewani, dll.
6. Simbol kekuasaan/kekuatan
Bermakna politik/menunjukkan kekuasaan. Misalnya pembedaan
jenismakanan antara pembantu dan majikan, pembedaan jenis makanan ayah
dengan anggota keluarga yang lain, serta pangan sebagai alat politik antar negara

Anda mungkin juga menyukai