ANALISA SPERMA
Pembimbing :
Disusun oleh:
18360062
MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW. Berkat rahmat dan limpahannya, Penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik
tentang “Sperma”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumber pemikiran kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati guna
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat untuk penyusun maupun pembacanya.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur dengan ukuran panjang 5
mikron, diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama dibentuk oleh
nukleus berisi bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala sperma
mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior kepala
spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang
menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa
enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase, proakrosin, akrosin, esterase,
asam hidrolase dan Corona Penetrating Enzim (CPE) yang semuanya penting
untuk penembusan ovum (sel telur) pada proses fertilisasi (Anonim, 2009).
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh
membran akrosom yang terdiri dari dua lapis, yaitu membran akrosom dalam
(inner acrosomal membran) dan membran akrosom luar (outer acrosomal
membran). Secara molekuler susunan kedua membran akrosom ini sangat
berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan plasma membran (membran
spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi akrosom sedang membran
akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian
penting pada spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini
yang mengawali penggabungan dengan membran oosit pada proses fertilisasi
berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah menjadi spermatozoa
(Anonim, 2009).
2. Ekor
Ekor dibedakan atas 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Bagian tengah (midpiece)
b. Bagian utama (principle piece)
c. Bagian ujung (endpiece).
3
Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus
dengan mikroskop electron (Anonim, 2009).
Mitokondria sebagai pembangkit energi pada spermatozoa. Principle piece
dibungkus oleh sarung fibrous (fibrous sheath) yang perbatasannya disebut
anulus. Sarung fibrous bentuknya terdiri dari kolom ventral dan dorsal yang
masing-masing melalui rusuk-rusuk. Ke arah sentral ada semacam tonjolan
yang memegangi cincin nomor 3, 8 dari aksonema. Keduanya (tahanan rusuk
dan pegangan cincin aksonema) memberikan gerak tertentu (Anonim, 2009).
Spermatozoa
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang ± 50 µ, kepala
berbentuk oval (lonjong), berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 µ dan panjang 4-5 µ.
Akrosom adalah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa
yang merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala
spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase, CPE
(corona penetrating enzyme). Akrosin adalah enzim proteolitik untuk
menembus zona pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus ooforus
dan CPE untuk menembus corona radiata.
Spermatozoa Abnormal
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi
karena gangguan pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-
sebab : faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, penyakit.
4
Diduga berfungsi untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu
coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml.
lendir mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada
di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa
yang berasal dari epididimis. Volume ± 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali
spermatozoa (yang non motil). Volume ± 0,5 ml.
Kandungan zat kimia semen
1. Fruktosa
a. Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
b. Berada dalam plasma semen
c. Sumber energi bagi motiitas spematozoa
d. 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Menjaga keseimbangan osmotik semen
c. Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada
kelenjar prostat.
d. Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion
Ca.
3. Spermin
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
b. Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
c. Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat
5
b. Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
b. Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi
kelangsungan hidup spermatozoa.
6. Prostaglandin
a. Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
b. Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu
ejakulasi dan untuk vasodilatasi pembuluh darah.
c. Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi
dengan mengurangi gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
a. Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
b. Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.
6
3.1 PERSIAPAN DAN SAMPLING
3.1.1 Persiapan dan Persyaratan
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu
melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-
dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan,
jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk
sampel yang baik. Tetapi untuk baiknya pasien diminta supaya tidak
mengadakan kegiatan seksual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat
sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktifitas, sedekat mungkin
sebelum pemeriksaan laboratorium.
7
bersih, kering dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat lain dengan
syarat tidak spermatotoksik.
2. Coitus Interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat
akan keluar sperma. Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh
sampel sperma untuk diperiksa, namun cara ini kurang baik karena hasilnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil pemeriksaannya
mendapatkan hasil dimana jumlah spermatozoanya di bawah kriteria normal
(oligosperma). Tetapi cara ini kelemahannya dikhawatirkan sebagian telah
tertumpah ke dalam vagina sehingga tidak sesuai lagi untuk pemeriksaan.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sperma yang dikeluarkan pada waktu
ejakulasi terbagi menjadi beberapa tahap, paling sedikit dua tahap. Tahap
pertama adalah merupakan ejakulat yang mengandung spermatozoa yang
terbanyak, sedangkan tahap yang kedua hanya mengandung spermatozoa
sedikit saja atau bahkan sering tidak dijumpai spermatozoa, tetapi
mengandung porsi fruktosa yang terbanyak. Dalam pengendalian orgasme
sewaktu melakukan interuptus tidak menjamin bahwa sebagian besar atau
sebagian kecil terlanjur dikeluarkan di vagina sehingga mengakibatkan kita
memperoleh sampel sperma yang tidak lengkap, sehingga memberikan hasil
yang tidak sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom
untuk menampung mani tidak dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-
zat pada permukaan karet kondom mengandung suatu bahan yang bersifat
spermicidal yang mempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh
spermatozoa, biarpun kondom sudah dicuci dan dikeringkan. Selain daripada
itu kemungkinan terjadi tumpahnya sperma sewaktu pelepasan kondom atau
menuangkan ke botol penampung. Tetapi ada beberapa kondom khusus yang
dipergunakan untuk keperluan penampungan sperma, karena bahan dipakai
tidak bersifat spermasida.
8
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah
dengan vibrator. Alat ini mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik
dengan permukaan halus, dapat digerakkan dengan baterai yang
menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis,
akan menimbulkan rasa seperti mastrubasi dan dengan fibrasi yang cukup
lama, diharapkan sperma akan keluar.
5. Refluks Pasca Sanggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. Cara ini tidak dianjurkan
karena dipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma
tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil yang tidak
mencerminkan keadaan sesungguhnya.
3.1.4 Wadah Penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau
plastik yang bermulut lebar dan yang lebih dahulu dibersihkan dan
dikeringkan. Wadah harus dapat ditutup dengan baik untuk menjaga jangan
sampai sebagian tertumpah. Pasien diminta mencatat waktu pengeluaran mani
tepat sampai menitnya dan menyerahkan sampel itu selekasnya kepada
laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu pemeriksaan-
pemeriksaan dijalankan.
3.1.5 Penyerahan Sample Sperma
Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya
diserahkan kepada petugas laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan karena
beberapa parameter sperma mempunyai sifat mudah berubah oleh karena
pengaruh luar. Sperma yang dibiarkan begitu saja akan berubah pH,
viskositas, motiltas dan berbagai sifat biokimianya.
9
laboratorium. Kalau syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita
maupun laboratorium telah dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat
dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma
secepatnya diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh
sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20°C atau dipanaskan diatas 40°C,
oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas
spermatozoa.
10
4.1 METODE PEMERIKSAAN
4.1.1 Pemeriksaan Sperma
Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter
biokimia sperma. Dalam pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang
dilakukan adalah mengukur parameter yang diperlukan sebagai dasar umum
untuk mendiagnosis keadaan andrologis, serta yang mudah dilakukan dengan
tidak memakai alat-alat serta pengetahuan yang lebih rumit.
Berikut parameter pemeriksaan sperma meliputi :
A. Pemeriksaan Makroskopis
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
B. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)
C. Pemeriksaan Kimiawi dan Enzim
1. Kadar Fruktosa
2. Acid Phospatase/ACP (khusus)
11
4.1.2 Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan volume, warna kekeruhan dan
kentalnya mani, selain itu biasanya pH juga diperiksa. Mengukur volume
dilakukan dengan memindahkan ejakulat kedalam gelas ukur 5 atau 10 ml
sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
1. Likuefaksi (pencairan)
Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan
diantara lendir putih yang cair. Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari
enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain enzim seminin.
Untuk sperma yang normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20
menit.
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti
terjadi gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.
12
Catatan :
Baik liquefaction maupun viscositas tergantung dari daya kerja enzim-
enzim kelenjar prostat. Perlu ditekankan bahwa viscositas sangat erat
hubungannya dengan motilitas spermatozoa, artinya viscositas yang tinggi
sering disertai dengan motilitas yang rendah.
Makna klinis :
Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi
dari prostat kurang berfungsi.
Jika terlalu encer (panjang benang ≥ 8 maka radang akut pada kelenjar
genitalia tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada pH ≥ 6 ml
Hypospermia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Sampel tumpah karena tidak hati-hati, ini disebut kesalahan tehnis.
- Gangguan patologis dan genetis pada organ genitalia
- Vesicula seminalis tidak berfungsi
- Gangguan hormonal atau akibat radang.
13
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan. Pertama, gerakan
bergelombang keujung ekor. Gelombang itu makin ke ekor makin lemah.
Gerakan kedua bersifat sirkuler. Energi yang keujung ekor itu tidak lurus
kebelakang tapi arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah, terus
keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas spermatozoa,
seluruh tubuh spermatozoa mulai dari kepala sampai ke ekor bergerak
melingkar pada as-nya dan ke depan. Hal ini menyebabkan gerak lurus ke
depan aktif, lincah dengan irama getar ekor yang teratur.Irama getar ekor
spermatozoa normal manusia ialah 15x/detik. Pada sapi getaran itu kira-kira
20 x/detik.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal
saja yang dapat bergerak normal pula. Sebab andaikata bentuk kepala
spematozoa tak normal katakanlah bentuk terato maka arah gerakan tak
mungkin lurus ke depan sebab bagian depan sedemikian tak ideal untuk
memperoleh gerak lurus . Demikian pula andaikata terdapat bagian tengah
yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian kepala yang masih
tertempel oleh sisa sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan
terganggunya gerak lurus ke depan dan lincah.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam
motilitas spermatozoa, yaitu :
Spermatozoa Motilitas Baik
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang
berirama.
Spermatozoa Motilitas Kurang Baik
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas
baik, dianggap spermatozoa dengan motilitas kurang baik atau jelek. Yang
termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah:
14
1) Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang
berhenti. Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi
meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan
morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka
spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya
berputar-putar saja.
2) Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah.
Kepala bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk
spermatozoa abnormal maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal
pada spermatozoa.
3) Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa
sehingga memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun
berlawanan dengan jarum jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri,
amplitudo getaran juga tidak teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau
tak teratur sedang ekor asimetri terjadi motilitas dengan arah melingkar.
4) Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak
normal karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala
berat sebelah. Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula dapat
terjadi motilitas yang bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak
teratur. Demikian pula andaikata sisa sitoplasma terletak dibagian tengah atau
ekor spermatozoa motilitas yang timbul akan bermacam-macam.
5) Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu
dengan yang lain (aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel
bulat, kristal, bakteri, protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung
macam aglutinasi (kepala-kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang
terjadi akan berlainan pula.
15
6) Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum
mengalami likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu
likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan
yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
7) Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun
arahnya ke depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat
disebabkan karena sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk
motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis).
Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal misalnya
pada kelainan vesika seminalis.
Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
16
Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi
kalau ujung batang gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi
ialah kekentalan sperma . Bila sperma kental tetesan akan berbeda bilamana
sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa
sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas objek.
Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk
menghindari kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu
spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk
memeriksa sperma yang lain.
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan
(motilitas) spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam
persen ( % ).
Alat :
- Objek glass
- Cover glass
- Mikroskop
- Pipet tetes
Cara kerja :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
Bergerak aktif (%)
Bergerak tidak aktif (%)
Tidak bergerak (%)
17
d. Penilaian motilitas spermatozoa
Penilaian motilitas spermatozoa dilakukan sebagai berikut :
Spermatozoa yang bergerak aktif adalah spermatozoa yang bergerak
cepat ke depan, lincah dan aktif (%).
Spermatozoa yang kurang aktif bergerak adalah spermatozoa yang
bergerak berputar di tempat (%).
Spermatozoa tidak bergerak (%).
Jumlah spermatozoa yang aktif ditentukan dalam persen (%). Misalnya :
jumlah spermatozoa 110 yang bergerak aktif 50 maka spermatozoa yang
aktif adalah 50/110 x 100% = 45,5%.
Besar kecilnya tetesen dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh
pada motilitas spermatozoa. Sebelum diteteskan sperma terlebih dahulu
diaduk rata sehingga homogen. Motilitas spermatozoa biasanya dilihat
setelah terjadi likuefaksi lengkap.
Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah gelas obyek ditempelkan.
Bila terlalu lama dibiarkan baru kemudian diperiksa akan terjadi
perbedaan dalam miotilitas spermatozoa.
Untuk tahap permulaan sediaan diperiksa dengan pembesaran objektif 10
x. Setelah itu diganti dengan pembesaran objektif 40 x.
Dalam keadaan normal yang motil aktif harus diatas 70%, yang motil
lemah dibawah 20% dan tidak motil dibawah 0%.
e. Berkurangnya derajat motilitas
Spermatozoa akan berkurang motilitasnya bila dibiarkan setelah
ejakulasi. Angka yang dilaporkan perlu dihubungkan dengan waktu yang
sudah berlalu sejak saat ejakulasi, semakin banyak waktu lewat, semakin
berkurang motilitas spermatozoa. Penilaiannya :
Biasanya didapat bahwa sampai 1 jam setelah dikeluarkan, mani berisi
70% atau lebih spermatozoa aktif, angka itu terus menerus menurun
sehingga menjadi 50% sekitar 5 jam lewat ejakulasi.
Pada keadaan normal kemunduran motilitas terjadi kira-kira 10-20%
dalam waktu 2-3 jam.
18
Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini temperatur
laboratorium harus dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga
berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa.
Dalam pemeriksaan rutin tidak banyak gunanya mengikuti penyusutan
motilitas dari jam ke jam, berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh
cara menyimpan sampel.
19
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang
pandang dan hasil dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Catatan :
Spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa
rusak, zat warna masuk ke dalam sel.
Spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna karena dinding sel masih
utuh, tak dapat ditembus zat warna.
Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru,
jangan terlalu kental dan jangan banyak endapan.
20
Jumlah spermatozoa dihitung menurut beberapa cara :
a. Jumlah Spermatozoa per ml ejakulat.
b. Jumlah Spermatozoa per volume ejakulat.
21
Cara Tabung dengan Clinipette :
- Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan
clinipette.
- Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
- Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan
pengencer.
- Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus
(vibrator).
- Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan
ujung clinipette ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 – 70 juta / ml
Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan
pipet eryhtrosit sebagai pipet pengencer dan sperma diisap sampai 0,5 tepat
dan pengencer 101. pengenceran pipet 200x dikalikan untuk perhitungan.
- Untuk pengenceran yang lebih teliti sebaiknya menggunakan pengenceran
menggunakan Clinipette dalam tabung. Pengenceran dapat diubah sesuai
dengan keinginan.
- Menurut R. Gandasoebrata bila tidak memiliki larutan pengencer Natrium
bikarbonat maka dapat digunakan aquadest sebagai larutan pengencer.
22
4. Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa
Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-
bentuk spermatozoa yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa.
Seperti diketahui spermatozoa mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan
pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan
abnormal. Bentuk yang normal adalah spermatozoa yang kepalanya
berbentuk oval dan mempunyai ekor yang panjang. Untuk pemeriksaan
morfologi ini dimulai dengan pembuatan preparat smear di atas objek glass,
yang dibiarkan kering dalam temperatur kamar. Setelah preparat smear
tersebut kering, maka selanjutnya dilakukan prosedur pewarnaan. Agar
memperoleh hasil yang baik pemeriksaan morfologi spermatozoa dilakukan
pengecatan khusus. Terdapat berbagai macam pengecatan guna memeriksa
morfologi spermatozoa, diantaranya Giemsa, Wright, Romanowsky, May
Grunwald, Kiewit de Jong.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan morfologi sperma
dalam sampel yang diperiksa.
Prinsip : Sperma dibuat hapusan diwarnai dengan giemsa, dicuci,
dikeringkan dan diperiksa morfologi sperma dibawah mikroskop dengan
anisol perbesaran 10 x 100.
Alat – alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Rak dan Bak pewarnaan
- Mikroskop
- Botol semprot
- Lampu spritus
Reagensia : Karbol Fuchsin 0,25 %
Cara Kerja :
a. Cara Karbol Fuchsin
- Setetes sperma dibuat hapusan diatas objek glass.
23
- Difiksasi dengan nyala api 2 – 5 kali
- Diwarnai dengan carbol fuchsin 0,25% selama 5 Menit, dicuci dengan air.
- Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam
100 spermatozoa
b. Cara Giemsa
- Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 10 menit.
- Sisa metanol dibuang, sediaan dibiarkan kering di udara.
- Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5
ml aquades) selama 20 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan. diperiksa dibawah
mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
c. Cara Hematoxilin Meyer
- Sediaan hapus ditetesi larutan formalin 10% selama 1 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest.
- Sediaan dicat dengan hematoksilin menurut Meyer selama 2 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa
dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
d. Cara O.Steeno
- Sediaan hapus dimasukkan ke dalam larutan metanol selama 5 menit dan
dikeringkan diudara.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan safranin 0,1% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dalam air buffer dua kali.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan kristal violet 0,25% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa
dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
e. Cara lain dengan Fast Green, Wright, Bryan/leishman, Papanicolou,
Romanowsky dan lainnya.
24
Morfologi spermatozoa :
Spermatozoa Normal :
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian
tengah utuh dan mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
Spermatozoa Abnormal :
Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari
bagian spermatozoa yang abnormal. Jadi meskipun kepala spermatozoa
oval, tetapi kalau bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
Abnormalitas kepala
- Kepala oval besar
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal.
Panjang kepala >5µ dan lebar >3 µ
- Kepala oval kecil
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal.
Panjang kepala <3>2 µ.
- Kepala pipih (tapering head = lepto)
Kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar,
bentuk ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau
tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head)
Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan
air, bagian runcing berhubungan dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato)
Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang
aneh.
Abnormalitas bagian tengah
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah
25
Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin
Spermatozoa imatur
Spermatozoa yang masih mengandung sisa sitoplasma, yang paling tidak
besarnya separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala,
bagian tengah maupun pada ekor spermatozoa.
Leukosit dalam sperma :
Dalam sperma kecuali terdapat spermatozoa juga terdapat rundzellen /
round cell atau sel bundar yang terdiri dari leukosit dan sel-sel
spermiogenesis. Dalam keadaan biasa terdapat leukosit dalam sperma,
jumlahnya meningkat melebihi normal akan berpengaruh terhadap
gambaran spermiogenesis, sehingga perlu dilakukan penghitungan leukosit.
Menghitung rundzellen (sel bundar) :
Karena terdiri dari dua sel yaitu sel muda sperma dan leukosit, maka
untuk membedakannya dapat dilakukan penghitungan sebagai berikut:
- 1 tetes sperma ditambah 1 tetes larutan Sedicolor (larutan Methylen Blue)
diaduk rata diobjek glass, dibiarkan beberapa menit, diperiksa di
mikroskop dengan pembesaran 400-600 kali.
- Dilakukan diferensiasi antara sel spermatozoa muda dan leukosit yang
dinyatakan dalam 100%.
- Ciri-ciri sel :
Sel spermiogenesis : Dinding sel tampak tebal dengan inti yang kompak.
Leukosit : Dinding kelihatan tipis dengan inti yang khas untuk leukosit.
- Dihitung 100-200 sel bundar dan cara ini dilakukan jika junlah sel bundar
per Lp lebih dari 6-10.
- Jika pada sediaan jelas terlihat adanya leukosit maka dapat dipakai cara
tanpa pengecatan, yaitu :
26
- 0,1 ml sperma diteteskan diatas objek glass lalu ditutup dengan gelas
penutup dan diperiksa dengan pembesaran 400-600 kali.
- Jika didapat sel leukosit 6-10/Lp atau lebih, kemungkinan menunjukkan
adanya infeksi pada traktus genitalis.
5. Aglutinasi Spermatozoa
Aglutinasi spermatozoa ialah penggumpalan atau perlekatan antara satu
spermatozoa dengan beberapa spermatozoa yang lain. Aglutinasi spermatozoa
dapat disebabkan oleh faktor imunologis dan non-imunologis. Cara
membedakan keduanya dengan mengukur titer antibodi yang terdapat pada
pasangan suami isteri. Namun guna informasi pendahuluan proses aglutinasi
spermatozoa, dapat dilakukan cara :
Satu tetes sperma diberi garam fisiologis.
Kalau terjadi aglutinasi sejati, spermatozoa akan tetap melekat satu dengan
yang lain. Kalau dengan penambahan garam fisiologis spermatozoa lepas satu
dengan yang lain, maka aglutinasi tersebut adalah aglutinasi palsu.
Cara lain oleh Hellinga (1976)
Setetes sperma segar, setelah likuefaksi total, diletakkan pada objek glass,
lalu ditutup dengan gelas penutup. Sediaan dibiarkan tidak disentuh
sedikitpun selama paling tidak 1 jam. Pada sperma tertentu akan terjadi
penggumpalan satu dengan yang lain.
Macam-macam aglutinasi atau penggerombolan spermatozoa tersebut yaitu :
a. Aglutinasi ekor dan ekor
Pada keadaan ini ujung atau bagian ekor yang lebih proksimal bersentuhan
atau berlekatan satu dengan yang lain, sedangkan kepalanya bebas bergerak.
Ini dinamakan tail to tail agglutination (TT).
b. Aglutinasi kepala dan kepala
Pada keadaan ini kepala spermatozoa saling berlekatan atau bergerombol,
sedangkan kepalanya bebas bergerak. Ini dinamakan head to head
agglutination (HH).
27
c. Aglutinasi kepala dengan ekor
Pada keadaan ini kepala satu spermatozoa atau lebih berlekatan dengan
ekor sebuah spermatozoa atau lebih. Ini dinamakan head to tail
agglutination (HT).
d. Spermatozoa saling menggerombol atau melekat pada suatu sel muda
spermatozoa, epitel atau lain-lain benda pada sperma.
e. Spermatozoa dapat menggerombol seperti benang pada pinggir daerah
sperma tertentu. Ini dinamakan aglutinasi rantai (string agglutination).
28
b. Benda-benda hidup
- Bakteri
Bakteri ini berasal dari infeksi traktus urogenitalis, benruknya tak nampak
jelas.
- Protozoa
Infeksi traktus urogenitalis oleh protozoa sering terjadi, misal Trichomonas,
amoeba dan Clamydia trachomatis.
- Jamur
Dapat dijumpaipad pasien yang dermatitis didaerah genitalia atau perineum.
29
5. - Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml
larutan asam benzoat 0,2%.
- Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock
diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan
dibawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.
Prosedur Kerja :
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih
dahulu mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian
tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campur, tambahkan 0,5 ml larutan
ZnSO4, campur lagi dan pusinglah kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T
diisi 2 ml cairan atas dari langkah 1, tabung S diisi 2 ml standard
fruktosa larutan kerja dan tabung B diisi 2 ml air/ aquadest.
Blanko Standar Sample
Aquadest 2ml - -
Standar - 2ml -
Sample - - 2ml
Resorsinol 2ml 2ml 2ml
HCL 6ml 6ml 6ml
3. Kepada tabung T, S dan B masing dibubuhkan 2 ml resorsinol dan 6
ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90OC
selama 10 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200 = mg / dl
fruktosa mani.
Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan
fruktosa itu berasal dari vesiculae seminales. Selain dipengaruhi oleh
kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya fruktosa dalam mani juga
30
mengalami perubahan oleh proses-proses dalam vesiculae seminales dan
ductuli ejaculatorii, pada hipoplasia dan radang vesiculae seminales dan
pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii kadar fruktosa menurun.
Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa
dalam mani menjadi nol.
31
BAB III
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk
mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat
kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk
memperoleh keturunan. Seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah
atau steril sulit baginya untuk memperoleh keturunan. Oleh karena hal
tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya
untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu
melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-
dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan,
jangka waktu sebesar itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk
sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma
secepatnya diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh
sperma tidak boleh didinginkan dibawah 20C atau dipanaskan diatas 40C,
oleh karena kedua hal ini dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas
spermatozoa.
32
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Kimia Klinik Jilid I, Pusdiknakes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989
33