TITLE
Title 1 Wanita Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Paranoid Remisi Parsial
ABSTRACT
Structured summary 2 Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada
proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau
emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan,
terutama karena waham dan halusinasi, assosiasi terbagi‐bagi
sehingga muncul inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta
psikomotor yang menunjukkan penarikan diri,
ambivalensi, dan perilaku bizar.
Untuk menegakkan diagnose skizofrenia paranoid remisi parsial.
Sampel dalam penilitian ini Ny.D 35 tahun yang mengalami
skizofrenia paranoid.
INTRODUCTION
Rationale 3 Karena untuk menegakkan diagnosa skizofrenia paranoid remisi
parsial (F20.04) harus memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia
dan sebagai tambahannya terdapat: halusinasi dan atau waham
harus menonjol, suara‐suara halusinasi yang mengancam
pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing).
Objectives 4 Sampelnya Ny.D, dengan intervensi ananmnese, desain
penelitiannya desktripif, hasilnya Diagnosis pasien adalah
skizofrenia paranoid remisi parsial.
METHODS and RESULTS
Protocol and 5 Panelitian dilakukan dengan anamnesis seperti wawancara
registration ataupiun merujuk pada status psikiatri pasien yang kemudian
ditemukan data-data yang mendukung untuk ditegakkan diagnosa
skizofrenia paranoid remisi parsial (F.20.04) yang menyingkirkan
diagnosa sebelumnya yaitu diagnosa gangguan psikotik akut
(F.23)
Eligibility criteria 6 http://repository.lppm.unila.ac.id/2311/1/Jurnal%20juli-agust
%2016.pdf
Information sources 7 Anamnesa dan Rekam Medik
TITLE
Title 1 Gambaran Perilaku Pengasuhan Orang Tua pada Anak yang
Memiliki Riwayat Gangguan Skizofrenia
ABSTRACT
Structured 2 Latar belakang : Anak yang mengalami gangguan skizofrenia tidak dapat
summary berfungsi secara optimal dalam kehidupannya dan terganggu dalam menilai
realitas hidupnya sehingga keberadaan anak dengan riwayat gangguan
skizofrenia sering dianggap berbahaya oleh masyarakat. Banyak orang tua yang
menyerahkan sepenuhnya penanganan penderita kepada petugas medis
karena adanya stigmatisasi masyarakat sehingga anak cenderung mengalami
kekambuhan karena tidak adanya peran orang tua.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui informasi yang utuh dan mendalam
mengenai perilaku pengasuhan orang tua pada anak yang memiliki riwayat
gangguan skizofrenia.
Sample penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak penderita
skizofrenia dengan tipe yang berbeda dan significant others yakni orang
terdekat dan perawat yang menangani anak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat beberapa perilaku pengasuhan orang tua pada anak yang
memiliki riwayat gangguan skizofrenia dalam rangka mengurangi risiko
kekambuhan. Perilaku pengasuhan yang tergambar yaitu secara fisik orang tua
berusaha untuk melindungi anak dengan menyediakan kebutuhan dasar anak
dan memberi kesempatan anak dalam beraktivitas sesuai dengan keinginan
anak. Secara emosi, orang tua melindungi anak dengan memberikan
pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak
menyenangkan seperti mendampingi anak saat kontrol dan menemani anak
saat merasa takut, dan menuruti apapun keinginan anak. Secara sosial, orang
tua berusaha mengembalikan anak ke lingkungan sekolah dan meminta agar
pihak sekolah tidak memperlakukan anak dengan buruk, menghubungi pihak
tertentu lainnya seperti perawat dan teman-teman anak untuk mengetahui
kondisi anak, serta memberi kesempatan anak dalam bergaul dengan teman
yang diinginkan anak.
INTRODUCTION
Rationale 3 Untuk mengetahui bagaimana perilaku pengasuhan yang dilakukan oleh
orang tua pada anak yang memiliki riwayat gangguan skizofrenia.
Objectives 4 Sampelnya yaitu pengasuh yg merawat anak yang pernah didiagnosis
gangguan skizofrenia dan awal diagnosis ketika anak berusia 7-12 tahun.
Intervensi yang dilakukan mengamati perilaku pengasuh pada anak
skizofrenia.
METHODS and RESULTS
Protocol and 5 Penelitian ini difokuskan pada bagaimana perilaku pengasuhan
registration
yang dilakukan oleh orang tua pada anak yang memiliki riwayat
gangguan skizofrenia. Anak dengan riwayat gangguan skizofrenia
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang pernah
didiagnosis gangguan skizofrenia dan awal diagnosis ketika anak
berusia 7-12 tahun. Anak pernah menjalani rawat inap lebih dari
satu kali sehingga terlihat tingkat kekambuhannya. Perilaku
pengasuhan yang diamati orang tua pada anak skizofrenia
meliputi pengasuhan secara fisik, emosi, dan sosial.
Subyek pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu subyek
kasus dan subyek informan.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan pada
anak yang memiliki riwayat gangguan skizofrenia dengan dua
setting. Pertama yaitu pada saat wawancara dengan
memperhatikan gerakan tubuh, ekspresi wajah serta intonasi suara
suara selama wawancara berlangsung. Kedua, dengan
memperhatikan keseharian subyek dan anak di lingkungan tempat
tinggal atau melakukan kontrol di RSJD Surakarta.
Eligibility 6 https://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/77
criteria
Information 7 Cara mengambil data dalam penelitian ini adalah melalui riwayat hidup,
sources interview (wawancara), dan observasi (pengamatan).
Search 8 Pengasuhan, skizofrenia
Study selection 9 Perilaku pengasuh orang tua pada anak yang memiliki skizofrenia
Data collection 10 Proses pencarian data melalui riwayat hidup, interview (wawancara), dan
process observasi (pengamatan).
Data items 11 Data dari hasil penelitian ini diperoleh dari blangko riwayat hidup,
wawancara, dan observasi. Melalui wawancara dan observasi terhadap
anak dan subyek dapat dilihat gambaran mengenai perilaku pengasuhan
subyek baik secara fisik, emosi, dan sosial.
Hasil penelitian 12 Berdasarkan deskripsi hasil penelitian maka dapat dijelaskan mengenai
pengasuhan orang tua pada anak yang memiliki riwayat gangguan
skizofrenia baik secara fisik, emosi, dan sosial. Pengasuhan fisik pada anak
dengan riwayat gangguan skizofrenia yang tergambar yaitu aktivitas orang
tua dalam membimbing dan melindungi anak yang bertujuan agar anak
dapat bertahan hidup yaitu dengan menyediakan kebutuhan dasar anak di
dalam dan di luar rumah. Misalnya kebutuhan untuk makan, tidur, mandi,
pengobatan atau kontrol, belajar, sekolah, dan lain-lain. Pengasuhan
tersebut lebih menunjuk pada aktivitas yang dilakukan anak sehingga anak
dapat berkembang secara optimal yang tentunya dipengaruhi oleh peran
orang tua.
Kesimpulan 13 - Gambaran perilaku pengasuhan fisik orang tua pada anak dengan riwayat
gangguan skizofrenia dalam rangka mengurangi risiko kekambuhan yaitu
orang tua berusaha untuk melindungi anak dengan menyediakan
kebutuhan dasar anak di dalam dan di luar rumah.
- Gambaran perilaku pengasuhan emosi orang tua pada anak yang memiliki
riwayat gangguan skizofrenia dalam rangka mengurangi risiko kekambuhan
yaitu orang tua melindungi anak dengan melakukan pendampingan ketika
anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti
mendampingi anak saat kontrol dan menemani anak saat sedang takut.
Keterbatasan 14 -
penelitian
Kritik 15 - Seharusnya lebih dijabarkan lagi rentang umur anak yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini
Implikasi - Jurnal ini bisa di aplikasikan ke rumah sakit jiwa khusus pada
bangsal anak yang memiliki gangguan skizofrenia, karena jurnal ini
membuktikan bahwa prilaku pengasuh dalam hal fisik maupun
emosi yang bertujuan mengurangi risiko kekambuhan pada anak
membuktikan bahwa perkembangan anak lebih dapat optimal.
Apalagi semisal yang memberikan perilaku asuh ini ialah tenaga
kesehatan di rumah sakit sakit jiwa yang seharusnya bisa lebih dari
ini.
Hasil analisis jurnal 3
TITLE
Title 1 Social cognition in schizophrenia
ABSTRACT
Structured summary 2 Individu dengan skizofrenia menunjukkan gangguan
kognisi sosial, yang bermanifestasi sebagai kesulitan
dalam mengidentifikasi emosi,perasaan terhubung ke
orang lain, menyimpulkan pikiran orang dan bereaksi
secara emosional kepada orang lain. gangguan kognitif
social ini mengganggu hubungan sosial dan merupakan
penentu yang kuat dari tingkat gangguan fungsi sehari-
hari pada individu tersebut.
Tujuan nya meninjau temuan terbaru dari bidang kognisi
sosial dan ilmu saraf sosial dan mengidentifikasi proses-
proses sosial yang terganggu pada skizofrenia.
Sample dalam penelitian ini sebagian besar pasien
pengguna obat psikoaktif, dan individu yang terlibat
sebagian besar adalah lelaki.
INTRODUCTION
Rationale 3 Penemuan ini sebagai literatur yang ditemukan pada
sistem neuron cermin, yang telah diidentifikasi dalam
beberapa spesies. Studi dari sistem neuron cermin
manusia telah terutama digunakan fMRI untuk
mengidentifikasi daerah otak yang aktif sebagai individu
mengamati tindakan motorik orang lain (seperti gerakan
jari atau tangan sederhana) atau karena mereka sendiri.
Objectives 4 Tujuan penelitian ini ialah meninjau temuan terbaru dari
bidang kognisi sosial dan ilmu saraf sosial dan
mengidentifikasi proses-proses sosial yang terganggu
pada skizofrenia.
Sample dalam penelitian ini sebagian besar pasien
pengguna obat psikoaktif, dan individu yang terlibat
sebagian besar adalah lelaki.
intervensi dalam penelitian ini khusus dirancang untuk
meningkatkan regulasi emosi, seperti terapi perilaku
dialektis serta pelatihan kesadaran, yang saat ini mulai
diterapkan pada skizofrenia.
Hasilnya studi non-afektif pengolahan wajah dalam
skizofrenia telah menghasilkan hasil yang bertentangan,
sedangkan penelitian pengolahan wajah afektif pada
skizofrenia lebih konsisten dan telah menunjukkan
bahwa pasien dengan skizofrenia menunjukkan
hipoaktivativasi di daerah otak yang berhubungan
dengan persepsi wajah afektif dan hiperactivatisi di
daerah tidak biasanya terkait dengan persepsi wajah.
METHODS and RESULTS
Protocol and registration 5 Jalannya penelitian melalui beberapa tahapan tes prilaku
kognitif social-persepsi isyarat sosial, kognisi social dan
non-sosial, melalui EEG dan studi fMRI sehingga
ditemukan bahwa setiap proses sosial juga bisa ured itu
dapat mengukur sebagai dimensi berkelanjutan yang
mencerminkan derajat kerusakan pada berbasis kinerja
atau roscientific neutrofil tugas yang relevan.
Data collection process 10 Proses mencari data melalui observasi dan studi kasus.
TITLE
Title 1 Delusional Misidentification Syndromes in Patients of Paranoid
Schizophrenia: Case Series and Review
ABSTRACT
Structured 2 Delusi Salah identifikasi adalah istilah yang luas untuk sekelompok
summary Gangguan delusi melibatkan keyakinan bahwa identitas seseorang, benda
atau tempat entah
bagaimana berubah atau telah diubah. Istilah 'Delusional Salah identifikasi
Syndrome' (DMS) pertama kali digunakan oleh Christodoulou.
INTRODUCTION
Rationale 3 Untuk mengidentifikasi jenis sindrom DMS.
Objectives 4 Sampelnya lima pasien skizofrenia paroniod. Intervensi yang dilakukan
yaitu wawancara kepada pasien dan diberikan terapi psikofarmaka
METHODS and RESULTS
Protocol and 5 Di sini kami melaporkan lima pasien skizofrenia tipe paranoid. Yang
registration pertama memiliki khayalan Fregoli ini, kedua memiliki kombinasi Fregoli
dan Capgras delusi, ketiga memiliki kombinasi Capgras dan klonal
pluralisasi, keempat memiliki Capgras khayalan untuk benda dan kelima
memiliki Capgras khayalan. kasus kami memiliki DMS dalam hubungan
dengan skizofrenia paranoid. Berbagai kasus lain dari DMS telah
dilaporkan dalam literatur, terkait dengan kejiwaan serta neurologis
Eligibility criteria 6 https://pdfs.semanticscholar.org/ce4c/4f2458ab7ff065b894d7546e698aa83
f96c4.pdf
Information 7 Cara mengambil data dalam penelitian ini adalah melalui studi kasus.
sources
Search 8 Delusional Misidentification, Paranoid Schizophrenia, Facial Recognition,
Fregoli, Capgras, Clonal Pluralization.
Study selection 9 Syndrome salah identifikasi pada skizofrenia paranoid
TITLE
Title 1 Adherence, insight and disability in paranoid
schizophrenia
ABSTRACT
Structured summary 2 wawasan telah lama dikaitkan dengan baik prognosis
dan berfungsi pada pasien dengan skizofrenia; juga, itu
adalah kunci untuk kepatuhan
pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara
wawasan, kepatuhan terhadap pengobatan
farmakologis, dan cacat pada
skizofrenia, dan untuk mempelajari peran mediasi
potensi kepatuhan antara wawasan dan kecacatan.;
Sampel dalam penelitian ini berjumlah Delapan puluh
pasien, dengan diagnosis skizofrenia paranoid,
INTRODUCTION
Rationale 3 untuk menilai hubungan antara wawasan, kepatuhan
terhadap pengobatan farmakologis, dan cacat pada
skizofrenia
Objectives 4 Sampel dalam penelitian ini berjumlah Delapan puluh
pasien, dengan diagnosis skizofrenia paranoid,
METHODS and RESULTS
Protocol and registration 5 Studi ini disetujui oleh Institutional Review Board dari
Rumah Sakit Umum Universitario Gregorio
Marañón. Ditulis informed consent diperoleh dalam
semua kasus. Para peneliti memastikan bahwa
setiap pasien menerima informasi yang lengkap dan
tepat tentang studi baik secara lisan dan tertulis.
Pasien diberitahu bahwa mereka bisa menarik diri dari
penelitian tanpa merugikan pengobatan
mereka, diberi waktu untuk memutuskan apakah atau
tidak untuk berpartisipasi sekali informasi itu
membaca, dan bebas untuk bertanya apa yang mereka
inginkan.
Semua penilaian klinis (NART, PANSS, SUMD, WHO-
DAS, dan CRS timbangan) diberikan oleh
dua konsultan senior yang (EPF dan IGC), pemimpin tim
peneliti, dengan pengalaman yang luas
dalam manajemen dan penilaian pasien dengan psikosis
dan dilatih dalam penggunaan alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini. Antar-penilai reliabilitas
(koefisien korelasi intraclass FFI sien) sangat
baik (> 0,75) untuk semua skala: PANSS; SUMD; CRS,
NART; WHO-DAS.
Eligibility criteria 6 https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.09.021
Data items 11 Hasil data berupa tabel, ada hubungan antara wawasan,
simtomatologi, dan cacat
(lihat tabel 3 ); (Ii) wawasan dan simtomatologi (gejala
negatif) dikaitkan untuk kepatuhan (lihat tabel 3 );
(Iii) kepatuhan dikaitkan dengan kecacatan (lihat tabel 3
), Dan iv) e ff dll wawasan dan simtomatologi
pada kecacatan adalah modi fi ed setelah
mengendalikan kepatuhan (lihat tabel 5 ).
Hasil penelitian 12 Penelitian ini menganalisis peran wawasan dalam hasil
fungsional, dalam hal kecacatan, pada
pasien dengan skizofrenia paranoid. Hal ini juga meneliti
hubungan antara wawasan, simtomatologi,
kepatuhan, dan cacat, serta peran mediasi potensi
kepatuhan antara wawasan dan kecacatan. Kami
menemukan bahwa wawasan miskin memainkan peran
utama dalam kecacatan pada pasien dengan
skizofrenia paranoid, dan bahwa sebagian dimediasi
oleh wawasan yang buruk pada
kepatuhan perlakuan buruk. gejala negatif juga terkait
dengan kecacatan yang lebih besar dalam
populasi klinis ini.
kesimpulan 13 wawasan, kepatuhan, dan gejala negatif menyumbang
54,2% dari varians kecacatan. Ditemukan
konsisten dengan Segarra et al. (2012) , Yang
menemukan bahwa perubahan gejala wawasan dan
negatif (spesifik fi Cally, isolasi sosial) adalah prediktor
terbaik dari prognosis dalam studi tindak lanjut
1 tahun dari 127 pasien dengan
Keterbatasan penelitian 14 -