Sitemap
Privacy Policy
Disclaimer
Contact
Tugas Makalah
HOME
PESAN MAKALAH
o
o
o
o
DOWNLOAD
o
o
o
o
KESEHATAN
o
o
MOTIVASI
o
o
o
TIPS DAN TRIK
TAUKAH ANDA
Karakteristik ajaran islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang
ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya
menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang di izinkan-Nya. Dengan
demikian visi Islam itu sendiri adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran Islam itu sendiri
yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia sebagai makhluk yang hanya diperintahkan
agar beribadah kepada-Nya.
Diketahui bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai
dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sampai pada
kehiduan rumah tangga dan masih banyal lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran
islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai ilmu. Dalam
al-quran yan merupakan sumber ajaran islam, misalnya dijumpai ayat-ayat tentan proses
pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh manusia.
Dari berbagai sumber kepustakaan tentang islam ditulis para tokoh dapat diketahui bahwa
islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenla melalui konsepsinya dalam
berbagai bidang, misalnya bidang agama, ibadah, pendidikan, dan lain-lain serta islam
sebagai sebuah disiplin ilmu. Selain itu kenyataannya menunjukkan bahwa islam sebuah
agama yang dapat dilihat dari sisi mana saja, dan setiap sisinya itu akan senantiasa
memancarkan cahaya yang terang.
B. Rumusan Masalah
1. Karakteristik Umum
2. Karakteristik Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Umum
1. Karakteristik umum
a. Islam sebagai agama prophetic, revealed religion, mission religion, agama wahyu, agama
samawi, merupakan konstinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah para Nabi.
b. Islam sebagai Din dan Tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal , mencakup semua
sendi kehidupan manusia baik dimensi vertikal maupun horizontal.
c. Islam adalah agama yang mengakui adanya pluralitas, keanekaragaman keyakinan,
kepercayaan, agama, manusia.Sehingga islam mengakui eksistensi agama lain. Akan tetapi,
Islam menolak paham pluralisme yang menganggap bahwa di dalam pluralitas agama
terdapat hakikat yang sama, yakni sama-sama pasrah, patuh, dan tunduk sepenuhnya kepada
Tuhan. Pluralisme adalah paham yang mengajarkan adanya kesadaran akan satu Tuhan,
banyak jalan.Untuk menuju pada Tuhan yang satu, terdapat berbagai jalan. Islam melihat
bahwa pasrah dan tunduk haris melalui cara yang ditentukan oleh Allah, yang dalam hal ini
telah terangkum dalam Din Al-Islam. Segala bentuk kepatuhan kepada Tuhan, yang tidak
sesuai dengan cara-cara dalam Islam merupakan sebuah jalan yang sesat.
d. Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuwan. Sehingga bagi
umat Islam Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam, merupakan sebuah grand
theory, dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Karakteristik Khusus
2. Karakteristik Khusus
a. Bidang Aqidah
1) Akidah Islam adalah aqidah tauqifiyyah , artinya adalah akidah Islam dijelaskan secara
terperinci. Mana perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori tauhid dan syirik
disebutkan secara jelas, tanpa ada sedikitpun yang tercecer. Hal ini di sebabkan bahwa
aqidah merupakan bagian yang terpenting dalam ajaran Islam.
2) Akidah Islam adalah aqidah ghoibiyyah, artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan
kepercayaan terhadap adanya Allah, hal-hal yang bersifat ghaib, malaikat, dan hari akhir.
Walaupun demikian, bukan berarti ajaran Islam tidak bisa dicerna oleh akal dan panca indra.
3) Akidah Islam adalah akidah syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya terdapat integritas
antara dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman, dan amal. Di samping itu,
akidah Islam memiliki persepsi yang integral tentang masalah-masalah kemanusiaan
universal seperti, Tuhan, manusia, dan alam.
Tepi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti
kebenaran, maka ketahuilah, bahwasannya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.
al-Baqarah (2): 209)
3. HUMANIS
Karakteristik ajaran Islam tentang humanis ini dapat dilihat dari upaya Islam yang
melindungi hak asasi manusia sebagaimana dapat dilihat dari segi visi, misi dan tujuannya,
yakni bahwa ajaran Islam memiliki ciri tidak hanya menyejahterakan dunia dan akhirat;
jasmani dan rohani, individual dan sosial, lahir dan batin; tidak hanya bersifat local, nasional,
regional, melainkan juga bersifat internasioanl. Ajaran Islam bertujuan memelihara dan
melindungi seluruh hak-hak asasi manusia, yakni hak hidup (hifdz al-nafs), hak beragama
(hifdz al-din), hak berfikir (hifdz al-‘aql), hak memiliki keturunan (hifdz al-nasl), dan hak
mendapatkan, memiliki dan menggunakan harta (hifdz al-maal). Hal ini sejalan dengan
firman Allah SWT:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia, dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (QS. al-Qashash (28): 77)
4. MILITANSI MODERAT
Karakteristik militansi moderat ajaran Islam ini antara lain dapat dilihat dari segi sumbernya.
Yakni bahwa ajaran Islam bukan hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Sunah
(normative), melainkan juga berpedoman pada pendapat para ulama dan umara (ulu al-amri),
peniggalan sejarah, adat istiadat dan tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan
teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sumber yang demikian itu, ajaran Islam
mampu beradaptasi dan menjelaskan berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Khusus mengenai sumber ajaran Islam, Al-Qur’an ini memiliki beberapa berikut: Pertama,
ada ayat-ayat yang mengandung ajaran yang bersifat pasti (qatht’I al-dalalah) yang tidak
membutuhkan interpretasi atau pemikiran manusia, yakni ajaran yang berkaitan dengan
akidah, ibadah, dan hal yang berkaitan dengan akhlak. Yang berkaitan akidah dengan akidah
misalnya hal yang berkaitain dengan rukun iman (iman kepada Allah, para malaikat, kitab,
para nabi, hari kiamat dan ketentuan baik l dan buruk (takdir), hal yang berkaitan dengan
rukun Islam, hal yang berkaitan dengan akhlak, serta sebagian kecil yang berkaitan dengan
hal-hal yang berkenaan dengan muamalah. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang
jumlahnya jauh lebih banyak sifatnya dzanni dan interpretable, yakni dapat ditafsirkan sesuai
dengan situasi dan kondisi dan kondisi. Pada bagian kedua ini, Al-Qur’an hanya memberikan
isyarat-isyarat, prinsip atau garis besarnya saja, sedangkan dari segi penafsiran dan
pejelasannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ayat Al-Qur’an yang demikian
itu antara lain berkenaan dengan ekonomi, politik dan ketatanegaraan, kemasyarakatan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, peradaban dan sebagainya.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat interpretable itulah yang menampung masukan dari
pemikiran para ulama, sistem dan tata nilai yang berkembang di masyarakat , berbagai
temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagainya. Dengan sifatnya
yang demikian itu, maka ajaran Islam akan dapat menyesuaikan diri dan merespons berbagai
perkembangan dalam masyarakat dengan tetap tidak melanggar atau tidak bertentangan
dengan ajaran yang bersifat qathi’i. dengan sifatnya yang demikian itulah Islam akan sesuai
dengan perkembangan zaman.
5. DINAMIS
Islammela adalah agama samawi yang diturunkan terakhir. Ia menjadi pedoman hidup umat
manusia hingga akhgir zaman. Selanjutnya, karena keadaan zaman dari waktu ke waktu
selalu berubah baik dari segi pola komunikasi, interaksi, transaksi, dan berbagai aspek hidup
lainnya, maka ajaran Islam juga harus menhikuti dinamika ini. Di antara cara untuk
menampung dinamika masyarakat ini, ajaran Islam menyediakan peluang atau space untuk
para ulama untuk melakukan reinterpretasi, dan reformasi terhadap ajaran Islan tersebut,
yakni dengan menyediakan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat intrepetable (dzanni al-
dalalah) yaitu ayat yang bersifat mutasyabihat. Allah SWT berfirman:
Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu; di antaranya ada ayat-ayat yang
muhkamat (terang meknanya). Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah
dan mencari-cari takwilnya (menurut kemauannya), padahal tidak ada yang mengetahui
takwilnya (menurut kemauannya), padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali
Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman dengannya
(kepada ayat-ayat yang mutasyabihat); semuanya itu dari sisi Tuhan kami”, dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS.
Ali ‘Imran (3): 7)
Dengan adanya ayat-ayat yang mutasyabihat tersebut, maka ajaran Islam dapat merespons
atau menjawab berbagai masalah yang secara eksplisit atau secara terang benderang belum
dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Misalnya di dalam yakni apakah bentuk negara tersebut
republic (presidensial), kerajaan, parlementer, perpaduan antara kerajaan dan republic. Al-
Qur’an mempersilahkan kepada manusia untuk memilih bentuk negara yang paling sesuai
dengan situasi dan kondisi dimana negara tersebut didirikan.
6. TOLERANSI
Karakteristik ajaran Islam yang toleran ini dapat dilihat dari segi sifatnya yang menyatakan,
bahwa agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam. Namun pada sisi lain Islam juga
menghormati eksistensi agama lain, dan seligus memberikan kesempatan pada agama ini
untuk berkembang, dianut oleh umat manusia, bersikap toleran, tidak menyalahkan atau
mengolok-olok, serta agar hidup berdampingan dengan agama lain. Allah SWT berfirman:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir (1), aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
(2), dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3), dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah (4), dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah (5), bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. (QS. al-Kaafirun
(109): 1-6)
Katakanlah: “Kami telah beriman kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Ya’qub dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi
dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya
kepada-Nyalah kami menyerahkan diri. (QS. Ali ‘Imran (3): 84)
Jika ayat-ayat tersebut antara yang satu dengan yang lainnya dihubungkan, maka terdapat dua
hal.Pertama, Islam membangun toleransi terhadap agama-agama yang serumpun, yakni
agama samawi yang pernah diturunkan Tuhan kepada para nabi sebelumnya, yakni Nabi
Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa, dan para nabi lainnya. Misi yang dibawa para nabi
ini dengan misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yakni mengajak manusia beriman
kepada Allah SWT serta berserah diri terhadap ketentuan yang diperintahkannya. Perbedaan
antara agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan agama yang dibawa oleh
para nabi sebelumnya terletak pada syari’atnya dalam bidang ibadah, muamalah, hukum dan
lainnya, mengingat dengan adanya perbedaan antara situasi dan kondisi masyarakat yang
dihadapi masing-masing agama tersebut. Adanya perbedaan ini diakui dan dihormati oleh
Islam, sehingga antara satu dan lainnya dapat hidup berdampingan, rukun, dan damai. Kedua,
Islam membangun toleransi terhadap agama yang tidak serumpun, bahkan terhadap orang-
orang yang tidak beragama sekalipun, sehingga antara orang yang beragama dan tidak
beragama tidak akan saling mengolok-olok. Dengan pandangan yang inklusif ini, maka
adanya perbedaan agama, budaya, tradisi, warna kulit, suku, kebangsaan, dan lain sebagainya
tidak digunakan sebagai alasan untuk melakukan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
yang secara manusiawi akan saling menguntungkan.
Karakteristik ajaran Islam yang bersifat inklusif normative atau teori yang tertulis dalam kitab
suci, melainkan telah dipraktikkan oleh umat Islam ketika berkuasa di Spanyol, India, dan
lain sebagainya.sejarah mencatat, behwa ketika umat Islam berkuasa di Spanyol yang
mayoritas penduduknyamemeluk agama Katolik, ternyata Islam sangat menghormati agama
yang dianut penduduk ini, dan tidak memaksanya untuk menganut Islam. Demikian pula,
ketika Islam berkuasa di India yang mayoritas penduduknya untuk menganut agamanya itu.
Namun demikian, perlu dibedakan antara inklusif dan inklusifisme. Inklusif adalah sikap
yang hanya mengimani, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, namun
pada saat yang bersamaan ia juga menghormati penganut agama lain. Adapun inklusifisme
adalah sikap yang mengimani, menghayati atau mengamalkan semua agama yang ada, atau
menerima kebenaran semua agama, dan menganggpnya tidak ada agama yang paling benar,
atau sikap membenarkan semua agama. Islam menerima adanya inklusif, tetapi menolak
inklusifisme, karena inklusifisme sama dengan sikap musyrik.
7. KOSMOPOLIT
Karakteristik kosmopolit yang dimiliki ajaran Islam dapat dilihat pada sikap Islam yang
menjadikan seluruh umat manusia yang memiliki keragaman budaya, bahasa, tanah air, dan
lainnya sebagai sasarannya. Islam bukan hanya untuk suatu bangsa atau kelompok tertentu,
melainkan untuk semua umat manusia. Perbedaan warna kulit, suku bangsa, budaya, dan
lainnya tidak menjadi halangan unutk menjadi penganut Islam. Dengan karakternya yang
kosmopolit ini, maka Islam dapat mempersatukan dan mempersaudarakan seluruh umat
manusia di dunia dengan dasar yang sangat kukuh, yakni iman dan takwa kepada Allah SWT.
Karakteristik Islam yang kosmopolit ini telah dipraktikkan Islam dalam sejarah, yakni ketika
umat Islam berkuasa di Baghdad, Islam telah dianut bukan hanya orang Arab, melainkan juga
oleh orang non-Arab, seperti Persia dan Turki, bahwa melalui upaya bangsa non-Arab inilah
Islam pernah mengalami kejayaan dan kemajaun yang luar biasa. Karakter Islam yang
bersifat kosmopolit ini dapat dipahami dari beberapa ayat sebagai berikut\:
Dan tidaklah Aku mengutus engkau (Muhammad), melainkan agar (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS. al-Anbiya (21): 107)
Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adiantara
kamu di sis Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujurat (49): 13)
8. RESPONSIF
Karakteristik ajaran Islam yang responsive dapat dilihat dari awal kedatangan Islam
kedatangan Islam pertama kali yang sudah terlibat dengan berbagai masalah yang dihadapi
umat manusia. Syekh al-Nadvi dalam bukunya Maadza Khashira al-Alam bi Inhithath al-
Muslimin (Kerugian Apa yang Diderita Dunia Akibat Kemerosotan Umat Islam)
mengatakan, bahwa pada saat Islam datang keadaan dunia seperti baru saja dilanda gempa
yang dahsyat dan disertai Tsunami. Keadaan yang demikian ini merata di seluruh dunia, yang
digambarkan oleh Al-Qur’an dengan ungkapan fi dlalal al-mubin (kesesatan yang nyata), fi
dzulumat (kegelapan pikiran dan jiwa), jahilyah (memiliki jalan hidup yang semata-mata
memuaskan hawa nafsu dan kebendaan). Keadaan ini pula dijumpai di jazirah Arab. Hal ini,
oleh Islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan al-Sunah. Islam datang bukan
dalam ruang yang hampa masalah, melainkan dalam suasana pergulatan dalam memecahkan
berbagai masalah. Allah SWT berfirman:
Dialah yang member rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampun untukmu),
supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia
adalah Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS. al-Ahzab (33): 43)
9. PROGRESIF DAN INOVATIF
Sebagai akibat dari peran dan fungsinya dalam menjawab berbagai masalah yang maupun
beraneka ragam dan selalu mengalami perkembangan dari segi jenis, bentuk, sifat maupun
volumenya, maka ajaran Islam harus senantiasa memperbaharui dirinya dari waktu ke waktu
dalam bentukpemikiran baru dan kontekstual dengan berbagai kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, Islam tidak akan ketinggalan zaman, dan senantiasa memperbarui dirinya.
Sifat Islam yang progresif itu telah diwujudkan umat Islam di zaman klasik, yakni dengan
melahirkan karya-karya inovasi dan orisinil dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
peradaban, dalam bentuk persenjataan, bangunan gedung istana, benteng, jembatan, lembaga
pendidikan, pakaian, peralatan rumah tangga, kedokteran, pertanian, peralatan produksi, obat-
obatan, dan masih banyak lagi. Berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia ini
dihasilkan atas dorongan jaran Islam yang bersifat progresif dan inovatif, situasi dan kondisi
masyarakat yang aman dan stabil, serta adanya berbagai kebutuhan hidup yang bersifat
pragmatif.
10. RASIONAL
Ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadist selain memuat
perintah juga larangan. Seluruh perintah Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat, dan haji
sejalan dengan akal pikiran dan kebutuhan manusia yang bersifat spiritual dan moral. Dengan
melaksanakan berbagai perintah ini, manusia selain akan memiliki ketenangan jiwa, juga
kehidupan yang lurus dan berakhlak mulia sebagai suatu syarat guna mewujudkan keadaan
masyarakat yang rukun, damai, tertib, harmonis, tolong-menolong, dan sebagainya. Demikian
pula ada larangan Allah SWT seperti berjudi, meminum khamar, berzina, menyekutukan
Tuhan, dan membunuh juga sejalan dengan akal pikiran manusia, karena berbagai perbuatan
ini akan merugikan bagi orang yang melakukannya. Dengan demikian, ajaran Islam dalam
bentuk perintah dan larangan inisejalan dengan akal manusia.
Selain itu, sifat dari ajaran Al-Qur’an sebagian besar bersifat global dan isyarat-isyarat yang
bersifat umum yang apabila ingin dilaksanakan, maka membutuhkan pemikiran atau ijtihad
manusia untuk menjabarka dan merinci, dan menentukan cara-caranya. Keadaan ayat yang
bersifat umum ini selain dalam rangka memberikan peluang kepada akal manusia, juga agar
manusia dapat menyesuaikan hasil ijtihadnya itu sesuai dengan perkembangan zaman. Tanpa
adanya hasil ijtihad akal pikiran manusia, maka secara praktis agama kan sulit dilaksanakan.
Karena demikian pentingnya kedudukan akal dalam ajaran Islam, maka setiap orang yang
mengamalkan ajaran Islam harus dalam keadaan sadar dan normal. Orang yang dalam
keadaan mabuk atau gila tidak diwajibkan mengamalkan ajaran Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan karakteristik ajaran Islam yang demikian itu, maka sangatlah beralasan jika ada
sebagian orang yang berpendapat bahwa Islam adalah sebagai jalan hidup yang terbaik (Islam
is the best way of life). Dengan sifatnya yang demikian itu, maka tidak pula berlebihan jika
ada sementara pendapat yang mengatakan, bahwa di masa depan Islam akan menjadi
alternative utama dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Dengan mempelajari sifat dan karakteristik ajaran Islam yang demikian, maka seseorang
dapat mengatakan, bahwa nilai-nilai ideal, universal dan unggul yang selama ini banyak
dikemukakan para futurology dan pemikir kreatif, inovatif yang dikemukakan para pakar
belakangan ini, sesungguhnya telah dikemukakan Islam selama lima belas abad yang lalu.
Ketidaktahuan umat Islam terhadap nilai-nilai yang unggul tersebut sebagai akibat dari
adanya pemahaman Islam yang terlepas dari visi, misi, dan tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. Yatimin, 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar grafika offset
Nata, Abuddin, …. Studi Islam Komprehensif. ……: ……….