Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CA RECTI

Disusun Oleh:
RIZQI YULIANTIKA HIDAYATI
P1337420217035
3A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMEMTERIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan
keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar
sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari
polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor
ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan
dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and
Wilson, 2006).
Ca Kolorectal merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian rekti yang terjadi akibat gangguan
proliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Black & Hawks, 2014).
Kanker rekti adalah kanker yang berasal dalam permukaan
rektum/rectal. Umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel
yang tidak ganas, terdapat adenoma atau berbentuk polip.
2. Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya kanker rectum menurut
Smeltzer, Burke, Hinkle, dan Cheever (2010) sebagai berikut:
a. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971)
dalam Price & Wilson (2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat
dan kaya karbohidrat ¬refined mengakibatkan perubahan pada flora feses
dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan
protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik.
Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa
transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
b. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
c. Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan
sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
d. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon
(misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun
memiliki risiko yang lebih besar.
e. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat
risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rectal.
f. Riwayat kanker rektal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka kemungkinan
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia
muda.
g. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi
yang sering.
h. Usia di atas 50
Kanker rekti biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari
90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50
tahun ke atas.
3. Tanda dan gejala
Gejala yang paling menonjol dari ca recti adalah (Smeltzer, Burke,
Hinkle, & Cheever, 2010):
a. Perubahan kebiasaan defekasi
b. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
c. BAB berdarah segar dan BAB berdarah lendir
d. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
e. Anoreksia
f. Penurunan berat badan tanpa alasan
g. Keletihan
h. Mual dan muntah-muntah
i. Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
j. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
k. Perut sering terasa kembung atau keram perut
l. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian
(umumnya konstipasi), serta feses berdarah.
4. Pathofisiologi
Umumnya kanker rektal adalah adenokarsinoma yang berkembang
dari polip adenoma. Insiden tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor
secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat
timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih
dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker rektal
menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus,
submukosa dan dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung,
duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding
abdomen juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastase ke kelenjar getah
bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu
terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional
masih normal (Price, 2006).
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem
limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru,
otak, tulang dan ginjal. Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa
gejala hingga tahap lanjut karena pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15
tahun sebelum muncul gejala (Price, 2006). Manifestasi tergantung pada
lokasi, tipe dan perluasan serta komplikasi. Perdarahan 6sering sebagai
manifestasi yang membawa pasien datang berobat. Gejala awal yang lain
sering terjadi perubahan kebiasaan buang air besar, diare atau konstipasi.
Karekteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia dan kehilangan berat badan.
Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rektum. Biasanya pasien
tampak anemis akibat dari perdarahan.
Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat
terdeteksi dan penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal
mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih
rendah pada usia dewasa tua . Komplikasi primer dihubungkan dengan
kanker kolorektal :
a. Obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi;
b. Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga
peritoneal oleh isi usus;
c. Perluasan langsung tumor ke organorgan yang berdekatan.

The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan


TNM staging system yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4
stadium (Stadium I-IV).

a. Stadium 0
Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar ke
bagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga
Dukes A rectal cancer.
c. Stadium II
Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
5. Pathwhay
Kebiasaan Makan

(TInggi Karbohidrat
Kolitis &

Ulceratif Rendah Serat

Polimerase Karsinogen

Membuat DNA baru Polip


Faktor Genetik Colon

Kerusakan DNA

Penggabungan DNA
asing dan DNA induk

Sintesis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transportasi Kanker

Pertumbuhan sel liar


ganas

Ca Recti
Gangguan Kurang
Citra Pengetahuan
Tubuh

Perdarahan
Per Anus Cemas
Gangguan Hemoroid
rasa Perubahan Kebiasaan
PK : Perdarahan Defikasi :
nyaman
PK : Anemi Komstipasi, Diare
Nyeri

Anoreksia : Ketidakseimbangan
Resiko Infeksi
Nutrisi dari kebutuhan tubuh, mual
6. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker
rektal, diantaranya ialah :
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik
Antigen) dan Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat
perdarahan di jaringan
b. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses,
karena semua kanker rektal mengalami perdarahan intermitten.
c. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan
skrining awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada
pemeriksaan rektal, pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang
terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan
menggaung.
d. Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum
dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat
colonoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip
atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
e. Biopsi : Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi
harus dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan
jenis yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus
besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors
f. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI)
atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah
sudah mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari
metastase tumor.
g. Endoskopi (sigmoidoskopi atau kolonoskopi) adalah test diagnostik
utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian
dilakukan biopsi jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50-
65% dari kanker kolorektal. Pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsi lesi pada pasien
dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi
sekum, barium enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak
membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit divertikel, ulseratif
kolitis dan penyakit Crohn’s (Smeltzer, 2002).
7. Penatalaksanaan
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al,
(2000) adalah :
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan
terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek
dalam stadium III juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena
kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien
kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal
sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien
lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal.
b. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat
menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain
radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan
pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan
untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika
digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan
lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada
penanganan metastasis jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal
dari metastasis tersebut, misalnya pada otak.
Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable.
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti
memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam
atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III).
Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira - kira 15% dan
menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
8. Komplikasi
a. Obstrusi usus partial atau lengkap.
b. Hemorhargi karena pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang
pembuluh darah sekitar kolon.
c. Perforasi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
d. Peritonotis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
penanggung jawab dll
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak
 Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip
kolon)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
 Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
 Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
 Klien mengeluh mual, muntah
 Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
 Klien mengeluh BAB kecil
 Klien mengeluh berat badannya turun
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi dan nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis
2) Respirasi : Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
3) GIT : Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung,
nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah
4) Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB
kecil seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan
pola BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria
5) Aktifitas/istirahat : Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan
ansietas
2. Diagnosa Keperawatsan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (00132)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(00214)
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini (00146)
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri NOC: kontrol nyeri (1605) NIC: manajemen 1. Untuk
akut Halaman : 247 nyeri (1400) mengetahui
berhubun Indikator Skala 1. Lakukan tingkat nyeri
gan Aw Tuj pengkajian nyeri pasien
dengan al uan komprehensif 2. Untuk
agen Mengenali yang meliputi mengurangi
cidera kapan nyeri lokasi, faktor yang dapat
fisik terjadi karakteristik, memperburuk
Menggambarka 2. Gunakan strategi nyeri yang
n faktor komunikasi dirasakan klien
penyebab terapeutik untuk 3. Untuk
Menggunakan mengetahui mengetahui
tindakan pengalaman nyeri perubahan nyeri
pencegahan 3. Gali bersama dan penanganan
Melaporkan pasien faktor- nyeri
nyeri yang faktor yang 4. Agar klien
terkontrol menurunkan atau mampu

Keterangan : memperberat nyeri menggunakan

1 = tidak pernah 4. Dorong pasien teknik non-

menunjukkan memonitor nyeri farmakologi

2 = jarang menunjukkan dan menangani dalam

3 = kadang-kadang nyerinya dengan menejemen nyeri

menunjukkan tepat yang dirasakan.


5. Ajarkan 5. Mengajarkan
4 = sering menunjukkan penggunaan teknik teknik relaksasi
5 = secara konsisten nonfarmakologi napas dalam
menunjukkan 6. Berikan individu 6. Pemberian
penurunan nyeri analgetik dapat
yang optimal mengurangi rasa
dengan resep nyeri pasien
analgesik
2. Ganggua NOC: status kenyamanan NIC : pengaturan 1. Memberikan rasa
n rasa fisik (2010) posisi (0840) nyaman dan
nyaman Halaman : 529 1. Tempatkan pasien aman.
berhubun Indikator Skala diatas tempat tidur. 2. Posisi terapeutik
gan Aw Tuj 2. Tempatkan pasien dapat
dengan al uan dalam posisi meningkatkan
gejala Relaksasi otot terapeutik yang rasa nyaman.
terkait Posisi yang sudah di rancang. 3. Supaya tidur
penyakit nyaman 3. Masukkan posisi klien tidak
Perawatan tidur yang terganggu.
pribadi dan diinginkan ke 4. Mengurangi
kebersihan dalam rencana resiko nyeri
Tingkat energi perawat. timbul

Keterangan 4. Jangan tempatkan 5. Untuk

1 = sangat terganggu pasien pada posisi meminimalkan

2 = banyak terganggu yang dapat tekanan dan nyeri

3 = cukup terganggu meningkatkan pasien

4 = sedikit terganggu nyeri

5 = tidak terganggu 5. Jangan


memposisikan
pasien dengan
penekanan pada
luka
3. Ansietas NOC: tingkat kecemasan NIC : pengurangan 1. Membina
berhubun (1211) kecemasan (5820) hubungan saling
gan Halaman 572 1. Gunakan percaya dengan
dengan Indikator Skala pendekatan yang perawar cs
ancaman Aw Tuju tenang dan 2. Untuk
pada al an meyakinkan mengetahui
status Perasaan 2. Nyatakan dengan harapan klien
terkini gelisah jelas harapan untuk
Wajah tegang terhadap perilaku kedepannya
Rasa cemas klien 3. Pasien wajib
yang 3. Berikan informasi tshun
disampaikan faktual diagnosis, penyakitnya
secara lisan perawatan dan 4. Memberi
Keterangan : prognosis kesempata
1 = berat 4. Dengarkan klien 5. Untuk
2 = cukup berat 5. Dukung meningkatkan
3 = sedang penggunaan
4 = ringan mekanisme koping
5 = tidak ada yang sesuai
6. Evaluasi
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan. Diharapkan nyeri pasien berkurang,
pasien merasa nyaman dengan segala posisi dan pasien tidak perlu cemas
lagi mengenai penyakit
(Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan. Diharapkan nyeri pasien berkurang
A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa. Perencanaan terhadap apa yang akan
dilakukan selanjutnya untuk dapat memberikan kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya merencanakan progres pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Black,J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis

untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:

Salemba Emban Patria.

Mansjoer, A., (2000). Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius.

Mccloskey, Joanne et all. (2008).Nursing Intervention Classification (NIC). USA:

Mosby

Moorhead, Sue. (2008). Nursing Outcome Classification (NOC).USA.Mosby

Nanda. (2015).Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017

Edisi10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta: EGC; 2012.

Price, Wilson. 2006. PatofisiologiVol 2; Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner And

Suddarth’s Text Book Of Medical Surgical Nursing. 11th ed. Lippincott

Williams & Wilkins, Inc.

Anda mungkin juga menyukai

  • Terapi Modalitas
    Terapi Modalitas
    Dokumen17 halaman
    Terapi Modalitas
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • LP
    LP
    Dokumen8 halaman
    LP
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Q
    Q
    Dokumen6 halaman
    Q
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum
    Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum
    Dokumen14 halaman
    Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Sap Terapi Orientasi Aktifitas
    Sap Terapi Orientasi Aktifitas
    Dokumen17 halaman
    Sap Terapi Orientasi Aktifitas
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen2 halaman
    Tugas
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Sap Iva
    Sap Iva
    Dokumen6 halaman
    Sap Iva
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Makalah Timbang Terima
    Makalah Timbang Terima
    Dokumen13 halaman
    Makalah Timbang Terima
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen22 halaman
    Bab 1
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat
  • SOP Suction DGN Mayo
    SOP Suction DGN Mayo
    Dokumen4 halaman
    SOP Suction DGN Mayo
    Rizqi Yuliantika Hidayati
    Belum ada peringkat