2/4
Istilah ini menggambarkan penggunaan kombinasi obat sedative dengan
anestesi lokal, misalnya selama pembedahan gigi atau prosedur
pembedahan yang menggunakan blok regional. Perkembangan
pembedahan invasif minimal saat ini membuat teknik ini lebih luas
digunakan.
d. Prosedur radiologik.
Beberapa pasien, terutama anak-anak dan pasien cemas, tidak mampu
prosedur radiologis yang lama dan tidak nyaman tanpa sedasi.
Perkembangan penggunaan radiologi intervesi selanjutnya meningkatkan
kebutuhan penggunaan sedasi dalam bidang radiologi.
e. Endoskopi.
Obat-obat sedative umumnya digunakan untuk menghilangkan
kecemasan dan member efek sedasi selama pemeriksaan dan intervensi
endoskopi. Pada endoskopi gastro intestinal (GI), analgesic lokal biasanya
tidak tepat digunakan, perlu penggunaan bersamaan obat sedative dan
opioid sistemik. Sinergisme antara kelompok obat-obat ini secara
signifikan meningkatkan resiko obstruksi jalan napas dan depresi ventilasi.
f. Terapi intensif.
Kebanyakan pasien dalam masa kritis membutuhkan sedasi untuk
memfasilitasi penggunaan ventilasi mekanik dan intervensi terapetik lain
dalam Unit Terapi Intensif (ITU). Dengan meningkatnya penggunaan
ventilator mekanik, pendekatan modern yaitu dengan kombinasi analgesia
yang adekuat dengan sedasi yang cukup untuk mempertahankan pasien
pada keadaan tenang tapi dapat dibangunkan. Farmakokinetikdari tiap-
tiap obat harus dipertimbangkan, di
manasedatifterpaksadiberikanlewatinfusuntukwaktu yang lama
padapasiendengandisfungsi organ serta kemampuan metabolism dan]
ekskresiobnat yang terganggu. Beberapaobat yang berbeda digunakan
untuk menghasilkan sedasi jangka pendek dan jangka panjang di ITU,
termasuk benzo diazepin, obat anestetik seperti propofol, opioid, danagoni
α2-adrenergik. Nilai skor sedasi selama perawatan masa kritis telah
dibuat sejak bertahun-tahun, tapi perhatian lebih terfokus akhir-akhir ini
pada pentingnya sedasi harian ‘holds’; strategi interupsi harian dengan
obat-obat sedasi menyebabkan lebih sensitifnya kebutuhan untuk sedasi.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi insiden terjadinya komplikasi terkait
penggunaan ventilasi mekanik selama masa kritis dan untuk mengurangi
lama perawatan.
g. Suplementasi terhadap anestesi umum.
Penggunaannya yaitu dari sinergi antara obat-obat sedative dan agen
induksi intraven adengan teknikko-induksi. Penggunaan sedative dalam
dosis rendah dapat menghasilkan reduk.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas nomor: / SK/ UKP-VII/ SM/ II/ 2018 tentang
Sedasi.
4. Referensi 1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
2. Petunjuk Praktis Anestesi Local.
3. Buku Kedokteran EGC.
5. Alat dan a. Alat
bahan. 1) Alat-alat diagnostik ( pinset, ekskavator ).
2) Masker.
3) Sarung tangan.
4) Tempat tidur dan lampu penerangan.
5) Alat suntik sekali pakai.
6) Meja alat.
7) Bak instrument.
8) Obat desinfeksi.
9) Kapas
b. Bahan.
1) Benzodiazepin
2/4
2) Diazepam.
c. Petugas yang menjalankan.
- Petugas puskesmas.
6. Langkah- a. Persiapan Tindakan.
langkah 1) Petugas mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang akan di gunakan
2) Petugas memakai masker dan sarung tangan
b. Langkah Kerja.
1) Pasien tidur, atur posisi di sesuaikan dengan tindakan yang akan
diLakukan.
2) Pasien Dewasa
a) Siapkan alat suntik sekali pakai – 3cc.
b) Benzodiazepin ampul di buka
c) Sedot cairan dalam ampul secara pelan-pelan
d) Buang gelembung udara dalam alat suntik sekali pakai, siapkan
e) Masukkan jarum sesuai keperluan bisa IV atau IM.
3) Injeksikan perlahan-lahan untuk IV antara 2-3 menit. Untuk IM.
Langsung masukkan perlahan.
4) Lakukan tindakan yang diperlukan.
5) Sambil melakukan tindakan lakukan Observasi pasien tiap jam
tentang tingkat kesadaran, pernafasan, tekanan darah, dan nadi
pasien.
7. Bagan Alir
Pasien tidur, atur posisi di sesuaikan dengan
tindakan yang akan dilakukan.
Pasien dewasa.
8. Hal-hal yang
perlu Hal – hal yang dilakukan pada kegiatan sedasi.
diperhatikan
9. Unit terkait
Unit Obat.
10. Dokumen a) Prosedur kerja pemberian sedasi.
Terkait b) Kartu status pasien.
c) Register harian.
d) Blangko resep.
e) Blangko rujukan.
f) Inform consent
2/4
11. Rekaman historis perubahan.
2/4