i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. Pengertian .................................................................................................. 3
B. Etiologi ......................................................................................................... 8
C. Patofisiologi ............................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 28
A. Kesimpulan .............................................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka
biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan
berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan
perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu
dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari robekan jalan lahir?
2. Apa penyebab robekan jalan lahir?
3. Bagaimana tanda-tanda robekan jalan lahir?
4. Bagaimana penatalaksanaan robekan jalan lahir?
C. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan membuat asuhan keperawatan persalinan dengan robekan
jalan lahir.
Tujuan dari pembuatan makalah ini, selaian untuk memenuhi salah
satu tugas kuliah adalah :
1. Untuk mengetahui apa definisi dari robekan jalan lahir.
1
2. Untuk mengetahui apa penyebab robekan jalan lahir.
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tanda-tanda robekan jalan
lahir.
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada robekan jalan lahir.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a) Robekan Perinium
3
garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma
urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah
segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma
urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda,
muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna
(Cunningham, 1995).
LUKA PERINIUM
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada
bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo
S,1999). Luka perinium, dibagi atas 4tingkatan :
4
b) Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan
dan bibir belakang servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks
ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
untuk menghentikan perdarahan.
c) Rupture Uteri
Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang
kebidanan karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur
uteri yang terjadi di luar rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal
dalam kavum abdomen.
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi
pada kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma
pada para metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali
sehingga menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok
5
yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena
perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-
keadaan seperti ini, sangat perlu untuk diwaspadai pada partus lama
atau kasep.
a) R. u. Gravidarum
b) R. u. Durante Partum
a) Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ),
miemoktomi
6
b) Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit
dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
4. Menurut etiologinya
3) Bekas miomectomia
7
Pembagian rupture uteri menurut robeknya dibagi menjadi :
B. Etiologi
1. Robekan perinium
2. Robekan serviks
a. Partus presipitatus
8
b. Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
d. Partus lama
3. Ruptur Uteri
4. Panggul sempit
5. Letak lintang
6. Hydrosephalus
9
C. Patofisiologi
1. Robekan Perinium
2. Robekan Serviks
10
3. Rupture Uteri
Pendarahan segera
Plasenta baik
11
Pucat
Lemah
Menggigil
2. Rupture Uteri
a) .Dramatis
12
Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan
disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
b). Tenang
13
E. Penatalaksanaan Medis
14
– Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
15
Jika spingter cedera, lihat bagian penjahitan robekan derajat III
dan IV.
Jika spingter tidak cedera, tindak lanjuti dengan penjahitan
16
Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % kebawah
mukosa vagina, kebah kulit perineum dan ke otot perinatal yang
dalam.
Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian
jepit area robekan denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan
jepitan tsb, tunggu dua menit algi kemudian lakukan tes ulang.
Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang
3-0 atau 4-0 dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa.
Jika spingter robek
– Pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter
akan beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar sfingter
kuat dan tidak robek jika ditarik dengan klem.
17
Buka abdomen
– Buat insisi vertikalgaris tengah dibawah umbilikus sampai
kerambut pubis melalui kulit sampai di fasia.
18
Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus dengan
diseksi tumpul atau tajam. Jika kandung kemih memiliki
jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting runcing.
19
PENJAHITAN ROBEKAN UTERUS
20
– Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan
jahitan matras vertikal menggunakan benang nelon ( sutra ) 3-0
dan tutup dengan balutan steril.
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung,
keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-
kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti
gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan
tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep,
chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
Suhu : Normal/ meningkat
Kesadaran : Normal / turun
Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill
memanjan
Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
22
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
3. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
4. Resiko infeksi b/d perdarahan
5. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.
23
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks /
perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan
cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi.
g. Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular
h. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
i. Berikan antibiotic
R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan
j. Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
24
Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan ).
25
b. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang
lembek, dan nyeri panggul
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock
yang tidak terdeteksi
c. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea
yang berkepanjangan
d. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran
nafas, mastitis dan saluran kencing
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
e. Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah
R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
f. Tindakan kolaborasi
Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi ).
26
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya
dehidrasi secara dini.
c. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani
secara baik.
d. Observasi intake cairan dan output.
R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan
yang berlebihan.
e. Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfusi
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang
dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah
terjadinya shock.
f. Pemberian koagulantia dan uterotonika.
R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika
merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
D. Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal :
a. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
b. Denyut nadi : 70-80 x/menit
c. Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d. Suhu : 36 – 37 oc
a. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
2. Gas darah dalam batas normal
3. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang
komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
4. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam
mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
5. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
6. Klien tidak merasa nyeri
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal
dari perlukaan jalan lahir. Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan
jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga
luka yang luas dan berbahaya. Setelah persalinan harus selalu dilakukan
pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan
spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
28
DAFTAR PUSTAKA
29