Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR TEORI


A. Pengertian nyeri Abdominal Pain
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua
yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasa tidak
nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Diagnosa keperawatan Lynda
Juall 1998, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M.
Wilkinson 2002, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).

a) Nyeri Abdomen Akut


Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset
mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada suatu
daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa
nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen
seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri
visceral dan nyeri somatik.
a) Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak
sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau
jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan
atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang tumpul
disertai rasa sakit.
b) Nyeri Somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf
tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat
dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya
memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau
proses peradangan
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal akan
menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya
sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa
nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk.
Hal inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.
B. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. Ulkus yang mengalami perforasi
b. Irritable bowel syndrome
c. Apendisitis
d. Batu empedu
C. Tanda dan Gejala
Gejala yang biasanya sering menyertai sakit perut/abdominal pain ada bermacam-
macam,diantaranya:
a. Sakit buang air kecil atau sering buang air kecil
b. Perut terasa sakit saat disentuh
c. Rasa sakit berlangsung lebir dari beberapa jam
d. Dehidrasi
e. Demam
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan diatas. Bila anda
memiliki kekhwatiran akan sebuah gejala tertentu,konsultasikanlah dengan dokter
anda.
D. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi
dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi pus.
(Smeltzer, Suzanne, C., 2001).Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat
menyebabkan peradanganyang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang
disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis.
Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang. Dari timbulnya massa
lokal yang disebut infaltrat apendikularis menyebabkan nyeri hebat pada appendiks yang
berisi pus pada abdomen kuadran kanan bawah. Sehingga dilakukan tindakan
appendiktomy pengangkatan appendiks melalui insisi bedah, post operasi appendiktomy
dari insisi bedah : nyeri post op appendiktomy, kelemahan fisik sehingga terjadi intoleransi
aktivitas. Tindakan post operasi appendiktomy dilakukan dari pembatasan makanan dan
intake cairan karena pasien post op harus melakukan puasa sebelum operasi dilakukan.
Terjadinya nyeri hebat pada abdomen kuadran bawah menyebabkan spasme abdomen
penekanan pada bagian abdomen. Sehingga menyebabkan distensi abdomen yang menekan
gaster, distensi abdomen yang menyebabkan penekanan pada gaster mengakibatkan
peningkatan produksi HCL pada lambung yang mengakibatkan mual muntah sehingga
nafsu makan menjadi berkurang : resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
E. Komplikasi
a) Perporasi Gastrointestinal
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari
dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga
perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya kontaminasi
bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini dikenal dengan istilah peritonitis). Perforasi
lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang disebabkan karena kebocoran
asam lambung kedlam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran
cerna merupakan suatu kasus kegawatan bedah.
b) Obtruksi Gastrointestinal
Obstruksi dapat diklasifikasikan sebagai obstruksi sederhana dan strangulasi.
Obstruksi sederhana menyebabkan kegagalan gerak maju aliran isi lumen menjauhi mulut.
Obstruksi strangulasi disertai dengan kerusakan aliran darah ke usus di samping obstruksi
aliran isi lumen, jika tidak cepat diperbaiki dapat menimbulkan infark usus dan perforasi.
Gejala-gejala klasih obstruksi adalah mual, muntah, perut kembung, dan obstipasi.
Obstruksi letak tinggi pada saluran usus melibatkan duodenum atau jejunum proksimal
mengakibatkan muntah yang banyak, sering dan mengandung empedu. Nyerinya hilang
timbul dan biasanya sembuh setelah muntah. Nyeri terlokalisasi di daerah epigastrium atau
daerah periumbilikalis dan perut sedikit kembun. Obstruksi dibagian bawah distal usus
halus menyebabkan kembung perut, sedang atau berat, dengan emesis yang semakin kotor.
Nyeri biasanya merata diseluruh perut.
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan fisik
b) Pemeriksaan DL
c) Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d) β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat daripada
dalam urine)
e) Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f) Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g) EKG:Infark miokard
G. Pentalaksanaan Medis
a. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan
mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih
efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah
mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin
(narkotik), dll.
b. Penatalksanaan Keperawatan
Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
Berikan posisi yang nyaman pada klien
Berikan HE tentang nyeri
H. Patway
Etilogi Etilogi

Penyumbatan Tumor atau benda


asing

Massa keras dari


feses Tekanan
intraluminal

Edema
Penghambatan
aliran limfe
Diapedesis
bakteri

Ulserasi mukosa Appendiks berisi


pus
Appendikst
Nyeri abdomen Sekresi mukus
is akut
pada kuadran meningkat
fokal
kanan bawah
Peningkatan tekanan
Gangguan rasa
nyaman
Infark dinding
appendiks

ganggrenosa

Massa lokal (infiltrat


appendikularis)

Nyeri hebat appendiksitis

appendiktomy
Spasme abdomen

Insisi bedah
Distensi abdomen

Nyeri post op
Menekan gaster

Pembatasan intake cemas


Peningkatan produksi cairan
HCL
Resiko kurang vol
Peningkatan produksi HCL

Mual muntah

Nafsu makan berkurang

Resiko perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan
2. ASUHAN KEPERAWATAN

Tahapan proses asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Suku bangsa
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Alamat
 Tanggal MRS
 Diagnosis
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh
nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2) Riwayat keseheatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah
menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular
d. Pola-pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan
perawatan diri
 Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap
makanan dan klien selalu ingin muntah.
 Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi
 Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
 Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien
 Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang
 Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
 Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan dengan proses
penyakitnya.
 Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
 Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
 Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi
jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
 Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
 Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
 Sistem gastrointestinal
Pada sistemgastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan
berkurang, muntah.
 Sistem eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
f. Analisa data
No Sysmtom Etiologi problem
1 DS:
Pasien mengatakan Nyeri pada perut
DO: Gangguan rasa
Ekspresi wajah penderita, postur Proses penyakit nyaman (nyeri
tubuh, berhati-hati dengan abdomen, akut/kronik)
respon autonomik misalnya
perubahan tanda vital
2 DS:
Pasien terlihat gelisah Perubahan status
DO: kesehatan
Ansietas/cemas
Perubahan tanda vital, perilaku (ancaman
menyerang, panik, kurang kontak kematian)
mata, ekspresi wajah
3 DS:
Pasien mengatakan Nyeri perut
Resiko gangguan
DO: Anoreksia
pemenuhan nutrisi
Muntah,intoleran terhadap
makanan dan mual
g. Diagnosa keperawatan
 Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya
ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan
abdomen, respon autonomik.
 Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai
dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang
kontak mata, ekspresi wajah penderita.
 Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses penyakitnya)
ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.
h. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses penyakitnya
ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan
abdomen, respon autonomic
 Tujuan
- Nyeri berkurang
 Kriteria hasil
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah klien tidak mmenyeringai
 Rencana tindakan
- Catat keluahan nyeri,termasuk lokasi lamanya
- Observasi TTV
- Kaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
- Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
- Identifikasikan dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan
- Kolaborasi dengana tim medis dalam pemberian obat
 Rasional
- Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri
pasien sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa.
- Untuk mengetahui perkembangan klien.
- Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi
- Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan
gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
- Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam- macam antara individu.
Penelitian menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat menimbulkan
dispepsia.
- Untuk mempercepat proses penyembuhan.
b. Diagnose 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian) ditandai
dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang, panik, kurang
kontak mata, ekspresi wajah penderita.
 Tujuan
- Cemas berkurang
 Kriteria hasil
- Menunjukkan rileks
- Klien tidak terlihat gelisah
- Menunjukkan pemecahan masalah
 Rencanan tindakan
- Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.
- Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata.
- Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
- Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
 Rasional
- Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik
- Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan merasa tak
terkontrol terhaap situasi atau mencapai status panic
- Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk
memperjelas kesalahan konsep.
- Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang
diri.
- Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa tenang pada
klien.
c. Diagnosa 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap makanan.
 Tujuan
- Klien tidak merasa nyeri perut
 Kriteria hasil
- Klien tidak merasa mual dan muntah.
- Klien toleran terhadap makanannya.
 Rencanan tindakan
- Kaji dan observasi TTV klien.
- Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.
- Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.
- Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian makanan
 Rasional
- Untuk mengetahui keadaan/perkembangan klien
- Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki keadaan sistem
pencernaan klien.
- Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan
gaster. Makan sedikit mencegah
i. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
j. evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Amin & Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda,
NIC, NOC, dalam Berbagai Kasus. Jakarta: EGC.
Judith & Nancy. 2015. BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan; Diagnosis NANDA ,
INTERVENSI NIC, KRITERIAHASIL NOC, ed. 9 Jakarta: EGC.
R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai