Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

DOKUMENTASI KEBIDANAN

“CARA PENDOKUMENTASIAN KESEHATAN REPRODUKSI”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

NAMA NIM

1. AFIFAH RAHMAH (P07124018001)


2. EGA NOVIANA (P07124018011)
3. EKA FEBRIANI INTASARI (P07124018012)
4. EKA NURFADILA (P07124018013)
5. HIKMATUL ISNAINI (P07124018015)
6. IDIATUL FITRI (P07124018018)
7. NESYA TIRTARISANTI (P07124018028)
8. NURJADIDA (P07124018033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

PRODI DIII KEBIDANAN

T.A 2019/2020

i
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR………………………………………………………....ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….......iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....1

A. Latar Belakang………………………………………………………….2
B. Rumusan Masalah………………………………………………………2
C. Tujuan…………………………………………………………………...2
D. Manfaat………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..3

A. Pengertian kesehatan reproduksi………………………………………...3


B. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan…………..4
C. Pengertian pendokumentasian…………………………………………...6
D. Format pendokumentasian kesehatan reproduksi………………………..6

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...14

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah Dokumentasi Kebidanan “Pendokumentasian Kesehatan
Reproduksi”.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis dengan
lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah Pendokumentasian Kesehatan


Reproduksi ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Mataram, 8 Agustus 2019

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi
pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan
penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan
kemampuan bereproduksi serta tekanan social pada wanita karena masalah
gender. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan
dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita mempunyai system reproduksi
yang sensitife terhadap kerusakan yang dapat terjadi disfungsi atau penyakit
(Kusmiran, 2012)
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1997 mencapai 201,4 juta
dengan 100,9 juta orang wanita. Jumlah wanita berusia diatas 50 tahun
mencapai 14,3 juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 203,46 juta orang, terdiri dari 101,64 juta laki-laki dan 101,81 juta
perempuan. Pada tahun 2000 jumlah perempuan yang berusia diata 50 tahun
dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 15,5 juta orang,
sedangkan jumlah laki-laki yang berusia diatas 55 tahun dan diperkirakan
telah memasuki sia andropause adalah sebesar 14,25 juta orang. Pada tahun
2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause
adalah 30,3 juta dan laki-laki andropouse akan meningkat mencapai 24,7 juta
(Baziad, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa saja ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan?
3. Apa pengertian pendokumentasian?

1
4. Bagaimana format pendokumentasian kesehatan reproduksi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pendokumentasian kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian kesehatan reproduksi
b. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus
kehidupan
c. Untuk mengetahui pendokumentasian
d. Untuk mengetahui format pendokumentasian kesehatan reproduksi

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang format
pendokumentasian kesehatan reproduksi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai refrensi perpustakaan yang berguna untuk menambah wawasan
mahasiswa kebidanan.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat terutama untuk menjaga
kesehatan reproduksinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat
tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No.
23 Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan
kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak
deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga
setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua
hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
Menurut Drs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang
khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel
kelamin perempuan.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 kesehatan reproduksi adalah
kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan
mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman

3
mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan
selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.
Menurut Depkes RI, 2000 Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan social yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksibukannya kondisiyang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
dan sesudah menikah.

B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan


Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup kesehatan reproduksi
sebenarnya sangat luas, sesuai dengan definisi yang tetera di atas, karena
mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam uraian
tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan
pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga diperoleh komponen
pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Secara lebih luas, ruang lingkup
kespro meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga berencana
3. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk
PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan penanganan infertilitas
7. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
8. Berbagi aspek kesehatan reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.
Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu
yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit

4
menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan
perluasan jangkauan pelayanan kelapisan masyarakat kurang manpu atau meraka
yang tersisih. Karena proses reproduksi nyatanya terjadi terjadi melalui hubungan
seksual, defenisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual yang
mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan hubungan antar individu, jadi
bukan hanya konseling dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam
wawasan pengembagan kemanusiaan. Merumuskan pelayanan kesehatan
reproduksi yang sangat penting mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas
hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang dapat menjalankan fungsi dan
proses reproduksinya secara aman dan sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi
kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak,
remaja, dewasa, hingga masa pasca usia reproduksi.

Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan


reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :

1. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,


genital, deskriminasi ni lai anak, dsb)
2. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa
kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,
kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman)
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman
4. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,
persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi
lahir rendah
5. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual
6. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan
penyakit menular seksual

5
7. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ
reproduksi
8. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan
lainnya.

C. Pengertian Pendokumentasian

Pendokumentasian SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas,


dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disajikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumentasian asuhan
pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan. Model SOAP
sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien. Seorang bidan hendaknya
menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu dengan pasiennya. Selama
antepartum, seorang bidan bisa menulis satu catatan SOAP untuk setiap
kunjungan, sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menulis lebih
dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari (Mufdlilah, 2009).

D. Format Pendokumentasian

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA Nn. R DENGAN KELUHAN SAKIT HAID

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama : Nn. R
Umur : 18 Tahum
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Rajabasa
B. Keluhan utama
Sakit saat haid

6
C. Riwayat kesehatan/penyakit sekarang
Nn. R datang tanggal 8-Agustus-2019 pukul 17.00 WIB dengan keluhan
sakit perut pada saat haid yang dirasakan pada hari-hari pertama. Sakit
yang dirasakan pada perut bagian bawah selama 3 bulan terakhir.
D. Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak pernah mengalami sakit yang serius sehingga memerlukan
perawatan di rumah sakit.
E. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, anemia
berat,dll.
F. Riwayat fungsi reproduksi
1. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : ± 7 hari
d. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
e. Warna/ bau : Merah/ Normal
f. Dismenorhea : Ya sejak 3 bulan terakhir
g. HPHT : 28 November 2007
2. Kebiasaan seksual
Tidak ada
3. Riwayat kehamilan , persalinan, dan nifas yang lalu
Tidak ada
4. Tumor : Tidak ada
5. Infeksi : Tidak ada
6. Gangguan KB : Tidak ada
7. Riwayat perkawinan : Belum menikah
G. Pola kegiatan sehari-hari
1. Makan/ Minum
Freukensi : 3 x sehari
Macam : Nasi, lauk-pauk, sayur, kadang buah
Pantangan : Tidak ada
Minum : ± 2 Liter/ hari
2. Eliminasi
BAK
Freukensi : 4-6 x/ hari
Warna : Jernih
Konsistensi : Cair
Bau : Normal
BAB
Freukensi : 1 x/ hari
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembik

7
Bau : Khas
3. Personal hygiene
Mandi : 2 x/ hari
Sikat Gizi : 3 x/ hari
Ganti pakaian : 2 x/ hari
4. Ketergantungan
Alergi : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Obat-obatan/ alcohol : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
5. Keadaan psikologis, sosial dan spiritual
Status emosional : Stabil
Status social : Baik
Komunikasi dengan keluarga : Baik
Status ekonomi : Cukup

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
a. TD : 110/60 mmHg
b. Nadi : 84 x/ menit
c. Pernafasan : 22 x/ menit
d. Suhu : 36.5ºC
BB : 48 Kg
TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut : Bersih, tidak rontok dan tidak
berketombe
Konjungtiva : Merah muda ( an anemis )
Sklera : Putih ( an ikterik )
Kelopak mata : Tidak ada oedema
b. Mulut dan gigi : Bersih dan tidak ada caries
c. Leher
Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
d. Dada
Jantung : Normal ( lup, dup )

8
Paru-paru : Suara jernih ( tidak ada
wheezing, dan ronchi )
Payudara
 Pembesaran : Tidak ada
 Putting susu : Menonjol
 Benjolan : Tidak ada
 Simetris : Ya, kanan dan kir
 Nyeri : Tidak ada
 Pengeluaran : Tidak ada
e. Punggung dan pinggang
 Posisi punggung : Lordosis
 Nyeri ketuk : Tidak ada
f. Extremitas
 Oedema : Tidak ada
 Kekakuan otot : Tidak ada
 Kemerahan : Tidak ada
 Varises : Tidak ada
g. Abdomen
 Bekas luka operasi : Tidak ada
 Acites : Tidak ada
 Konsistensi : Kenyal
 Tumor : Tidak ada
 Pembesaran lien dan limfa : Tidak ada
h. Anogenitalia
 Vulva dan vagina : Warna normal
 Oedema : Tidak ada
 Pengeluaran : Darah, bau khas
 Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
 Anus : Tidak ada hemoroid
 Inspekulo : Tidak di lakukan
 Periksa Dalam : Tidak di lakukan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
 Hb : 10 gr
 Protein Urine : (-)
 Glukosa Urine : (-)
b. USG : Tidak dilakukan
c. Papsmear : Tidak dilakukan

9
d. Dll : Tidak dilakukan

II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN


Diagnosa : Nn. R usia 18 tahun dengan Dismenorhea
Dasar :
 Belum menikah
 Pasien mengeluh sakit perut bagian bawah saat haid hari-hari
pertama.
Masalah : Nyeri
Dasar : Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah
Kebutuhan : Konseling tentang dismenorhea

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


TIDAK ADA

IV. TINDAKAN SEGERA


TIDAK ADA

V. PERENCANAAN
1. Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam, tinggi kafein,
coklat, penyedap, pengawet, pewarna dan berlemak tinggi.
Rasional : Dengan menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar
garam dsb maka fungsi tubuh dapat berfungsi dengan baik sehingga
keluhan-keluhan menjelang menstruasi dan saat menstruasi dapat
dihindari/ dikurangi.
2. Berikan obat tambah darah yang mengandung Fe, asam folat, B12
1x/hari terutama saat menstruasi.
Rasional : Dengan memberikan obat tambah darah maka kadar Hb
bisa normal sehingga pasokan nutrisi ke jaringan nterutama uterus
dapat berlangsung baik terutama saat menstruasi.

10
3. Berikan analgetik
Rasional : Dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
sehingga pasien merasa tidak nyeri lagi atau berkurang rasa nyerinya.
4. Anjurkan untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan yang
tinggi vitamin.
Rasional : Dengan menganjurkan banyak minum air putih dan
makan buah-buahan maka kebutuhan oksidan cukup dalam mengatasi
stress fisik, sehingga pasien tidak merasa depresi.
5. Anjurkan untuk mengompres perut yang terasa nyeri dengan kompres
air hangat.
Rasional : Dengan kompres air hangat maka dapat membantu
mengurangi rasa nyeri sehingga pasien tidak merasa nyeri lagi.

VI. PELAKSANAAN
1. Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam, tinggi kafein,
coklat, penyedap, pengawet, pewarna dan berlemak tinggi.
2. Memberikan obat tambah darah yang mengandung Fe, asam folat, B12
1x/hari terutama saat menstruasi.
3. Memberikan analgetik 3x1 /hari.
4. Menganjurkan untuk banyak minum air putih dan makan buah-buahan
yang tinggi vitamin.
5. Menganjurkan untuk mengompres perut yang terasa nyeri dengan
kompres air hangat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi


pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan
penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan
kemampuan bereproduksi serta tekanan social pada wanita karena masalah
gender. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan
dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita mempunyai system reproduksi
yang sensitife terhadap kerusakan yang dapat terjadi disfungsi atau penyakit
(Kusmiran, 2012).
Pendokumentasian SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana,
jelas, dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disajikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumentasian asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai
catatan kemajuan. Model SOAP sering digunakan dalam catatan
perkembangan pasien. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap
kali dia bertemu dengan pasiennya. Selama antepartum, seorang bidan bisa
menulis satu catatan SOAP untuk setiap kunjungan, sementara dalam masa
intrapartum, seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu
pasien dalam satu hari (Mufdlilah, 2009).
Jadi berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa
pendokumentasian dalam asuhan kebidanan menjadi hal yang terpenting.
Karena dengan dilakukannya pendokumentasian pada setiap asuhan
kebidanan yang kita berikan dapat menjadi bukti bahwa kita telah melakukan
asuhan kepada klien sesuai dengan asuhan yang kita berikan.

12
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang
kami sajikan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dari makalah kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pusdiknas, WHO dkk. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan Buku.


Jakarta:Departeman Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
Wildan, moch dan A. Aziz Alimulhidayat. 2008. Dokumentasi Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika.
Salman dan Rusmiati dkk. 2005. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:EGC
Muslihatun Wafi Nur. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya

14

Anda mungkin juga menyukai