PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
B. Kerugian/Potensi Kerugiannya
Ditinjau dari segi kerugian akibat proses korosi, dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu kerugian dari segi biaya korosi itu sangat tinggi atau mahal, kerugian dari
segi pemborosan sumber daya mineral yang sangat tinggi dan kerugian dari segi
keselamatan jiwa manusia juga sangat membahayakan . Berikut penjelasannya :
1. Kerugian ekonomi akibat korosi.
Menurut sumber dari Biro Klasifikasi Indonesia pada tahun 1997 mengatakan
bahwa pada umumnya biaya pengendalian korosi di Indonesia berkisar antara 2
hingga 3,5 % dari GNP. Biaya pengendalian korosi disini adalah semua biaya yang
timbul dalam usaha untuk menanggulangi korosi mulai dari desain sampai dengan
proses pemeliharaan suatu struktur bangunan.
1|FENOMENA KOROSI
2. Pemborosan sumber daya mineral akibat korosi.
Pada dasarnya proses korosi dapat juga didefinisikan sebagai proses kembalinya
logam teknis ke bentuk asalnya di alam. Bentuk asalnya logam di alam adalah
senyawa-senyawa mineral yang abadi di perut bumi. Pada umumnya senyawa-
senyawa mineral logam tersebut merupakan ikatan kimia antara unsur logam
dengan unsur halogen misalnya oksigen, belerang dan sebagainya. Dengan adanya
proses korosi pada struktur bangunan di tempat-tempat yang tersebar diseluruh
dunia, mengakibatkan sumber daya mineral yang semula berbentuk logam teknis
telah berubah menjadi produk korosi yang tersebar tanpa bisa direcavery untuk
dijadikan logam teknis kembali.
3. Proses korosi dapat membahayakan jiwa manusia.
Sering diberitakan bahwa timbulnya kecelakaan yang menelan puluhan bahkan
ratusan korban jiwa atau mencederai manusia disebabkan karena kegagalan dari
suatu konstruksi bangunan akibat korosi. Di dunia pelayaran, korban manusia yang
meninggal akibat kapal tenggelam jumlahnya sudah sangat banyak. [Graver, 1985]
2|FENOMENA KOROSI
ini diikuti oleh reduksi oleh unsur-unsur pokok elektrolit di katoda. Anoda dan katoda
dapat berupa metal yang sama atau metal yang berbeda (korosi bimetal). Beda potensial
antara anoda dan katoda merupakan gaya gerak listrik dari aksi korosi. Besarnya arus
ditentukan oleh beda potensial sirkuit terbuka antara anoda dan katoda, besarnya
polarisasi elektrokimia yang terjadi di anoda dan katoda dan tahanan listrik larutan.
Korosi besi dalam media asam dan larutan garam netral ditulis menurut reaksi:
Dengan demikian reaksi anoda sama, reaksi katoda dapat berbeda tergantung
kemampuan oksigen mencapai metal. Jika kandungan oksigen dalam larutan garam
netral dikurangi berarti laju reaksi (3) berkurang. Ini berarti laju korosi besi berkurang
(cathodic control) karena perpindahan muatan di anoda harus sama di katoda. Hal yang
sama juga terjadi bila anoda tidak larut dengan mudah karena misalnya ada suatu lapis
penghalang, reaksi dikendalikan oleh faktor ini (anodic control).
Produk proses anoda dan katoda sering bereaksi lebih lanjut menghasilkan produk
korosi yang kelihatan misalnya ion hydroxyl pada reaksi katoda (2) dalam
perjalanannya bertemu dengan ion ferous, bersatu membentuk ferous hydroxide yang
selanjutnya bereaksi dengan oksigen dalam larutan membentuk ferric hydroxide.
3|FENOMENA KOROSI
yang lebih spesifik, misalnya dalam lingkungan asam anorganik, asam organik,
basa, dan beberapa lingkungan lainnya. Perlu diingat bahwa kecepatan korosi hanya
salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material. Dalam bidang
perekayasaan sifat mekanis benda kerja umumnya merupakan hal yang utama
dalam pemilihan material atau paduan. Oleh karena itu, dalam bidang perekayasaan
sulit untuk mendapat benda kerja yang mempunyai ketahanan korosi yang tinggi
dalam terhadap lingkungannya.Penambahan unsur paduan dalam untuk
meningkatkan ketahanan korosi mungkin dapat dilakukan dengan membuat logam
menjadi pasif, bersifat lebih katodik, netral atau bahkan lebih protektif dengan
menambahkan inhibitor.
2. Rancangan benda kerja, Rancangan benda kerja harus memperhatikan segi
kekuatan dan kemungkinan pembentukannya dilakukan bersamaan dengan
pengendalian korosinya karena biaya pengendalian korosi akan tergantung dari
hasil rancangan. Dalam pengerjaan rancangan benda kerja perlu diperhatikan
kecenderungan terjadinya korosi. Salah satunya adalah dengan menyederhanakan
bentuk benda kerja.
3. Alterasi lingkungan, Pengaturan lingkungan dapat mengurangi kecepatan korosi.
Bentuk-bentuk alterasi lingkungan korosif yang sering dilakukan adalah dengan
menurunkan temperatur, menurunkan kecepatan aliran, penghilangan oksigen atau
oksidatoir lainnya atau dengan memperkecil konsentrasi ion-ion agresif seperti
eliminasi ion klorida. Selain itu, penambahan inhibitor juga termasuk alterasi
lingkungan.
4. Inhibitor, Inhibitor adalah suatu zat yang bila ditambahkan dalam jumlah yang kecil
kedalam lingkungan korosif, akan menghambat atau menurunkan kecepatan
korosi.
Macam-macam inhibitor antara lain :
a) Inhibitor anodic
Anion inhibitor berpindah ke anoda dan membentuk lapisan pasif yang
menghambat terjadinya reaksi anodik. Contohnya khromat, nitrit, silikat,
benzoat dan lain-lain.
b) Inhibitor katodik
Kation inhibitor berpindah ke katoda dan membentuk lapisan pasif yang
menghambat terjadinya reaksi katodik. Contohnya Ca(HCO3), ZnSO4,
poliphospat dan lain-lain.
4|FENOMENA KOROSI
c) Inhibitor campuran
Inhibitor ini berfungsi untuk menghambat reaksi katodik dan anodik.
Contohnya: arsenat, triazols, selenat dan lain-lain.
5. Proteksi katodik, Proteksi katodik adalah penurunan potensial antar muka ke daerah
imun (ke daerah lebih katodik) dapat dilakukan dengan menghubungkan benda
kerja dengan anoda korban (sacrificial anode) atau dengan memberikan arus yang
dipaksakan (impress current).
6. Pelapisan, Guna mencegah kontak antara logam dengan lingkungannya, sering
digunakan pelapisan pada permukaan logam dengan bahan metalik, anorganik
ataupun organik yang relatif tipis. Beberapa cara pelapisan yang umum dilakukan
yaitu:
a. Pelapisan logam seperti elektrodeposisi, penyemprotan logam dengan nyala api
(flame spraying), pelapisan logam mekanik (cladding), pelapisan dengan
pencelupan (hot dipping), dan depresi dari uap logam.
b. Pelapisan anorganik seperti penyemprotan, difusi atau konversi kimia.
c. Pelapisan organik seperti pengecatan, pelapisan dengan vernish dan lacquer.
Khusus pelapisan dengan bahan logam dan anorganik, harus di lakukan
selengkap mungkin sehingga terhindar dari keadaan porous (berpori) atau cacat-cacat
pelapisan lainnya. [Widyanto, 2006]
5|FENOMENA KOROSI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada korosi jenis korosi merata, seluruh permukaan logam yang terekspose
dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi ini mengakibatkan rusaknya
konstruksi secara total.
Mekanisme Uniform Corrosion : dengan distribusi seragam dari reaktan
katodik atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH <
7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH =
7), terjadi reduksi oksigen. Kedua berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi
preferensial atau lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak
secara acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya kurang lebih
yang seragam dimensi.
Cara pengendalian korosi menyeluruh, sebagai berikut : Dengan melakukan
pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodic, Melakukan inhibitas, dan
proteksi katodik (cathodik protection)
B. Saran
Agar korosi merata tidak terjadi, harus dilakukan perawatan yang baik dan rutin.
Sesuai dengan langkah-langkah pengendalian yang telah dijelaskan di atas. Hal ini
sangat membantu untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat korosi merata
ini.
6|FENOMENA KOROSI
DAFTAR PUSTAKA
http://wiwinwibowo.wordpress.com/tag/korosi/
https://www.scribd.com/doc/228567606/Artikel-Korosi-Merata
https://www.researchgate.net/publication/307768692_JENIS_KOROSI_DAN_PENANGGU
LANGANNYA
https://www.scribd.com/document/200071407/Korosi-merata
7|FENOMENA KOROSI
LAMPIRAN
8|FENOMENA KOROSI